• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh terapi musik islami untuk menurunkan kecenderungan burnout pada pekerja praktik dokter di Sobontoro - Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh terapi musik islami untuk menurunkan kecenderungan burnout pada pekerja praktik dokter di Sobontoro - Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Diskripsi Teori

1. Tinjauan Tentang Burnout

a. Pengertian burnout

Burnout adalah ekspresi dari situasi kehabisan energi, motivasi atau intensif. Yang menunjukkan perubahan sikap dan

perilaku seseorang dalam menanggapi tuntutan, serta frustasi

karena menganggap dirinya tidak dihargai dalam pekerjaanynya.

Awalnya seseorang mendeskrisikan fenomena ini ialah

Freudenberger, seoranng psikiater pada tahun 1974. Ia menolong

orang-orang yang diketahuinya mengalami fenomena burnout

timbul pada saat tubuh dan pikiran yang terus menerus tegang

untuk menanggapi tingkat konstan stres yang tinggi. Hal ini terkait

dengan situasi dimana seseorang merasa bingung antara pekerjaan

dan prioritas yang mereka inginkan, khawatir tentang keamanan

kerja dan ingin dihargai serta mengharapkan bayaran yang sesuai

dengan apa yang ia lakukan.1

Burnout diartikan sebagai sindrom psikologis yang terdiri atas tiga dimensi yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi,

maupun reduced personal accomplishment. Burnout merupakan sindrom kelelahan, baik secara fisik maupun mental yang termasuk

1

(2)

di dalamnya berkembang konsep diri yang negatif. Keadaan ini

membuat suasana di dalam pekerjaan menjadi dingin, tidak

menyenangkan, dedikasi dan komitmen menjadi kurang,

perfomansi, prestasi kerja menjadi tidak maksimal. Hal ini juga

membuat pekerja menjadi jaga jarak, tidak mau terlibat dengan

lingkungannya. Burnout juga dipengaruhi oleh ketidaksesuaian antara usaha dengan apa yang didapat dari pekerjaan.2

Burnout adalah sebuah metafora yang umum digunakan untuk menggambarkan keadaan kelelahan mental. Awalnya,

burnout dianggap terjadi secara eksklusif dalam memberikan pelayanan kepada manusia diantara mereka yang melakukan suatu

pekerjaan individu hal tersebut sering terjadi di kalangan orang

dewasa yang sudah bekerja, mereka memiliki tanggung jawab

terhadap pekerjaan mereka sehingga fisik dan mentalnya mudah

tertekan dan mengalami „kelelahan‟.3

Menurut Gold percaya bahwa burnout pada dasarnya disebabkan oleh ketidaksuaian antara yang dikerjakan dengan

imbalan yang diterima dari pekerjaan mereka. Pola perubahan yang

ditunjukkan ketika seseorang merasa kelelahan, seperti kehilangan

toleransi dan simpati untuk orang lain, cenderung menyalahkan

orang lain karena kesulitan mereka sendiri. Hal ini menyebabkan

rasa frustasi, dan monoton di tempat kerja. Ia juga berpendapat

2

Ibid, hal.14 3

(3)

bahwa burnout disebabkan oleh hilangnya komitmen dan tujuan moral dalam bekerja.

Menurut Azeem menunjukkan bahwa burnout terjadi ketika beban pekerjaan dan kontrol pribadi seseorang yang tidak

bersinergi, serta tidak adanya keadilan seperti porsi kerja yang

berlebih atau tingkat kesulitan pekerjaan yang diberikan, rincian

dari masyarakat yang bekerja atau nilai-nilai saling bertentangan

ditempat kerja.4

Sementara itu Menurut Schultz dan Schlutz burnout adalah hasil dari psikologis dan fisik yang memiliki stress tinggi di tempat

kerja. Ini biasanya terjadi diantara karyawan yang tidak mampu

mengatasi tekanan pekerjaan yang luas yang menuntut energi,

waktu, sumber daya, dan diantaranya karyawan yang

membutuhkan untuk berurusan dengan orang-orang. Para peneliti

telah menemukan bahwa burnout membawa dampak yang sangat besar untuk organisasi dan individu, yaitu mengakibatkan sikap

dan perilaku karyawan yang tidak diinginkan, seperti keterlibatan

kerja rendah, kinerja tugas berkurang, dan meningkatnya

pergantian karyawan. Pada karyawan yang mengalami burnouti

menjadi kurang energik dan kurang tertarik dalam pekerjaan

mereka. Mereka akan mengalami kelelahan secara emosional,

apatis, depresi, mudah tersinggung, dan bosan. Karyawan

4

(4)

cenderung untuk menemukan kesalahan pada segala aspek

lingkungan kerja mereka, termasuk rekan kerja, dan bereaksi

negatif terhadap usulan orang lain.5

Burnout merupakan kondisi emosional seseorang merasa jenuh dan lelah secara mental ataupun fisik sebagai tuntutan

pekerjaan yang meningkat. Timbulnya kelelahan ini karena mereka

bekerja keras, merasa bersalah, merasa tidak berdaya, merasa tidak

ada harapan, merasa terjebak, merasa kesedihan yang mendalam

dan secara terus menerus membentuk lingkaran dan menghasilkan

perasaan lelah serta tidak nyaman yang pada dilirannya

meningkatkan rasa kesal, dan lingkaran terus berlanjut sehingga

menimbulkan kelelahan fisik, mental dan emosional.6

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa burnout

merupakan gejala psikologis sebagai tanggapan terhadap stress

kerja yang berkepanjangan akibat adanya tuntutan emosional

dalam melakukan tugas dan pekerjaan dengan sindrom kelelahan

emosi, kelelahan fisik, kelelahan mental.

b. Dimensi Burnout

Berikut akan dijelaskan dengan terperinci ketiga dimensi burnout

tersebut :7

5

Ibid, hal 16-17 6

Andie Kamarus Zaman, Hubungan antara Burnouat dengan kualitas Pelayanan Perawat Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten Tangerang, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015),Hal.20-21

7

(5)

1) Kelelahan emosional (Emotional Exhaustion)

Kelalahan emosional, mengacu pada perasaan secara

emosional yang terlalu berat dan kehabisan sumber daya emosi

seseorang. Sumber utama dari kelelahan ini beban kerja dan

konflik pribadi ditempat kerja. Orang-orang yang merasa

kehilangan energi ini akan merasa kesulitan dalam menghadapi

hari lain atau kesulitan berhadapan dengan orang lain.

Komponen emotional exhaustion ini merupakan dimensi dasar dari burnout.

2) Depersonalisasi (Depersonalization)

Mengacu pada sikap negatif, kasar, menjaga jarak dengan

penerima layanan, menjauhnya seseorang dari lingkungan

sosial, dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan serta

orang-orang disekitarnya, kehilangan idealism. Perilaku

tersebut adalah upaya untuk melindungi diri dari tuntutan

emosional yang berlebihan.

3) Reduced Personal Accomplishment

Hal ini mengacu pada penilaian yang rendah terhadap

kompetensi diri dan pencapaian keberhasilan diri dalam

pekerjaan, ditandai dengan menurunnya self-efficacy yang telah dikaitkan dengan depresi dan ketidakmampuan untuk

(6)

dukungan sosial dan kesempatan untuk berkembang secara

profesional. Pada dimensi ini, akan muncul perasaan tidak

mampu membantu klien, sehingga menyebabkan rasa putus asa

pada diri sendiri yang mengakibatkan kegagalan dalam

pekerjaan.

c. Faktor-faktor penyebab Burnout

Timbulnya burnout disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya yaitu :8

1) Karakteristik Individu

Sumber dari dalam individu merupakan salah satu penyebab

timbulnya burnout. Sumber tersebut dapat digolongkan atas dua faktor yaitu :

a) Faktor Demografi, mengacu pada perbedaan jenis

kelamin antara wanita dan pria. Pria rentan terhadap

stres dan burnout jika dibandingkan dengan wanita. b) Faktor Perfeksionis, yaitu individu yang selalu berusaha

melakukan pekerjaan sampai sangat sempurna sehingga

akan sangat mudah merasakan frustasi bila kebutuhan

untuk tampil sempurna tidak tercapai.

2) Lingkungan Kerja

Masalah beban kerja yang berlebih adalah salah satu faktor

dari pekerjaan yang berdampak pada timbulnya burnout. Beban

8

(7)

kerja yang berlebihan bisa meliputi jam kerja, jumlah individu

yang harus dilayani (jumlah antrian yang padat misalnya),

tanggung jawab yang harus dipikul, pekerjaan yang rutin dan

yang bukan rutin, dan pekerjaan administrasi lainnya yang

melampaui kapasitas dan kemampuan individu. Di samping itu,

beban kerja yang berlebihan dapat mencangkup segi kuantitatif

yang berupa jumlah pekerjaan dan kualitatif yaitu tingkat

kesulitan pekerjaan tersebut yang harus ditangani. Beban kerja

yang berlebihan menyebabkan pemberi pelayanan merasakan

adanya ketegangan emosional saat melayani klien sehingga

dapat mengarahkan perilaku pemberi pelayanan untuk menarik

diri secara psikologis dan menghindari diri untuk terlibat

dengan klien.

Dukungan sosial turut berpotensi dalam menyebabkan

burnout. Sisi positif yang dapat diambil bila memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerja yaitu mereka

merupakan sumber emosional bagi individu saat mengalami

masalah dengan klien. Individu yang memiliki persepsi adanya

dukungan sosial akan merasa nyaman, diperhatikan dihargai

atau tterbantu oleh orang lain. Sisi negatif dari rekan kerja yang

(8)

antar mereka diwarnai dengan konflik, saling tidak percaya,

dan saling bermusuhan.

Ketidakpekaan pemimpin perusahaan, kurangnya apresiasi

masyarakat dengan pekerjaan mereka (penghargaan), kritik

masyarakat, pindah kerja yang tidak dikehendaki, jumlah

pelayanan yang banyak, kertas kerja yang berlebihan,

bangunan fisik yang tidak menarik dan tidak nyaman, kotor dan

berantakan, hilangnya otonomi, dan gaji tidak memadai

merupakan beberapa faktor lingkungan sosial yang turut

berperan menimbulkan burnout.

3) Keterlibatan emosional dengan penerimaan pelayanan atau

klien.

Bekerja melayani orang lain membutuhkan banyak energi

karena harus bersikap sabarb dan memahami orang lain dalam

keadaan krisis, frustasi, ketakutan dan kesakitan. Pemberi dan

penerima layanan turut membentuk dan mengarahkan

terjadinya hubungan yang mengakibatkan emosional karena

keterlibatan antar mereka dapat memberikan penguatan positif

atau kepuasan bagi kedua belah pihak atau sebaliknya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan

(9)

meliputi demografi dan perfeksionis, lingkungan pekerjaan,

keterlibatan emosional dengan penerimaan pelayan atau pelanggan.

d. Proses Terjadinya Burnout

Secara sederhana proses terjadinya burnout diawali tahap stress yaitu adanya ketidakseimbangan antara resurce dan demand

(sumber daya dan tuntutan) diikuti tahap strain yaitu respon emosi yang singkat dan segera terhadap ketidakseimbangan tersebut

berupa perasaan cemas, tegang atau lelah. Tahap berikutnya terjadi

perubahan sikap dan tingkah laku, sinis, acuh tak acuh,

menganggap orang lain sebagai benda dan lain sebagainya.9

Secara bertahap Farber dalam jurnal pendidikan menyatakan terjadinya burnout antara lain :10

1) Tahap antusias dan berdedikasi.

Individu mengawali pekerjaannya dengan semangat tinggi,

memiliki harapan yang tinggi dan harapan yang kurang

realistis.

2) Tahap frustasi dan marah.

Pada tahap ini individu mulai merasa frustasi, sering marah

tanpa alasan yang jelas dalam mengahadapi pekerjaan atau

dalam menghadapi stress.

3) Tahap keseimbangan.

9

Andie Kamarus Zaman, Hubungan antara Burnouat dengan kualitas Pelayanan Perawat Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten Tangerang, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta , 2015),hal.23

10

(10)

Individu harus merasa adanya ketidakseimbangan antara

sumber daya (tenaga dan harapan) dengan tuntutan (dari

organisasi dan dirinya sendiri)

4) Tahap penarikan diri.

Individu mulai menarik diri dan suka sulit untuk bekerja sama

dengan rekan-rekannya.

5) Tahap sensitivitas.

Individu mulai sensitif, mudah tersinggung, peka terhadap

gelaja-gejala fisik (sakit kepala, tekanan darah naik), perubahan

pola pikir, sering menyalahkan orang lain, berfikir negatif

terhadap diri sendiri dan pekerjaannya, perubahan emosional

(putus asa, terperangkap, tidak berdaya).

6) Kehilangan energi.

Individu menjadi apatis, menghindar berbagai tantangan, acuh

tak acuh terhadap pekerjaan.11

Dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya burnout diawali dengan ketidakseimbangan antara sumber daya dari karyawan

berupa tenaga, pemikiran ide-ide. Harapan dan seluruh kapasitas

yang dimiliki karyawan dengan tuntutan atasan, perusahaan

maupun diri sendiri. Ketidakseimbangan itu menimbulkan

perasaan kecewa, terperangkap dan sebagainya. Proses selanjutnya

11

(11)

terjadi perubahan tingkah laku sinis, tanggung jawab dan moral

yang rendah dan perilaku negatif lainnya.

e. Dampak Burnout Pada Pekerja

Adapun dampak dari burnout menurut Leiter dan Maslach adalah :12

1) Burnout is Lost Energy

Pekerja yang mengalami burnout akan mersa stress,

overwhelmed, dan exhausted. Pekerja juga akan sulit tidur, menjaga jarak dengan lingkungan. Hal ini akan mempengaruhi

kinerja perfoma dari pekerja. Produktivitas dalam bekerja juga

semakin menurun

2) Burnout is Lost Enthusiasm

Keinginan dalam bekerja semakin menurun, semua hal yang

berhubungan dengan pekerjaan menjadi tidak menyenangkan.

Kretifitas, ketertarikan terhadap pekerjaan semakin berkurang

sehingga hasil yang diberikan akan sangat minim.

3) Burnout is Lost Confidence

Tanpa adanya energi dan keterlibatan aktif pada pekerjaan akan

membuat pekerja tidak maksimal dalam bekerja. Pekerja

semakin tidak efektif dalam bekerja yang semakin lama

membuat pekerja itu sendiri merasa ragu dengan

12

(12)

kamampuannya. Hal ini akan memberikan dampak bagi

pekerjaan itu sendiri.

f. Perbedaan Burnout dengan Stress

Pengertian stress berbeda dengan burnout. Burnout adalah jenis depresi dalam pekerjaan dan disebabkan oleh perasaann

ketidakberdayaan, hal itu tidak disebabkan oleh stress meskipun

orang yang mengalami burnout juga merasakan stress. Burnout

merupakan bagian dari masalah motivasi. Seseorang yang

mengalami burnout akan kehilangan motivasi, putus asa, depresi. Lain halnya dengan stress, seseorang dengan stress tingkat tinggi

cenderung bertindak emosional secara berlebihan.13 Perbedaan stress dan burnout yaitu :14

Table 2.1

Perbedaan Antara Stress dengan Burnout

D

Ensan Arta Rusmaya Sari, Hubungan Antara Persepsi Kondisi Lingkungan Kerja dan Persepsi Beban Kerja dengan Burnout,( Surabaya : UIN Sunan Ampel Surabya, 2014),Hal.26

14

Ibid, hal 26

Stress Burnout

a. Emosi sangat berlebihan. b. Menghasilkan kondisi yang

mendesak dan tindakan yang berlebihan.

c. Kehilangan energi.

d. Menyebabkan gangguan

kecemasan,.

e. Kerusakan utama pada fisik.

a. Emosi tumpul. b. Menghasilkan

ketidakberdayaan dan

keputusasaan.

c. Kehilangan motivasi, cita-cita, dan harapan.

d. Mengarah pada paranoid, sikap acuh tak acuh dan depresi

(13)

Keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi burnout

berbeda dengan stress, pekerja yang mengalami burnout akan cenderung diam dan terlihat tanpa daya, hal ini terjadi karena

hilangnya motivasi dan semangat yang berakibat pada

ketidakberdayaan. Pada kondisi stress, pekerja cenderung menjadi

aktif dan agresif secara emosional. Penderita burnout maupun stress sama-sama mengalami masalah terutama dalam pekerjaan,

namun respinnya berbeda. Stress yang berkepanjangan dapat

berpotensi menjadi burnout, sedangkan kondisi burnout yang dialami ileh pekerja belum tentu disebabkan oleh stress. 15

2. Tinjauan Tentang Terapi Musik Islami

a. Pengertian Terapi Musik Islami

Secara teoritis terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu

“terapi” dan “musik”. Kata “terapi” berkaitan dengan serangkaian

upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong orang. Kata

“musik” atau terapi musik digunakan untuk menjelaskan media

yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi.

Menurut Association for Profesional Music Therapist in Great Britain, terapi musik adalah bentuk rawatan dengan hubungan timbal balik antara pasien dengan terapis yang

memungkinkan terjadinya perubahan dalam kondisi pasien selama

15

(14)

terapi berlangsung. Terapi musik juga akan mendukung proses

kreatif menuju keutuhan dalam fisik, emosional, mental, dan

spiritual seperti kemandirian, kebebasan untuk berubah,

kemampuan untuk berdaptasi, keseimbangan dan integrasi.16

Musik adalah suatu komponen yang dinamis yang bisa

mempengaruhi baik psikologis maupun fisiologis bagi

pendengarnya. Musik adalah paduan rangsang suara yang

membentuk getaran yang dapat memberikan rangsang pada

pengindraan, organ tubuh dan juga emosi. Ini berarti, individu yang

mendengarkan musik akan memberi respon, baik secara fisik

maupun psikis, yang akan menggugah sistem tubuh. Musik

memiliki tiga komponen penting yaitu beat, ritme, dan harmoni.

Beat atau ketukan mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa,

sedangkan harmoni mempengaruhi roh.17

Terapi musik adalah suatu terapi kesehatan menggunakan

musik dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan atau

memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi

individu dari berbagai kalangan usia. Penggunaan bunyi dan musik

dalam memunculkan hubungan antara individu dan terapis untuk

16

Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi (Jakarta : PT Bumi Aksara : 2012), hal 203-204

17

(15)

mendukung dan menguatkan secara fisik, mental, sosial, dan

emosi.18

Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang

menggunakan musik dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan

atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi

individu dari berbagai kalangan usia.19

Terapi musik adalah materi yang mampu mempengaruhi

kondisi seseorang baik fisik maupun mental. Musik memberikan

rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi otak seperti fungsi ingatan,

belajar, mendengar, berbicara, serta analisi intelek dan fungsi

kesadaran.20

Disini penggunaan jenis musik yang digunakan sebagai

terapi, yaitu musik Islami atau musik rohani yang dapat membuat

klien “berpijak ke tanah” dan membimbing ke arah perasaan damai

yang mendalam serta kesadaran rohani.

Semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan sebagai

terapi, seperti lagu-lagu relaksasi, lagu popular, maupun lagu atau

musik klasik. Akan tetapi, yang paling dianjurkan adalah musik

atau lagu dengan tempo sekitar 60 ketukan per menit yang bersifat

18

Ibid ,Hal.24 19

M. Nawir, dkk, Musik Sebagai Media Dakwah Dalam Pemberdayaan Siswa Tuna Grahita Nipotowe Palu,(Palu : Institut Agama Islam Negri Palu : 2016),Hal.221

20

(16)

rileks. Tidak terkecuali dengan jenis musik yang bernuansa Islami,

religi atau rohani. 21

Dalam dunia Islam, musik telah digunakan oleh para filsuf

muslim terdahulu sebagai sebuah terapi kesehatan. Berdasarkan

berbagai literature, tokoh-tokoh seperti Al-Kindi dan Al-Farabi

merupakan ilmuwan muslim yang mengembangkan musik sebagai

terapi. Pada abad ke-9, Al-Kindi sudah mencoba menerapkan

pengobatan dengan musik kepada seorang anak yang lumpuh total.

Selanjutnya, pemanfaatan musik sebagai terapi berkembang pesat

di era kejayaan Turki Utsmani. Pengembangan terapi musik ini

terus berlanjut hingga menyebar ke seluruh dunia, termasuk

Indonesia.22

Hal ini membuktikan bahwa musik-musik yang bernuansa

Islami, religi ataupun musik rohani juga bisa digunakan untuk

terapi musik. Musik rohani dan suci, dapat membuat kita “berpijak

ke tanah” dan membimbing ke arah perasaan damai yang

mendalam serta kesadaran rohani. Musik tersebut dapat sangat

bermanfaat untuk membantu kita mengatasi dan melepaskan rasa

sakit.

Selain alunan musiknya yang lebih bernuansa Islami,

tentunya terapi musik Islami yang menggunakan media musik

21

Riziem Aizid, Sehat Dan Cerdas Dengan Terapi Musik, (Yogyakarta : Laksana, 2011), hal.103

22

(17)

religi perlu diperhatikan syairnya yaitu menggunakan syair yang

membuat klien merasa nyaman dan tidak menghukum. Karena

syair yang tidak sesuai, akan membuat tujuan terapi tidak berhasil.

Selain itu, terapi musik Islami dilengkapi juga dengan bimbingan

Islami yang dilakukan oleh terapis agar klien lebih meningkat sisi

kereligiusannya. 23

b. Perkembangan Terapi Musik Islami

Musik memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan

manusia, hal ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan

karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks,

berstuktur, dan universal. Hal ini dibuktikan dengan beberapa

pandangana para filsuf muslim terdahulu, musik dijadikan sebagai

terapi kesehatan. Terapi musik sangat mudah diterima oleh organ

pendengaran kita dan kemudian melalui syaraf pendengaran

disalurkan kebagian otak yang memproses emosi.24

Dalam dakwah ada proses bimbingan konseling adalah

proses pemberian bantuan secara terarah, kontinu dan sistematis

kepada setiap individu.25 Dengan cara memberikan masukan, saran, pencerahn dan motivasi agar dia mampu mengembangkan

23

Ayad Wahyu Utomo dan Agus Santoso, Studi Pengembangan Terapi Musik Islami Sebagai Relaksasi Untuk Lansia, (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), hal. 64.

24

M. Nawir, dkk, Musik Sebagai Media Dakwah Dalam Pemberdayaan Siswa Tuna Grahita Nipotowe Palu,(Palu : Institut Agama Islam Negri Palu : 2016),Hal.242

25

(18)

fitrah agamanya dan mampu meningkatkan nilai-nilai yang

terkandung dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadist.

Tokoh spiritual Islam masa lalu menggunakan musik untuk

memunculkan keseimbangan dalam hidup setelah aktifitas

keseharian mereka. Bagi para sufi kesenian ini adalah kesenian

paling suci, dengan bantuan musik mereka bermeditasi, dengan

memainkan musik tertentu yang memberikan efek tertentu bagi

perkembangan individu. Penyair besar dari Persia yang bernama

Jalal ad-Din Rumi, biasa menggunakan musik untuk meditasinya.

Dengan bantuan musik dia menenangkan diri dan mengendalikan

aktifitas tubuh dan pikiran.

Berdasarkan beberapa literatur tokoh-tokoh seperti

Al-Kindi dan Al-Farabi merupakan ilmuwan muslim yang

megembangkan musik sebagai alat terapi. Pada abad ke 9,

Al-Kindi sudah mencoba menerapkan pengobatan dengan musik

kepada seorang anak yang lumpuh total.

Selanjutnya, pemanfaatan musik sebagai terapi berkembang

pesat diera kejayaan Turki Usmani pegembangan terapi musik ini

terus berlanjut hingga menyebar keseluruh dunia, termaksuk

Indonesia. Saat ini musik dikalangan masyrakat dinikmati dengan

bentuk yang berbeda sesuai dengan kondisi hati yang tenang.

(19)

diklasifikasikan menjadi 3 bentuk, yaitu : Penikmat musik,

Pencinta musik, Pekerja musik atau seniman musik.26

c. Jenis-Jenis Musik Untuk Terapi

Ada beberapa jenis musik yang dijadikan sebagai

pendekatan terapi :27

1) Musik Klasik

Musik klasik ialah perpaduan instrumen yang

menggunakan violin, biola, pianao dan celo sebagai alat

musiknya. Ciri utama dari musik klasik adalah memiliki

sedikit iringan vokal atau bahkan terkadang tidak memiliki

iringan vokal pada musiknya. Kemudian ciri berikutnya

diiringi dengan menggunakan orkestra.

2) Musik Alam

Musik alam adalah jenis musik yang bersifat

alamiya, karena jenis musik ini dihasilkan dari suara alam

sekitar. Dengan kata lain musik alam adalah musik yang

berasal dari lingkungan, salah satu contoh musik yang

dapat dijadikan terapi adalah suara ombak.

3) Musik Tradisional

Musik tradisional adalah musik yang berasal dari

berbagai daerah. Cri khas dari jenis musik ini terletak pada

suara yang dihasilkan pada setiap alat musiknya. Musik ini

26

M. Nawir, dkk, Musik Sebagai Media Dakwah Dalam Pemberdayaan Siswa Tuna Grahita Nipotowe Palu,(Palu : Institut Agama Islam Negri Palu : 2016),Hal.242

27

(20)

dapat mempengaruhi pisikologi sesorang ketika

mendengarkan suara yang dihasilkan contonya dengan alat

musik kakula, lalove, dan gimba dapat merubah suasaana

diri seseorang.

4) Musik Islami

Musik islami adalah musik yang bernuansa

rohaniya, sehingga bagi siapa saja yang mendengarkan

jenis musik ini akan tersentuh hatinya. Musik ini bisa

mempengaruhi jiwa seseorang sehingga akan

mengambarkan tentang kehidupan. Jenis musik ini

menggunakan instrumen renungan dan lagu.

Terapi musik islami ditandai dengan penggunaan jenis

musik yang digunakan sebagai terapi, yaitu musik Islam atau

musik rohani yang dapat membuat klien “berpijak ke tanah”

dengan membimbing kearah perasaan damai yang mendalam serta

kesadaran rohani.28 Dengan menggunakan terapi musik ini kita

akan merasahkan sensasi yang sangat baik bagi kesehatan dalam

berfikir dan dalam melakukan kegiatan kita sehari-harinya.

Selain dari itu semua jenis musik sebenarnya dapat

digunakan sebagai terapi, seperti lagu-lagu relaksi, lagu populer

maupun lagu atau musik klasik. Akan tetapi yang paling dianjurkan

28

(21)

adalh musik atau lagu dengan tempo sekitar 60 ketukan per menit

yang bersifat rileks.29 Tidak terkecuali dengan jenis musik yang

bernuansa Islami, religi atau rohani. Dengan demikian telah

tergambarkan secara sederhana yaitu bentuk dan jenis musik yang

digunakan sebagai pendekatan terapi bimbingan konseling Islam.

Hal ini membuktikan bahwa sejak dari dulu musik tida sekedar

hiburan saja, melainkan dapat digunakan sebagai alat terapi bagi

manusia, sebagai obat penenang, dan sebagi alat prufikasi

penyucian jiwa.

Menurut Fedrasi dalam Djohan;

“Terapi Musik Dunia (WMFT) terapi musik adalah penggunaan

musik dan/atau elemen musik (suara, irama, melodi, dan harmoni)

oleh seorang terapis musik yang telah memenuhi kualifikasi,

terhadap klien dan sekelompok dalam proses membangun

komunikasi, untuk membangun relasi interpersonal, belajar,

meningkatkan mobilitas, mengunkapkan ekspresi, menata diri atau

untuk mencapai berbagai tujuan terapi lain”.30

d. Manfaat Terapi Musik

Ada beberapa manfaat dari terapi musik sebagai berikut :31

29

Rizem Azid, Sehat Dan Cerdas Dengan Terapi Musik, (Yogyakarta : Laksana, 2011), hal.103

30

M. Nawir, dkk, Musik Sebagai Media Dakwah Dalam Pemberdayaan Siswa Tuna Grahita Nipotowe Palu,(Palu : Institut Agama Islam Negri Palu : 2016),Hal.246

31

(22)

1) Relaksasi Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran

Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan

terapi musik adalah perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga

dan fresh. Terapi musik memberikan kesempatan bagi

tubuh untuk mengalami relaksasi (istirahat) yang sempurna.

Dan seluruh sel dalam tubuh mengalami re-produksi,

penyembuhan alami berlangsung, produksi hormon tubuh

diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran.

Sehingga semua beban pikiran yang kita rasakan akan

berkurang.

2) Meningkatkan Kecerdasan

Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan

intelegensi seorang yang disebut Efek Mozart. Hal ini telah

diteliti oleh Frances Rausher dkk, daru Universitas

California. Penelitian yang lain juga membuktikan bahwa

masa dalam kandungan bayi adalah waktu yang paling tepat

untuk menstimulasi otak anak yang ingin cerdas. Hal ini

karena otak anak dalam keadaan pembentukan, sehingga

akan baik apabila mendapatkan rangsangan yang positif.

Ketika seorang ibu yang hamil sering mendengarkan terapi

musik, janin yang ada di dalam kandungannya ikut

mendengarkan. Dan otak janinpun akan terstimulasi untuk

(23)

3) Meningkatkan Motivasi

Motivasi adalah hal yang bisa dilahirkan dengan

perasaan dan mood tertentu. Motifasi yang ada dalam diri

seseorang akan muncul ketika ada semangat yang di

bangun dalam diri. Dan begitupun sebaliknya jika motivasi

terbelenggu maka semangatpun akan luntur, lemas, dan tak

ada tenaga untuk beraktifitas. Dari beberapa pengamatan,

ternyata ada jenis musik tertentu yang bisa membangkitkan

motivasi, semangat dan level seseorang salah satunya jenis

musik Rock.32

4) Pengembangan Diri

Ternyata musik juga bisa mempengaruhi

pengembangan diri seseorang. Musik yang didengarkan

oleh seseorang juga bisa menentukan kualitas pribadi

seseorang. Hasil penelitian menunjukkan orang yang

memiliki masalah perasaan, biasanya cenderung

mendengarkan musik yang sesuai dengan perasaannya.

Misalnya orang yang sedang putus cinta cenderung

mendengarkan musik atau lagu tentang putus cinta atau

sakit hati. Dan dari hasil pengamatan masalahnya semakin

parah. Dengan demikian setiap orang memiliki kepribadian

32

(24)

yang diinginkan dengan cara mendengarkan musik dengan

tepat dan sesuai.

5) Meningkatkan Daya Ingat

Terapi musik juga bisa meningkatkan daya ingat

dan mencegah kepikunan. Hal tersebut bisa terjadi karena

bagian otak yang memproses musik berdampingan dengan

memori otak kita. Sehingga ketika seseorang melatih otak

dengan terapi musik, maka secara otomatis memori otak

manusia akan terlatih dan daya ingat akan bertambah. Atas

dasar inilah banyak orang yang menggunakan terapi musik

di sekolah-sekolah modern di Amerika dan Eropa dengan

tujuan mereka meningkatkan daya ingat dan prestasi

akademik siswa. Selain itu dipusat rehabilitasi, terapi musik

banyak digunakan untuk menangani masalah kepikunan

dan kehilangingatan.33 6) Kesehatan Jiwa

Musik membuat rasa tenang, sebagai pendidikan

moral, mengendalikan emosi, sebagai pengembangan

spiritual, menyembuhkan gangguan psikologis,

pernyataannya tentu saja berdasarkan pengalamannya

dalam menggunakan musik sebagai terapi. Dan saat ini di

zaman modern terapi musik banyak digunakan oleh

33

(25)

psikolog maupun psikiater untuk mengatasi berbagai

macam gangguan kejiwaan, gangguan mental dan

gangguan psikologi.34 7) Mengurangi Rasa Sakit

Musik bekerja pada sistem syaraf otonom yaitu

bagian sistem syaraf yang bertanggung jawab mengontrol

tekanan darah, denyut jantung dan fungsi otak, serta

mengontrol perasaan dan emosi. Dan kedua sistem tersebut

bereaksi sensitif kepada musik. Ketika kita merasa sakit,

kita menjadi takut, frustasi dan marah sehingga kita

menegangkan otot tubuh, dan hasilnya rasa sakit semakin

parah. Mendengarkan musik secara teratur membuat tubuh

rileks secara fisik dan mental. Sehingga membantu

menyembuhkan dan membuat fresh kembali otak kita

dalam berfikir. Dalam proses persalinan, terapi musik

berfungsi mengatasi rasa cemas dan mengurangi rasa sakit.

e. Penerapan Terapi Musik Islami

Untuk mengatasi perasaan cemas, tegang, dan marah dapat

dilakukan melalui terapi musik yang anda lakukan sendiri. Di

bawah ini akan dijelaskan beberapa langkah sederhana untuk

mengelola emosi malalui mendengarkan musik.

34

(26)

Tahap pertama : persiapan

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan pada tahap

persiapan ini, yaitu sebagai berikut :35

a) Pilihlah jenis musik yang kita gunakan untuk terapi, disini

kita menggunakan musik islami klasik.

b) Siapkan ruangan untuk bersantai selama mendengarkan

musik. Buat senyaman mungkin. Anda bisa mendengarkan

sambil berbaring atau duduk di kursi yang empuk.

c) Pilih saat yang tepat, yakni suasana yang sepi dan tidak

banyak gangguan ataupun suara ribut.

Tahap kedua : pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini terapis mulai untuk klien.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a) Nyalakan musik dengan volume yang sedang, tidak terlalu

keras dan tidak terlalu pelan.

b) Ketika musik sudah mulai mengalun, ambil posisi

senyaman mungkin, bisa sambil berbaring ataupun duduk.

c) Tarik napas panjang 3x, tahan 5 detik lalu hembuskan

perlahan-lahan, sambil tetap mendengarkan alunan

musiknya. Hingga napas mulai santai dan tenang.

d) Sambil mendengarkan alunan musik, visualisasikan

seolah-olah diri anda berada di sebuah tempat yang nyaman seperti

35

(27)

di taman bunga, di daerah pegunungan yang sejuk, atau di

tepi sungai yang tenang. Buat diri anda memasuki alam

visualisasi yang menenangkan tersebut.36

3. Pengaruh Terapi Musik Islami untuk Menurunkan

Kecenderungan Burnout Pada Pekerja di Praktik Dokter

Terapi musik islami, mempunyai kemungkinan dapat

menurunkan kejenuhan dalam bekerja. Hal itu disebabkan karena

musik dapat menimbulkan efek relaksasi. Efek relaksasi yang

dimaksudkan itu dapat menimbulkan perasaan tenang apabila fikiran

tenang maka bisa melakukan hal-hal dengan mudah dan lebih

semangat.

Pekerja di praktik dokter banyak sekali pasien yang ditangani

setiap harinya, biasanya pasien kecantikan melakukan

treatment-treatmen khusus jadi satu orang pasien bisa menghabiskan lebih dari

satu jam. Dalam sehari pekerja bisa menangani 4-7 pasien di praktik

dokter. Maka pekerja menjadi stress dan tertekan oleh pekerjaannya.

Untuk menanggapi fenomena tersebut maka banyak sebenarnya

stategi coping yang dilakukuan untuk mengurangi atau menurunkan tingkat kejenuhan (burnout) pada pekerja Praktik Dokter. Salah satu

36

(28)

cara adalah melalui media musik sebagai model untuk menurunkan

tingkat kejenuhan (burnout) kerja. 37

Musik adalah karya seni bunyi berbentuk lagu atau komposisi

musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui

unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur

lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Disamping sebagai hiburan

musik diyakini dapat membantu menurunkan tingkat stress, gelisah,

peningkatan kecerdasan manusia, mencegah kehilangan daya ingat,

dan meningkatkan motivasi seseorang. Salah satu alasan musik adalah

musik islami. Terapi musik Islami diyakini dapat menurunkan burnout

dan menjadikan spiritualitas seseorang menjadi lebih tinggi sehingga

dapat tenang jiwanya, menerima kenyataan.

Dari uraian diatas, diharapkan adanya intervensi terapi musik

yang akan berpengaruh terhadap penurunan tingkat kejenuhan

(burnout) pekerja praktik dokter, sehingga tidak berdampak negatif dan mampu bekerja tanpa tekanan.

B. Penelitian Terdahulu

Sejauh sepengetahuan penulis belum ditemukan penelitian yang

mengangkat tema dan objek kajian yang sama dengan penelitian ini.

Adapun beberapa penelitian sejenis yang penulis temukan dalam literatur

adalah sebagai berikut :

37Ibid

(29)

1. Skripsi Nova Apriyana yang berjudul “Pengaruh Musik Terhadap Produktivitas Perusahaan Furniture (Study kasus : UD. Wanamulya, Desa Dagen, Karanganyar)” mahasiswa jurusan teknik industri

fakultas teknik Universitas sebelas maret Surakarta 2010. Skripsi ini

menyimpulkan bahwa musik yang diperdengarkan ditempat kerja

mempunyai pengaruh terhadap produktivitas pada pekerja.38

2. Skripsi Isnia Prijayanti yang berjudul “Pengaruh Beban Kerja dan Dukungan Sosial Terhadap Burnout pada Karyawan PT.X”

mahasiswa fakultas psikologi universitas islam negri syarif

hidayatullah Jakarta 2015. Skripsi ini menyimpulkan bahwa dukungan

sosial yang memiliki variabel dukungan emosional, dukungan

instrumental, dukungan informasi, dan dukungan di tempat kerja

mempunyai pengaruh yang signifikan pada burnout pada karyawan.39 3. Skripsi Andie Kamarus Zaman yang berjudul “Hubungan Antara

Burnout dengan Kualitas Pelayanan Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang” mahasiswa fakultas psikologi

Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. Skripsi ini

menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kondisi burnout dengan pemberian kualitas pelayanan pada rumah sakit.40

38

Nova Aprilyana, Pengaruh Musik Terhadap Produktivitas Perusahaan Furnitur (Studi Kasus :UD. Wanamulya, Desa Dagen, Karanganyar, (Surakarta : Tidak diterbitkan, 2010)

39

Isnia Prijayanti, Pengaruh Beban Kerja dan Dukungan Sosial Terhadap Burnout pada Karyawan PT.X, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015)

40

(30)

Dari beberapa penelitian diatas, terdapat perbedaan dengan penelitian

yang penulis angkat dalam penelitian ini, namun memiliki kesamaan pada

variabelnya. Untuk mempermudah dalam membaca kajian terdahulu,

penulis petakan seperti di bawah ini :

(31)

tempat kerja

Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mengetahui pengaruh

(32)

Skema kerangka berfikir :

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Bermula dari masalah-masalah yang terjadi pada

lingkungan kerja, masalah yang muncul antara lain tuntutan dari

atasan, kurang istirahat, kejenuhan kerja, sehingga menjadikan

seseorang tersebut mengalami burnout. Burnout merupakan

kondisi emosional seseorang merasa jenuh dan lelah secara mental

ataupun fisik sebagai tuntutan pekerjaan yang meningkat.

Timbulnya kelelahan ini karena mereka bekerja keras, merasa

bersalah, merasa tidak berdaya, merasa tidak ada harapan, merasa Masalah yang terjadi di

tempat kerja, termasuk beban kerja, tuntutan dari atasan, kurang istirahat, dll

Burnout

Terapi Musik Islami

Menurunkan

Kecenderungan Burout

(33)

terjebak, merasa kesedihan yang mendalam dan secara terus

menerus membentuk lingkaran dan menghasilkan perasaan lelah

serta tidak nyaman yang pada dilirannya meningkatkan rasa kesal,

dan lingkaran terus berlanjut sehingga menimbulkan kelelahan

fisik, mental dan emosional.41

Dari masalah-masalah tersebut yang

muncul membuat seseorang untuk berfikir dan mencari jalan

keluarnya.

Berdasarkan keadaan inilah seseorang perlu di berikan

terapi. Disini terapi musik dengan menggunakan nuansa Islami.

Selain bisa menenangkan diri, membuat rileks, bisa berfikir jernih

terapi musik Islami ini juga diharapkan bisa dekat dengan Allah,

bisa selalu mengingat Allah. Seseorang yang dengan terus menerus

melakukan terapi musik bernuansa Islami ini akan menurunkan

kecnderungan burnout pada pekerja praktik Dokter.

41

Gambar

Table 2.1
Tabel 2.2
Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Referensi

Dokumen terkait