• Tidak ada hasil yang ditemukan

Temu Sosial Ilmiah SMA Negeri 8 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Temu Sosial Ilmiah SMA Negeri 8 Jakarta"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Kesadaran Remaja dengan Pelestarian

dan Kelestarian Budaya Lokal Desa Alamendah

Bandung Jawa Barat

Karya Ilmiah

Diajukan kepada panel juri Temu Sosial Ilmiah Smandel

Disusun oleh:

Kelompok 4 TeSIS

Alifiya Yusuf Arkana 24776

Dendiza Abdillah Prazos 24556

Enrilla Bella Putri 24785

Gracella Audrey Phlycia Annasthacia 24718

Indira Jihan Shafira 24578

Karla Gracia Sembiring 24644

Muhammad Andhika Pratama 24648

Muhammad Zakiy Saputra 24798

Nabilah Nurul Islami 24800

Rania Rifdah Taufiq 24840

Salma Tabitha Pasya 24697

Syafinaz Athallia Dicky 24769

(2)
(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Ilmiah ini telah dibaca dan disetujui oleh:

Pembimbing Materi

Rossy Lanasari, S.Pd NUPTK 5153761662300063

Pembimbing Teknis

Edy Pramono, S.Pd. NIP/NRK

197003231999031003/141358

Kepala SMA Negeri 8 Jakarta

Drs. Agusman Anwar

NIP/NRK 196110251989051001/149529

(4)

ABSTRAKSI

Seiring dengan perkembangan teknologi, arus globalisasi membawa banyak pengaruh budaya asing yang dengan perlahan dapat menghapus identitas bangsa. Budaya merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga serta perlu dilestarikan. Hal ini tentu menjadi tanggung jawab generasi muda dan juga perlu dukungan dari berbagai pihak, namun tidak banyak masyarakat khususnya generasi muda yang telah menjaga dan melestarikan serta mengembangkan budayanya sendiri. Banyak generasi muda atau remaja yang lebih tertarik dengan budaya asing yang dipandang lebih modern sehingga banyak budaya lokal yang mulai pudar kelestariannya.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan kesadaran remaja dengan pelestarian dan kelestarian budaya lokal Desa Alamendah. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah peneilitian deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian ini sebanyak 65 responden dari 166 remaja di RW 006, RW 007, RW 011 Desa Alamendah dimana pengumpulan data dilaksanakan selama 2 hari. Hasil perhitungan kuesioner lalu dilakukan dengan menggunakan skala Guttman kemudian dilanjutkan dengan pembuktian hubungan dengan rumus Pearson’s Product Moment Correlations. Peneliti mendapatkan bahwa tidak terdapat hubungan kuat antara kesadaran remaja dengan pelestarian dan kelestarian budaya lokal desa Alamendah. Peneliti juga menemukan bahwa kesadaran remaja dengan pelestarian telah mencapai tingkat keempat dari lima tingkatan kesadaran budaya menurut Wunderle, yaitu tingkat “cultural understanding”.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya karya ilmiah ini dapat Penulis selesaikan tepat waktu. Karya ilmiah ini Penulis susun dalam rangka memenuhi tugas Bahasa Indonesia. Guna memenuhi syarat-syarat tersebut, Penulis memilih judul: Hubungan Kesadaran Remaja dengan Pelestarian dan Kelestarian Budaya Lokal Desa Alamendah, Bandung, Jawa Barat. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. Agusman Anwar selaku Kepala SMA Negeri 8 Jakarta.

2. Seluruh guru SMA Negeri 8 Jakarta yang telah meluangkan waktu untuk mendukung penelitian, serta memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

3. Keluarga penulis yang telah memberikan dukungan dari awal hingga akhir proses pembuatan karya ilmiah.

4. Masyarakat Desa Alamendah yang telah menerima Penulis dan membantu proses penelitian karya ilmiah.

5. Serta semua pihak yang telah turut membantu dan mendukung penulisan karya ilmiah ini.

Terlepas dari itu semua, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini masih ada kekurangan dan kelemahannya. Oleh sebab itu, Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan karya ilmiah ini.

Akhir kata, Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta, Maret 2017

Tim Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ……….…………...……… i

LEMBAR PENGESAHAN……….……... ii

KATA PENGANTAR ……….……... iii

DAFTAR ISI………...………...………...…... iv

BAB I ………...……… 1

PENDAHULUAN………...……….. 1

1.1 Latar Belakang ………...………... 2

1.2 Batasan Masalah ………....………...……...……... 3

1.3 Perumusan Masalah ………...……...……... 3

1.4 Tujuan Penelitian ………...………... 3

1.5 Manfaat Penelitian ……… .………….. 4

BAB II ………...………... 5

TINJAUAN PUSTAKA ………...………... 5

2.1 Kesadaran Remaja ………...………. 6

2.1.1 Kesadaran………...………...6

2.1.2 Remaja ………...……….. 6

2.2 Pelestarian dan Kelestarian Budaya Lokal………....……….. 7

2.2.1 Pelestarian dan Kelestarian ………...………... 7

2.2.2 Budaya Lokal………...………... 8

2.3 Hubungan Kesadaran Remaja dengan Pelestarian dan Kelestarian Budaya Lokal .. 8

BAB III ...………...….………...………...10

METODOLOGI PENELITIAN ………...………... 10

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ………..………. 11

3.2 Identifikasi Variabel ………...………... 11

3.3 Metode Penelitian ...………...……...………….... 11

3.4 Teknik Pengambilan Sampel………...………….. 11

3.4.1 Populasi ………...…………...11

3.4.2 Responden ………..………..11

3.5 Instrumen Penelitian ………...……….. 12

(7)

3.5.1 Kuesioner ………...….…... 12

3.6 Teknik Pengumpulan Data ………..….……... 12

3.7 Teknik Analisis Data ………...…. 12

BAB IV ……… . 14

HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. . 14

4.1 Kesadaran Remaja dengan Pelestarian Budaya ……….... 15 4.2 Kesadaran Remaja dengan Kelestarian Budaya ………... 16 4.3 Hubungan antara Pelestarian Budaya dengan Kelestarian Budaya ……….. 17 BAB V .. ………. 19

PENUTUP... ..………. . 19

5 .1 Kes impulan... ……….. 20

5 .2 Saran... ………. 20

DAFTAR PUSTAKA... ……….. 21

LAMPIRAN... ……….. 22

(8)
(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki setidaknya 1.340 suku bangsa (Sensus BPS tahun 2010). Setiap suku bangsa tentunya memiliki identitas dan ciri khas masing-masing yang menjadi budaya mereka. Budaya sendiri didefinisikan sebagai tipikal karakteristik perilaku dalam suatu kelompok (Murphy Dan Hildebrandt). Ribuan budaya kelompok atau suku tersebut lalu membentuk satu identitas nasional dan merupakan aset berharga Bangsa Indonesia yang memperkaya budaya nasional.

Seiring dengan perkembangan teknologi, arus globalisasi membawa banyak pengaruh budaya asing. Perlahan namun pasti, pengaruh budaya asing dapat menghapus identitas bangsa, sehingga bukan tidak mungkin lagi kekayaan budaya Indonesia diakui oleh bangsa lain. Oleh karena itu, budaya yang merupakan identitas bangsa harus dihormati dan dijaga serta perlu dilestarikan agar tidak hilang dan bisa menjadi warisan anak cucu kelak karena adat istiadat adalah warisan dari leluhur. Hal ini tentu menjadi tanggung jawab generasi muda dan juga perlu dukungan dari berbagai pihak karena ketahanan budaya merupakan salah satu identitas suatu negara. (Prof. Dr. Yaswirman). Akan tetapi, belum banyak generasi muda yang telah menjaga dan melestarikan serta mengembangkan budayanya sendiri.

Desa Alamendah mempunyai kebudayaan lokal yang cukup beragam dalam bentuk kesenian, festival, maupun ritual. Bentuk kesenian yang dimiliki yaitu seni musik tradisional yang meliputi permainan karinding, angklung, calung, dan kecapi suling. Ada pula bentuk seni gerakan seperti tari jaipong, reog (jenaka), pencak silat, dan wayang golek. Desa Alamendah juga mempunyai kesenian yang dipengaruhi unsur agama seperti pupuh, nasyid, dan pupujian. Terdapat pula sanggar di RW 18 (Legokkondang) yang mengajarkan anak-anak desa tersebut keterampilan bermain karinding, calung, dan pencak silat. Selain itu, seni musik dan tari juga diajarkan di beberapa instansi pendidikan seperti Pesantren Al-Ittifaq di RW 011.

(10)

diadakan Festival Kawah Putih yang digelar untuk memperingati 100 tahun ditemukannya kawah putih serta mengenalkan alat musik tradisional Sunda yang saat itu hampir tidak diketahui orang, sedang alat ini merupakan kearifan lokal dari budaya Sunda. Festival ini diselenggarakan oleh Perum Perhutani III Jawa Barat dan Banten.

Festival Kawah Putih lalu dijadikan agenda rutin tahunan. Agenda utama dari Festival Kawah Putih ini adalah pementasan seni budaya dari Bandung Selatan serta menampilkan pegelaran sendra tari yang menceritakan tentang cikal bakal Kawah Putih serta perkembangannya dari waktu ke waktu. Salah satu kegiatan lain di festival ini adalah digelarnya acara spiritual adat warga di kawasan Kawah Putih sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta.

Pada tahun 2014 juga mulai diadakan Gelar Budaya yang memamerkan kebudayaan masyarakat Desa Alamendah seperti benda-benda pusaka, alat musik, alat memasak, serta senjata khas Sunda. Kesenian Sunda seperti karinding, kecapi suling dan pencak silat juga ditampilkan. Gelar budaya secara rutin diadakan pada 28 Oktober bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. terhadap pelestarian budaya dengan kelestarian budaya lokal desa Alamendah.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana hubungan kesadaran remaja dengan pelestarian dan kelestarian budaya lokal Desa Alamendah?

1.4 Tujuan Penelitian

(11)

2. Mengetahui hubungan antara kesadaran remaja dengan pelestarian dan kelestarian budaya lokal Desa Alamendah.

3. Sebagai penyelesaian tugas pembuatan karya Ilmiah dalam rangkaian acara Temu Sosial Ilmiah SMA Negeri 8 Jakarta (TeSIS).

4. Sebagai wadah pengembangan diri dan aktualisasi ilmu yang sudah dipelajari terutama dalam bidang bahasa, sosiologi, dan budaya.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan tentang kesadaran remaja Desa Alamendah terhadap pelestarian budaya lokal Desa Alamendah.

2. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk menentukan kebijakan dalam menyusun strategi pengembangan kelestarian budaya di Desa Alamendah.

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesadaran Remaja

2.1.1 Kesadaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sadar artinya merasa; tahu dan mengerti. KBBI juga mengartikan kesadaran sebagai hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang.

Jatmiko (2006) menjelaskan bahwa kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti. Kesadaran merupakan unsur yang ada dalam diri manusia untuk memahami realitas dan bagaimana mereka merespon atau bersikap terhadap realitas tersebut.

Kesadaran diri merupakan proses mengenali motivasi, pilihan dan kepribadian kita lalu menyadari pengaruh faktor-faktor tersebut atas penilaian, keputusan dan interaksi kita dengan orang lain. Kesadaran dapat dikategorikan menjadi kesadaran pasif dan kesadaran aktif. Kesadaran pasif adalah keadaan dimana seorang individu bersikap menerima segala rangsangan yang diberikan pada saat itu, baik rangsangan internal maupun eksternal, sedangkan kesadaran aktif adalah kondisi dimana seseorang menitikberatkan pada inisiatif dan mencari dan dapat menyeleksi rangsangan yang diberikan.

2.1.2 Remaja

World Health Organization mengartikan masa remaja (adolescence) sebagai suatu periode dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia yang berlangsung sesudah masa kanak-kanak dan sebelum masa dewasa, dari umur 10 tahun hingga 19 tahun.

(13)

fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang (Zakiah Darajat,1990: 23). Sesuai dengan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa di masa remaja seseorang sudah dapat berpikir rasional mengenai tindakan yang dilakukannya, namun belum sepenuhnya stabil dan mencapai kematangan seperti orang dewasa.

Masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik yang cepat dan menonjol, seperti bertambahnya tinggi badan dan berat badan secara signifikan, munculnya kumis, dan berubahnya suara menjadi lebih berat. Saat masa remaja, muncul kepribadian yang lebih mandiri, dan berpikir lebih logis. Pada masa remaja, manusia rentan akan pengaruh dari lingkungan sekitarnya karena di masa ini seseorang akan berada dalam proses pencarian jati dirinya. Oleh karena itu, bimbingan dan pengawasan orang dewasa sangat diperlukan saat seseorang memasuki masa remaja.

Jadi, kesadaran remaja dalam penelitian ini adalah keadaan dimana remaja yang telah dapat berpikir logis, namun masih dalam tahap perkembangan memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap suatu hal atau rangsangan. Reaksi terhadap rangsangan tersebut dapat berupa penerimaan ataupun penyeleksian.

2.2 Pelestarian dan Kelestarian Budaya Lokal

2.2.1 Pelestarian dan Kelestarian

(14)

menerus untuk mempertahankan sesuatu agar tetap dan stabil pada kondisi tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

2.2.2 Budaya Lokal

Budaya berasal dari Bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal) dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Selo Soemardjan dan Soelaeman Somardi dalam Soekanto (1996:55) merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

Budaya lokal adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang serta dimiliki dan diakui oleh masyarakat suku bangsa setempat. Budaya lokal biasanya tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat suku atau daerah tertentu karena warisan turun-temurun yang dilestarikan. Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang multikultural, sehingga budaya nasional kaya akan berbagai budaya lokal tiap suku dan daerah. Wujud konkret dari budaya meliputi bahasa, pakaian, sikap dan perilaku, seni, serta peralatan hidup.

Jadi, pelestarian dan kelestarian budaya lokal dalam penelitian ini adalah upaya untuk melindungi budaya lokal terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan suatu kegiatan, serta menjaga kelestarian dengan mempertahankan kestabilan budaya lokal sebagai alat pemersatu bangsa dan kekayaan nasional.

2.3 Hubungan Kesadaran Remaja dengan Pelestarian dan Kelestarian

Budaya Lokal

(15)

generasi muda penerus bangsa, remaja diharapkan memiliki kesadaran untuk meneruskan warisan dan kekayaan budaya Indonesia.

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dimulai pada tanggal 16 Desember 2016 sampai dengan 19 Desember 2016.

3.2 Identifikasi Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2009: 60). Penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu kesadaran remaja Desa Alamanendah terhadap pelestarian budaya dan kelestarian budaya lokal di Desa Alamendah.

3.3 Metode Penelitian

Jenis metode penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta dan sifat populasi secara aktual dan cermat. Sedangkan, kuantitatif karena menggunakan sistem perhitungan agar data yang didapat akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi yang peneliti pilih dalam penelitian ini adalah remaja Desa Alamendah di RW 006, RW 007 dan RW 011 dengan rentang umur 10 - 19 tahun yang berjumlah 166 orang.

3.4.2 Responden

(17)

Non-Probability Sampling. Teknik ini tidak memberikan kesempatan dan peluang pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel (Riduwan, 2006). Secara lebih spesifik, peneliti menggunakan metode Sampling Kuota yang merupakan bagian dari teknik Non-Probability Sampling. Sampling Kuota ialah teknik penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang dikehendaki atau pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu (Riduwan, 2006). Dalam penelitian ini, sampel yang peneliti ambil ialah remaja (10 - 19 tahun) dalam RW 006 dan Pondok Pesantren Alif al-Ittifaq (MTs dan MA).

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Kuesioner

Untuk memudahkan peneliti dalam mendapatkan hasil dan menarik kesimpulan, peneliti tidak menggunakan panca indera sebagai tolak ukur (kualitatif). Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner yang dibuat oleh peneliti sendiri dengan berbagai sumber panduan.

Dalam kuesioner yang disebar oleh peneliti, terdapat sejumlah butir pertanyaan dengan sistem kuesioner tertutup. Pilihan jawaban yang peneliti gunakan dalam kuesioner tersebut menggunakan Skala Guttman. Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten (Riduwan, 2006). Yang peneliti gunakan untuk perhitungan yaitu ”Ya” Yang bernilai 1 poin dan “Tidak” yang bernilai 0 poin bagi pernyataan yang bersifat positif dan “Ya” yang bernilai 0 poin dan “Tidak” yang bernilai 1 poin bagi pernyataan yang bersifat negatif.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Pada tanggal 5 Desember 2016 dilakukan persiapan awal

2. Pada tanggal 15 Desember 2016 dilakukan pembuatan kuesioner

3. Pada tanggal 17 dan 18 Desember 2016 dilakukan penyebaran kuesioner

(18)
(19)
(20)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kesadaran Remaja dengan Pelestarian Budaya

Kesadaran remaja terhadap pelestarian yang telah diteliti di RW 006, RW 007, dan RW 011 dapat dibagi menjadi lima tingkat kesadaran budaya menurut Wunderle (2006). Tingkat pertama dengan rentang persentase 0 - 20% dengan deskripsi “data dan information”. Dalam tingkat ini responden hanya memiliki data dan informasi tentang beragam perbedaan yang ada. Lalu terdapat tingkat kedua dengan rentang persentase 20 - 40% dengan deskripsi “culture consideration”. Pada tingkat ini responden telah memperoleh pemahaman terhadap budaya dan faktor apa saja yang menjadi nilai-nilai dari budaya tertentu. Hal ini akan memberikan pertimbangan tentang konsep-konsep yang dimiliki oleh suatu budaya secara umum dan dapat memaknai arti dari culture code yang ada. Tingkat ketiga dengan rentang 40 - 60% dengan deskripsi “culture knowledge”. Pada tingkatan ini, responden telah memiliki pengetahuan mengenai budaya orang lain dan budayanya sendiri. Tingkat keempat dengan rentang 60 - 80% dengan deskripsi “cultural understanding”. Pada tingkatan ini, responden telah mempunyai kesadaran mendalam pada kekhususan budaya yang memberikan pemahaman hingga pada proses berfikir mengenai pelestarian budaya. Tingkat kelima dengan rentang 80 - 100% dengan deskripsi “cultural competence”. Tingkat ini merupakan tingkat tertinggi dalam tingkat kesadaran budaya menurut Wunderle (2006) dimana responden dapat menentukan dan mengambil suatu keputusan dan kecerdasan budaya, serta mempunyai pemahaman secara intensif terhadap kelompok dan budaya tertentu.

Nilai rata-rata kesadaran remaja terhadap pelestarian di RW 006, RW 007, dan RW 011 dapat diperoleh dari rumus:

M = rata-rata

(21)

� = total responden

Berdasarkan perhitungan rata-rata skor dari variabel kesadaran remaja terhadap pelestarian di RW 006, RW 007, dan RW 011 di Desa Alamendah, Jawa Barat dengan jumlah skor sebesar 4844 dibagi jumlah responden sebanyak 65 remaja, peneliti mendapatkan persentase sebesar 74,523%. Angka tersebut menunjukkan bahwa kesadaran remaja terhadap pelestarian di RW 006, RW 007, dan RW 011 telah mencapai tingkat keempat yaitu tingkat “cultural understanding”.

Dari pengelompokkan kelima tingkat tersebut untuk tingkat “cultural competence” dengan frekuensi 17 menghasilkan persentase sebesar 26,2%. Tingkat “cultural understanding” dengan frekuensi 42 menghasilkan persentase sebesar 64,6%. Tingkat “culture knowledge” dengan frekuensi 6 menghasilkan persentase sebesar 9,2%. Tingkat “culture consideration” dengan frekuensi 0 menghasilkan persentase sebesar 0%. Sedangkan, tingkat “data and information” memiliki presentase sebesar 0%.

4.2 Kelestarian Budaya Lokal

Dalam penilaian variabel kelestarian budaya lokal di RW 006, RW 007, dan RW 011, peneliti menggunakan perhitungan Skala Guttman dengan kriteria objektif. Dikarenakan dalam skala Guttman pilihan jawaban hanya 2, maka penentuan kriteria objektif tetap pada interval 50%, sehingga skor diatas 50% termasuk kategori “Cukup” sedangkan skor dibawah 50% termasuk kategori “Kurang”. Sama seperti sebelumnya, nilai rata-rata dari kelestarian budaya remaja Desa Alamendah juga bisa dihitung menggunakan rumus rata-rata yang sama seperti pelestarian budaya, namun pada lambang variabel yang digunakan, peneliti menggunakan huruf “y” untuk variabel kelestarian budaya.

M = rata-rata

(y) = jumlah skor dari variabel y (kelestarian budaya lokal)

(22)

Berdasarkan perhitungan rata-rata skor dari variabel kelestarian budaya lokal di RW 006, RW 007 dan RW 011 Desa Alamendah, Bandung, Jawa Barat, dengan jumlah skor dari variabel kelestarian budaya lokal 4986 dibagi dengan jumlah responden sebanyak 65 remaja, angka yang didapat oleh peneliti adalah 77. Angka tersebut menunjukkan bahwa kelestarian budaya di RW 006, RW 007 dan RW 011 Desa Alamendah, Bandung, Jawa Barat termasuk kategori “Cukup”. Dari pengelempokkan kedua kategori tersebut untuk kategori “Cukup” dengan frekuensi 63 didapatkan presentase sebesar 97%, sementara untuk kategori “Kurang” dengan frekuensi 2 menghasilkan presentase sebesar 3%.

4.3 Hubungan antara Kesadaran Remaja dengan Pelestarian dan

Kelestarian Budaya Lokal

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah terdapat korelasi positif antara kesadaran remaja dengan pelestarian dan kelestarian budaya lokal di RW 006, RW 007, dan RW 011 Desa Alamendah, Bandung, Jawa Barat. Untuk membuktikan apakah terdapat hubungan antara kedua variabel maka peneliti menggunakan rumus dari Pearson’s Product Moment Correlations. Dalam menggunakan rumus Pearson’s Product Moment Correlations terdapat variabel X dan Y. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel X adalah kesadaran remaja dengan pelestarian budaya dan variabel Y adalah kelestarian budaya lokal. Berikut merupakan perhitungan dengan menggunakan rumus Pearson’s Product Moment Correlations:

(23)

budaya lokal Desa Alamendah, Bandung, Jawa Barat yang diukur melalui Bagian II kuesioner yang telah diisi oleh responden. Untuk angka “372400” merupakan jumlah hasil kali variabel “x” dan “y”, angka “366736” merupakan jumlah kuadrat variabel “x”, dan angka “394490” merupakan jumlah kuadrat variabel “y”.

Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat korelasi koefisien antara kedua variabel sebesar 0,1. Dalam rumus Pearson’s Product Moment Correlations terdapat Skala Pearson’s yang menyatakan bahwa apabila rentang koefisien korelasinya di antara 0,00 sampai 0,20 maka hubungannya tidak begitu kuat dan dapat diabaikan, di antara 0,21 sampai 0,40 maka hubungannya termasuk tingkat yang rendah, di antara 0,41 sampai 0,60 maka hubungannya termasuk tingkat sedang, di antara 0,61 sampai 0,80 maka hubungannya termasuk dalam tingkat yang kuat, dan di antara 0,81 sampai 1,00 maka hubungannya termasuk dalam tingkat yang tinggi atau sangat tinggi. Hal ini membuktikan, bahwa tidak terdapat hubungan kuat antara kesadaran remaja dengan pelestarian dan kelestarian budaya lokal.

(24)
(25)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan secara terperinci dan menyeluruh, bahwa :

1. Peneliti menemukan bahwa kesadaran remaja dengan pelestarian budaya telah mencapai tingkat keempat dari lima tingkatan kesadaran budaya menurut Wunderle, yaitu tingkat “cultural understanding”.

2. Untuk menjaga kelestarian budaya, sebaiknya diadakan kegiatan kebudayaan rutin seperti pelatihan seni tari dan seni musik.

3. Meski Bahasa Sunda digunakan sebagai bahasa sehari-hari, peneliti melihat bahwa masyarakat setempat masih belum fasih dalam berbahasa Indonesia. Sebaiknya pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dan dalam lingkungan masyarakat lebih ditekankan.

(26)

Daftar Pustaka

Andale. 2012. “What is the pearson correlation coefficient.” http://www.statisticshowto.com/what-is-the-pearson-correlation-coefficient/ (diakses tanggal 15 Maret 2017)

Asnidar, Yuni. 2015. Evaluasi Potensi Agrowisata di Desa Alamendah Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Bogor: Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Blackmore, S. 2003. Consciousness: an Introduction. Oxford: Oxford University Press.

Hurlock, Elizabeth B. 2010. Developmental Psychology: A Life-Span Approach. Amerika Serikat: Mcgraw-Hill Education.

KBBI. 2012. Definisi kesadaran. http://kbbi.web.id/ (diakses tanggal 14 Desember 2016)

Mukaka, M. M. 2012. “Pearson’s product moment correlation coefficient.” https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3576830/#__sec3title (diakses tanggal 15 Maret 2017)

Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

WHO. 2015. Adolescent Health. http://www.who.int/topics/adolescent_health/en/ (diakses tanggal 15 Desember 2016)

Wijaya, Angga Sukma. 2010. “Festival Kawah Putih Ditutup.” https://m.tempo.co/read/news/2010/12/23/178301285/festival-kawah-putih-ditutup (diakses tanggal 15 Desember 2016)

Wunderle, William D. 2006. Through the Lens of Cultural Awareness: A Primer for US Armed Forces Deploying to Arab and Middle Eastern Countries. Amerika Serikat: Combat Studies Institute Press.

Yudono, Jodhi. 2012. “Festival Kawah Putih Angkat Kearifan Budaya Lokal.”

(27)
(28)
(29)
(30)

Ivan 17 68 B 6 85,7 A

Rata-Rata 74,5 B 76,7 B

(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian bertujuan untuk mengetahui : (1) Hubungan yang positif dan signifikan antara pemanfaatan media video dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas X IPS

Dari hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan media

(3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara harga diri (self esteem) dan pergaulan teman sebaya secara bersama-sama dengan hasil belajar Sosiologi siswa kelas XI

Jadi dapat dinyatakan bahwa fasilitas sekolah dan minat belajar secara bersama-sama memiliki memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar Sosiologi

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka simpulannya ialah faktor yang mempengaruhi interaksi sosial antara siswa difabel dengan siswa non-difabel adalah karena

Dari pengujian signifikansi koefisien regresi yang juga dilakukan dengan program SPSS diperoleh bahwa koefisien regresi tersebut signifikan, yaitu ditunjukkan oleh nilai Sig = 0,000 <

Pembahasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh data penelitian yang menunjukan adanya pengaruh signifikan pada penggunaan media penilaian hasil terhadap belajar siswa

Tabel 6 Tabel Analisis Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil Hasil uji T ini menunjukkan bahwa media pembelajaran Animasi Powtoon berbasis sejarah lokal cukup layak untuk dikembangkan