• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah yang dilakukan oleh Direktorat J

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Langkah yang dilakukan oleh Direktorat J"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Langkah yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak, Kementerian Keuangan dan Wajib Pajak pasca Pengampunan Pajak (tax

amnesty)

Dengan berakhirnya program pengampunan pajak (tax ammesty) yang berakhir pada 31 Maret 2017, akan menimbulkan pertanyaan, apa langkah yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak, Kementerian Keuangan dan Wajib Pajak pasca Pengampunan Pajak (tax amnesty)? Sebenarnya Indonesia pernah menerapkan hal yang serupa dengan pengampunan pajak (tax ammesty) pada tahun 1984 serta tahun 2004, namun pada saat itu gagal. Pelaksanaannya tidak efektif karena wajib pajak kurang merespons dan tidak diikuti dengan reformasi sistem administrasi perpajakan secara menyeluruh.

Setelah berbaik hati memberikan pengampunan, pemerintah akan memperketat pengawasan untuk mengejar wajib pajak yang nakal dan akan melakukan penegakan hukum (law enforcement) secara masif. Setelah pengampunan pajak (tax ammesty) berakhir, akan lakukan law enforcement sangat masif. Hati-hati bagi Wajib Pajak yang tidak ikut pengampunan pajak (tax ammesty), Wajib Pajak yang menyembunyikan hartanya. Karena ini masif, upaya penegakan hukum secara masif tersebut dilakukan dengan memaksimalkan pemeriksaan. Bahkan Ditjen Pajak mempersiapkan belasan ribu petugas pemeriksa untuk berburu Wajib Pajak yang masih menyembunyikan hartanya.

(2)

Karena itu, pekerjaan rumah terbesar DJP adalah kemampuan mengolah data hasil pengampunan pajak (tax ammesty) sekaligus memberi kesempatan wajib pajak untuk menebus “dosa” mereka. Momentum selepas pengampunan pajak (tax ammesty) bisa menjadi modal awal yang besar untuk melaksanakan reformasi dan perbaikan perpajakan, dari perundang-undangan dan aturan, hingga cara kerja, profesionalitas, integritas institusi pajak dan seluruh jajarannya.

Untuk mengingat perihal tentang pajak dan pengampunan pajak (tax amnesty) Menurut UU No. 28 Tahun 2007 Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung.

Menurut UU No 11 tahun 2016 tentang pengampunan pajak (tax ammesty), pengampunan pajak (tax ammesty) adalah pengampunan atau pengurangan pajak terhadap property yang dimiliki oleh perusahaan dalam bentuk penghapusan pajak terutang, penghapusan sanksi pajak terutang, penghapusan sanksi pidana tertentu yang harus diharuskan membayar dengan uang tebusan. Pengampunan pajak ini bukan hanya properti yang disimpan di luar negeri tetapi juga berasal dari dalam negeri yang laporannya tidak diberikan secara benar.

Amnesti Pajak berlaku sejak disahkan hingga 31 Maret 2017, dan terbagi kedalam 3 (tiga) periode, yaitu:

1. Periode I: Dari tanggal diundangkan s.d 30 September 2016 2. Periode II: Dari tanggal 1 Oktober 2016 s.d 31 Desember 2016 3. Periode III: Dari tanggal 1 Januari 2017 s.d 31 Maret 2017

(3)

ammesty). Artinya, program pengampunan pajak (tax ammesty) ini ditujukan kepada wajib pajak yang telah berada dalam sistem administrasi perpajakan dan wajib pajak yang belum masuk dalam sistem administrasi perpajakan. Perlakuan yang berbeda dimungkinkan ketika wajib pajak yang hendak berpartisipasi dalam program pengampunan pajak (tax ammesty) telah diperiksa atau sedang dalam proses pemeriksaan.

Dalam hal ini, wajib pajak yang telah diperiksa atau sedang dalam proses pemeriksaan tersebut tidak diperbolehkan berpartisipasi dalam program pengampunan pajak (tax ammesty) karena jumlah tunggakan pajaknya telah diketahui oleh otoritas pajak. Wajib pajak juga dapat diberikan pengampunan jika ketentuan peraturan perundang-undangan menyatakan wajib pajak yang mengungkapkan kewajiban perpajakan atau harta kekayaannya secara sukarela berhak mendapatkan penurunan atau penghapusan sanksi administrasi.

Seperti yang sudah kita ketahui, pengampunan pajak (tax ammesty) juga berlaku untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yaitu pelaku usaha yang beromzet sampai dengan Rp 4,8 miliar pada tahun pajak terakhir. Dan tarif yang diberlakukan untuk UMKM ini berbeda dengan pelaku usaha yang mempunyai omzet lebih dari 4,8 miliar.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.03/2016 pada pasal 11 ayat (1) dan (2) Wajib Pajak yang memiliki kriterian sebagai UMKM adalah yang memiliki peredaran usaha hanya bersumber dari penghasilan atas kegiatan usaha dan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau pekerjaan bebas. Pekerjaan Bebas yang dimaksud merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja, antara lain dokter, notaris, akuntan, arsitek atau pengacara.

(4)

lebih dari Rp 10 miliar akan dikenakan tarif tebusan 2%. Dan tarif yang diperlakukan untuk UMKM ini berlaku sejak awal sampai berakhirnya pengampunan pajak (tax ammesty) yaitu 31 Maret 2017 tidak seperti tarif yang diperuntukan kepada pengusaha yang memiliki omzet lebih dari 4,8 miliar. Hal ini diatur dalam Undang-undang pengampunan pajak (tax ammesty) Nomor 11 Tahun 2016 di dalam pasal 4 ayat (3). Ketentuan tarif ini dibuat guna membantu UMKM yang ingin memanfaatkan pengampunan pajak (tax ammesty).

Untuk persyaratan pengampunan pajak (tax ammesty) itu sendiri diatur di dalam Undang-undang pengampunan pajak (tax ammesty) Nomor 11 tahun 2016 pasal 9 ayat (5) dinyatakan bahwa “Bagi Wajib Pajak yang peredaran usahanya sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) pada Tahun Pajak Terakhir, yang ingin memanfaatkan pengampunan pajak (tax ammesty) ini harus melampirkan bukti pembayaran Uang Tebusan, bukti pelunasan Tunggakan Pajak bagi Wajib Pajak yang memiliki Tunggakan Pajak, daftar rincian Harta beserta informasi kepemilikan Harta yang dilaporkan, daftar Utang serta dokumen pendukung, bukti pelunasan pajak yang tidak atau kurang dibayar atau pajak yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan atau penyidikan, fotokopi SPT PPh Terakhir, dan Wajib Pajak harus melampirkan surat pernyataan tidak mengalihkan Harta ke luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak diterbitkannya Surat Keterangan, selain melampirkan dokumen tersebut, Wajib Pajak dimaksud harus melampirkan surat pernyataan mengenai besaran peredaran usaha.

Tarif Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) - Wajib Pajak dengan Peredaran Usaha Tidak Lebih Rp 4,8 Miliar (Wajib Pajak UMKM)

 1 Juli 2016 – 31 Maret 2017

 0,5 % Aset < Rp. 10 M

 2 % Aset > Rp. 10 M

(5)

paksa" untuk nya tempat asal atau kewarganegaraan. Istilah repatriasi adalah adopsi dari bahasa inggris repatriation.

Dalam No 11 tahun 2016 tentang pengampunan pajak (tax ammesty) sama sekali tidak disebutkan kata repatriasi, begitu juga dalam batang tubuh aturan pelaksanaannya yaitu PMK Nomor 118/PMK.03/2016 tentang Pelaksanaan UU No 11 Tahun 2016 tentang No 11 tahun 2016 tentang pengampunan pajak (tax ammesty), definisi tersebut baru ada pada lampiran PMK No 118/PMK.03/2016 dalam bentuk formulir surat pernyataan harta untuk pengampunan pajak. Dalam PMK Nomor 119/PMK.08/2016 Tentang Tata Cara Pengalihan Harta Wajib Pajak Ke Dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Dan Penempatan Pada Instrumen Investasi Di Pasar Keuangan Dalam Rangka Pengampunan Pajak istilah repatriasi bahkan tidak muncul sama sekali.

Menurut U No 11 tahun 2016 tentang pengampunan pajak (tax ammesty) pengertian harta adalah akumulasi tambahan kemampuan ekonomis berupa seluruh kekayaan, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang digunakan untuk usaha maupun bukan untuk usaha, yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Objek pengampunan pajak (tax ammesty)  Pajak Penghasilan (PPh)

 Pajak Penambahan Nilai (PPN) Pajak atas barang mewah (PPnBM)

Menurut UU PPh Pengertian penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun

(6)

Penghasilan, maka dapat disimpulkan bahwa harta yang dimaksud dalam No 11 tahun 2016 tentang pengampunan pajak (tax ammesty) adalah Akumulasi Penghasilan. Akumulasi penghasilan itu bentuknya seperti Rekening Tabungan bila di Bank, Properti (Rumah, Tanah, Bangunan), Mobil, Uang Tunai, dll

Menurut No 11 tahun 2016 tentang pengampunan pajak (tax ammesty) Pengertian harta repatriasi adalah proses pengembalian Akumulasi Penghasilan berupa Aset atau harta dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Uang tebus yang 2% itu tidak sama dengan tarif pajak yang normal 25% sekarang kalau untuk badan, atau 30% kalau untuk orang. Yang namanya tarif pajak dikenakannya terhadap pendapatan, sedangkan yang 2% itu dikenakan terhadap aset. Aset itu pasti jauh lebih besar dari pada income sehingga sebenarnya yang dibayarkan oleh para peminta pengampunan pajak (tax ammesty) cukup besar karena yang dilihat adalah aset bukan income. Intinya kebijakan ini harus diklarifikasi bahwa tidak semua yang ikut pengampunan pajak (tax ammesty) adalah Wajib Pajak nakal. Kedua, uang tebus ini bukan tarif pajak normal, uang tebus ini adalah uang persentase terhadap aset yang belum pernah dilaporkan, sedangkan tarif pajak normal dikalikan dengan income yang diterima orang dalam setahun.

Tarif Pengampunan Pajak (Tax Amnesty)- Pengungkapan Harta Yang Berada di Dalam Wilayah Indonesia.

 1 juli – 30 September 2016 Tarif 2 %  Oktober – 31 Desember 2016 Tarif 3%  1 Januari – 31 Maret 2017 Tarif 5%

Tarif Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) – Pengungkapan Harta Yang Berada di Luar Wilayah Indonesia.

 1 Juli – 30 September 2016 Tarif 4%

 1 Oktober – 31 Desember 2016 Tarif 6%

 1 Januari – 31 Maret 2017 Tarif 10%

(7)

Information akan menjadi pintu masuk penegakan hukum. Melalui sistem ini, otoritas pajak dapat memperoleh informasi relevan dari otoritas pajak di negara lain yang dapat menjadi dasar pemungutan pajak. pengampunan pajak (tax ammesty) dalam kaitannya dengan Automatic Exchange System of Information adalah upaya memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk secara sukarela membayar pajak sebelum pemerintah melakukan law enforcement dengan memanfaatkan data dari Automatic Exchange System of Information.

Kebijakan pengampunan pajak (tax ammesty) adalah terobosan kebijakan yang didorong oleh semakin kecilnya kemungkinan untuk menyembunyikan kekayaan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia karena semakin transparannya sektor keuangan global dan meningkatnya intensitas pertukaran informasi antarnegara. Kebijakan pengampunan pajak (tax ammesty) juga tidak akan diberikan secara berkala. Setidaknya, hingga beberapa puluh tahun ke depan, kebijakan pengampunan pajak (tax ammesty) tidak akan diberikan lagi. pengampunan pajak (tax ammesty) diharapkan menghasilkan penerimaan pajak yang selama ini belum atau kurang bayar, disamping meningkatkan kepatuhan membayar pajak karena makin efektifnya pengawasan, didukung semakin akuratnya informasi mengenai daftar kekayaan wajib pajak.

Angka wajib pajak sekarang +27 juta. Tentunya diharapkan naik 2 kali lipat. Tapi bukan itu yang paling penting, yang paling penting bukan jumlah Wajib Pajaknya, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan oleh Wajib Pajaknya itu yang diharapkan bertambah. Jadi bukan sekedar, kalau itu program ekstensifikasi namanya, tapi kalau amnesty kita harapkan baik yang sudah punya NPWP atau belum itu kemudian mendeklarasikan hartanya secara jujur 100%.

(8)

cara untuk mempengaruhi opini di Indonesia, ya itu kemungkinan pertama. Kemungkinan yang lain adalah kemungkinan salah pengertian karena sempat di awal pernah ada ide ini adalah total amnesty, jadi langsung menghapuskan semua jenis tindak pidana. Nah ini kami tegaskan bahwa yang ada di Undang-Undang Pegampunan Pajak sesuai namanya yang dihapuskan hanya pelangaran di bidang pajak, titik. Tidak lagi bisa mengampuni atau menghapuskan pelanggaran di bidang lainnya.

Simulasi Perhitungan Tax Amnesty Tebusan x (harta bersih – utang bersih)

Harta bersih = harta per 31 Desember 2015 – harta di SPT 2014

Contoh : Pengusaha A memiliki utang kepada pihak lain Rp. 10 Jt. Harta pengusaha A per 31 Desember 2015 Rp. 100 Jt

dan Harta yang dilaporkan sesuai SPT 2014 Rp. 50 Jt, dengan uang tebusan 3% maka:

Tebusan yang harus dibayar 3% x ( Rp. 50 Jt – Rp. 10 Jt) = Rp. 1,2 Jt. Tax Amnesty berlaku sejak 1 Juli 2016 hingga 31 Maret 2017

Tarif tebusan yang disetujui untuk uang atau harta yang dialihkan ke Indonesia atau

Repatriasi ditetapkan 2, 3, dan 5 %

Nilai harta tersebut nanti diungkapkan dalam surat pernyataan dalam mata uang

Rupiah.

Surat pernyataan memuat informasi mengenai:  Identitas Wajib Pajak

 Harta Wajib Pajak.

 Utang Wajib Pajak.

 Nilai Harta Bersih

 Penghitungan uang tebusan.

(9)

Syarat dan Ketentuan Tax Amnesty 2016., Semua Wajib Pajak berhak mendapatkan Tax Amnesty. (kecuali Wajib Pajak yang tengah menghadapi perkara pidana atau menjalani hukuman pidana.). Bagi Wajib Pajak yang mengalihkan dan menginvestasikan hartanya di Indonesia, pengalihan tersebut dilakukan melalui Bank Persepsi yang akan ditunjuk secara khusus. melalui :

 Instrumen Investasi

 Sbn ( Surat Berharga Negara)

 Obligasi Badan Usaha Milik Negara (Bumn)

 Obligasi Lembaga Pembiayaan Yang Dimiliki Pemerintah.

 Investasi Keuangan Pada Bank Persepsi.

 Obligasi Perusahaan Swasta.

 Investasi Infrastruktur

 Investasi Sektor Riil Yang Ditentukan Pemerintah.

 (Nb. Semua Akan Ditentukan Oleh Pemerintah.)

Hak dan perlindungan tax amnesty 2016 meliputi Semua data, informasi, surat pernyataan peserta pengampunan pajak (tax ammesty) tidak dapat dijadikan sebagai dasar penyelidikan, penyidikan atau penuntutan pidana terhadap Wajib Pajak. Pihak-pihak terkait seperti Menkeu dan pegawai Kemenkeu dilarang membocorkan dan menyebarluaskan data dan informasi Wajib Pajak peserta pengampunan pajak (tax ammesty), jika dilanggar, akan dipidana penjara paling lama lima tahun.

Tata cara pengajuan Amnesti Pajak adalah sebagai berikut:

1. Wajib Pajak datang ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau tempat lain yang ditentukan oleh Menteri untuk meminta penjelasan mengenai pengisian dan pemenuhan kelengkapan dokumen yang harus dilampirkan dalam Surat Pernyataan, yaitu:

o bukti pembayaran Uang Tebusan;

o bukti pelunasan Tunggakan Pajak bagi Wajib Pajak yang memiliki Tunggakan Pajak;

o daftar rincian Harta beserta informasi kepemilikan Harta yang dilaporkan;

(10)

o bukti pelunasan pajak yang tidak atau kurang dibayar atau pajak yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan atau penyidikan;

o fotokopi SPT PPh Terakhir; dan

o surat pernyataan mencabut segala permohonan yang telah diajukan ke Direktorat Jenderal Pajak

o surat pernyataan mengalihkan dan menginvestasikan Harta ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak dialihkan dalam hal Wajib Pajak akan melaksanakan repatriasi; o melampirkan surat pernyataan tidak mengalihkan Harta ke luar

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak diterbitkannya Surat Keterangan dalam hal Wajib Pajak akan melaksanakan deklarasi;

o surat pernyataan mengenai besaran peredaran usaha bagi Wajib Pajak yang bergerak di bidang UMKM

2. Wajib Pajak melengkapi dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk mengajukan Amnesti Pajak melalui Surat Pernyataan, termasuk membayar uang tebusan, melunasi tunggakan pajak, dan melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau pajak yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan atau penyidikan

3. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pernyataan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau Tempat Lain yang ditentukan Menteri Keuangan.

4. Wajib Pajak akan mendapatkan tanda terima Surat Pernyataan.

5. Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri menerbitkan Surat Keterangan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima Surat Pernyataan beserta lampirannya dan mengirimkan Surat Keterangan Pengampunan Pajak kepada Wajib Pajak

(11)

nama Menteri belum menerbitkan Surat Keterangan, Surat Pernyataan dianggap diterima

7. Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pernyataan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2017 di mana Surat Pernyataan Kedua dan Ketiga dapat disampaikan sebelum atau setelah Surat Keterangan atas Surat Pernyataan sebelumnya dikeluarkan

Fasilitas Amnesti Pajak yang akan didapat oleh Wajib Pajak yang mengikuti program Amnesti Pajak antara lain:

1. penghapusan pajak yang seharusnya terutang (PPh dan PPN dan/atau PPn BM), sanksi administrasi, dan sanksi pidana, yang belum diterbitkan ketetapan pajaknya;

2. penghapusan sanksi administrasi atas ketetapan pajak yang telah diterbitkan;

3. tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan;

4. penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, dalam hal Wajib Pajak sedang dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan; dan

5. Penghapusan PPh Final atas pengalihan Harta berupa tanah dan/atau bangunan serta saham

Harta yang direpatriasi wajib dinvestasikan ke dalam negeri selama 3 tahun sejak dialihkan dalam bentuk:

1. surat berharga Negara Republik Indonesia; 2. obligasi Badan Usaha Milik Negara;

3. obligasi lembaga pembiayaan yang dimiliki oleh Pemerintah; 4. investasi keuangan pada Bank Persepsi;

5. obligasi perusahaan swasta yang perdagangannya diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan;

(12)

7. investasi sektor riil berdasarkan prioritas yang ditentukan oleh Pemerintah; dan/atau

8. bentuk investasi lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Harta yang diungkapkan oleh Wajib Pajak tidak dapat dialihkan ke luar negeri selama 3 tahun sejak diterbitkan Surat Keterangan.

Kebijakan pengampunan pajak (tax ammesty), dalam penjelasan umum Undang-Undang Pengampunan Pajak, hendak diikuti dengan kebijakan lain seperti penegakan hukum yang lebih tegas dan penyempurnaan Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan, Undang-Undang tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, serta kebijakan strategis lain di bidang perpajakan dan perbankan sehingga membuat ketidakpatuhan Wajib Pajak akan tergerus di kemudian hari melalui basis data kuat yang dihasilkan oleh pelaksanaan Undang-Undang ini. Ikut serta dalam Amnesti Pajak juga membantu Pemerintah mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan Harta, yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi; merupakan bagian dari reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi; dan meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan.

(13)

1984 tidak terulang kembali yaitu minimnya akses informasi terhadap masyarakat dan minimnya keterbukaan/transparansi serta sosialisasi kebijakan ini.

Hampir dalam setiap proyek pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah selalu di dengungkan bahwa proyek yang dibangun dibiayai dari dana pajak yang telah dikumpulkan dari masyarakat. Untuk itu, diharapkan masyarakat juga menjaga proyek yang ada untuk dapat dipakai untuk kepentingan bersama. Berkaitan dengan hal tersebut sudah selayaknya apabila setiap individu dalam masyarakat dapat memahami dan mengerti akan arti dan pentingnya peran pajak dalamm kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diketahui dalam APBN yang dibuat oleh pemerintah terdapat tiga sumber penerimaan yang menjadi pokok andalan :

a. Penerimaan dari sektor pajak

b. Penerimaan dari sektor migas (Minyak dan Gas Bumi) ; dan c. Penerimaan dari sektor bukan pajak.

Dari ketiga sumber penerimaan diatas, penerimaan dari sektor pajak ternyata merupakan sumber penerimaan terbesar negara. Dari tahun ke tahun kita dapat melihat bahwa penerimaan pajak terus meningkat dan memberi adil yang besar dalam penerimaan negara. Penerimaan dari sektor pajak selalu dikatakan merupakan primadona dalam membiayai pembangunan Nasional. Sedangkan penerimaan dari migas yang dahulu selalu jadi andalan penerimaan negara, sekarang ini sudah tidak bisa diharapkan menjadi sumber penerimaan keuangan negara yang terus menerus karena sifatnya yang tidak dapat diperbaharui (non renewable resources). Penerimaan migas pada suatu waktu akan habis sedangkan dari pajak selalu dapat diperbaharui sesuai dengan perkembangan ekonomi dan masyarakat itu sendiri.

Kelebihan Tax Amnesty

(14)

c) Bila kebijakan perpajakan seperti pengampunan pajak (tax ammesty) diterapkan maka akan menciptakan kerelaan masyarakat untuk mendaftarkan diri menjadi Wajib Pajak dan menunaikan kewajiban perpajakannya seperti yang dilakukan pemerintah sebelumnya dengan sunset policy (kebijakan pemberian fasilitas perpajakan) maupun pemebebasan pajak fiskal bagi warga negara Indonesia yang hendak bepergian ke luar negeri dengan syarat memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

d) Kondisi ekonomi nasional saat ini relatif stabil dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen. Hal ini dapat menjamin pemberlakuan pengampunan pajak (tax ammesty).

e) Program ini dapat meningkatkan dana-dana masuk ke Indonesia yang cukup banyak di simpan di luar negeri. Di samping itu, dana-dana yang selama ini diparkir di luar negeri dapat kembali masuk ke tanah air bila pemerintah secepatnya menerapkan pengampunan pajak (tax ammesty).

f) Pengampunan pajak (tax ammesty) dapat berpengaruh positif bagi pasar uang pada Bursa Efek Indonesia. Bila kebijakan ini diterapkan maka mempunyai potensi terjadi penambahan emiten baru karena perusahaan-perusahaan tidak perlu khawatir atas permasalahan pajak yang telah lewat. Karena masalah perpajakan merupakan salah satu faktor yang dianggap memberatkan bagi calon emiten untuk mengubah status perushaaannya menjadi perusahaan terbuka

g) pemerintah dapat mengkonsentrasikan atau memfokuskan pada upaya pemberantasan korupsi. Demikian juga dengan diimplementasikan pengampunan pajak (tax ammesty) maka asset recovery-nya lebih mudah karena tidak perlu melakukan penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan proses hukum lainnya untuk mengambil asset koruptor. Asset recovery adalah perbandingan antara jumlah kerugian negara yang didakwakan dengan penyitaan asset atau pengembalian asset korupsi. Selama ini persentase asset recovery masih relatif kecil. Persentase asset recovery dapat dijadikan acuan penentuan tarif pengampunan pajak (tax ammesty)

(15)

a) Tidak mempunyai payung hukum yang dapat menjadi landasan hukum implementasi pengampunan pajak (tax ammesty) yang dapat memberikan aturan jelas. Hal ini akan menambah keraguan bagi wajib pajak dan calon wajib pajak. Namun apabila implementasi pengampunan pajak (tax ammesty) akan diterapkan maka berarti harus di buat terlebih dahulu peraturan perpajakan (undang-undang)yang mengatur tentang hal itu. Hal in tentu saja akan memakan waktu yang lebih lama karena tentu saja harus mendapat persetujuan dari DPR (Dewan Pertimbangan Rakyat).

b) Dianggap mencederai asas keadilan.

Pengampunan pajak (tax ammesty) dianggap mencederai keadilan bagi masyarakat yang selama ini patuh membayar pajak. Apalagi pada tahun 1964 dan 1984, pengampunan pajak (tax ammesty) berjalan tidak efektif karena minimnya ketersediaan data perpajakan. Tidak ada lengkapnya basis data perpajakan membuka kemungkinan petugas pajak untuk mendeteksi kekayaan yang tak dilaporkan. Pengemplang pajak pun tak perlu khawatir akan tertangkap. Terlebih, kekayaan yang tidak dilaporkan pada umumnya berada di luar negeri sehingga benar-benar jauh dari jangkauan petugas pajak.

c) Pengampunan pajak (tax ammesty) dikhawatirkan tidak akan berjalan secara konsisten. Banyak yang menilai jika kekurangan penerimaan pajak tidak hanya bisa diselesaikan dengan kebijakan pengampunan pajak (tax ammesty) tersebut. Belum adanya kejelasan mengenai kewajiban bagi wajib pajak untuk menempatkan kekayaannya di dalam negeri, besar kemungkinan individu-individu yang meminta pengampunan pajak (tax ammesty) akan menyembunyikan kembali kekayaan mereka di luar negeri ketika manfaat pengampunan pajak (tax ammesty) tak lagi diberikan.

d) Pengampunan pajak (tax ammesty) Hanya Beri "Karpet Merah" bagi Koruptor.

(16)

di Indonesia. Menurut mereka, pengampunan pajak (tax ammesty) hanya dijadikan bahasa kampanye oleh politisi untuk memuluskan proyek-proyek swasta.

Selain itu ada beberapa langkah yang ditempuh pemerintah Indonesia khususnya Direktorat Jenderal Pajak guna meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak, antara lain melaksanakan program Sensus Pajak Nasional. Selain itu melakukan penyempurnaan peraturan untuk menangani tindakan penghindaran pajak (tax avoidance), tindakan penggelapan pajak melalui transfer pricing, dan pengenaan pajak final. Selain itu salah satu bentuk upaya atau inovasi lain dalam system perpajakan yang berguna meningkatkan penerimaan pajak tanpa menambah beban baik jenis pajak baru maupun persentase pajak yang sudah ada kepada masyarakat, dunia usaha dan para pekerja adalah melalui program pengampunan pajak (tax ammesty).

Salah satu tujuan pengampunan pajak (tax ammesty) ini diharapkan dapat mengurangi citra negatif pada aparat perpajakan yang selalu dipersepsikan selalu bersikap sewenang-wenang dan harus selalu dihindari, berubah menjadi hubungan yang lebih “friendly”. Pada dasarnya inovasi atau upaya ini dapat diterapkan di Indonesia. Keunggulan yang diharapkan bila kebijakan pengampunan pajak (tax ammesty) diimplementasikan yaitu akan dapat mendorong masuknya dana-dana dari luar negeri yang dalam jangka panjang dapat digunakan sebagai pendorong investasi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menstimulasi perekonomian nasional.

Berikut langkah yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak, Kementerian Keuangan dan Wajib Pajak pasca Pengampunan Pajak (tax amnesty)?

1. Pembenahan Institusi dan Peraturan

(17)

reformasi perpajakan, antara lain revisi aturan perundang-undangan terkait Perpajakan, perbaikan administrasi, dan reformasi kelembagaan pajak. Setelah ini (tax amnesty), program yang dilakukan yaitu menuntaskan reformasi. Jadi yang belum terselesaikan seperti revisi undang-undang, perbaikan adminsitrasi IT, reformasi kelembagaannya.

Adapun revisi peraturan perundang-undangan yang diajukan Tim Reformasi Pajak adalah Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), UU Pajak Penghasilan (PPh), dan UU Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Undang-Undang sedang diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat. Akan mulai dibahas. Kalau di internal, peraturan menteri itu sedang diperbaiki.

Dari segi tindakan. Tim Reformasi Perpajakan akan menyelesaikan dengan penegak hukum. Kalau dari sisi tindakannya penegakan hukum, dan memperkuat pengawasan di lapangan. itu yang akan dilakukan. Pelaksanaan program tax amensty sudah cukup berhasiil. Kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah untuk mensukseskan program tersebut. Masih ada kesan ini hajatannya Kementrian Keuangan, Ditjen pajak. Meskipun Presiden mendukung, tidak terlihat adanya koordinasi yang baik termasuk dengan Kepolisian, Kejaksaan atau yang lain. tax amensty akan menjadi awal baru bagi perpajakan Indonesia. Program pengampunan pajak berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat soal pentingnya pajak bagi pembangunan negeri.

2. Pembenahan Mekanisme Perpajakan

(18)

Ditjen Pajak dalam memberikan pelayanan, tidak diperlukan bertemu face to face dengan wajib pajak. Bahkan untuk pemeriksaan kasus pajak, Ditjen Pajak memastikan tidak akan ada lagi pemeriksaan di luar kantor pajak. Dengan begitu, pertugas pemeriksa tidak lagi bisa bertemu wajib pajak di luar kantor. Pemeriksaan, akan jalan sepanjang ada data. Kalau tidak ada data tidak akan kami lakukan pemeriksaan karena prinsipnya adalah self assesment.

Dengan prinsip self assesment, wajib pajak masih menentukan besar kecilnya jumlah utang pajak. Sementara pemeriksaan hanya melakukan koreksi atas data dari wajib pajak. Pemeriksa tidak boleh ketemu wajib pajak di luar Kantor Ditjen Pajak. Pada saat pemeriksaan pertama wajib pajak yang dipanggil.

Tidak ada kepala kantor atau siapa saja, apakah staf pemeriksa atau AR (account representative) melakukan pertemuan dengan Wajib Pajak di luar jam kantor dan di luar kompleks kantor, atau di luar ruangan kantor yang sudah ditetapkan. Fiskus juga tidak boleh melakukan pemeriksaan berdasarkan angka-angka yang tidak jelas asal muasalnya. Oleh karena itu, dalam melakukan pemeriksaan, fiskus harus memiliki data yang valid agar Wajib Pajak tidak merasa dihadapkan pada pemeriksaan yang sifatnya secara semena-mena atau tidak memiliki dasar yang jelas.

Proses pemeriksaan memiliki standar operasional prosedur (SOP) baru terkait bisnis proses antara Wajib Pajak dan aparatur pajak atau fiskus. Seluruh bisnis pemungutan pajak harus dilakukan oleh fiskus secara layak melalui bisnis proses dan etika pejabat publik. Dalam melakukan tugas ini dengan sungguh-sungguh dan secara konsisten sehingga diharapkan Wajib Pajak juga menghormati dengan tidak melakukan upaya-upaya, seperti melakukan penyogokan kepada petugas pajak.

(19)

tidak memiliki data. Barulah, selanjutnya Wajib Pajak dipanggil untuk menjelaskan data yang dimiliki oleh fiskus dan SPTnya. Pemeriksa dilarang sama sekali berhubungan atau dalam rangka pekerjaannya bertemu di luar kantor, jadi di kantor pajak nanti ada CCTV, ada rekaman, ada yang mengawasi juga.

3. Memburu Wajib Pajak “Nakal”

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo telah berjanji akan memburu para penghindar pajak yang tidak memanfaatkan program Pengampunan Pajak (tax amnesty). Para wajib pajak yang telah mendapatkan Pengampunan Pajak (tax amnesty) juga dituntut untuk seterusnya patuh menunaikan kewajiban perpajakan mereka. Pemerintah tidak boleh berat sebelah. Jangan mentang-mentang sudah memiliki data lengkap peserta Pengampunan Pajak (tax amnesty), yang dikejar-kejar nantinya justru hanya mereka.

Bagi para wajib pajak yang tidak memiliki kesadaran dan terus berusaha menyembunyikan harta mereka dibiarkan bebas. Data para terduga penghindar pajak tidak sulit diperoleh. Pemerintah memiliki daya dan kuasa untuk menelusuri kekayaan dan perolehan pendapatan wajib pajak dari berbagai sumber. Tidak ada satupun perusahaan di negara ini lepas dari mata Dirjen Pajak. Para petugas pemeriksa pajak tersebut akan bekerja secara serius. Sehingga sulit bagi Wajib Pajak yang bandel untuk menyembunyikan hartanya. Mudah-mudahan pemeriksa kita semua bekerja sesuai aturan. Jangan bekerja asal-asalan.

Era keterbukaan informasi akan segera berlangsung dengan berlakunya Automatic Exchange of Information (AEoI). Saat itu data keuangan dari 100 negara di seluruh dunia akan dibuka untuk tujuan perpajakan. Dengan demikian, pihak DJP akan semakin mudah untuk menyelidiki data Wajib Pajak yang tidak menjalankan kewajibannya. Artinya tidak ada lagi tempat sembunyi. Tahun depan sudah ada AEoI.

(20)

dari sisi penerimaan pajak. Masih ada sisi pengeluaran yang tidak boleh dianggap remeh. Kepatuhan membayar pajak akan percuma bila pemanfaatannya dipenuhi penyimpangan. Pegawai pajak masih leluasa bersekongkol dengan wajib pajak nakal untuk mengerat potensi penerimaan pajak

4. Peningkatan Kesadaran dan Kewajiban Wajib Pajak

Program Pengampunan Pajak (tax amnesty) dikatakan berhasil bila bisa meningkatkan kesadaran wajib pajak. Dengan kesadaran wajib pajak dapat menjadi pintu atau jembatan reformasi pajak. Selain kesadaran perlu konsisten dalam menjalankan kewajiban wajib pajak. Kewajiban dinilai sebagai langkah lanjutan dalam membangun budaya baru kepatuhan pajak. Kewajiban pertama yaitu pengalihan dan investasi harta di dalam negeri.

Wajib Pajak yang melakukan repatriasi, wajib mengalihkan harta dari luar negeri ke Indonesia dan menempatkan dana tersebut dalam instrumen investasi sesuai ketentuan yang berlaku. Penempatan dana dalam instrumen investasi di Indonesia ini berlaku paling kurang tiga tahun, sejak harta dialihkan ke indonesia.

Bagi Wajib Pajak yang melakukan deklarasi harta dalam negeri, juga memiliki kewajiban untuk tidak mengalihkan harta tersebut keluar dari Indonesia, dalam jangka waktu paling singkat selama tiga tahun. Ini terhitung sejak Wajib Pajak tersebut menerima Surat Keterangan Pengampunan Pajak (SKPP). Kewajiban kedua, para Wajib Pajak yang telah mengikuti program tax amnesty juga diwajibkan untuk melakukan pelaporan berkala atas harta tambahannya.

(21)

tempat Wajib Pajak terdaftar. Caranya dengan mendatangi langsung atau melalui pos dengan tanda bukti pengiriman surat, dan saluran lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

5. Sanksi dan Pidana bagi Pelanggar Pajak

DJP telah menyiapkan sanksi bagi Wajib Pajak yang tidak menjalankan kewajiban ini. Sanksinya berupa pengenaan pajak dengan tarif normal hingga 30 persen atas harta bersih tambahan yang telah diungkapkan dalam Surat Penyampaian Harta (SPH), beserta sanksi administrasi dua persen per bulan selama maksimal 24 bulan. Sementara bagi Wajib Pajak yang menolak membereskan catatan perpajakan masa lalu dan tidak mengikuti program Pengampunan Pajak (tax amnesty) juga akan menghadapi risiko.

Pada pasal 18 UU Pengampunan Pajak, Wajib Pajak tersebut akan dikenakan tarif pajak hingga 30 persen beserta sanksi atas harta yang tidak pernah diungkapkannya. Bagi Wajib Pajak yang telah ikut Pengampunan Pajak (tax amnesty), tapi masih menyembunyikan hartanya, akan dikenakan tarif hingga 30 persen dan juga denda sebesar 200 persen. Bila sanksi denda masih dirasa kurang maka perlu adanya tindakan penyitaan terhadap aset wajib pajak nakal atau ahli waris dan bila masih belum terpenuhi tindakan penyitaan aset keluarga wajib pajak nakal. Tindakan ini bertujuan untuk memberikan efek jera kepada pelanggar pajak di Indonesia.

Penulis:

Nama : Qio Qio Suryanto Hartono NBI : 1311401510 / Kelas R

Fakultas Hukum

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian air dilakukan setelah tanah tampak retak-retak (lebar sekitar 1 cm) dan tanaman masih segar, penggenangan setinggi 1-2 cm selama 2 jam, selanjutnya kondisi

Mengingat sering terjadi akibat tindakan-tindakan atau keputusan- keputusan bisnis para pemegang saham pengendali perusahaan yang berpotensi merugikan para investor, perlindungan

(dengan hasil uji normalitas Shapiro-Wilk p= 0.078) ji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat malodor sebelum dan sesudah pencucian luka

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena setiap manusia memiliki respon yang berbeda dari setiap perubahan, Oleh karena itu perlu dilakukan eksplorasi lebih dalam

Judul Tugas Akhir : PENERAPAN METODE DECISION TREE DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA ID3 UNTUK PEMBUATAN SISTEM PENILAIAN KINERJA GURU (Studi Kasus SMAN 8 Malang) Dengan ini

Barangsiapa bertahmid kepada Allah seratus kali ketiak pagi dan seratus kali ketiak sore hari maka ia seperti orang yang membawa seratus kuda perang untuk

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

Kedua belah pihak yang melakukan konflik antar kampung dapat diancam dengan hukuman pidana apabila konflik antar kampungini dilakukan dengan sengaja dan