• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep hakikat Unsur unsur Ilmu Asumsi P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep hakikat Unsur unsur Ilmu Asumsi P"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Konsep, hakikat, Unsur-unsur Ilmu, Asumsi, Peran dan Makna Penerjemahan Mata Kuliah Teori Terjemah

Dosen:

Drs. Chakam Failasuf, M. Pd Disusun Oleh: Carina Camelia Meryn Nurhidayani Sifa Rizki Nur Amalia

Tiara Indriyani Yusuf Arifin

PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Teori Terjemah. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Kami pemakalah sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas dari mata kuliah Evaluasi Pengajaran Pembelajaran Bahasa Arab yang diampu oleh Bapak Drs. Chakam Failasuf, M. Pd.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Jakarta, 26 September 2018

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB I : PENDAHULUAN...4

A. LATAR BELAKANG...4

B. RUMUSAN MASALAH...4

C. TUJUAN PENULISAN...4

BAB II: PEMBAHASAN...5

1. KONSEP TERJEMAH...5

2. HAKIKAT PENERJEMAHAN...7

3. UNSUR-UNSUR.ILMU PENERJEMAHAN...11

4. ASUMSI-ASUMSI DALAM PENERJEMAHAN...12

5. PERAN MAKNA DALAM PENERJEMAHAN...13

BAB III : PENUTUP...15

KESIMPULAN...15

DAFTAR PUSTAKA...16

(4)

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Penerjemahan merupakan suatu proses komunikasi antara dua bahasa. Maksudnya adalah penyampaian kembali maksud atau isi pesan dalam teks sumber sehingga dapat dimengerti oleh masyarakat bahasa sasaran. Sebuah terjemahan tidak dengan mudah dapat diproduksi menjadi sama dengan aslinya karena ada perbedaaan budaya dan struktur bahasa di dalam setiap bahasa

Pada bab ini, pembahasan akan difokuskan pada konsep terjemah, hakikat penerjemahan, unsur-unsur ilmu penerjemahan, asumsi-asumsi penerjemahan . Di samping itu, pada sub bagian ini juga dibahas peran makna dalam penerjemahan : konsep makna dan pandangan para ahli tentang kata dan makna.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa konsep, hakikat, unsur-unsur dan asumsi dalam penerjemahan? 2. Apa tujuan dan kegunaan penerjemahan?

3. Apa dan siapakah yang menjadi sasaran dalam penerjemahan ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui konsep, unsur-unsur dan asumsi penerjemahan. 2. Untuk mengetahui tujuan dan kegunaan penerjemahan.

(5)

BAB II Pembahasan A. Konsep Terjemah

Untuk memberikan definisi tentang terjemah, kita dapat membedakannya dari dua sudut pengertian, yaitu pengertian secara etimologi (bahasa) dan pengertian secara terminologis (istilah).

Secara Etimologi (Bahasa)

Kata terjemahan berasal dari bahasa Arab ةمجرت (tarjamah) kata tersebut kedudukannya sebagai masdar yaitu dari fiil madhi rubal al-mujarrad bentuknya terjadi sebagai berikut:

مجرتم كاذو ،مجرتم وهف ،امجرتمو ،اماجرتو ،ةمجرت ،مجرتي ، ةمجرت Lafadz terjemah di dalam kamus Al-Munjid fii Al-Lughah Wa Al-Além, menunjukan salah Satu dari empat makna berikut:

1. Menafsirkan kalam (pembicaraan) dengan menggunakan bahasa lain 2. Memindahkan suatu kalam (pembicaraan) dengan bahasa yang mudah 3. Menceritakan biografi seseorang

4. Pendahuluan dari sebuah kitab

Muhammad bin Salih Al-Asimaini di dalam kitab Gul fit Tafsir, mengatakan bahwa kata terjemah secara bahasa ialah:

حاضيلاو نايبللا ىلا عجرت نامم ىع aعطت : ةغلل ةمجرتلا "Terjemahan secara bahasa adalah menetapkan suatu makna yang mampu memberikan keterangan dan kejelasan"

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijumpai arti terjemah, yaitu menyalin (memindahkan) dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain atau mengalih bahasakan.

Dari penjelasan etimologi terjemah di atas dapat dipahami bahwa substansi dari terjemah adalah memindahkan bahasa pokok kepada bahasa sasaran (dalam hal ini dari bahasa Arab kepada bahasa Indonesia).

Secara Terminologi (Istilah)

Kata terjemah yang dalam bahasa Arab disebut ةمجرت . Menurut istilah pengertiannya sebagai berikut:

(6)

"Terjemah secara istilah yaitu, menerangkan suatu kalam (pebicaraan) dengan menggunakan bahasa yang lain."

Menurut Abu Al-Yazzan Atiyyahal Jaburi di dalam kitab Dirasat fi Al-Tafsir Wa Rijalih: هن مجرتملا لأصا ىنمم نايب نودب ىرخأ ةغلل ىلإ ةغلل نم امللا لقنب "Memindahkan suatu kalam (pembicaraan) dari Satu bahasa kedalam bahasa yang lain dengan tidak menerangkan makna asal dari kalam yang diterjemahkan."

.ىرخأ ةغلل يف هانمم نايبو امللا ريسفت "Menafsirkan suatu kalam (pembicaraan) dan juga menerangkan makna kalam tersebut di dalam bahasa yang lain."

Menurut Muhammad Abdul Mazim Zarqani di dalam kitab Manahil Irfan fii Ulum Al-Quran:

هغلّعبلي مل نمل امللا غيعبلت "Menyampaikan kalam (pembicaraan) dengan memakai bahasa orang yang belum pernah menerimanya."

هب ءاج ىتلا هتغلعب امللا ريسفت "Menafsirkan kalam (pembicaraan) dengan memakai bahasa kalam itu sendiri."

هتغلل ريغ هتغلعب امللا ريسفت "Menafsirkan kalam (pambicaraan) dengan meakai bahasa selain bahasa kalam itu."

ىرخأ ىلإ ةغللا نم امللا لقن "Mengalihkan suatu kalam (pembicaraan) dari suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain."

Dari keempat pendapat tentang pengertian "terjemah" yang telah disebutkan di atas, dapat diketahui bahwa dalam tuturan bahasa Arab meliputi berbagai makna bahkan pengertian kata sering dikaitkan pada situasi di mana kata itu diucapkan.

Namun dapat dikatakan bahwa terjemah, yaitu memindahkan suatu kalam (pembicaraan) dari suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain dan mengungkapkan suatu pengertian dengan suatu kalam yang lain dalam bahasa yang lain, dengan memenuhi arti dan maksud yang terkandung di dalam pengertian tadi.

Selain pengertian di atas, juga terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli di bidang bahasa, antara lain yaitu Catford (1965) menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan penerjemahan dan ia mendefinisikan terjemah yaitu mengganti bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang Sepadan dalam bahasa sasaran. Selain itu, Catford Newmark (1988) juga memberikan namun lebih jelas lagi definisi serupa.

(7)

dengan yang dimaksudkan pengarang. Sedangkan Ibnu Burdah mendefinisikan terjemah dengan sangat sederhana sebagai usaha memindahkan pesan dari teks berbahasa Arab teks sumber) dengan padanannya kedalam bahasa Indonesia (bahasa sasaran ).

B. Hakikat Penerjemah Pengertian Penerjemahan

Berbagai teori penerjemahan yang memberikan pengertian tentang makna penerjemahan

sendiri sudah banyak diketahui. Contoh dari pemaknaan penerjemahan sendiri salah satunya

datang dari Catford yang menyatakan bahwa penerjemahan adalah penggantian materi

tekstual dalam satu bahasa ke dalam bahasa lain yang sepadan.

Dari kutipan Aris Wuryantoro, Nida dan Taber yang mengatakan bahwa penerjemahan

meliputi kegiatan menghasilkan kembali pesan ke dalam bahasa penerima dan dengan

kesepadanan yang hampir mirip dengan bahasa asli, baik dalam makna maupun gaya

bahasanya. Hal ini menunjukkan bahwa Catford menitikberatkan penerjemahan pada proses

pengalihan bahasa sedangkan Nida dan Taber masuk lebih dalam dengan memperhatikan isi

pesan teks bahasa sasaran yang disampaikan haruslah sepadan baik dalam dalam makna

maupun gaya bahasa yang digunakan dalam teks bahasa sumber.

Masalah-masalah Penerjemahan

Permasalahan penerjemahan bukan hanya mentransfer atau mengubah bahasa sumber ke

dalam bahasa sasaran, permasalahan yang diungkapkan Nida dan Taber mengenai isi pesan

yang harus sepadan juga membawa serta permasalahan pengalihan budaya yang kompleks.

Karamanian yang dikutip oleh Putro juga menyatakan bahwa proses penerjemahan tidak

hanya memiliki fokus pada pengalihan bahasa semata, tapi juga pada pengalihan budaya.

Permasalahan budaya ini memang sangat penting karena kesalahpahaman dalam

penerjemahan budaya ini dapat menggeser makna atau pesan dari teks asli. Basnett mengutip

Gentzler (2001) yang menyatakan bahwa ada dua perubahan penting dalam perkembangan

teoritis dalam teori penerjemahan yaitu (1) perubahan teori berorientasi sumber ke teori

sasaran, dan (2) perubahan untuk menyertakan faktor-faktor budaya sebagaimana elemen

(8)

bahwa penerjemahan merupakan aktivitas yang tak dapat disangkal melibatkan setidaknya

dua bahasa dan dua tradisi budaya. Hal ini jelas menegaskan bahwa proses menerjemahkan

secara langsung maupun tidak juga melibatkan budaya di dalamnya. Dengan demikian

penerjemah mau tidak mau harus bisa memahami makna budaya yang ada di dalamnya

sehingga dapat menghindari bergesernya makna yang akan disampaikan.

Ada berbagai macam kesulitan yang dihadapi penerjemah dalam melakukan proses

penerjemahan. Nababan pada makalah yang disajikan dalam Kongres Nasional

Penerjemahan, di Tawangmangu, 15-16 September 2003, menyatakan bahwa kegiatan

penerjemahan dipengaruhi oleh klien dan pembaca. Ia kemudian menambahkan dalam

makalahnya yang berjudul “Kecenderungan Baru dalam Studi Penerjemahan” bahwa

pencapaian penerjemahan sebagai mediator yang menyampaikan pesan secara komunikatif

dipengaruhi oleh konteks sosial-budaya serta ideologi penulis teks bahasa sumber,

penerjemah, dan klien atau pembaca teks bahasa sasaran. Ia juga menambahkan dalam

makalahnya dalam Translation Theory bertema “Penerjemahan dan Budaya” bahwa ada tiga

faktor yang mempengaruhi penerjemahan: (kompentensi) penerjemah, kebahasaan, dan

budaya. Untuk unsur budaya, House menyatakan bahwa dalam penerjemahan, penerjemah

melakukan terjemahan atau pengalihan budaya, bukan bahasa.

Cahyadi dalam artikelnya, “Kesulitan-kesulitan dalam Penerjemahan,” menyatakan

bahwa masalah-masalah dalam penerjemahan adalah:

1. Sistem bahasa sumber dan bahasa sasaran berbeda 2. Kompleksitas semantik dan stilistik

3. Tingkat kemampuan penerjemah berbeda-beda 4. Tingkat kualitas teks bahasa sumber

5. Masalah keterbacaan teks Metode Penerjemahan

Seorang penerjemah dan aktifiskemanusiaan asal Perancis. Étiene Dolet,

(9)

1. The translator should understand perfectly the content and intention of the author whom he is translating.

2. The translator should a perfect knowledge of the language from which he is translating and an equally excellent knowledge of the language into which he is

translating.

3. The translator should avoid the tendency to translate word for word, for to do is to destroy the meaning of the original and to ruin the beauty of the expression. The

translator should employ the forms of speech in common usage. The translator should

—through his voice and order of words—produce a total overall effect with

appropriate tone.

Pernyataan Dolet di atas menyatakan bahwa (1) penerjemah harus mengerti isi pesan dan

tujuan dari penulis teks asli yang menandakan bahwa pengetahuan dan pemahaman

penerjemah mengenai isi dan tulisan sangat penting sebagai langkah awal dalam

penerjemahan (2) penerjemah harus menguasai teks bahasa sumber dan juga teks bahasa

sasaran yang mensyaratkan bahwa penguasaan bahasa sumber dan bahasa sasaran harus baik

agar dapat mencapai poin pertama, dan (3) penerjemah harus menghindari penerjemahan kata

per kata karena demi menghindari berubahnya makna asli dari teks sumber dan dapat

merusak keindahan ekspresi yang digunakan si penulis. Larangan penggunaan proses

terjemahan kata per kata ini sangat beralasan karena kemungkinan besar terdapat frasa-frasa,

idiom-idiom atau ungkapan yang bermakna implisit dalam bahasa yang digunakan penulis.

Contoh dari penggunaan idiom dan ungkapan ini dapat dilihat dari contoh yang berikut ini:

Bahasa Sumber:

Her heart sank under a fearful load of guilt.

Bahasa Sasaran yang baik:

Hatinya dipenuhi dengan perasaan bersalah.

Jika penerjemah tak menguasai isi, bahasa sumber, bahasa sasaran, serta melakukan

(10)

dia hati menenggelamkan di bawah sebuah menakutkan muatan dari kesalahan

atau

hatinya tenggelam di bawah sebuah muatan yang menakutkan dari kesalahan

Kesalahan di atas dapat terjadi jika (1) penguasaan bahasa penerjemah kurang memenuhi

persyaratan, atau (2) kurang memahami isi pesan yang disamaikan penulis. Oleh karenanya,

penguasaan bahasa dan makna dari isi pesan di atas merupakan suatu keharusan bagi seorang

penerjemah.

Newmark telah memberikan delapan metode penerjemahan yang berbentuk diagram V

yang diratakan:

Word-for-word translation Adaptation

Literal translation Free translation

Faithful translation Idiomatic translation

Semantic translation Communicative Translation

1. Word-for-word translation. Metode ini menerjemahkan secara kata per kata tanpa mengikutsertakan konteks.

2. Literal translation. Bagi penerjemah pemula, terjemahan ini mungkin dianggap cukup. Metode ini menerjemahkan secara gramatikal. Hanya sayang, konteks masih

belum diikutsertakan dalam proses penerjemahan ini.

3. Faithful translation. Metode penerjemahan ini sudah menerjemahkan konteks kata ke dalam budaya sasaran. Namun, unsur tata bahasa dan leksikal tetap mempertahankan

keaslian bahasa sumber sehingga meninggalkan banyak keganjilan dalam struktur dan

leksikal bahasa sasaran.

(11)

diikutsertakan dalam terjemahan. Terjemahan ini lebih fleksibel ketimbang metode

sebelumnya dengan tetap setia pada karya asli secara intuitif.

5. Adaptation. Metode ini adalah model terjemahan yang paling bebas. Metode ini biasanya digunakan dalam teater dan puisi dengan mempertahankan tema, karakter

dan plot dipertahankan. Terjemahan merubah teks dan budaya yang sesuai dengan

budaya dan teks sasaran.

6. Free translation. Metode ini merupakan model penerjemahan yang merubah isi tanpa mempertimbangkan karya asli. Model ini seperti parafrasa namun lebih panjang dari

yang aslinya dan terkesan bertele-tele dan terkesan berlebihan serta tidak terlihat

seperti terjemahan sama sekali.

7. Idiomatic translation. Prosedur ini memproduksi ulang pesan asli namun lebih kepada merubah makna dengan lebih memilih memakai bahasa sehari-hari dan idiom yang

tidak ada dalam bahasa asli.

8. Communicative translation. Model prosedur ini adalah model yang berusaha menyampaikan pesan asli dengan berbagai cara yang sesuai dan diterima oleh

pembaca sasaran.

Strategi penerjemahan yang pertama hingga keempat lebih berorienatasi pada teks

sumber. Di sisi lain, strategi penerjemahan yang kelima sampai kedelapan lebih berorientasi

pada teks sasaran. Strategi yang paling dianggap baik adalah strategi penerjemahan

komunikatif.

C. Unsur-unsur Ilmu Menerjemah

Dalam menerjemah, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan seorang penerjemah. Di antaranya adalah :

Aspek Bahasa

Penguasaan Bahasa.

Kemampuan memilih bahasa yang sesuai dari arti kosa kata maupun struktur kalimat. Penerjemah juga harus memahami arti kata secara leksikal, tekstual, konotatif, dan denotatif.

(12)

Kemampuan memahami ilmu sorof dan perubahan tasrif serta memahami fungsi penambahan huruf baik untuk transitif (ta’diyah), menerima akibat (mutawa’ah), maupun saling

berbalasan (musyarakah). Sorof sangat vital dalam proses penerjemahan. Sebab jika salah akibatnya akan sangat fatal. Bandingkan: jalasa dengan ajlasa, fataha dengan infataha, asyara dengan istasyara, dan sterusnya.

Nahwu

Dalam konteks terjemah, kemampuan nahwu di sini bukan hanya sekadar teoritis tapi kompetensi praktis empiris. Penerjemah harus memapu membedakan perbedaan irab secara konkrit akurat, apakah itu fail, maful, malum majhul, mudhaf, atau manut, bentuk kalimat taajjub atau istifham dan seterusnya.

Sorof memproduksi kata-kata untuk direkayasa oleh nahwu sehingga menghasilkan makna yang indah.

Balaghah

Dalam terjemah, balaghah merupakan aspek penting yang tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan alat untuk mengenali rasa bahasa dengan sensitifitas yang tinggi, agar penerjemah mampu membedakan arti yang tersirat dari pada hanya arti lahiriyahnya. Mampu

membedakan antara pemaknaan alegoris, silogis maupun, majazi. Karena tidak selalu yang tertulis merupakan arti harfiyahnya.

Aspek Non Bahasa Isi

Materi naskah bermacam-macam, di antaranya adalah buku ajar, novel, puisi atau syair, makalah, dan lain-lain.

Pembaca

Pembaca bermacam-macam tergantung kepada siapa terjemahan ditujukan. Terjemahan untuk ahli bahasa dan orang awam berbeda.

Situasi dan Kondisi Saat Terjemahan Dibuat

Keadaan yang tenang akan melahirkan terjemahan yang baik, begitu juga dengan keadaan yang tergesa-gesa atau ramai akan membuat terjemahan kurang baik.

Situasi dan Kondisi Saat Terjemahan Diterima

Situasi lingkungan dan hati akan mempengaruhi penghayatan pembaca.

(13)

Dalam bidang ilmu dikenal asumsi asumsi yang dijadikan pedoman dan arah oleh orang– orang yang melakukan aneka kegiatan yang ilmiah pada bidang tersebut. Dalam bidang terjemahanpun dikenal asumsi-asumsi yang meruapakan cara kerja, pengalaman, keyakinan, dan pendekatan yang dianut oleh para peneliti, praktisi, dan pengakar dalam melaksanakan berbagai kegiatanya. Bahkan, penerjemah yang belum memliki latar belakang pendidikan formal pun, tetapi dibesarkan oleh pengalamannya memilih prinsip dan cara-cara yang digunakan untuk mengatasi masalah penerjemahan yang dihadapinya.

Sebagai sebuah asumsi pernyataan-pernyataan berikut ini terbuka untuk dikritik dan dibantah karena dianggap belum terpuji keandalanya sebagai sebuah prinsip atau teori. Di samping itu asumsi ini pun tidak bersifat universal. Mungkin saja sebuah asumsi dapat diterapkan dalam menerjemahkan dalam nas tertentu, tetapi tidak mungkin diterapkan dalam nas lain.

Di antara asumsi yang berlaku dalam kegiatan penerjemahan baik pada bidang teori, praktek, pengajaran, maupun evalusi penerjemahan adalah sebagai berikut:

1. Penerjemahan merupakan kegiatan yang kompleks. Artinya bidang ini menunutut bidang penerjemah yang bersifat multidisipliner yaitu kemampuan dalam bidang teori menerjemah, penguasan bahasa sumber, dan bahasa penerima.

2. Budaya suatu bangsa berbeda dengan bangsa yaang lain. Maka bahasa suatu bangsapun berbeda dengan yang lainya. Karena itu, pencarian ekuivalensi antara keduanya merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh seorang penerjemah. 3. Penerjemah berkedudukan sebagai komunikator antara pengarang dan pembaca. Dia

sebagai pembaca yang menyelami makna dan maksud narasumber, dan sebagai penulis yang menyampaikan pemahamanya kepada orang lain melalui sarana bahasa supaya orang lain itu memahaminya. Penerjemahan berada pada titik pertemuan, dengan demikian penerjemah berpedoman pada pemakaian bahasa yang kounikatif. 4. Terjemah yang baik adalah terjemah yang bena, jelas, dan wajar. Benar artinya makna

yang terdapat dalam terjemahan adalah sama dengan makna pada nas sumber. Jelas berarti terjemahan itu mudah dipahami. Wajar berarti terjemahan itu tidak terasa sebagai terjemahan dan bahasanya mengalir secara alamiah.

5. Terjemahan bersifat otonom. Artinya terjemahan hendaknya dapat mengantikan nas sumber atau nas terjemahan itu memberikan pengaruh yang sama kepada pebaca seperti pengaruh yang ditimbulkan nas sumber

6. Penerjemah dituntut untuk menguasai pokok bahasan, pengetahuan tentang bahasa sumber. Dan pengetahuan tentang bahasa penerima. Di samping itu diapun di tuntut untuk bersikap jujur dan berpegang pada landasan hukum.

7. Pengajaran menerjemah dituntut untuk mengikuti landasan teoritis penerjemahan dan kritik terjemah.

(14)

Masih berkhidmat dalam penerjemahan. Dalam penerjemahan, teks yang dialihkan tidak sekedar bentuk-bentuk bahasanya saja, tetapi juga makna yang terkandung harus

tersampaikan secara utuh. Makna berada di balik susunan kata sampai kalimat. Dan suatu kata bisa mempunyai makna yang berbeda. Berikut macam-macam makna:

1. Makna Leksikal

Makna leksikal mengacu pada makna yang ada pada kamus. Makna ini terdapat pada unsur bahasa yang lepas dari penggunaan atau konteksnya. Misalnya sebuah kata small dapat berarti kecil, ringan, sederhana, remeh. Jadi padanan kata small dapat diketahui setelah kata ini berada dalam suatu rangkaian kata yang membentuk makna tertentu.

2. Makna Gramatikal

Makna yang terbentuk dari hubungan antar unsur bahasa dalam satuan yang lebih besar, misalnya hubungan suatu kata dengan kata lain dalam frasa atau klausa. Contoh kata round dalam round table berarti meja yang bundar. Sementara itu, dalam I round the table berarti mengelilingi. Hal ini terjadi karena pebedaan kelas gramatika kata round sebagai kata sifat dan sebagai kata kerja.

3. Makna Kontekstual dan Situasional

Makna kontekstual ialah hubungan antara ujaran dengan situasi yang menaungi ujaran tersebut. Jadi, makna ini ialah makna yang berkaitan erat dengan konteks situasi yang terjadi. Contoh, dalam konteks seoarang wanita yang ingin menolak ajakan kencan seorang pria. Si wanita menjawab dengan mengatakan "I’m tired". Ujaran tersebut bukanlah bermakna si perempuan mengabarkan bahwa ia sedang lelah, namun sedang menolak sebuah ajakan kencan. Ujaran tersebut bermakna "I'd rather not."

4. Makna Tekstual

Makna tekstual berkaiatan erat dengan isi suatu teks secara keseluruhan. Kata yang sama tetapi berbeda jenis teksnya bisa mengakibatkan makna yang berbeda pula. Dalam ilmu bahasa, morphology ialah ilmu yang mengkaji bagaimana morfem membentuk suatu makna tertentu. Sementara itu, dalam teks biologi kata morphology berarti suatu cabang biologi yang berhubungan dengan bentuk dan struktur tumbuh-tumbuhan dan hewan.

5. Makna Sosio-kultural

(15)

BAB III Penutup A. Kesimpulan

Terjemah adalah memindahkan bahasa pokok kepada bahasa sasaran (dalam hal ini dari bahasa Arab kepada bahasa Indonesia).

Dari kutipan Aris Wuryantoro, Nida dan Taber yang mengatakan bahwa penerjemahan meliputi kegiatan menghasilkan kembali pesan ke dalam bahasa penerima dan dengan kesepadanan yang hampir mirip dengan bahasa asli, baik dalam makna maupun gaya bahasanya.

Permasalahan penerjemahan bukan hanya mentransfer atau mengubah bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, permasalahan yang diungkapkan Nida dan Taber mengenai isi pesan yang harus sepadan juga membawa serta permasalahan pengalihan budaya yang kompleks.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

(16)

Daftar Pustaka https://ridwan202.wordpress.com/istilah-agama/tarjamah/ (Materi Sifa)

https://www.google.co.id/amp/s/donnjuan.wordpress.com/2010/02/06/panduan-terjemah/ amp/

Universitas Padjajaran. 2013. Unsur dan Unit Terjemahan Bahasa Arab. Bandung. (Materi Yusuf)

Referensi

Dokumen terkait