50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Sekolah
SD Kristen Satya Wacana (Laboratorium UKSW) Salatiga, yang dikenal dengan nama SD Kristen Satya Wacana Salatiga semula bernama SD Kristen 2 Salatiga. SD Kristen 2 Salatiga yang berada di Jl. Dr. Sumardi No 5 Salatiga (satu komplek dengan Sinode GKJ Jawa Tengah) berdiri bulan Agustus 1953. SD Kristen 2 Salatiga pada awalnya berada di bawah naungan Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Pusat Salatiga.
Pada tahun 1970 Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga memerlukan Sekolah Laboratorium demi peningkatan kualitas lulusan FKIP dan inovasi-inovasi pendidikannya. Maka diadakan kerjasama antara YPK Pusat Salatiga dengan UKSW tentang pengelolaan bersama Sekolah Dasar (SD) Kristen 2 Salatiga sebagai Sekolah Laboratorium.
51
SD Kristen Satya Wacana Salatiga berlokasi di Jalan Yos Sudarso No. 1 Salatiga. SD Kristen Satya Wacana Salatiga memiliki luas tanah 2.155 m2
dengan luas bangunan 1.540 m2 yang terdiri atas 2
lantai bangunan. Bangunan yang ada pada sekolah ini meliputi 13 ruang kelas, 2 ruang guru, ruang administrasi, ruang kepala sekolah, ruang rapat, ruang komite sekolah, ruang tari, ruang multimedia, ruang perpustakaan, ruang computer, laboratorium IPA, gedung serba guna, ruang UKS, ruang musik, cafeteria, ruang guest house, maupun WC.
Jumlah guru di SD Kristen Satya Wacana terdiri atas 17 orang guru, yaitu 12 orang guru tetap yayasan, 2 orang guru kontrak, dan 3 orang guru tidak tetap. Dari 17 guru, 2 guru berpendidikan S2, 9 guru berpendidikan S1, 3 guru berpendidikan D2, 4 guru sedang studi S1, dan 1 guru sedang studi S2.
Dasar berdirinya SD Kristen Satya Wacana Salatiga dapat dilihat pada pintu masuk sekolah, yaitu “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan” (Amsal 1:7). Visi didirikannya sekolah ini adalah menjadi sekolah inovatif untuk mengembangkan siswa secara holistik dengan kasih, sedangkan misinya yang ada pada sekolah ini disebut dengan dasa misi, yaitu :
52
2. menumbuh kembangkan penghayatan dan pengamalan terhadap agama yang dianut untuk membentuk budi pekerti yang baik;
3. mengembangkan pribadi yang cinta tanah air; 4. melaksanakan pembelajaran dan bimbingan
secara PAIKEM untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa;
5. menciptakan suasana yang kondusif untuk keefektifan seluruh kegiatan sekolah;
6. mengembangkan budaya kompetitif bagi siswa dalam upaya peningkatan prestasi;
7. menumbuhkembangkan sikap toleransi dalam keberagaman;
8. melestarikan dan mengembangkan seni serta budaya;
9. meningkatkan prestasi olah raga;
10. menerapkan IPTEK dalam pembelajaran.
53
1. seluruh siswa lulus dalam ujian sekolah dan Ujian Nasional (UN), dan diterima di SMP;
2. mengoptimalkan proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning), antara lain CTL, PAIKEM, serta layanan bimbingan dan konseling; 3. meraih kejuaraan dalam bidang Mata Pelajaran
tingkat provinsi;
4. memperoleh kejuaraan olimpade sains tingkat provinsi;
5. melestarikan budaya daerah melalui MULOK bahasa daerah dengan indikator; 70% siswa mampu berbahasa Jawa sesuai dengan konteks; 6. menjadikan 75% siswa memiliki kesadaran
terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya;
7. meningkatkan kemampuan berbahasa inggris dengan penerapan kelas Bilingual Tematik di kelas 1 s.d 4 dan mathematic serta sains di kelas 5 s.d 6 SD;
8. memiliki jiwa cinta tanah air yang diinternalisasikan lewat kegiatan Pramuka;
9. meraih kejuaraan dalam beberapa cabang olah raga di tingkat nasional;
54
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Proses Penyusunan PKG Mandiri
Proses penyusunan PKG Mandiri di SD Kristen Satya Wacana Salatiga yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas 3 proses tahapan, yaitu : a. Tahap identifikasi masalah
Pada tahap ini, ditentukan suatu perumusan masalah yang didasarkan pada tinjauan pustaka, pencarian referensi, dan data-data yang diperlukan. Masalah yang ada di SD Kristen Satya Wacana Salatiga adalah bahwa belum terdapat PKG yang disesuaikan dengan visi, misi, serta tujuan sekolah tersebut, sehingga diperlukan suatu PKG mandiri yang dapat membantu sekolah mencapai visi, misi, dan tujuannya.
b. Tahap perancangan kinerja
Tahap perancangan kinerja merupakan tahap dimana metode AHP digunakan, tahapan tersebut terdiri dari :
1. Perancangan struktur hierarki
55
Penilaian Kinerja Guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga
"Hierarki PKG dengan Metode AHP"
Pedagogik
KPI 1
KPI 2
KPI 3
KPI 4
KPI 5
KPI 6
KPI 7
Kepribadian
KPI 8
KPI 9
KPI 10
Sosial
KPI 11
KPI 12
Profesional
KPI 13
KPI 14 struktur hierarki penilaian kinerja guru yang terdiri dari
Level 1 merupakan penilaian kinerja guru
Level 2 merupakan kompetensi guru
Level 3 merupakan sub-kompetensi guru
Hierarki penilaian kinerja guru berdasarkan metode AHP dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 : Struktur Hierarki PKG Mandiri 2. Penyebaran kuesioner
Kuesioner yang sudah dipersiapkan sesuai dengan struktur hierarki AHP yang berisi perbandingan berpasangan antar kompetensi dan sub kompetensi PKG disebarkan kepada responden
56
yaitu kepala sekolah, komite sekolah, dan guru, yang selanjutnya dikumpulkan kembali dan melakukan jajak pendapat untuk menentukan skala tingkat kepentingan yang sesuai. Hasil perbandingan berpasangan kemudian diolah dengan metode AHP. (terlampir)
3. Menentukan bobot variabel
Hasil penilaian berpasangan (pairwise comparison) terhadap 4 kompetensi dan 14 sub-kompetensi kemudian diolah dengan memasukkan data ke dalam matriks. (terlampir). Dari matriks perbandingan tersebut, diperoleh kompetensi prioritas yang akan digunakan sebagai pembobotan. 4. Menguji konsistensi
57
Tabel 4.1 : Bobot tiap kompetensi
KOMPETENSI BOBOT PERSENTASE
Mengenal karakteristik peserta didik 0.034 3.4% Menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 0.022 2.2% Pengembangan kurikulum 0.015 1.5% Kegiatan pembelajaran yang mendidik 0.054 5.4% Memahami dan mengembangkan potensi 0.146 14.6% Komunikasi dengan peserta didik 0.058 5.8% Penilaian dan Evaluasi 0.05 5% Bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia
0.083 8.3%
Menunjukkan pribadi yang dewasa dan
teladan 0.029 2.9%
Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru 0.208 20.8% Bersikap inklusif, bertindak obyektif,
serta tidak diskriminatif 0.073 7.3% Komunikasi dengan sesama guru, tenaga
kependidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat
0.037 3.7%
Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu
0.133 13.3
Mengembangkan keprofesian melalui
tindakan reflektif 0.057 5.7
5. Merancang format PKG Mandiri
58
c. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Dilakukan skoring total untuk mengetahui pencapaian target pada setiap kompetensi. Penggunaan metode traffic light system digunakan untuk mengetahui apakah skor pada masing-masing kompetensi (KPI) mengindikasikan perlunya perbaikan atau tidak. Traffic light system menggunakan 3 warna yaitu : Hijau jika KPI > 80%; Kuning jika 80% > KPI > 60%; dan Merah jika KPI < 60%. Hasil PKG Mandiri yang dipadukan dengan analisis traffic lights system dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.2 : Hasil pencapaian perkompetensi
NO KOMPETENSI (KPI) JUMLAH RATA PERSENTASE Traffic
light RATA
1 Mengenal karakteristik
peserta didik 1.802 0.11 81%
4 Kegiatan pembelajaran
yang mendidik 3.186 0.2 93%
6 Komunikasi dengan
59 jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru pola pikir keilmuan yang mendukung mata
4.2.2. Sasaran Prioritas PKG Mandiri
60
Tabel 4.3 : Sasaran Strategis PKG Mandiri
Sesuai dengan visi, misi, dan tujuan yang ingin dicapai SD Kristen Satya Wacana Salatiga, dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kompetensi ke-10 yaitu etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru mempunyai bobot tertinggi
KOMPETENSI PERSENTASE
Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru
20.8%
Memahami dan mengembangkan potensi
14.6%
Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu
13.3%
Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia
8.3%
Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif
7.3%
Komunikasi dengan peserta didik 5.8%
Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif
5.7%
Kegiatan pembelajaran yang mendidik 5.4%
Penilaian dan evaluasi 5.0%
Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat
3.7%
Mengenal karakteristik peserta didik 3.4%
Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan
2.9%
Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
2.2%
61
dengan persentase sebesar 20.8%. Sedangkan kompetensi ke-3 yaitu pengembangan kurikulum mempunyai bobot terendah dengan persentase 1.55%.
Untuk selengkapnya dapat dilihat dalam bobot hierarki berikut :
Gambar 4.2 : Hierarki PKG dan Persentase KPI
4.2.3. Hasil Penilaian Kinerja Guru Mandiri
Hasil penilaian kinerja 16 guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga oleh Kepala Sekolah, kemudian dijumlahkan dan dirata-rata menjadi satu penilaian tunggal. Dari bobot yang dihasilkan dari masing-masing kompetensi, diadakanlah penilaian
PKG Mandiri SD Kristen Satya Wacana Salatiga
"Hierarki PKG dengan Metode AHP"
62
skor akhir dari penilaian kinerja guru guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga yang telah dilakukan oleh Kepala Sekolah. Hasil penilaian kinerja 16 guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga tersebut kemudian dijumlahkan dan dirata-rata menjadi satu penilaian tunggal. Penilaian tunggal tersebut bisa dijadikan sebagai bahan acuan sekolah untuk melakukan perbaikan ataupun meningkatkan kinerja guru. Berikut hasil penilaian dan analisis warna traffic light yang diperoleh :
Tabel 4.4 : Hasil PKG Mandiri
KOMPETENSI JUMLAH RATA PERSENTASE Traffic
light RATA
Mengenal karakteristik peserta
didik 1.802 0.11 81%
Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
1.078 0.07 80%
Pengembangan kurikulum 0.75 0.05 83%
Kegiatan pembelajaran yang
Mendidik 3.186 0.2 93%
Memahami dan mengembangkan
potensi 7.3 0.46 79%
Komunikasi dengan peserta didik 3.132 0.2 86%
Penilaian dan evaluasi 2.6 0.16 80%
Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia
5.063 0.32 96%
Menunjukkan pribadi yang
dewasa dan teladan 1.595 0.1 86%
Etos kerja, tanggung jawab yang
tinggi, rasa bangga menjadi guru 11.024 0.69 83%
63 obyektif, serta tidak diskriminatif
Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat
2.146 0.13 88%
Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu
7.315 0.46 86%
Mengembangkan keprofesian
melalui tindakan reflektif 2.964 0.19 83%
TOTAL SKOR 54.335 3.4
85% TOTAL SKOR MAKSIMUM
Dari uji hipotesis yang dilakukan juga diperoleh bahwa kinerja guru SD Satya Wacana Salatiga sudah mencapai 80%. Uji hipotesis deskriptif yang digunakan adalah uji satu fihak, yaitu uji fihak kiri. Sesuai dengan yang sudah dijelaskan pada bab III, rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif (satu sampel) adalah sebagai berikut :
Dimana :
t : t hitung X : rata-rata Xi
µ0 : nilai yang dihipotesiskan
s : simpangan baku
n : jumlah anggota
Berdasarkan data yang ada, dapat diketahui bahwa n = 16, dan µ0 = 3.197
Nilai X dan s dapat dilihat pada tabel berikut :
t =
�− µ64
Tabel 4.5 : Hasil Statistik Deskriptif Descriptives
Std. Deviation .17671
Minimum 3.12
Maximum 3.76
Range .64
Interquartile Range .26
Skewness .649 .564
Kurtosis .135 1.091
Dari nilai yang diketahui, diperoleh t hitung sebesar 4.508. Untuk membuat keputusan apakah hipotesis itu terbukti atau tidak, maka harga t hitung dibandingkan dengan t tabel. Untuk mengetahui harga t tabel, didasarkan dari derajat kebebasan (dk), yang besarnya adalah n - 1, yaitu 16 - 1 = 15. Untuk α = 5%, harga t tabel adalah 1.753. Dalam uji fihak kiri, berlaku ketentuan, bila harga t hitung jatuh pada penerimaan H0 lebih dari atau sama dengan (≥)
dari t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
65
diterima dan H1 ditolak, sehingga hasil penilaian
kinerja guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga lebih dari sama dengan 0,80. Atau dapat dikatakan bahwa kinerja guru di SD Kristen Satya Wacana Salatiga sudah mencapai 80%.
Untuk selengkapnya hasil PKG Mandiri SD Kristen Satya Wacana Salatiga dideskripsikan dalam penjelasan berikut :
a. KPI 1 (Mengenal karakteristik peserta didik)
Dari perbandingan berpasangan yang dilakukan, diperoleh bahwa skor KPI 1 yaitu mengenal karakteristik peserta didik, merupakan skor dengan prioritas ke-11 dengan bobot 3.3%. Nilai skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 83% dengan indikasi warna hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik. Namun, untuk perolehan skor individu, dari 16 guru yang ada masih terdapat 10 guru yang terindikasi dengan warna kuning, sehingga masih dibutuhkan perbaikan terhadap KPI ini, dikarenakan 50% lebih dari jumlah keseluruhan guru belum mencapai 80% nilai maksimum.
b. KPI 2 (Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik)
66
dengan indikasi warna hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
Untuk perolehan skor individu, hanya ada 1 guru yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih terdapat 15 guru dengan indikasi warna kuning. Menyadari hal tersebut, sebaiknya sekolah memberikan pelatihan kepada seluruh guru mengenai prinsip dan teori belajar yang mendidik agar kinerja guru dapat meningkat, meskipun KPI ini ada dalam prioritas ke 13.
c. KPI 3 (Pengembangan kurikulum)
67
d. KPI 4 (Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik)
Kompetensi ke-3 yaitu mengenal karakteristik peserta didik menduduki prioritas ke-8 dengan bobot 5.4%. Nilai skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 93% dengan indikasi warna hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik. Untuk perolehan skor individu, hanya ada 5 guru yang terindikasi dengan warna kuning. Artinya lebih dari 50% guru sudah dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang mendidik.
e. KPI 5 (Memahami dan mengembangkan potensi) KPI 5 yaitu memahami dan mengembangkan potensi peserta didik, merupakan kompetensi dengan prioritas ke-2 dengan bobot 14.6%. Perolehan skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 79% dengan indikasi warna kuning. Dari 14 kompetensi yang ada hanya KPI ini yang harus segera dilakukan perbaikan, mengingat prioritas KPI ini berada pada tingkat atas, sedangkan analisa warna menunjukkan bahwa KPI belum mencapai nilai 80%.
68
f. KPI 6 (Komunikasi dengan peserta didik)
KPI ke-6 yaitu komunikasi dengan peserta didik merupakan KPI yang menduduki prioritas ke-6 dengan bobot 5.8%. Dari penilaian yang dilakukan, diperoleh nilai skor kolektif sebesar 86%, sehingga KPI ini terindikasi dengan warna hijau, atau dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
Dari penilaian yang dilakukan terhadap 16 guru, terdapat 6 guru yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih terdapat 10 guru dengan indikasi warna kuning. Sehingga untuk meningkatkan perolehan skor dalam KPI ini, guru sebaiknya dapat lebih meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik, agar kompetensi ini dapat lebih ditingkatkan.
g. KPI 7 (Penilaian dan evaluasi)
Dari perbandingan berpasangan yang dilakukan, diperoleh bahwa skor KPI 7 yaitu penilaian dan evaluasi, merupakan skor dengan prioritas ke-9 dengan bobot 5%. Nilai skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 80% dengan indikasi warna hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
69
dan dapat merefleksikan hasil penilaian yang telah dibuat agar kualitas pembelajaran lebih dapat ditingkatkan.
h. KPI 8 (Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia)
KPI ke-8 yaitu bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia, merupakan KPI yang menduduki prioritas ke-4 dengan bobot 8.3%. Nilai skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 96% dengan indikasi warna hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
Dari penilaian yang dilakukan, terdapat 12 guru yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih terdapat 4 guru dengan indikasi warna kuning. Sehingga dapat dikatakan bahwa kompetensi ini sudah cukup baik dan hanya perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
i. KPI 9 (Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan)
70
Untuk perolehan skor individu, ada 7 guru yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih terdapat 9 guru dengan indikasi warna kuning. Sehingga dapat dikatakan bahwa kompetensi ini masih perlu ditingkatkan.
j. KPI 10 (Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru)
Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru merupakan KPI ke-10, KPI ini masuk dalam prioritas tertinggi dengan bobot 20.8%, atau dapat dikatakan bahwa kompetensi ini harus dimiliki oleh seluruh guru SD Kristen Satya Wacana. Nilai skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 83% dengan indikasi warna hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
Untuk perolehan skor individu, ada 4 guru yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih terdapat 12 guru dengan indikasi warna kuning. Sehingga dapat dikatakan bahwa kompetensi ini masih harus ditingkatkan, mengingat KPI ini merupakan prioritas tertinggi, sebaiknya harus selalu dilakukan perbaikan agar lebih dari 50% jumlah guru dapat mencapai nilai maksimum.
k. KPI 11 (Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif)
71
diskriminatif, merupakan skor dengan prioritas ke-5 dengan bobot 7.3%. Nilai skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 92% dengan indikasi warna hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
Untuk perolehan skor individu, ada 11 guru yang terindikasi dengan warna hijau, artinya masih terdapat 5 guru dengan indikasi warna kuning. Sehingga kompetensi ini sudah cukup tercapai dengan baik, karena lebih dari 50% jumlah guru telah mendapatkan skor maksimum.
l. KPI 12 (Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat)
Dari perbandingan berpasangan yang dilakukan, diperoleh bahwa skor KPI 12 yaitu Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat, merupakan skor dengan prioritas ke-10 dengan bobot 3.7%. Nilai skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 88% dengan indikasi warna hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
72
guru yang masih terindikasi dengan warna kuning, sebaiknya menngkatkan kemampuan komunikasinya dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat.
m. KPI 13 (Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu)
Dari perbandingan berpasangan yang dilakukan, diperoleh bahwa skor KPI 13 yaitu penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, merupakan skor dengan prioritas ke-3 dengan bobot 13.3%. Nilai skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 86% dengan indikasi warna hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
73
n. KPI 14 (Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif)
Dari perbandingan berpasangan yang dilakukan, diperoleh bahwa skor KPI 13 yaitu penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, merupakan skor dengan prioritas ke-7 dengan bobot 5.7%. Nilai skor kolektif yang diperoleh dalam KPI ini sebesar 83% dengan indikasi warna hijau, sehingga dapat dikatakan bahwa KPI ini masuk dalam kategori baik.
Untuk perolehan skor individu, Untuk perolehan skor individu, 12 guru terindikasi warna kuning, dan 4 guru terindikasi warna hijau. Sehingga dapat dikatakan bahwa kompetensi ini harus lebih ditingkatkan, mengingat kompetensi ini merupakan kompetensi profesional guru. Untuk meningkatkan profesionalisme guru, akan lebih baik jika semua guru yang terindikasi dengan warna kuning dapat lebih meningkatkan kemampuan untuk mengevaluasi diri, agar kinerjanya semakin optimal.
4.3. Pembahasan
4.3.1.Proses Penyusunan PKG Mandiri
74
menurut pandangan kedua ahli tersebut harus meliputi tahap identifikasi masalah, tahap perancangan kinerja, dan tahap pengukuran dan evaluasi. Sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh proses PKG mandiri yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Tahap identifikasi masalah
Masalah yang ada di SD Kristen Satya Wacana Salatiga adalah bahwa belum terdapat PKG yang disesuaikan dengan visi, misi, serta tujuan sekolah tersebut, sehingga diperlukan suatu PKG mandiri yang dapat membantu sekolah mencapai visi, misi, dan tujuannya.
b. Tahap perancangan kinerja
Tahap perancangan kinerja merupakan tahap analisis data dengan menggunakan metode AHP. Analisis data dengan metode AHP akan menghasilkan bobot yang untuk selanjutnya akan dimasukkan ke dalam suatu format PKG Mandiri yang dipadukan dengan bobot pada tiap kompetensinya.
c. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
75
indikasi warna yaitu hijau jika KPI > 80%; kuning jika 80% > KPI > 60%; dan merah jika KPI < 60%.
Tahap pengukuran dan evaluasi kerja pada penelitian ini, sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Hernanda, yang berjudul “Analisis Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Menggunakan Metode Human Resources Scorecard”. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Hernanda dengan penelitian ini adalah keduanya menggunakan pembobotan dengan metode AHP dan analisis menggunakan traffic lights system.
4.3.2.Sasaran Prioritas PKG Mandiri
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009, PKG berfungsi untuk menilai kemampuan guru, serta menghitung angka kredit yang diperoleh guru berdasarkan kinerjanya. Sementara itu, SD Kristen Satya Wacana belum mampu untuk menentukan sasaran prioritas yang sebenarnya harus dicapai dalam perbaikan kinerja guru di sekolah tersebut. Untuk itu diperlukanlah suatu metode yang dapat membantu sekolah untuk menentukan sasaran prioritas pada kompetensi PKG yang disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan sekolah.
76
Pendapat tersebut sudah sesuai dengan penentuan sasaran prioritas PKG Mandiri dengan metode AHP yang dilakukan dalam penelitian ini. Penentuan sasaran prioritas dilakukan dengan model kualitatif, yaitu melalui jajak pendapat yang dilakukan kepada kepala sekolah, ketua komite sekolah, dan guru. Hasil jajak pendapat tersebut kemudian diolah dengan menggunakan metode AHP sehingga diperoleh sasaran prioritas yang konsisten.
Dengan mengetahui sasaran yang diprioritaskan dalam setiap kompetensi, sekolah akan dapat mencapai tujuannya lebih mudah. Kompetensi yang diprioritaskan di SD Kristen Satya Wacana Salatiga ini adalah etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru, sehingga setiap guru di sekolah ini harus unggul dalam kompetensi ini. Dengan diketahuinya sasaran prioritas, proses perekrutan guru baru maupun penilaian kinerja juga lebih terarah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan yang ingin dicapai sekolah.
77
PKG Mandiri SD Kristen Satya Wacana Salatiga
"Hierarki PKG dengan Metode AHP"
Pedagogik (38%) untuk menentukan prioritas setiap kompetensi dalam PKG. Sesuai dengan hasil penelitian, persentase tiap kompetensi (KPI) dapat dilihat pada gambar berikut :
78
kompetensi yang lain. Walaupun demikian kompetensi prioritas kedua dan selanjutnya harus tetap diperhatikan dan tetap harus dioptimalkan.
4.3.3. Hasil Penilaian Kinerja Guru Mandiri
Untuk mengetahui hasil PKG mandiri apakah sudah mencapai 80%, dilakukan uji rerata dan hipotesis terhadap hasil PKG mandiri yang sudah dilakukan oleh kepala sekolah. Dari uji rerata, diperoleh bahwa hasil PKG Mandiri di SD Kristen Satya Wacana Salatiga telah mencapai 85%. Dari uji hipotesis t hitung lebih besar dari pada t tabel, atau 4.508 > 1.753 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga hasil PKG
Mandiri SD Kristen Satya Wacana Salatiga lebih dari sama dengan 0,80. Atau dapat dikatakan bahwa kinerja guru di SD Kristen Satya Wacana Salatiga sudah mencapai 80%.
Dari hasil PKG Mandiri yang dilakukan pada 16 guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga, menunjukkan bahwa kinerja 15 guru terindikasi dengan warna traffic lights hijau atau dalam kategori baik, sedangkan 1 guru mata pelajaran terindikasi dengan warna traffic lights kuning. Sehingga perlu adanya perbaikan/evaluasi untuk guru yang terindikasi dengan warna traffic lights kuning tersebut.
79
persentase total skor sebesar 78%. Dari 14 kompetensi yang ada, hanya ada dua kompetensi yang mencapai nilai di atas 80%, sementara 12 kompetensi lainnya masih belum mencapai 80%. Sementara, jika dilihat dari nilai keseluruhan per kompetensi (KPI), terdapat satu KPI yang masih belum mencapai batas 80% yaitu memahami dan mengembangkan potensi peserta didik (KPI 5). Padahal KPI ini masuk dalam prioritas kedua, sehingga harus segera dilakukan perbaikan pada kompetensi ini, agar kinerja guru semakin optimal.
80
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan mengenai tahap penyusunan PKG Mandiri, sasaran strategis PKG Mandiri, serta hasil PKG Mandiri di SD Kristen Satya Wacana Salatiga.
5.1.1. Tahap PKG Mandiri
Tahap PKG Mandiri di SD Kristen Satya Wacana terdiri atas 3 tahap. Ketiga tahap tersebut antara lain tahap identifikasi masalah tahap perancangan kinerja, serta tahap pengukuran dan evaluasi kinerja. Dari ketiga tahapan yang dilakukan, diperoleh suatu format PKG Mandiri beserta hasil PKG Mandiri SD Kristen Satya Wacana Salatiga.
5.1.2. Sasaran Prioritas PKG Mandiri
Dari hasil analisis metode AHP, kompetensi yang diprioritaskan di SD Kristen Satya Wacana Salatiga adalah KPI ke-10, yaitu etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru. Sementara kompetensi dengan prioritas terendah adalah KPI ke-3, yaitu pengembangan kurikulum.
5.1.2. Hasil PKG Mandiri
81
mencapai 85%. Dari uji hipotesis deskriptif yang dilakukan juga menunjukkan bahwa hasil penilaian kinerja guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga lebih besar dari atau sama dengan 80%.
5.1. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, PKG dengan metode AHP dapat menunjukkan prioritas yang ingin diunggulkan di SD tersebut, sehingga memudahkan sekolah untuk mencapai tujuan sekolah yang ingin dicapai. Dari kelebihan yang ditunjukkan metode AHP. peneliti memberikan beberapa saran kepada beberapa pihak antara lain :
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah SD Kristen Satya Wacana Salatiga hendaknya melakukan PKG mandiri minimal satu bulan sekali, untuk memantau kinerja guru di sekolah yang bersangkutan, sehingga hasil penilaian tersebut dapat digunakan dalam evaluasi kinerja guru kedepannya dan untuk melaksanakan tindak lanjut yang sesuai. Tindak lanjut yang tepat akan membantu sekolah untuk meningkatkan kinerja guru SD Kristen Satya Wacana Salatiga menjadi lebih optimal, sehingga secara otomatis akan meningkatkan kualitas sekolah ke arah yang lebih baik.
82
Satya Wacana Salatiga, sehingga kepala sekolah dan guru dapat bersama-sama untuk mencapai hasil kinerja yang baik sesuai dengan prioritas yang ingin diunggulkan oleh sekolah. Kepala sekolah juga dapat memberikan reward kepada guru dengan nilai kinerja terbaik untuk memotivasi guru dalam melakukan kinerja terbaiknya.
b. Guru
Guru di SD Kristen Satya Wacana Salatiga sebaiknya merefleksikan hasil penilaian kinerja yang mereka peroleh, hasil penilaian tersebut dapat dijadikan acuan untuk melakukan kinerja lebih baik kedepannya. Indikasi traffic lights berwarna kuning juga dapat mempermudah guru untuk mengetahui kompetensi mana yang harus terlebih dahulu ditingkatkan, terutama untuk prioritas penilaian dengan bobot tertinggi.
c. PPs MMP UKSW
83
dalam bidang lain, misalnya sistem perekrutan pengajar baru hingga penentuan prioritas program sekolah.
Untuk penelitian selanjutnya, PKG dengan metode AHP juga akan lebih baik jika dapat diintegrasikan dengan metode pengambil keputusan lain seperti ANP (Analytical Network Process) maupun TOPSIS. Aplikasi penghitungan AHP yang lebih efisien juga dapat menggunakan Expert Choice, Super Decision, ataupun Matlab.
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan PKG Mandiri dengan metode AHP yang dilakukan bisa diturunkan ke sub kompetensi yang lebih rendah. PKG dengan metode AHP juga akan lebih baik jika dapat diintegrasikan dengan metode pengambil keputusan lain. PKG Mandiri yang dilakukan dalam penelitian ini juga masih dapat dikembangkan lebih jauh, seperti misalnya membandingkan kinerja guru kelas dan guru mata pelajaran, membandingkan hasil perolehan tiap kompetensi, hingga membandingkan hasil PKG Mandiri antar sekolah.
d. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
84