• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Film Hotel Rwanda dalam Sudut Pa (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisa Film Hotel Rwanda dalam Sudut Pa (1)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Analisa Film Hotel Rwanda dalam Sudut Pandang Etnisitas 1. Sekilas Tentang Film Hotel Rwanda

Film Hotel Rwanda merupakan film garapan Sutradara Terry George yang dirilis pada tahun 2004. Film tersebut diangkat berdasarkan sebuah kisah nyata (based on the thrue story) yaitu sebuah peristiwa mengenai kejahatan Genosida yang terjadi di Rwanda pada tahun 1994. Film ini sendiri mengambil sebuah sudut pandang (angle) seorang petugas hotel, Paul Rusesabagina (diperankan oleh Don Cheadle). Diceritakan, Paul berusaha untuk menyelamatkan rekan-rekan sebangsanya dari Genosida Rwanda.

Dalam film tersebut, peristiwa Genosida terjadi lantaran adanya ketegangan antara suku Hutu dan Tutsi. Paul yang menjabat sebagai manajer dari Hotel Des Mille Collines, adalah seorang suku Hutu, sementara sang istri, Tatiana, adalah seorang suku Tutsi. Pernikahanny tersebut merupakan salah satu sumber perselisihannya dengan ekstremis suku Hutu, Georges Rutaganda, dimana ia merupakan pemasok barang langganan untuk hotel tempat Paul bekerja. Di samping itu, Georges juga seorang pemimpin local Interhamwe, sebuah milisi anti-Tutsi yang brutal.

Saat situasi politik kian memburuk, di mana orang-orang Tutsi satu persatu dibunuh dengan keji. Paul kemudian merayu pihak-pihak yang berpengaruh, menyuap mereka dengan uang, hal itu dilakukan demi keamanan keluarganya. Sampai pada akhirnya perang saudara meletus, kemudian datang ancaman dari angkatan darat Rwanda, Paul pun langsung melakukan sebuah negosiasi. Dan menjadikan hotel tempat ia bekerja sebagai tempat perlindungan bagi keluarganya.

Singkat cerita, dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh Paul dan bantuan dari pasukan keamanan PBB yang dipimpin oleh colonel Oliver, Paul berhasil menyelamatkan keluarganya dari peristiwa pembantaian Genosida di Rwanda. Dan mengungsikan seluruh keluarganya keluar dari wilayah kerusuhan di Rwanda.

2. Sejarah Konflik Antara Suku Tutsi dan Suku Hutu1

(2)

Secara Demografi, Rwanda terletak di Timur-tengah dari Afrika, bertetangga dengan Uganda, Burundi, Republik Congo dan Tanzania. Rwanda merupakan bekas jajahan dari Belgia. Pada masa penjajahan tersebut Belgia tersebut, awal mula perseteruan antara suku Tutsi dan Hutu. Di Rwanda sendiri terdapat beberapa Suku, yaitu Tutsi, Hutu, dan suku Twa yang dipercaya sebagai suku tertua yang mendiami Rwanda. Suku Hutu sebagai suku mayoritas, sedangkan suku Tutsi merupakan suku minoritas yang mendiami Rwanda.

Ketika Belgia menguasai Rwanda, mereka memberlakukan stratifikasi atau membeda-bedakan suku yang ada di Rwanda. Suku Tutsi yang minoritas diangkat sebagai suku yang superior dibandingkan suku Hutu dan Twa, dengan diberikan kewenangan untuk berkuasa dan memerintah. Alasan pemilihan suku Tutsi dikarenakan mereka terlihat lebih ‘eropa’ secara fisik.

Sampai pada akhirnya masa dekolonisasi, Belgia pun meninggalkan Rwanda. Akan tetapi, saat Belgian meniggalkan Rwanda, tampuk kekuasaan justru jatuh ke tangan suku Hutu. Pada 1961, terjadi Hutu revolution. Saat pemilu, pemerintahan di dominasi oleh Hutu, hingga akhirnya Hutu terus menguasai pemerintahan Rwanda.

Pada masa-masa dekolonisasi itulah, suku Tutsi terpinggirkan dari Rwanda, sampai mengungsi ke Negara-negara tetangga. Pada tahun 1990, suku Tutsi membentuk RPF (Rwanda Patriotic Front) yang dipimpin oleh Paul Kagame. Mereka adalah sebuah kelompok militer yang terlatih untuk merebut kekuasaan dari Hutu yang mendominasi Rwanda. Pada 1990 mereka berusaha menginvasi Rwanda dan meminta posisi dalam pemerintahan, namun ditolak. Pada 1993, Juvenal Habyarimana, Presiden Rwanda dari kalangan Hutu yang saat itu berkuasa ingin memberikan posisi bagi para Tutsi serta melakukan perjanjian perdamaian.

(3)

menolak kebijakan tersebut. Sampai pada tewasnya presiden, pada 6 April 1994, merupakan momentum bagi ekstremis Hutu menyerang para Tutsi dan Hutu moderat yang berlawanan dengan mereka. Jumlah korban diperkirakan sekitar 800.000 orang, dibunuh dengan brutal dengan golok atau alat-alat pertanian lain oleh para ekstremis Hutu.

3. Analisa Film Hotel Rwanda dalam Perspektif Etnisitas

Bila melihat runtutan kisah dalam film Hotel Rwanda, kemudian dikaitkan dengan perspektif etnisitas, maka menurut saya teori pilihan rasional cukup pas untuk menganalisa konflik etnis tersebut. Kenapa demikian? Pertama, konflik yang ada dalam film Hotel Rwanda merupakan konflik etnis antara suku Hutu dan Tutsi. Kedua, kursi pemerintahan merupakan salah satu sumberdaya yang saling diperebutkan oleh keduanya. Ketiga, dalam perspektif teori pilihan rasional, konflik etnik merupakan sesuatu yang rasional, artinya si actor melakukan hal tersebut berdasarkan pada perhitungan dan kepentingan bagi dirinya sendiri maupun kelompoknya.

Proses pengambilan keputusan adalah masalah kecil dalam analisis TPR. Individu membuat keputusan yang menyebabkan merekauntuk mencapai tujuan tertentu. TPR menyatakan bahwa dalam banyak kasus, individu akan berperilaku rasional sehingga memperoleh keuntungan maksimal. Analisis TPR mengklaim bahwa individu akan terlibat dalam aksi kolektif hanya ketika mereka memperkirakan bahwa dengan berbuat demikian mereka akan menerima manfaat. (Hechter, 1986: 271)

(4)

Dalam situasi ini, menurut Hechter kelompok etnis melakukan dua fungsi: mereka adalah sumber utama dari penghargaan serta hukumanpribadi, yang memotivasi pelaku untuk mengambil bagian dalam tidakan kolektif; dan karena perhitungan biaya – manfaat actor sangat tergantung pada estimasinya dari probabilitas keberhasilan dari tindakan kolektif tertentu, kelompok etnis memainkan peran penting dengan mengendalikan informasi sehingga membatasi ruang lingkup pilihan yang tersedia bagi actor.

Sosiolog pilihan rasional ingin meyakinkan kita bahwa orang-orang pada umumnya akan cenderung menggunakan keanggotaan etnis mereka untuk mencapai beberapa keuntungan individual. Perilaku kelompok etnis mereka dijelaskan dalam referensi untuk pilihan yang disengaja yang optimal pada situasi tertentu.Di balik kelompok etnis kita dapat menemukan tidak lebih dari orang-orang dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri, yang bergantung pada penanda etnis mereka untuk memaksimalkan keuntungan mereka.

Dalam film Hotel Rwanda, baik suku Hutu maupun suku Tutsi sama-sama memiliki sebuah kepentingan yang saling berbenturan satu sama lain, yaitu kursi pemerintahan. Kepentingan inilah yang menjadi dasar atau motivasi bagi anggota kelompok keduanya untuk melakukan tindakan yang berujung pada konflik etnis. Hal inilah yang kemudian menjadikan teori pilihan rasional cukup relevan dalam menganalisa konflik etnis yang digambarkan oleh film Hotel Rwanda.

Selain dari perspektif teori pilihan rasional, terdapat beberapa pendapat dari para ahli mengenai faktor yang dapat menyebabkan konflik. Menurut Donald L. Horowitz adalah: “Ethnic conflict is the result of an extraordinary presence of traditional antipathies so strong that they can survive even the powerful solvent of modernization”.( Horowitz, 1985)

(5)

a) Konflik dipicu karena hubungan yang tidak harmonis antara kelompok identitas seperti suku, agama, dan budaya tertentu dengan negara maupun dengan kelompok yang berbeda itu sendiri.

b) Konflik dikaitkan dengan kenyataan bahwa pemerintah telah gagal dalam memenuhi kebutuhan dasar kemanusiaan sehingga terjadi proses pemiskinan secara sistematis.

c) Karakter pemerintahan yang otoriter dan mengabaikan aspirasi akar rumput.

d) International linkages yaitu suatu sistem ketergantungan yang terjadi antara suatu negara dengan sistem ekonomi global, dimana pemerintah mengeluarkan kebijakan yang memihak kekuatan modal asing daripada kepada penduduk lokal.

Demikian paparan singkat mengenai analisa dari film Hotell Rwanda dalam perspektif etnisitas.

4. REFERENSI

Azar, Edward. 1990. The Management of Protracted Social Conflict: Theory and Cases. Aldershot: Dartmouth.

Horowitz, Donald L. 1985. Ethnic Groups in Conflict. Berkeley: University of California Press

Malesevic, Sinisa. 2006. Identity as Ideology : Understanding Ethnicity and Nationalism. Hampshire: PALGRACE MACMILLAN

Referensi

Dokumen terkait