• Tidak ada hasil yang ditemukan

manusia sebagai makhluk yang paling semp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "manusia sebagai makhluk yang paling semp"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi akal untuk berfikir dan di beri tugas untuk menjadi khalifah di bumi yang membedakannya dengan binatang. Mengenai proses kejadian manusia, dalam Al-Qur’an (QS. Al-Hijr (15) : 28-29) diterangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bentuk yang sebaik-baiknya kemudian ditiupkan ruh kepadanya hingga menjadi hidup. Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa manusia berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Di lain pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut. khususnya agama islam yang meyakini bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam a.s, disusul Siti Hawa dan kemudian keturunan-keturunannya hingga menjadi banyak seperti sekarang ini. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang mengtakan bahwa Adam adalah manusia pertama.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Manusia menurut Islam ?

2. Mengapa manusia disebut makhluk yang sempurna? 3. Apa tujuan allah SWT mencipakan manusia?

(2)

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian manusia menurut islam

2. Untuk mengeahui mengapa manusia dikatakan makhluk ciptaan allah yang paling sempurna

3. Untuk mengeatahui tujuan allah SWT mencipakan manusia

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia

Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah merupakan sekepal tanah di bumi. Manusia dalam pandangan kaum materialism, tidak lebih dari kumpulan daging, darah, urat, tulang, urat-urat darah dan alat pencernaan. Akal dan pikiran dianggapnya barang benda, yang dihasilkan oleh otak. Pandangan ini menimbulkan kesan seolah-olah manusia ini makhluk rendah dan hina, sama dengan hewan yang hidupnya hanya untuk memenuhi keperluan dan kepuasan semata.

Dalam pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa Al-Qur’an menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan dalam keadaan sebaik-baiknya (At-Tiin : 95:4). Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara Makhluk ciptaan-Nya. Oleh sebab itu manusia diharuskan mengenal siapa yang menciptakan dirinya sebelum mengenal lainnya.

B. Manusia Makhluk Ciptaan Allah Yang Paling Sempurna

Manusia adalah ciptaan Allah swt yang paling indah, paling tinggi, paling mulia dan paling sempurna, dengan demikian tidak ada makhluk lain dialam ini yang menyamai keberadaan manusia. Kesempurnaan manusia dengan makhhluk Tuhan berpangkal dari manusia itu sendiri yang memang sempurna dari fisik, akal fikiran, kemampuan dan karya-karyanya. Manusia mampu berbicara untuk menjelaskan, mendengar untuk mneyadari dan mengerti, melohat untuk dapat membedakan dan mendapatkan petunjuk. Jika kemampuan-kemampuan ini hilang maka hilanglah derajat manusia, hilanglah sifat kemanusiaannya dan derajatnya turun setara dengan binatang.

(4)

fungsi akal fikiran manusia dengan berbagai kemampuannya seperti mencipta, berfikir, berintropeksi dan sebgaiannya.

Dalam pandangan islam, manusia dikaitkan dengan kisah tersendiri. Menurut Al-Qur’an manusia lebih luhur dari apa yang didefinisikan oleh kata-kata tersebut. Dalam Al-Qur’an manusia disebut makhluk yang amat terpuji dan disebut pula sebagai makhluk yang amat tercela.

Allah SWT berfirman :

‘Dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mmepunyai mata ( tetapi) tidak dipergunakan melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Merka itulah orang-orang lalai. (Al-A’raaf[7]: ayat 179)

Apapun yang ada diri kita ini adalah yang terbaik menurut Allah SWT, jadi kita wajib mensyukuri apapun yang ada pada diri kita masing-masing.

C. Tujuan Allah Menciptakan Manusia

Allah menciptakan alam semesta (termasuk manusia) tidaklah dengan palsu dan sia-sia (QS. As-Shod ayat 27). Segala ciptaan-Nya mengandung maksud dan manfaat. Oleh karena itu, sebagai makhluk yang paling mulia, sekaligus sebagai khalifah di muka bumi, manusia harus meyadari terhadap tujuan hidupnya. Dalam konteks ini, al-Qur’an menjelaskan, bahwa manusia memiliki bebrapa tujuan hidup, diantaranya adalah sebagai berikut;

1. Menyembah Kepada Allah (Beriman)

(5)

dihadapan Tuhan adalah bagaikan “hamba” dengan “majikan” atau “abdi” dengan “raja”, yang harus menunjukan sifat pengabdiaan dan kepatuhan.

Sebagai agama yang haq, Islam menegaskan bahwa posisi manusia di dunia ini adalah sebagai ‘abdullah (hamba Allah). Posisi ini menunjukan bahwa salah satu tujuan hidup manusia di dunia adalah untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah. Yang dimaksud dengan mengabdi kepada Allah adalah taat dan patuh terhadap seluruh perintah Allah, dengan cara menjalankan seluruh perintah-perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya dalam segala aspek kehidupan. Dalam hal ini, Allah Swt. menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa tujuan hidup manusia adalah semata-mata untuk mengabdi (beribadah) kepada-Nya (QS. Adz-Dzariyat ayat 56 dan QS. Al-Bayyinah ayat 5).

Makan beribadah sebagaimana dikemukakan di atas (mentaati segala perintah dan menjauhi larangan Allah) merupakan makna ibdah secara umum. Dalam tataran praktis, ibadah secara umum dapat diimplementasikan dalam setiap aktivitas yang diniatkan untuk menggapai keridlaan-Nya, seperti bekerja secara professional, mendidik anak, berdakwah dan lain sebagainya. Dengan demikian, misi hidup manusia untuk beribadah kepada Allah dapat diwujudkan dalam segala aktivitas yang bertujuan mencari ridla Allah (mardlotillah).

Sedangkan secara khusus, ibadah dapat dipahami sebagai ketaatan terhadap hukum syara’ yang mengatur hubungan vertical-transendental (manusia dengan Allah). Hukum syara’ ini selalu berkaitan dengan amal manusia yang diorientasikan untuk menjalankan kewajiban ‘ubudiyah manusia, seperti menunaikan ibadah shalat, menjalankan ibadah puasa, memberikan zakat, pergi haji dan lain sebagainya.

(6)

2. Memanfaatkan Alam Semesta (Beramal)

Manusia adalah puncak ciptaan dan makhluk Allah yang tertinggi (QS. at-Tien ayat 4). Sebagai makhluk tertinggi, disamping menjadi hamba Allah, manusia juga dijadikan sebagai khalifah atau wakil Tuhan dimuka bumi (QS. al-Isra’ ayat 70). Di samping itu, Allah juga menegaskan bahwa manusia ditumbuhkan (diciptakan) dari bumi dan selanjutnya diserahi untuk memakmurkannya (QS. Hud ayat 16 dan QS. al-An’am ayat 165). Dengan demikian, seluruh urusan kehidupan manusia dan eksistensi alam semesta di dunia ini telah diserahkan oleh Allah kepada manusia.

Perintah memakmurkan alam, berarti perintah untuk menjadikan alam semesta sebagai media mewujudkan kemaslahatan hidup manusia di muka bumi. Al-Qur’an menekankan bahwa Allah tidak pernah tak perduli dengan ciptaan-Nya. Ia telah menciptakan bumi sebanyak Ia menciptakan langit, yang kesemuanya dimaksudkan untuk menjamin kesejahteraan lahir dan batin manusia. Ia telah menciptakan segala sesuatu untuk kepentingan manusia. Bintang diciptakan untuk membantu manusia dalam pelayaran, bulan dan matahari diciptakan sebagai dasar penanggalan. Demikian juga dengan realitas kealaman yang lainnya, diciptakan adalah dengan membekal maksud untuk kemaslahatan manusia.

Untuk menjadikan realitas kealaman dapat dimanfaatkan oleh manusia, Allah telah membekalinya dengan potensi akal. Di samping itu, Allah juga telah mengajarkan kepada manusia terhadap nama-nama benda yang ada di alam semesta. Semua ini diberikan oleh Allah adalah sebagai bekal untuk menjadikan alam semesta sebagai media membentuk kehidupan yang sejahtera lahir dan batin. Dalam hal ini Allah menegaskan bahwa manusia harus mengembara dimuka bumi, dan menjadikan seluruh fenomena kelaman sebagai pelajaran untuk meraih kebahagian hidupnya (QS. Al-Ankabut ayat 20 dan QS. Al-Qashash ayat 20).

(7)

kehidupannya manusia memiliki tujuan untuk melakukan kerja perekayasaan agar segala yang ada di alam semesta ini dapat bermanfaat bagi kehidupannya. Dengan kata lain, tujuan hidup manusia yang semacam ini dapat dikatakan dengan tujuan untuk “beramal”.

3. Membentuk Sejarah Dan Peradaban (Berilmu)

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, Allah menciptakan alam semesta ini dengan pasti dan tidak ada kepalsuan di dalamnya (QS. Shod ayat 27). Oleh Karena itu, alam memiliki eksistensi yang riil dan obyektif, serta berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap (sunnatullah). Di samping itu, sebagai ciptaan dari Dzat yang merupakan sebaik-baiknya pencipta (QS. al-Mukminun ayat 14), alam semesta mengandung nilai kebaikan dan nilai keteraturan yang sangat harmonis. Nilai ini diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia, khususnya bagi keperluan perkembangan sejarah dan peradabannya (QS. Luqman ayat 20). Oleh karena itu, salah satu tujuan hidup manusia menurut al-Qur’an di muka bumi ini adalah melakukan penyelidikan terhadap alam, agar dapat dimengerti hukum-hukum Tuhan yang berlaku di dalamnya, dan selanjutnya manusia memanfaatkan alam sesuai dengan hukum-hukumnya sendiri, demi kemajuan sejarah dan peradabannya.

Proses pemanfaatan alam semesta dalam kehidupan manusia diwujudkan dengan perbuatan dan aktivitas riil yang memiliki nilai guna. Perbuatan atau aktivitas riil yang dijalankan manusia dimuka bumi ini selanjutnya membentuk rentetan peristiwa, yang disebut dengan “sejarah”. Dunia adalah wadah bagi sejarah, dimana manusia menjadi pemilik atau rajanya. Hidup tanpa sejarah adalah kehidupan yang dialami oleh manusia setelah kematian. Karena dalam kehidupan pasca kematian manusia hanya diharuskan mempertanggungjawabkan terhadap sejarah yang telah dibuat atau dibentuk selama dalam kehidupannya di dunia. Dengan demikian, dalam kehidupannya di dunia, manusia juga memiliki tujuan untuk membentuk sejarah dan peradabannya yang baik, dan selanjutnya harus dipertanggungjawabkan di hadapatn Tuhannya.

(8)

semesta sebagai media mengembangkan ilmu dan pengetahuannya. Oleh karena itu, tujuan manusia membentuk sejarah dan peradaban ini dapat dikatakan sebagai tujuan menjadi manusia yang “berilmu”.

Berdasarkan uraian tentang tujuan-tujuan hidup manusia di atas, dapat ditarik benang merah, bahwa menurut al-Qur’an manusia setidaknya memiliki 3 tujuan dalam hidupnya. Ketiga tujuan tersebut adalah; pertama, menyembah kepada Allah Swt. (beriman). Kedua, memakmurkan alam semesta untuk kemaslahatan (beramal) dan Ketiga, membentuk sejarah dan peradabannya yang bermartabat (berilmu). Dengan kata lain, menurut al-Qur’an, tugas atau tujuan pokok hidup manusia dimuka bumi ini sebenarnya sangatlah sederhana, yakni menjadi manusia yang “beriman”, “beramal” dan “berilmu”. Keterpaduan ketiga tujuan hidup manusia inilah yang menjadikan manusia memiliki eksistensi dan kedudukan yang berbeda dari makhluk Allah lainnya.

D. Pandangan Al-Qur’an Terhadap Manusia Sebagai Makhluk Ciptaan Tuhan Yang Paling Sempurna

1. QS. AT-Tiin ayat 4

Dalam ayat-ayat yang lalu, Allah menerangkan tentang manusia agung yaitu Nabi Muhammad saw dengan berbagai keistimewaannya, seperti keimanan yang kokoh, kesucian diri dari dosa-dosa, dan kemuliaan namanya. Dalam ayat-ayat berikut, Allah bersumpah untuk menegaskan bahwa manusia pun telah Allah ciptakan sebagai makhluk terbaik dan termulia. Oleh karena itu, jangan diubah menjadi rendah derajatnya dan hina.

ميوقت نسحا ىف نسانا نقلخ ددقل()نيانادلللاااذهو ()نينيسروطو ()نوتيزلاو نيتلاو()

Terjemah :

(1) Demi (buah)Tin dan (buah) Zaitun, (2) demi Gunung Sinai, (3) dan Demi neger (Mekkah) yang aman ini. (4) Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. ( Q.S at-Tiin : 1-4 )

Tafsir Ayat

(9)

dengan kondisi fisik dan psikis terbaik. Dari segi fisik, misalnya, hanya manusia yang berdiri tegak sehingga otaknya bebas berpikir, yang menghasilkan ilmu, dan tangannya juga bebas bergerak untuk merealisasikan ilmunya itu, sehingga melahirkan teknologi. Bentuk manusia adalah yang paling indah dari semua makhluk-Nya. Dari segi Psikis, hanya manusia yang memiliki pikiran dan perasaan yang sempurna. Dan lebih-lebih lagi, hanya manusia yang beragama. Banyak lagi keistimewaan manusia dari segi fisik dan psikis itu yang tidak mungkin diuraikan disini. Penegasan Allah bahwa Dia telah menciptakan manusia dengan kondisi fisik dan psikis terbaik itu mengandung arti bahwa fisik dan psikis manusia itu perlu dipelihara dan ditumbuh kembangkan. Fisik manusia dipelihara dan ditumbuh kembangkan dengan memberinya gizi yang cukup dan menjaga kesehatannya. Dan psikis manusia dipelihara dan ditumbuh kembangkan dengan memberinya agama dan pendidikan yang baik. Bila fisik dan psikis manusia dipelihara dan ditumbuh kembangkan, maka manusia akan dapat memberikan kemanfaatan yang besar kepada ala mini. Dengan demikianlah ia akan menjadi makhluk termulia.

Ayat inilah permulaan dari yang telah Allah muliakan terlebih dahulu dengan sumpah. Yaitu bahwasannya diantara makhluk Allah diatas permukaan bumi, manusialah yangb diciptakan oleh Allah dalam sebaik-baiknya bentuk. Bentuk lahir dan bentuk batin. Bentuk tubuh dan bentuk nyawa. Bentuk tubuhnya melebihi keindahan bentuk tubuh hewan lainnya. Tentang ukuran dirinya, tentang manis air mukanya, sehingga dinamai basyar, artinya wajah yang mengandung gembira, sangat berbeda dengan binatang yang lain. Dan manusia diberi pula akal, bukan semata-mata nafasnya yang turun naik. Maka dengan perseimbangan sebaik-baik tubuh dan pedoman pada akalnya itu dapatlah dia hidup di permukaan bumi ini menjadi pengatur,

2. QS. Al-Isra ayat 70

ىَلَع ْمُه َنْلّضَفَو ِت َلّيّطلا َنّا ْمُه َنْقَزَرَو ِرْحَلْلاَو ّرَلْلا يِف ْمُه َنْلَمَحَو َمَدآ ْىِنَب َنْاّرَك ْدَقَلَو

للْيِضْفَت َنْقَلَخ ْنّمّا ٍرْيِثَك

(10)

baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas banyak dari siapa yang telah Kami ciptakan, dengan kelebihan yang sempurna.”

Tafsir ayat

Dan sesungguhnya kami telah memuliakan anak cucu Adam dengan rupa yang indah, tinggi tubuh dan akal yang sedang, sehingga ia dapat mengetahui bermacam-macam keahlian dan mengenal bermacam-macam bahasa, bisa berpikir dengan baik tentang cara-cara mencari penghidupan dan mengeksploitasi apa yang ada di bumi, serta menundukkan apa saja yang ada di alam atas maupun bawah. Dan kami angkut mereka diatas binatang-binatang, kereta-kereta, pesawat-pesawat terbang, balon-balon dan bahtera-bahtera. Kami anugerahkan rezeki kepada mereka, berupa makanan nabati maupun hewani, dan kami lebihkan mereka atas sebagian besar makhluk-makhluk kami dengan kemenangan, kemuliaan dan kehormatan. Maka, wajiblah mereka untuk tidak menyekutukan sesuatu dengan Tuhan mereka, dan membuang jauh-jauh peribadatan kepada selain Allah yang mereka lakukan selama ini. Seperti, kepada patung-patung dan berhala-berhala.

(11)

bertanggung jawab. Kami lebihkan yang taat dari mereka atas malaikat karena ketaatan manusia melalui perjuangan melawan setan dan nafsu, sedang ketaatan malaikat tanpa tantangan. Demikian seterusnya dan masih banyak lainnya.

Kata ( َنْاّرَك )karramna terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf kaf, ra’, dan mim yang mengandung makna kemuliaan serta keistimewaan sesuai objeknya.

Terdapat perbedaan antara ( َنْلّضَف ) fadldlolna dan ( َنْاّرَك ) karramna. Yang pertama terambil dari kata ( لضف )fadl, yakni kelebihan, dan ini mengacu kepada “penambahan” dari apa yang sebelumnya telah di milliki secara sama oleh orang-orang lain. Rezeki, misalnya, di jamin dan di anugerahkan Allah kepada semua makhluk. Kelebihan rezeki kepada seseorang menjadikan ia memiliki rezeki Anugerah-Nya itu untuk semua manusia dan lahir bersama kelahirannya sebagai manusia, tanpa membedakan seseorang dengan yang lain. Inilah yang menjadikan Nabi Muhammad saw. Berdiri menghormati jenazah seorang yahudi, yang ketika sahabat-sahabat Rasul saw. menanyakan sikap beliau itu, Nabi saw. menjawab: “Bukankah yang mati itu juga manusia?”

Ayat di atas tidak menjelaskan bentuk kehormatan, kemuliaan, dan keistimewaan yang di anugerahkan Allah kepada anak cucu Adam as. Itu agaknya untuk mengisyaratkan bahwa kehormatan tersebut banyak dan ia tidak khusus untuk satu ras atau generasi tertentu, tidak juga berdasar agama atau keturunan, tetapi di anugerahkan untuk seluruh anak cucu Adam as. Sehingga di raih oleh orang per orang, pribadi demi pribadi. Apa yang penulis sebutkan di atas adalah sebagian dari kandungan penghormatan itu.

(12)

َنقَلَخ ْنّمِا ٍرددْيِثَك ىَلَع ْمُه َنْل ّددضَفَو ) ) wa fadldlalnaahum ‘ala katsirin mimman khalaqna; "dan Kami lebihkan mereka atas banyak makhluk dari siapa yang telah Kami ciptakan.

Pertama, penggalan ayat ini tidak menyatakan bahwa Allah swt. melebihkan manusia atas semua ciptaan atau kebanyakan ciptaan-Nya, tetapibanyak di antara ciptaan-Nya. Atas dasar itu, sungguh ayat ini tidak dapat di jadikan alasan untuk menyatakan bahwa manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia atau paling sempurna.Kedua, ayat di atas mengisyaratkan bahwa kelebihan itu di banding dengan makhluk ciptaan Allah dari siapa yang telah di ciptakan-Nya. Kata dari siapamerupakan terjemahan dari kata) ( ْنّمِاmimman yang terdiri dari kata ( ْنِا)min dan ( ْنَا ) man. Kata man biasa di gunakan untuk menunjuk makhluk berakal. Dari satu sisi, kita dapat berkata bahwa, jika Allah melebihkan manusia atas banyak makhluk berakal, tentu saja lebih-lebih lagi makhluk tidak berakal. Di tempat lain, al-Qur’an menegaskan bahwa alam raya dan seluruh isinya telah di tundukkan Allah untuk manusia (Q.S. al-Jatsiyah:[45]:13). Di sisi lain, kita juga dapat berkata bahwa paling tidak ada dua makhluk berakal yang di perkenalkan al-Qur’an, yaitu jin dan malaikat. Ini berarti manusia berpotensi untuk mempunyai kelebihan di banding dengan banyak-bukan semua-jin dan malaikat.

Yang penulis maksud dengan manusia tentu saja manusia-manusia yang taat karena manusia yang durhaka di nyatakan-Nya bahwa:

ّلَضَأ ْمُه ْلَب ِم َعْاَ ْل َك ّنِإ ْمُه ْنِإ

“Mereka tidak lain kecuali bagaikan binatang ternak, bahkan lebih buruk”

(Q.S. al-Furqan (25) : 44).

(13)
(14)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas, dalam pandangan Islam manusia dianggap Makhluk yang paling sempurna karena manusia memiliki kemampuan intelegesi dan daya nalar sehingga manusia mampu berifikir, berbuat, dan bertindak untuk membuat perubahan dengan maksud pengembangan sebagai manusia yang utuh. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan lainnya.Sesuai dengan sifatnya sebagai “Benda Ciptaan” / biasa disebut Makhluk, manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Dan sesungguhnya hanya Sang Penciptalah yang Maha Sempurna. Oleh karna itu hal yang perlu kita sadari sepenuhnya bukan supaya kita “rendah diri”, melainkan agar “tahu diri”. Bukannya menjadikan kita itu sombong dan egoistis.

B. Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah Dkk., 1986,Dasar-dasar Agama Islam, Jakarta.

Al-Maragi, Ahmad Mustafa, 1993, Tafsir Al-Maragi,Semarang : PT. Karya Toha Putra.

Syueb, Sudono,2011, Buku Pintar Agama Islam, Percetakan Bushido Indonesia : Delta Media.

Shihab, M. Quraish, 2002, Tafsir Al-Misbah, Jakarta : Lentara Hati.

Referensi

Dokumen terkait

Kompilasi Hukum Islam dalam pasal 171 huruf c, menyatakan ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan

1 2 3 4 CPU Upgrade Error Kemudahan Penggunan Monitor Error Kemudahan Penggunaan Keyboard Error Kemudahan Penggunaan Mouse Error Kemudahan Penggunaan

Perancangan dan pembuatan “Rancang Bangun Pintu Masuk Perpustakaan menggunakan Scanning Barcode” yang kami buat ini menggunakan basis mikrokontroler ATmega32,

Menerapkan pembiasaan salat pada siswa-siswi nya, dan orang tua siswa pun di tugas kan untuk membiasakan salat anak nya di rumah, ada pun yang mendorong saya

Di samping itu, dituntut kemampuan personal yaitu kemampuan aktualisasi diri, kemampuan teknis administratif dan kemampuan metodologis dalam mentransfer

Bab Keempat, berisi hasil dan pembahasan yang meliputi pengenalan Muhammad Iqbal dengan mendeskripsikan latar belakang kehidupan, karya- kary, metodologi, sumber, corak

Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan antara kelas dengan penerapan metode GI dan kelas dengan penerapan metode TGT terhadap hasil belajar

Representasi makna keadilan dari dialog di atas adalah sebagai berikut: terlihat pada percakapan di atas, terlihat nilai moral keadilan pada tokoh Pastor