• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIA SEJARAH BERBASIS KKNI SEBAGAI SARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MEDIA SEJARAH BERBASIS KKNI SEBAGAI SARA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MEDIA SEJARAH BERBASIS KKNI SEBAGAI SARANA PEMAHAMAN BELAJAR SEJARAH BANGSA

Oleh:

Septina Alrianingrum, SS, M.Pd FIS – Unesa

septi.unesa@yahoo.co.id

PENDAHULUAN

Dewasa ini kecintaan dan kebanggaan kepada bangsa dan tanah air Indonesia terlihat mulai semakin memudar, sehingga nasionalisme kebangsaan kita dikhawatirkan lenyap seiring perkembangan jaman dan semakin kompleknya kehidupan berbangsa dan bernegara. Globalisasi dan modernisasi menjadi tantangan nyata dalam proses pemahaman sejarah bangsa karena melahirkan pragmatisme sikap pada rata-rata kaum menengah sampai kaum elite bangsa. Pesatnya perkembangan globalisasi mempengaruhi budaya bangsa dan wawasan kebangsaan masyarakat yang mulai mengalami degradasi moral. Institusi penegak hukum yang semula diharapkan bisa memperbaiki keadaan ternyata kondisinya lebih parah. Hal ini terlihat sejak tahun 2009 Mahkamah Agung telah menjatuhkan sanksi pada 78 hakim. Tahun 2010 meningkat menjadi 107 hakim mendapat teguran sampai diberhentikan. Kondisi kepolisian tidak jauh berbeda karena selama 2010 ada 294 polisi dipecat dari dinas Polri yang terdiri dari 78 perwira, 272 bintara dan 4 tamtama (Kompas, 20 Juni 2011). Hal ini menunjukkan bahwa persoalan kebangsaan kita telah ”dihancurkan” oleh perilaku masyarakatnya sendiri terlihat pada (1) menurunnya moralitas elit dan lembaga negara (Warjio, Waspada.com; 04 July 2011); (2) maraknya ‘westernisasi’ dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang mulai melupakan nilai-nilai kearifan lokal bangsanya sendiri; dan (3) semakin dibebani dengan beberapa fenomena sosial budaya yang terjadi pada kehidupan masyarakat di berbagai daerah. Kondisi ini merupakan bukti konkrit adanya pemahaman terhadap lunturnya wawasan kebangsaan Indonesia.

(2)

bangsa. Wawasan kebangsaan Indonesia lahir ketika bangsa Indonesia berusaha dan berjuang membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan bangsa barat yaitu bangsa Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Catatan sejarah perlawanan para pahlawan itu telah membuktikan bahwa semangat perjuangan bangsa Indonesia terus berusaha mengusir penjajah dari Nusantara dari abad ke-15 sampai menjelang abad ke-20. Munculnya kesadaran berjuang secara nasional berlandaskan persatuan dan kesatuan dari seluruh bangsa Indonesia mulai nampak sejak tanggal 20 Mei 1908. Hal ini menjadi tonggak awal sejarah perjuangan bangsa yang bersifat nasional karena memiliki tekad perjuangan yang lebih tegas. Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 dengan ikrar “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia” menjadi titik kulminasi awal kesadaran akan wawasan kebangsaan untuk mencapai satu tonggak sejarah bersatu padu memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Perjalanan sejarah ini menjadi embrio konsep awal ‘wawasan kebangsaan’ berupa gagasan, sikap, dan tekad yang bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa serta disemangati cita-cita moral rakyat yang luhur.

Dari beberapa kejadian yang terekam dalam jejak sejarah bangsa sudah selayaknya kita sebagai anak bangsa dan generasi penerus melakukan segala upaya untuk membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ‘Indonesia’. Pembelajaran sejarah menjadi salah satu solusi untuk mulai kembali memperkenalkan proses pendidikan wawasan kebangsaan ‘Indonesia’ melalui berbagai media pembelajarannya.

(3)

penting dalam proses pembelajaran agar peserta didik memiliki kompetensi yang kompetitif.

Perubahan diatas juga ditindak lanjuti pada perguruan tinggi khususnya Lembaga Pencetak Tenaga Kependidikan (LPTK) untuk menyelaraskan kurikulum perguruan tinggi dengan implementasi K-13 secara optimal. Kurikulum berbasis kompetensi yaitu suatu kurikulum yang mengacu pada KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) agar terjadi proses standarisasi kompetensi lulusannya. Saat ini sedang menjadi perbincangan serius para akademisi kampus di hampir setiap perguruan tinggi bahwa KKNI yang disusun oleh Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun 2003 melalui tim khusus yang dipimpin oleh Megawati Santoso dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional berjalan signifikan dengan sistem pendidikan nasional. Tujuan dari KKNI ini adalah untuk menjamin dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan agar dunia kerja mendapat kepastian terhadap kualitas calon tenaga kerja, khususnya guru profesional. KKNI lebih bersifat mengakui segala macam proses pembelajaran baik dalam pendidikan formal maupun informal melalui hasil capaian pembelajarannya. s

Pembelajaran sejarah menjadi salah satu alternatif untuk menyamakan visi tentang pemahaman dan wawasan kebangsaan ‘Indonesia’ sehingga masyarakat, guru dan peserta didik dapat memiliki satu pemahaman utuh tentang sejarah bangsanya sendiri. Standarisasi nasional pembelajaran sejarah berbasis KKNI dapat memberikan suatu alternatif penyamaan visi pembangunan moral bangsa untuk bangga dan memiliki identitas ke-Indonesia-annya menyongsong era global ini. KKNI yang diatur oleh Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2012 bertujuan agar lulusannya harus mencapai learning outcome yang standard, sehingga lulusan dari seluruh Indonesia dalam bidang-bidang tertentu memiliki kesamaan keselarasan pendidikan dengan dunia kerja yang dapat mengurangi pengangguran dan menghasilkan pendidikan yang relevan.

(4)

Berdasarkan permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan sebuah permasalahan tentang “Berapa bentuk media pembelajaran sejarah yang sesuai untuk memberikan pemahaman terhadap pembelajaran sejarah bangsa?”

TUJUAN dan MANFAAT

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi beberapa jenis dan bentuk media pembelajaran sejarah yang dapat memberikan pemahaman terhadap pembelajaran sejarah bangsa. Sedangkan tujuan dari pemilihan media pembelajaran sejarah untuk memberikan pemahaman terhadap sejarah bangsa diharapkan para calon guru dapat:

1. Menggunakan sumber belajar sebagai media pembelajaran berbasis IPTEKS untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran sejarah bangsa.

2. Mempersiapkan calon guru profesional agar dapat memberikan media yang tepat dalam proses pembelajarannya untuk memahami sejarah bangsa melalui aspek pengetahuan metakognitif keilmuan sejarah dengan menunjukkan keahlian berkarya/menciptakan karya/media tentang masalah-masalah pendidikan sejarah dan sejarah bangsa.

3. Melalui KKNI diharapkan akan mengubah persepsi calon guru profesional menjadi kompetitif dan berkompetisi secara nasional baik formal, non formal, atau informal sebagai tanggung jawab mandiri pada bidang kerjanya.

KAJIAN PUSTAKA

1. Hakekat KKNI Pendidikan Sejarah

(5)

Presiden No. 8 Tahun 2012 maka terjadi perubahan kembali pada kurikulum perguruan tinggi yaitu kurikulum berbasis KKNI untuk dapat menyiapkan Program Studi Pendidikan Sejarah memberikan kompetensi lebih pada calon guru-guru sejarah di masa yang akan datang. Upaya peningkatkan kualifikasi terhadap lulusan perguruan tinggi di Indonesia ini mendorong pemerintah menerbitkan Perpres No.08 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang menjadi acuan dalam penyusunan capaian pembelajaran lulusan dari setiap jenjang pendidikan secara nasional.

Latar belakang pemberlakuan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) ada dua alasan yaitu eksternal dan internal. Alasan eksternal yaitu tantangan dan persaingan global. alasan internal di antaranya kesenjangan mutu, jumlah, dan kemampuan. Alasan lain yaitu relevansi penghasil versus pengguna yang berakibat pada pengangguran. Selain itu, adanya beragam aturan kualifikasi. Terbitnya Perpres No. 08 tahun 2012 dan UU PT No. 12 Tahun 2012 Pasal 29 ayat (1), (2), dan (3) tentang KKNI dapat menjawab semua permasalahan diatas dengan penyamaan upaya agar SDM Indonesia dan asing itu memiliki kesetaraan dan pengakuan. Kurikulum pendidikan tinggi yaitu KKNI ini menjadi seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan ajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan Tinggi. Hal ini berdampak pada kurikulum dan pengelolaannya di setiap program studi perguruan tinggi di Indonesia. Kurikulum yang awalnya mengacu pada pencapaian kompetensi menjadi mengacu pada capaian pembelajaran (learning outcomes) sehingga akan mengubah cara melihat kompetensi seseorang tidak lagi semata Ijazah tetapi dengan melihat kepada kerangka kualifikasi yang disepakati secara nasional sebagai dasar pengakuan terhadap hasil pendidikan seseorang secara luas (formal, non formal, atau in formal) yang akuntanbel dan transparan.

(6)

Kerangka kurikulum; dan (8) Penyusuan Rencana Perkuliahan. Kompetensi menjadi akumulasi kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu deskripsi kerja secara terukur dapat dilihat melalui asesmen yang terstruktur, mencakup aspek kemandirian dan tanggung jawab individu pada bidang kerjanya. Sedangkan capaian pembelajaran (learning outcomes) merupakan internalisasi dan akumulasi ilmu pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kompetensi yang dicapai melalui proses pendidikan yang terstruktur dan mencakup suatu bidang ilmu/keahlian tertentu atau melalui pengalaman kerja.

Untuk meningkatkan kualitas lulusan perguruan tinggi diperlukan rambu-rambu yang harus dipenuhi di tiap jenjang perlu dapat membedakan: 1. Learning Outcomes

2. Jumlah SKS

3. Waktu studi minimum

4. Mata Kuliah Wajib : untuk mencapai hasil pembelajaran dengan kompetensi umum

5. Proses pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa 6. Akuntabilitas asesmen

7. Perlunya Diploma Supplement (surat keterangan pelengkap ijazah dan transkrip)

(7)

Kurikulum program studi pendidikan sejarah juga mulai menata pemutakhiran kurikulumnya sesuai dengan KKNI, sehingga terjadi banyak perubahan dalam capaian pembelajaran, khususnya media pembelajaran sejarah. Media pembelajaran sejarah memiliki capaian pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan imajinatif calon guru untuk dapat merevitalisasi peristiwa sejarah dalam bentuk media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Pengertian Media Pembelajaran Sejarah a. Pembelajaran Sejarah

Pelajaran sejarah merupakan suatu ilmu yang mempelajari proses perubahan kehidupan manusia dan lingkungannya dalam suatu dimensi ruang dan waktu (Djoko Suryo, 1991). Disadari atau tidak, disengaja atau tidak, langsung atau tidak langsung masa lampau senantiasa menjadi memory yang akan memberikan pengalaman, pembelajaran, kesan dan peringatan bagi manusia dalam bersikap dan beraktivitas di masa kini dan masa mendatang. Sejarah merupakan pelajaran dan pengalaman yang dapat membimbing hidup manusia ke arah yang lebih baik. Ini berarti hidup manusia itu dapat dikatakan selalu berada dalam tataran sejarah. WH. Walsh (1963: 45) menunjukkan adanya dua konsep sejarah yaitu sejarah sebagai keseluruhan tindakan manusia di masa lampau (sejarah sebagai peristiwa) dan sejarah merupakan gambaran masa lampau yang dibuat oleh manusia sekarang (sejarah sebagai cerita/narasi).

(8)

latihan berpikir kritis, menarik kesimpulan, menarik makna dan nilai dari peristiwa sejarah yang dipelajarinya. Latihan berpikir kritis dilakukan dengan pendekatan analitis yang salah satunya untuk menjawab komponen pemahaman sejarah yaitu menjawab unsur ”why” dan ”how” sehingga mahasiswa terlatih berpikir kritis dan analitis. Pembelajaran sejarah memiliki peran fundamental untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran berbangsa dan bernegara.

(9)

Karakteristik pelajaran sejarah yang khas terkait dengan masa lampau dan kronologis meliputi 3 unsur penting, yaitu manusia, ruang dan waktu yang berkesinambungan dari masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Unsur sebab akibat perlu dipahami dalam merangkai fakta untuk menjelaskan fakta sejarah dalam segala aspek kehidupan manusia. Hal ini dikaitkan pembelajaran sejarah disini lebih menekankan pada perspektif kritis-logis dengan pendekatan historis-sosiologis.

Winkel seperti yang dikutip oleh Meike Imbar (1997: 41) mengungkapkan pemahaman sebagai bagian dari ranah kognitif yang mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajarinya. Belajar pemahaman berkaitan dengan belajar bermakna. Pemahaman dapat diartikan sebagai penguasaan sesuatu dengan pikiran secara mental disertai pemahaman akan makna, konsep, tujuan dan aplikasinya dalam kehidupan. Penguasaan yang dimaksudkan adalah mengerti secara mental, makna-maknanya, konsep-konsepnya, tujuan serta aplikasinya dalam kehidupan nyata. Jadi pemahaman merupakan suatu pola dasar kegiatan belajar suatu pengetahuan, ketrampilan dan sikap/nilai.

Menurut Bloom et al. (1956: 88-96) perilaku pemahaman dapat diklasifikasikan dalam tiga macam yaitu translation, interpretation dan ekstrapolation. Translation diartikan sebagai dapat menggunakan informasi yang diterima ke dalam bahasa, situasi dan komunikasi yang lain. Pemberian variasi pada bagian komunikasi dan memisahkan arti bagian-bagian tersebut selaras dengan konteks antara susunan komunikasi dengan ide yang dipahami sehingga membentuk konfigurasi baru dalam pemikiran individu. Bukti dari perilaku interpretation bisa diwujudkan dengan pembuatan kesimpulan atau extrapolation yang meliputi pembuatan estimasi atau prediksi.

(10)

bijaksana. Dalam rangka menumbuhkan dan mempertahankan minat belajar serta memperdalam pemahaman nilai atau makna sejarah perlu diperhatikan metode dan teknik pengajaran sejarah dengan memanfaatkan media sebagai sumber belajar sejarah yang dapat meningkatkan pemahaman nilai akan wawasan kebangsaan.

Semangat untuk membangun dan percaya akan kemampuan bangsa dalam melestarikan nilai-nilai kultural dan sosial dapat diawali dengan jalan menggali nilai-nilai historis melalui media sejarah yang menjadi saksi bisu perjuangan bangsa. Kesadaran ini perlu mendapat dukungan penuh dari segala aspek kehidupan berbangsa khususnya di dunia pendidikan. Terkait dengan dunia pendidikan, pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian bangsa.

Naya S. (2005: 6) menawarkan pola sosialisasi pembangunan moral bangsa melalui learning process yaitu (1) belajar memahami nilai-nilai keluarga; (2) belajar di lembaga pendidikan dan organisasi sosial-politik; (3) belajar terjun ke masyarakat melalui komunitas budaya, agama, bisnis dan lainnya. Pembelajaran ini diharapkan mampu membangkitkan minat belajar untuk terus belajar.

(11)

b. Media pembelajaran sejarah

Proses belajar mengajar merupakan dua unsur yang amat penting yaitu metode mengajar dan media pengajaran yang saling berkaitan. Media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar.

Media pembelajaran dari waktu ke waktu mengalami fase perubahan sesuai perkembangan dan tuntutan zaman yang bersifat kompetensi. Salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan. Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat (1) membangkitkan keinginan dan minat baru; (2) membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar; dan (4) bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik.

Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran itu sendiri. Nana Sudjana (1991) mengemukakan nilai-nilai praktis media pelajaran adalah:

a. Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir sehingga mengurangi verbalisme.

b. Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. c. Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga

hasil belajar bertambah mantap.

d. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan mandiri.

e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.

f. Membantu tumbuhnya pemikiran dan memantau berkembangnya kemampuan berbahasa.

(12)

h. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami dan memungkinkan pembelajar/peserta didik menguasai tujuan pengajaran menjadi lebih baik.

i. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui budaya tutur, sehingga tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.

j. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

Fungsi media pembelajaran adalah sebagai sarana komunikasi dan interaksi serta menjadi salah satu sumber belajar yang penting untuk menyajikan pesan. Fungsi lain media antara lain:

a. Memberikan pengetahuan tentang tujuan belajar b. Memotivasi siswa

c. Menyajikan informasi d. Merangsang diskusi

Manfaat Praktis Media Pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar dan pengajaran. Media pembelajaran diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Bahan yang disajikan menjadi lebih jelas maknanyadan tidak bersifat verbalistik.

2. Metode pembelajaran lebih bervariasi.

3. Peserta didik menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas. 4. Pembelajaran lebih menarik.

5. Mengatasi keterbatasan ruang.

Dari uraian di atas, maka manfaat praktis media pengajaran di dalam proses belajar mengajar, sebagai berikut:

1. Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

(13)

antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3. Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera ruang dan waktu:

a. Obyek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model.

b. Obyek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar.

c. Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide, di samping secara verbal.

d. Obyek atau proses yang sangat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara konkret melalui file, gambar, slide, atau simulasi komputer.

e. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video.

f. Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti film, video, slide, atau simulasi komputer.

4. Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya. Misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan, dan lain-lain.

3. Pengertian Wawasan Kebangsaan

(14)

yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan (Suhady dan Sinaga, 2006). Sedangkan “Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) berarti kelompok masyarakat yang sama asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan “kebangsaan” mengandung arti (1) ciri-ciri yang menandai golongan bangsa; (2) perihal bangsa; mengenai (yang bertalian dengan) bangsa; (3) kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara.

Wawasan Kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Muladi (Gubernur Lemhannas RI) meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesatuan atau integrasi nasional bersifat kultural dan tidak hanya bernuansa struktural mengandung satu kesatuan ideologi, kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, dan kesatuan pertahanan dan keamanan.

Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa memiliki enam dimensi yang bersifat mendasar dan fundamental, yaitu (1) Penghargaan terhadap harkat dan merta manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa;

(2) Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka, dan bersatu;(3) Cinta akan tanah air dan bangsa; (4) Demokrasi atau kedaulatan rakyat; (5) Kesetiakawanan sosial; dan (6) Masyarakat adil-makmur.

(15)

dunia internasional. Wawasan kebangsaan mengandung komitmen dan semangat persatuan untuk menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa dan menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan masa mendatang serta berbagai potensi bangsa.

Memahami serta mempedomani secara baik ajaran yang terkandung di dalam konsepsi Wawasan Kebangsaan atau Wawasan Nasional Indonesia akan menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan dari setiap warga bangsa tentang posisi dan peran masing-masing ditengah-tengah masyarakat yang serba majemuk. Hal ini berarti suasana kondisi yang mendorong perkembangan setiap individu sehingga terwujud ketahanan pribadi dapat menciptakan suatu ketahanan nasional Indonesia.

PEMBAHASAN

Dorongan yang melahirkan kebangsaan kita bersumber dari sejarah perjuangan bangsa untuk (1) mewujudkan kemerdekaan; (2) memulihkan martabat kita sebagai manusia; dan (3) menolak segala diskriminasi suku, ras, asal-usul, keturunan, warna kulit, kedaerahan, golongan, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kedudukan maupun status sosial. Konsep kebangsaan kita bertujuan membangun dan mengembangkan persatuan dan kesatuan dalam satu wadah negara Indonesia.

(16)

munculnya krisis kepercayaan diri confidence) dan rasa hormat diri (self-esteem) sebagai bangsa.

Jati diri dan integritas nasional perlu dijaga agar tidak terancam oleh masuknya berbagai pengaruh nilai ideologi dan sosial budaya global yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang belum memadai menjadi kendala untuk meraih kemampuan daya saing bangsa di era global. Upaya mencari solusi permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat mendorong civitas akademika yang ada dan para lulusannya perlu memiliki wawasan kebangsaan yang kuat dalam menjalankan profesinya dengan tetap terus mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan zaman.

Bangsa Indonesia kini menghadapi era globalisasi dan liberalisasi di segala bidang, termasuk aspek sosial budaya. Hal ini menjadi saat yang tepat untuk melakukan re-evaluasi terhadap proses terbentuknya “nation and character building”, karena boleh jadi persoalan-persoalan yang kita hadapi saat ini berawal dari kesalahan dalam menghayati dan menerapkan konsep awal “kebangsaan” yang menjadi fondasi ke-Indonesia-an kita.

Pemaknaan wawasan kebangsaan Indonesia dewasa ini dapat diakumulasikan sebagai sebuah pemahaman tentang:

a. Cara pandang yang lahir dari keseluruhan kepribadian terhadap lingkungan sekitarnya dan bersumber kepada falsafah terhadap bangsa.

b. Bangsa memiliki suatu karakter yang timbul karena persatuan nasib, tekad dari rakyat untuk hidup bersama mencapai cta-cita dan tujuan bersama lepas dari perbedaan ras, etnis, agama, serta golongan.

(17)

Proses pemahaman ‘wawasan kebangsaan’ harus mencakup tiga jenis kegiatan pembinaan yakni (1) kegiatan untuk membina daya kognitif; (2) kegiatan untuk membina daya afektif; dan (3) kegiatan untuk pembinaan daya kognatif-volutif.

Pendidikan wawasan kebangsaan dirasakan sebagai usaha yang sangat mendesak untuk mengatasi kemerosotan penghayatan dan pengamalan wawasan tersebut sehingga mampu menumbuhkan pemahaman, sikap dan tekad yang seimbang, antisipatif, dan dialogis terhadap lingkungan alam, sosio-kultur dan diri sendiri melalui pannduan dari empat materi pokok, yakni sejarah nasional, situasi nasional kontemporer, situasi negara-negara lain, dan berbagai proyeksi mengenai masa depan bangsa di era global nantinya.

Beberapa hal yang berkembang dalam media pembelajaran sejarah untuk memberikan pemahaman sejarah bangsa sehingga diketahui pemahaman wawasan kebangsaan dapat menyiapkan media pembelajaran dalam bentuk:

1. Peninggalan Sejarah insitu

Peninggalan sejarah artinya warisan masa lampau mempunyai nilai sejarah. Ada bermacam-macam bentuk peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah bisa berupa fosil, peralatan dari masa lampau, prasati, patung, bangunan, naskah, dan cerita atau hikayat.

2. Model (Muck Up) yang terdiri dari: a. Diorama

Diorama merupakan pemandangan (scene) tiga dimensi dalam ukuran kecil untuk memperagakan atau menjelaskan suatu peristiwa sejarah. Dalam diorama terdapat benda-benda tiga dimensi dalam ukuran kecil, sehingga tampak seperti dunia sebenarnya dalam ukuran mini. Contohnya diorama perjuangan, diorama masa prasejarah, diorama perumusan naskah proklamasi, dan lainnya.

b. Maket/miniatur

(18)

kebangsaan. Contohnya maket beberapa kapal perdagangan, maket ritual keagamaan, dan sebagainya.

c. Replika Candi

Replika candi adalah model penyederhanaan dari suatu candi tertentu. Kegunaan replika candi untuk menggantikan benda aslinya, sehingga mudah untuk mengamati dan menilai replika candi tersebut sebagai kegiatan pembelajaran sejarah tanpa harus pergi ke tempat candi itu berada. Contohnya replika candi borobudur, Prambanan, Penataran dan sebagainya yang menunjukkan betapa besar pengaruh India dan kebudayaan lokal Indonesia dalam seni arsitektur dan ragam hiasnya.

d. Patung/Arca

Patung merupakan karya seni rupa tiga dimensi sehingga benda tiruan berbentuk manusia dan binatang dengan cara dipahat. Seni patung zaman dahulu dibuat untuk kepentingan keagamaan (jaman hindu dan budha) dibuat untuk menghormati dewa atau orang yang dijadikan teladan. Misalnya: arca dewa wisnu, dewa ganesha, dan arca perwujudan. Pada perkembangan selanjutnya patung dibuat untuk monument/peringatan suatu peristiwa besar suatu bangsa, kelompok atau perorangan. Contohnya: monumen palagan ambarawa, monumen tugu pahlawan dan tugu muda sebagai wujud peringatan peristiwa mempertahankan kemerdekaan tahun 1945.

3. Peta, terdiri dari: a. Atlas

Atlas merupakan kumpulan bermacam-macam peta yang disusun dengan simbol, tulisan, dan bahasa yang sama. Atlas berupa buku yang berisi bermacam-macam peta yang dilengkapi dengan diagram, gambar, data statistik, dan uraian penjelasannya dan berwarna. Contohnya atlas tematik, atlas budaya, atlas sejarah, dan sebagainya.

b. Peta Dinding

(19)

sederhana atau bisa juga berukuran besar dan sangat detil. Contohnya peta kota Surabaya, peta perdagangan, peta ekonomi, dan sebagainya.

c. Peta Sketsa

Peta sketsa dapat dikatakan juga sebagai peta sederhana, yaitu gambaran suatu tempat yang dibuat dengan corat-coret, tidak menggunakan ilmu pasti, dan tentu saja hasilnya kurang akurat jika dibandingkan dengan peta bagan yang dibuat oleh jawatan topografi. Contohnya peta jalur kereta api masa kolonial, peta pemetaan budaya dan peta pemetaan bahasa.

4. Ruang Sejarah

Ruang sejarah disebut laboratorium adalah tempat dilakukannya penelitian dan eksperimen tentang sejarah. Laboratorium Sejarah merupakan suatu media pembelajaran sejarah yang efektif karena peserta didik dapat mengadakan pembelajaran sejarah, kajian ilmiah, presentasi, diskusi, praktikum dan lain-lain. Ruang Sejarah ditata untuk menyimpan berbagai perangkat pembelajaran sejarah diantaranya alat peraga, kolesi maket, koleksi diorama, koleksi repro, koleksi numistik, koleksi peta, koleksi artefak dan lain-lain, sehingga memudahkan para peserta didik untuk lebih mendalami materi yang sedang di pelajari sejarah.

5. Media Audio, terdiri dari: a. Tape Recorder

b. Radio

6. Media Audio Visual, meliputi: a. Televisi

Menurut Omar Hamalik (1985:134) menjelaskan bahwa televisi sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik, yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Televisi memberikan kejadian-kejadian yang sebenarnya pada saat suatu peristiwa terjadi dengan disertai komentar penyiarnya. Kedua aspek tersebut secara simultan dapat didengar dan dilihat oleh para pemirsa sehingga menjadi salah satu media pembelajaran sejarah wawasan kebangsaan.

(20)

Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya. Contohnya beberapa film kepahlawanan, film perjuangan, film berbasis sejarah bangsa.

c. Video

Video adalah teknologi pemrosesan sinyal elektronik meliputi gambar gerak dan suara untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Video menjadi salah satu alternatif media pembelajaran sejarah yang dapat direkam dan dibuat sendiri.

7. Media Proyeksi, terdiri dari: a. Overhead Projector (OHP) b. Film Strip (Film Rangkaian) c. Slide

d. LCD

8. Media Modern, meliputi: a. Komputer

b. Internet

Menurut Haryoso (2002), media adalah segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. Segala jenis dan bentuk sumber/bahan yang digunakan dalam bidang pendidikan untuk membantu dalam variasi proses pembelajaran. Internet sebagai media dalam proses pendidikan merupakan salah satu kemudahan modern yang disediakan oleh media pendidikan, karena memiliki layanan yang tepat untuk menunjang proses pendidikan.

(21)

Buku adalah jendela ilmu pengetahuan sebagai satu kesatuan agar pengetahuan tidak terpencar-pencar dan mudah dipelajari. Tujuan buku untuk menyatukan ilmu pengetahuan tertentu agar terkumpul dalam satu tempat sehingga mudah ditemukan dan dipelajari. Contohnya buku sejarah nasional Indonesia yang terdiri dari 6 jilid yang menjelaskan perkembangan sejarah Indonesia dari masa Praaksara sampai masa modern.

b. Majalah

Majalah dimaknai sebagai media informasi dengan tugas utamanya menyampaikan berita aktual. Majalah yang diterbitkan dapat menciptakan lingkungan belajar secara kreatif.

c. Koran

Koran adalah sejenis media massa yang memberitakan kejadian sehari-hari dalam kehidupan manusia. Tulisan-tulisan yang terdapat dalam sebuah koran dihasilkan oleh para penulis berita yang disebut sebagai wartawan. Wartawan tersebut bertugas untuk menulis kejadian-kejadian menarik yang terjadi di tengah masyarakat. Di dalam sebuah koran, biasanya terdapat banyak wartawan yang disebarkan ke berbagai daerah untuk mengumpulkan dan menulis berita yang menarik yang nantinya akan menjadi isi dari koran tersebut.

10. Media Grafis, terdiri dari: a. Bagan

b. Diagram c. Grafik

d. Poster c. Kartun

(22)

keuntungan berharga, yaitu (1) gambar-gambarnya dapat menarik perhatian sehingga pelajaran lebih berarti; dan (2) sebagai variasi dalam mengajar. f. Foto

Fotografi merupakan media pembelajaran yang sangat mudah dibuat pada era digital. Berbagai macam gadget yang ada sudah dilengkapi dengan fitur kamera yang memungkinkan kita membuat gambar fotografi. Gambar fotografi karena langsung berisi foto nyata objek atau situasi atau peristiwa, maka merupakan media pembelajaran gambar yang realistik (konkret). Media pengajaran diatas dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan sehingga mendorong proses belajar mengajar menjadi lebih mudah dipahami. Pembelajaran sejarah yang memiliki pengetahuan yang membahas semua aspek kehidupan manusia menjadi salah satu proses pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Aspek kesejarahan yang dalam proses pembelajarannya cenderung monoton ini perlu dilakukan suatu media bantu yaitu beragam media seperti diatas dapat menjadi sarana proses pemahaman wawasan kebangsaan Indonesia lebih mudah dipahami dan diinternalisasikan dalam masyarakat pembelajar.

Pemaknaan wawasan kebangsaan Indonesia melalui media sejarah berbasis KKNI dapat disesuaikan dengan capaian kompetensinya yaitu:

1. Mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran Sejarah sebagai sumber dan media pembelajarannya serta memanfaatkannya untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran pemahaman sejarah perjuangan bangsa dalam menata wawasan kebangsaan Indonesia.

2. Menguasai pengertian, jenis/klasifikasi, fungsi, dan dasar-dasar pengembangan media pembelajaran, sehingga dapat memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi, karakteristik peserta didik dan tujuan pemahaman proses pembelajarannya.

(23)

4. Memiliki sikap bertanggung jawab dalam mengembangkan media pembelajaran Sejarah yang praktis, efisien dan aman bagi peserta didik.

` Beberapa fungsi media pembelajaran yaitu (1) Pemusat perhatian peserta didik; (2) Menggugah emosi peserta didik; (3) Membantu peserta didik untuk memahami materi pembelajaran; (4) Membantu peserta didik mengorganisasikan informasi; (5) Membangkitkan motivasi belajar peserta didik; (6) Membuat pembelajaran menjadi lebih konkrit; (7) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra; (8) Mengaktifkan pembelajaran; (9) Mengurangi kemungkinan pembelajaran yang melulu berpusat pada guru; dan (10) Mengaktifkan respon peserta didik. Media pembelajaran dapat berfungsi dengan baik sebagai pemusat perhatian peserta didik apalagi media pembelajaran itu bersifat menarik.

Fenomena wawasan kebangsaan yang tergradasi dapat diatasi dengan belajar sejarah. Pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan media pembelajaran sejarah dapat disesuaikan dengan proses pemahaman sejarah perjuangan bangsa itu sendiri. Contohnya belajar tentang nilai merdeka pada peristiwa proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 dapat dilakukan dengan menggunakan media (1) visual berupa foto-majalah-koran sejaman tahun 1945; (2) arsip dokumen sejaman; (3) media cetak, poster, gambar dan pamflet; (3) benda fisik pendukung proses sejarah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa media pembelajaran sejarah dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sarana pendukung proses pemahaman wawasan kebangsaan masyarakat Indonesia.

PENUTUP

Beberapa fenomena peristiwa pada kehidupan masyarakat yang terjadi di berbagai daerah setiap hari terlihat di media cetak maupun elektronik. Menghadapi situasi dan kondisi ini, pembelajaran sejarah menjadi bagian penting untuk proses pembelajaran pemahaman wawasan kebangsaan untuk menjadikan insan Indonesia memiliki integritas, cerdas, dan kompetitif serta dapat meningkatkan aktualisasi diri sekaligus bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia.

(24)

kesejahteraan umat manusia dengan jalan belajar sejarah perjuangan bangsa. Untuk memahami bagaimana wawasan kebangsaan perlu memahami secara mendalam sejarah bangsa melalui telaah kritis peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia untuk membentuk karakter bangsa..Media pembelajaran sejarah memiliki berbagai manfaat untuk memperbesar minat dan perhatian pembelajar meningkatkan proses pemahaman sejarah perjuangan bangsa sebagai dasar wawasan kebangsaan. Media pembelajaran menjadi salah satu acuan memberikan pemahaman sejarah perjuangan bangsa melalui beberapa media visual, audio, audio visual maupun media modern seperti internet dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Lemhanas. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Lembaga Pengkajian Strategi & Pembangunan. 1994. Pendidikan Wawasan

Kebangsaan,Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Moerdiono. 1991. Sistem Pemerintahan Republik Indonesia.

Munadi Yudhi. 2012. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada (GP).

Rohani Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta Suhady, Idup dan A.M. Sinaga. 2006. Wawasan Kebangsaan dalam kerangka

NKRI - Jakarta: Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari harga, kualitas pelayanan dan brand image terhadap keputusan pembelian. Tipe penelitian yang digunakan adalah

Bagi mahasiswa, diharapkan penelitian ini akan dapat memberikan pemahaman tentang faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa berlatar belakang Ilmu Pengetahuan Alam dalam

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan rumah dan praktek 3 M Plus dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas

Karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui efek toksisitas makroskopis dengan mengamati organ hati dan ginjal pada mencit yang diberi ekstrak

[r]

Penyampaian informasi produk/properti dapat menggunakan media multimedia visualisasi 3 dimensi namun media tersebut juga perlu sesuai dengan keperluan dari sebuah sistem untuk

dan dapatkan Produk-Produk Fashion Terbaru dengan Harga Grosir dan Eceran. Cukup Daftarkan Email Kamu disini untuk Memenangkan Harga Discount dan info- info Menarik seputar Baju

naratif Wawacan Jayalalana bisa katitén dina bagan ieu di handap. Tabél 3.3 Conto Format Data Analisis Latar dina Wawacan Jayalalana.. Ajén étnopédagogik anu dianalisis dina