• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proporsi Fasad Bangunan Kompleks Pusat P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proporsi Fasad Bangunan Kompleks Pusat P"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 8 Nomor 1, J uni 2015

12

Proporsi Fasad Bangunan Kompleks Pusat Penelitian

Perkebunan Pabrik Gula Indonesia (P3GI) di Pasuruan

Dian Novia Putri Wijayanti, Antariksa, Noviani Suryasari

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Email: diannoviaputri0@gmail.com

ABSTRAK

Pusat Penelitian Perkebunan Pabrik Gula Indonesia (P3GI) yang berada di Kota Pasuruan merupakan salah satu badan penelitian gula peninggilan pemerintahan Belanda. Lokasi P3GI berada disalah satu kawasan bersejarah Kota Pasuruan. Permasalahan yang terjadi dikarenakan kepemilikan yang berpindah alih dari milik pemerintah membuat susahnya pengaplikasian Raperda Intesif Tentang Pelestarian Cagar Budaya. Ditunjukkan dengan beberapa rumah dinas P3GI yang sudah diratakan dengan tanah. Perlu adanya peninjauan pada proporsi fasad bangunan agar karakter bangunan tidak punah. Studi ini fokus pada fasad bangunan P3GI yang berumur lebih dari 50 tahun dan kondisi fasad yang masih baik. Rumah dinas yang terpilih berada di sepanjang Jalan Pahlawan, Kota Pasuruan, dan beberapa bangunan yang ada pada Kantor P3GI. Variabel untuk elemen-elemen pembentuk fasad, dibatasi hanya elemen-elemen yang ditemukan pada keseluruhan fasad P3GI. Metode yang digunakan, yaitu deskriptif research-kualitatif dengan survey langsung. Hasil studi menunjukkan karakter dari fasad bangunan masih terlihat, dengan adanya kesinambungan visual fasad antara kantor P3GI dan rumah dinas P3GI. Hasil dari analisis proporsi pada fasad lembaga P3GI, yaitu tidak ditemukannya sistem proporsi Golden Section pada fasad lembaga P3GI melainkan ditemukkannya pola peletakan elemen penyusun fasad berdasarkan fungsi.

Kata kunci: fasad, proporsi

ABSTRACT

Sugar Mill Plantation Research Center Indonesia (P3GI) situated in Pasuruan. Problems that occur because of the ownership of the switching over from promiscuous government, making difficult the application of draft Intensive about the Cultural Heritage Preservation. Thus need for review the propotion of the building's facade so that the character of the building is not extinct. This study focuses on building facades P3GI older than 50 years and the conditions are still good facade. Variables for forming elements of the facade, limited only elements that are found on the entire facade P3GI. The method used is descriptive qualitative research. The study shows the character of the facade of the building is still visible, with the visual continuity of the facade between the office and the home office P3GI P3GI. Results of the analysis of the proportion of the facade P3GI institution that is not found in the system on the facade of the Golden Section proportions P3GI institutions but there is a pattern of laying the constituent elements of the facade by function.

(2)

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 8 Nomor 1, J uni 2015

13

Pendahuluan

Pusat Penelitian Perkebunan Pabrik Gula (P3GI) merupakan salah satu lembaga riset pergulaan di Kota Pasuruan yang mempunyai potensi cagar budaya. P3GI yang memiliki sejarah panjang dengan usia lebih dari + 127 tahun yang dulu bernama Het

Proefstation voor de Java Suiker Industrie. Pada waktu didirikan pada tahun 1887,

institusi ini berperan dalam mendukung industri gula di wilayah Hindia Belanda agar mampu memberikan pelayanan kepada stakeholders, penyandang dana dan para pengguna teknologi gula. P3GI menjadi satu-satunya lembaga penelitian di Indonesia yang khususnya meneliti tentang gula dan pemanis.

Lembaga P3GI terdiri dari kantor P3GI dan rumah dinas P3GI. Tidak semua bangunan P3GI yang termasuk bangunan peninggalan pemerintahan Belanda. Beberapa rumah dinas yang berada di Jalan Pahlawan mulai punah. Penambahan ruang pada rumah dinas, perubahan bentuk rumah menjadi rumah yang lebih mengikuti style rumah modern. Perubahan fungsi rumah dinas menjadi bangunan komersial serta adanya rumah dinas yang sudah diratakan tanah. Permasalahan yang muncul membuat perlunya kajian terhadap proporsi untuk mengetahui karakter P3GI dan pola penyusunan elemen pada fasad P3GI yang mulai punah. Sistem proporsi yang dipilih adalah sistem Golden Section karena pada penelitian sebelumnya ditemukan aplikasi Golden Section pada bangunan pemerintah Belanda dengan umur bangunan yang lebih tua.

Metode Penelitian

Prijotomo (1987:3) mengatakan, bagian bangunan dan arsiterktur yang paling mudah untuk dilihat adalah bagian wajah bangunan atau yang lebih dikenal dengan sebutan façade bangunan. Bagian fasacade bangunan ini juga sering disebut tampak, kulit luar ataupun tampang bangunan, karena façade bangunan ini merupakan yang paling sering diberi penilaian oleh para pengamat tanpa memeriksa terlebih dahulu keseluruhan bangunan baik di keseluruhan sisi luar bangunan, maupun pada bagian dalam bangunan. Lippsmeier (1994) & Krier (1988), bahwa elemen-elemen arsitektur dapat mempengaruhi bentuk fasad bangunan, yaitu atap, dinding, lantai, pintu, jendela dan sun shading. Menurut Elam (2001), Golden Section Rectangle adalah sebuah perbandingan dari the Divine Proportion. The Divine Proportion adalah sebuah konsep yang berasal dari sebuah garis yang dibagi menjadi dua bagian dengan perbandingan dua bagian tersebut tidak sama.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif research-kualitatif dengan survei langsung. Pemilihan karakter objek studi berdasarkan beberapa pertimbangan, di antara umur bangunan serta kondisi fasad bangunan. Variabel yang terpilih merupakan variabel yang distudi pada fasad bangunan serta elemen-elemen penyusun fasad dengan prinsip desain sebagai indikator penelitian.

Objek penelitian

P3GI merupakan suatu kawasan dengan beberapa bangunan dengan fungsi yang berbeda dan beberapa bangunan rumah dinas. Umur bangunan yang sudah melebihi seabad membuat P3GI merupakan salah satu bangunan yang dilestarikan. Beberapa bangunan masih dengan kondisi baik dan ada juga bangunan tambahan. Telah beberapa kali mengalami renovasi, baik renovasi ringan maupun renovasi besar. Jumlah bangunan kantor P3GI ada 20 gedung, tetapi tidak semua bangunan merupakan bangunan peninggalan kolonial Belanda, delapan bangunan (PHP, konsumsi, analisa tanah,

engineering, gudang, gedung penjilidan, gedung serba guna dan P3RI) merupakan

(3)

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 8 Nomor 1, J uni 2015

Gambar 1. Peta lokasi objek penelitian.

Tabel 1. Data Rumah Dinas P3GI di JL. Pahlawan

(4)

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 8 Nomor 1, J uni 2015

15

Hasil dan Pembahasan

Proporsi merupakan perbandingan sejumlah nilai dari elemen-elemen yang ada dalam satu unit bangunan untuk mengetahui perbedaan atau nilai dari setiap elemen yang ada. Bangunan P3GI merupakan bangunan peninggalan pemerintah kolonial Belanda di Pasuruan. Perhitungan sistem Golden Section sebagai sistem proporsi yang digunakan pada fasad, menggunakan metode yang digunakan oleh Elam (2001). (Gambar 2)

Gambar 2. The Devinine Proportion (Elam 2001:24)

Kantor P3GI

Peninjauan sistem proporsi Golden Section pada setiap sisi tampak bangunan kantor P3GI. Perhitungan seperti yang sudah dijelaskan pada Elam (2001) untuk mengetahui apakah tampak yang dimaksud memiliki penerapan Golden Section sebagai sistem proporsi yang digunakan. Pada Gambar 3 dan Gambar 4, menunjukkan sistem

Golden Section yang diterapkan pada kantor P3GI.

Gambar 3. Proporsi Golden Section Gedung Serbaguna, Kantor P3GI

Gambar 4. Proporsi Golden Section Gedung PHP, Konsumsi, Analisa Tanah, Engineering, Gudang dan P3RI.

Hasil perhitungan pada fasad Kantor P3GI, masih belum ditemukan fasad yang menggunakan Golden Section sebagai sistem proporsi yang digunakan karena hasil tidak sesuai dengan nilai ketetapan Golden Section (1.618).

Rumah Dinas P3GI

Rumah dinas P3GI yang dianalisis adalah rumah dinas nomor 6, 8, 23, 29, 31, 33, 35, 37, 45 dan 47. Satu bangunan menjadi dua unit rumah dinas. Rumah dinas P3GI yang terpilih berada disepanjang Jalan Pahlawan yang merupakan peninggalan pemerintah Belanda. Terdapat tiga macam jenis bangunan rumah dinas, karena ada beberapa bangunan yang memiliki kesamaan. Bangunan rumah dinas akan dianalisis sistem

The Divine Proportion:

(5)

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 8 Nomor 1, J uni 2015

16

proporsi Golden Section dan proporsi peletakan elemen pembentuk fasad terhadap tampak (Gambar 5, Gambar 6, Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9).

Gambar 5. Proporsi Golden Section rumah dinas nomor 6 & 8.

Gambar 6. Proporsi Golden Section rumah dinas nomor 23.

Gambar 7. Proporsi Golden Section rumah dinas nomor 29 & 31.

Gambar 8. Proporsi Golden Section rumah dinas nomor 37 & 39

Gambar 9. Proporsi Golden Section rumah dinas 45 & 47.

Berdasarkan beberapa tahapan menunjukkan bahwa sistem proporsi Golden

Section pada rumah dinas P3GI tidak diterapkan sebagai sistem proporsi.

Proporsi elemen penyusun fasad

Elemen penyusun fasad terdiri dari pintu, jendela, dinding, atap, sun shading, gevel,

tower, dormer, balustrade dan ornamen. Beberapa elemen penyusun fasad yang ada

pada fasad lembaga P3GI dikaji proporsi elemen pada satu fasad bangunan. Elemen yang dilihat hanya elemen yang berada pada fasad lembaga P3GI, sehingga tower dan balustrade tidak dilakukan kajian.

Kantor P3GI

Kantor P3GI memiliki beberapa gedung, di antaranya gedung Serbaguna, PHP, Analisis Tanah, Konsumsi, Engineering, Gudang dan P3RI. Elemen-elemen penyusun fasad pada gedung kantor P3GI ditinjau proporsinya pada satu fasad bangunan.

(6)

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 8 Nomor 1, J uni 2015

17

Gambar 10. Skala dinding batu pada fasad gedung Serbaguna.

Bagian depan terlihat pada Gambar 10, posisi batu pada dinding terletak di sebelah kanan dan kiri gedung. Diperoleh proporsi dinding batu jika dilihat dari depan, yaitu tinggi 1/15 dari tinggi gedung keseluruhan dan lebar 2/3 dari lebar gedung. Pada bagian belakang gedung, peletakan batu pada dinding tidak banyak. Dinding tersebut secara keseluruhan dengan tinggi 1/4 dari tinggi bangunan dan lebar 1/15 dari lebar keseluruhan sisi belakang gedung. Sisi samping kanan dan kiri bangunan, jika tidak terdapat ruang tambahan, adalah sama. Diperoleh proporsi dengan tinggi dinding ¼ dari tinggi gedung dan panjang sama dengan panjang gedung.

2. Atap (Gambar 11)

Gambar 11. Skala atap terhadap tampak gedung Serbaguna.

Berdasarkan skala atap terhadap tampak pada gedung Serbaguna seperti yang terlihat pada Gambar 11, dihasilkan skala ½ untuk tinggi atap terhadap tinggi keseluruhan gedung Serbaguna.

3. Pintu

Pintu bangunan yang asli hanya terdapat pada bagian depan. Posisi pintu berada tepat disumbu tengah gedung. Berdasarkan Gambar 12, dapat dilihat bahwa tinggi pintu adalah ¼ dari tinggi gedung dan lebar pintu adalah 1/7 dari lebar gedung. (Gambar 12)

Gambar 12. Skala pintu terhadap tampak depan gedung Serbaguna.

4. Jendela (Gambar 13)

(7)

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 8 Nomor 1, J uni 2015

18

Letak jendela pada sisi depan gedung yang terlihat pada Gambar 13, yaitu ada di samping kanan dan kiri pintu dengan jarak antar pintu ke jendela adalah sama. Tinggi jendela ¼ dari tinggi gedung dan lebar 1/3 dari lebar penampang tampak. Pada tampak samping terdapat beberapa jendela dengan bentuk dan ukuran yang sama. Tinggi jendela, yaitu ¼ dari tinggi gedung dan lebar jendela untuk satu jendela 1/11 dari panjang gedung. Jika jendela dihitung secara keseluruhan, lebar panjang daerah yang digunakan untuk peletakan jendela pada tampak samping ½ dari panjang gedung keseluruhan.

5. Gevel (Gambar 14)

Gambar 14. Skala gevel terhadap tampak depan.

Bentuk setengah lingkaran yang terlihat pada Gambar 14, dengan lebar (diameter) 5/6 lebar gedung dan tinggi 2/5 dari tinggi gedung. Perbandingan luas bentuk pada gevel dengan luas penampang tampak secara keseluruhan, yaitu 5 : 9.

Ketinggian tiap elemen dapat menentukan fungsi dari elemen yang digunakan. iketahui tinggi jendela yang digunakan, yaitu ¼ dari tinggi gedung, tinggi dinding yang bermaterial batu 1/4 dari tinggi bangunan, tinggi pintu ¼ dari tinggi bangunan serta tinggi gevel yang digunakan 2/5 dari tinggi bangunan. Fungsi jendela yang ada pada gedung Serbaguna ada dua, yaitu pencahayaan dan penghawaan. Warna yang terlihat pada Gambar 15 menunjukkan macam elemen yang ada, untuk warna hijau tua memiliki fungsi lebih ke arah penghawaan dan pencahayaan pada jendela sedangkan untuk warna hijau muda pada gevel berfungsi sebagai pencahayaan. (Gambar 15)

Gambar 15. Pembagian area elemen penyusun fasad pada tampak gedung.

B. Gedung PHP, Konsumsi, Analisa Tanah, Engineering, Gudang dan P3RI. 1. Pintu

Peletakan pintu pada gedung PHP, Konsumsi, Analisa Tanah, Engineering, Gudang, P3RI, yang terlihat pada Gambar 16, memiliki pola ketingga yang sama. Tinggi pintu yang digunakan, yaitu 1/3 dari tinggi bangunan. Perbandingan luas pintu dengan luas dinding menunjukkan jumlah pintu yang digunakan pada setiap tampak bangunan.

(8)

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 8 Nomor 1, J uni 2015

19

2. Jendela

Secara keseluruhan tampak bangunan PHP, Konsumsi, Analisa Tanah, Engineering, Gudang, P3RI, yang terlihat pada Gambar 17, memiliki pola penataan jendela dengan sistem grid dan terdapat dua pola garis di dalam peletakan jendela dengan berbagai macam jendela yang ada pada gedung banyak. Pola peletakan jendela yang dimaksud adalah ketinggian peletakan jendela dari dasar bangunan. Pola pertama, yaitu 1/8 dari ketinggian bangunan, pola kedua 2/5 dari ketinggian bangunan dan pola ketiga ¼ dari tinggi bangunan.

Gambar 17. Proporsi jendela pada tampak keseluruhan.

3. Atap

Atap secara keseluruhan pada gedung PHP, Analisa Tanah, Konsumsi,

Engineering, gudang dan P3RI, memiliki dua macam atap. Atap yang berbeda, yaitu pada

gedung PHP yang memiliki ketinggian 2/5 dari tinggi gedung keseluruhan dan tinggi atap gedung Analisa Tanah, Konsumsi, Engineering, Gudang dan P3RI ½ dari tinggi gedung secara keseluruhan. (Gambar 18)

Gambar 18. Porporsi atap pada tampak keseluruhan.

(9)

ar s i t ek t ur e- J our nal , Vol ume 8 Nomor 1, J uni 2015

20

Gambar 19. Pembagian area elemen penyusun fasad pada tampak gedung kantor P3GI. Kesimpulan

Sistem proporsi Golden Section tidak ditemukan pada fasad lembaga P3GI, tetapi ditemukan pola grid pada penataan elemen penyusun fasad. Pola tersebut menghasilkan area yang memiliki fungsi berbeda-beda. Fungsi tersebut di antaranya untuk pencahayaan, penghawaan dan sirkulasi. Antara rumah dinas dan kantor P3GI juga memiliki kesamaan pada skala dinding yang memiliki material batu pada bagian bawah dinding. Fungsi yang terlihat pada setiap area yang ditemukan secara keseluruhan disesuaikan dengan fungsi bangunan yang digunakan.

Daftar Pustaka

Elam, K. 2001. Geometry of Design: Studies in Proportion adan Composition. New York: Princeton Architectural Press.

Krier, R. 1988. Komposisi Arsitektur, Jilid I. Cetakan I. Terjemahan Effendi Setiadharma. Jakarta: Erlangga.

Lippsmeier, G. 1994. Bangunan Tropis (Edisi ke-2). Terjemahan Syahmir Nasution. Jakarta: Erlangga.

Prijotomo, J. 1987. Komposisi Olah Tampang Arsitektur Kampung (Telaah Kasus

Kampung di Surabaya. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Pusat Penelitian Institut

Gambar

Tabel 1. Data Rumah Dinas P3GI di JL. Pahlawan   Luas Tanah Luas Bangunan
Gambar 3. Proporsi Golden Section Gedung Serbaguna, Kantor P3GI
Gambar 5. Proporsi Golden Section rumah dinas nomor 6 & 8.
Gambar 11. Skala atap terhadap tampak gedung Serbaguna.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Model JIAT berbasis pompa air tenaga surya untuk irigasi hemat dirancang berdasarkan data eksisting di lapangan yang dipadukan dengan pengunaan solar panel dan teknologi

Studi Kelayakan Sistem Drainase Perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b disusun untuk mengukur tingkat kelayakan rencana pembangunan prasarana dan sarana

Dari hasil penghitungan fungsi produksi stochastic frontier dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor produksi yang berpengaruh signifikan terhadap nilai produksi yang dihasilkan

Alhamdulillah, penulis syukuri atas kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Penerapan Konseling Behavioristik

5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat mengartikan integrasi vertikal sebagai bentuk larangan bagi pelaku usaha untuk

Pada kelompok eksperimen rata-rata hasil belajar sebesar 90,75 dan kelompok kontrol 80 atau pembelajaran dengan pendekatan PMRI berbantu permainan tradisional Dhakon

Dari hasil perhitungan bobot prioritas tersebut, dapat diketahui bahwa atribut yang paling berpengaruh terhadap penilaian kinerja karyawan adalah faktor sumber daya manusia

Pada sistem persediaan awal ukuran pemesanan ( Qi ) adalah jumlah pemesanan yang selama ini digunakan oleh pimpinan, sedangkan pada sistem persediaan usulan ukuran