• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA BERAT BAYI LAHIR (BBL) DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS DI RUANG PERINATOLOGI RSUD WONOSARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA BERAT BAYI LAHIR (BBL) DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS DI RUANG PERINATOLOGI RSUD WONOSARI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA BERAT BAYI LAHIR (BBL) DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS

DI RUANG PERINATOLOGI RSUD WONOSARI Ian Rossalia Pradita Puteri Universitas Respati Yogyakarta

bonjem040811@gmail.com

INTISARI

Latar Belakang: Indikator Angka Kematian Balita yang sangat penting adalah Angka Kematian Bayi (AKB). AKB di Indonesia sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup.Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah asfiksia (37%), prematuritas (34%), infeksi (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%), dan kelainan congenital (1%).Iketrik pada neonatus dapat menyebabkan kecacatan atau kematian pada bayi.Kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan.Kurang bulan (prematuritas) merupakan penyebab bayi lahir dengan berat badan rendah yang dapat mengakibatkan ikterik pada neonatus ataupun hiperbilirubinemia. Kejadian ikterik pada neonatus di ruang perinatologi RSUD Wonosari pada tahun 2016 sebanyak 242 kasus yang sebagian besar terjadi pada bayi dengan berat badan tidak normal yaitu sebanyak 159 kasus.

Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan antara berat bayi lahir (BBL) dengan kejadian ikterik pada neonatus di ruang perinatologi RSUD Wonosari

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode analitik correlational dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh neonatus yang dirawat di ruang perinatologi RSUD Wonosari yaitu sebanyak 686. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan total sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 640 bayi.Uji hipotesis yang digunakan adalah chi-square.

Hasil: Sebagian besar neonatus lahir dengan berat normal (64,1%) dan tidak mengalami ikterik (62,2%). Dari neonatus yang lahir dengan berat rendah dan lebih (35,9%) terdapat 11,1% yang mengalami ikterik. Terdapat hubungan antara BBL dengan kejadian ikterik dengan nilai ρ-value 0,000 dan X2 hitung 151,850.Keeratan hubungannya sedang dengan nilai contingency coefficient 0,438.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara berat bayi lahir (BBL) dengan kejadian ikterik pada neonatus di ruang perinatologi RSUD Wonosari

Kata Kunci: Berat Bayi Lahir (BBL), Ikterik

ABSTRACT

(2)

of jaundice in neonates at the perinatology room of RSUD Wonosari, which mostly occurred in infants with abnormal weight, i.e. 159 cases.

Objective: This research is aimed at identifying the correlation between baby birth weight and jaundice incidence in neonates at the perinatology room of RSUD Wonosari in 2014.

Methods: This research used analytical correlational method with cross sectional approach. It was conducted in June 2016. The research population in was all neonates treated in the perinatology room of RSUD Wonosari numbering 686 babies. The sampling used purposive sampling and total sampling with a sample size of 640 babies. Hypothesis was tested using chi-square.

Results: The majority of neonates were born with normal weight (64.1%) and did not experience jaundice (62.2%). Of (35.9%) neonates born with low and over weight, there were 11.1% who experienced jaundice. There was a correlation between baby birth weight and the incidence of jaundice with a ρ-value of 0.000 and X2 count of 151.850. The cohesion was medium with the contingency coefficient value of 0.438.

Conclusion: There is a correlation between baby birth weight and jaundice incidence in neonates at the perinatology room of RSUD Wonosari.

(3)

A. PENDAHULUAN

Ikterus (jaundice) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah, sehingga kulit dan atau sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan. Pada sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan.1

Berat bayi lahir (BBL) adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir.BBL diklasifikasikan menjadi bayi berat lahir normal (BBLN), bayi berat lahir rendah (BBLR), dan bayi berat lahir lebih.Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah ( Kosim, 2009).

Dalam Profil Kesehatan

Indonesia tahun 2014, AKB di Indonesia sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Meskipun terjadi penurunan dari tahun 2010 yang data AKB sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup, tetapi angka tersebut masih jauh dari target SDGs yaitu AKB tahun 2016 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat lahir <2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan congenital (DinKes, 2014)

Dalam Profil Kesehatan D.I. Yogyakarta tahun 2014, AKB di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan adanya penurunan AKB dari tahun 2010

yaitu sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup (DinKes DIY, 2014)

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan frekuensi pemberian ASI, riwayat asfiksia dan berat badan lahir dengan angka kejadian ikterus neonatorum. Dari 56,8% bayi yang mengalami BBLR, terdapat 29,7% yang mengalami ikterus neonatorum.5

Penelitian lain juga menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara berat bayi lahir dengan kadar bilirubin bayi baru lahir. Dari 65,2% bayi BBLR, terdapat 53,3% bayi yang mengalami hiperbilirubinemia (Herlina, 2012)

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 3 Februari 2016 dari rekam medis dan register bayi ruang perinatologi di RSUD Wonosari mulai bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2015 jumlah bayi yang dirawat sebanyak 686 bayi dan yang mengalami ikterik neonatorum sebanyak 242 bayi. Sedangkan bayi yang mengalami BBLR sebanyak 215 bayi dan BBLL sebanyak 15 bayi.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara Berat Bayi Lahir (BBL) dengan kejadian ikterik pada neonatus di ruang perinatologi RSUD wonosari.

B. METODEPENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik correlational. Rancangan penelitian menggunakan cross-sectional.

(4)

kriteria inklusi dan eklusi yang telah ditentukan. Uji analisis yang digunakan yaitu Uji Chi-Square. Data yang digunakan data sekunder yang diperoleh dari buku register/rekam medis. Analisa data menggunakan analisis univariat dan bivariat dan dituangkan dalam tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang.Jalannya penelitian dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan akhir.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diteliti meliputi umur kehamilan, paritas, umur ibu, jarak persalinan, jenis persalinan.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD Wonosari

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2016

Berdasarkan tabel 4 di atas, didapatkan hasil bahwa sebagian besar neonatus lahir pada umur kehamilan aterm yaitu sebesar 74,5%, sebagian besar lahir dengan berat badan normal yaitu sebesar 58,3% dan sebagian besar tidak mengalami ikterik yaitu sebesar 53,1%. angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Bayi yang lahir kurang bulan maka fungsi hepar belum berfungsi dengan optimal sehingga proses glukoronidasi bilirubin tidak terjadi secara maksimal atau jika terdapat gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia, asidosis atau kekurangan glukosa sehingga dapat menyebabkan kadar bilirubin indirek dalam darah meninggi (Vivian, 2013)

Berdasarkan paritas, didapatkan hasil bahwa sebagian besar ibu bersalin dengan multipara yaitu sebesar 65,2%, sebagian besar lahir dengan berat badan normal (BBLN) yaitu sebesar 43,8% dan sebagian besar tidak mengalami ikterik yaitu sebesar 41,9%. Kehamilan yang berulang akan mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang bila dibandingkan dengankehamilan sebelumnya. Keadaan ini menyebabkan gangguan pertumbuhan janin (Wiknjosastro, 2008)

(5)

dan juga kematangan jiwa serta emosionalnya yang kurang.Pada usia ibu yang tua telah terjadi penurunan fungsi organ reproduksi, penurunan fungsi ini akan mempengaruhi kesehatan baik ibu maupun janin yang dikandungnya sehingga ibu dan bayi yang dikandungnya memiliki banyak hal yang dapat mempersulit dan memperbesar risiko kehamilan (Setianingrum, 2008)

Berdasarkan jarak persalinan, didapatkan hasil bahwa sebagian besar ibu bersalin dengan jarak persalinan sebelumnya ≥2 tahun yaitu sebesar 59,5%, sebagian besar lahir dengan berat lahir normal (BBLN) yaitu sebesar 40,0% dan sebagian besar tidak mengalami ikterik yaitu sebesar 38,4%. Kehamilan yang perlu diwaspadai adalah jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun, bila jarak terlalu dekat , maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik (Setianingrum, 2008)

Berdasarkan jenis persalinan, didapatkan hasil bahwa sebagian besar ibu bersalin secara spontan yaitu sebesar 92%, sebagian besar lahir dengan berat lahir normal yaitu sebesar 59,7% dan sebagian besar tidak mengalami ikterik yaitu sebesar 58,1%. Peningkatan bilirubindapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah infeksi, kelainan sel darah merah, dan toksin dari luar tubuh, serta daritubuh itu sendiri. Bayi yang lahir dengan bantuan/tindakan lebihmudah mengalami infeksi karena trauma saat persalinan (Vivian, 2013)

2. Analisis Univariat Variabel Penelitian

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel penelitian dan karateristik dari responden penelitian.Hasil analisis univariatdalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berat Bayi Lahir (BBL) di Ruang Perinatologi RSUD Wonosari

No Berat Bayi Lahir (BBL)

F %

1 BBLN 410 64.1

2 BBLR 215 33.6

3 BBLL 15 2.3

Total 640 100.0 Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2016

Hasil tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar lahir dengan berat badan normal (BBLN) yaitu sebesar 64,1%, sedangkan BBLR sebesar 33,6%, dan BBLL sebesar 2,3%. Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500– 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.Bayi lahir berdasarkan berat badannya di kelompokkan menjadi tiga, yaitu: bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir<2500 gram, bayi berat lahir normal (BBLN) dengan berat lahir antara 2500-4000 gram, dan bayi beratlahir lebih (BBLL) dengan berat lahir >4000 gram (Kosim,2009)

(6)

Tabel 6. Tabulasi Silang Antara Karateristik dan Berat Bayi Lahir (BBL) Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD Wonosari

Karateristik Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2016

Hasil tabulasi silang berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa dari 215 (33,6%) neonatus dengan berat lahir rendah (BBLR), sebagian besar lahir pada umur kehamilan preterm yaitu sebanyak 126 (77,8%), ibu dengan multipara sebanyak 122 (29,3%), ibu dengan usia 20-35 tahun sebanyak 187 (33,6%), jarak persalinan ≥2 tahun sebanyak 111 (29,1%), dan lahir secara spontan sebanyak 195 (33,1%). Dalam penelitian, umur ibu tidak mempengaruhi terjadinya BBLR. Dari 7 responden yang mengalami BBLR, hanya terdapat 3 (42,9%) responden yang lahir dari ibu dengan umur <20 tahun atau >35 tahun. Sedangkan paritas mempengaruhi terjadinya BBLR, yaitu paritas ≥4 mempunyai resiko 5,3 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan

dengan paritas <4 kali (Trihardiani, 2011)

(7)

sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang bila dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya. Keadaan ini menyebabkan gangguan pertumbuhan janin.

Pertumbuhan bayi

berhubungan dengan karakteristik fisik saat lahir, yang tergantung pada berat lahir dan masa kehamilan.Neonatus cukup bulan dengan berat badan kurang dan masa kehamilan mempunyai lebih banyak masalah di kemudian hari jika dibandingkan dengan neonatus cukup bulan dengan berat badan sesuai dengan masa kehamilan. Kehamilan yang perlu diwaspadai adalah jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun, bila jarak terlalu dekat , maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Pada keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama atau perdarahan. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kejadian Ikterik Pada Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD Wonosari Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2016

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, sebagian besar tidak mengalami ikterik yaitu sebesar 62,5% dan yang mengalami ikterik sebesar 37,5%.Ikterus neonatorum adalah menguningnya sklera, kulit, ataujaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh. Keadaan ini merupakan tanda pentingpenyakit hati atau kelainan fungsi hati, saluran empedu dan penyakit darah (Kosim, 2009)

Tabel 8. Tabulasi Silang Antara Karateristik dan Kejadian Ikterik Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD Wonosari

Karateristik

Kejadian Ikterik Total

(8)

Jenis persalinan Spontan Tindakan

217 25

36.8 49.0

372 26

63.2 51.0

589 51

100.0 100.0 Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2016

Hasil tabulasi silang berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa dari 242 (37,8%) neonatus dengan yang mengalami ikterik, sebagian besar lahir pada umur kehamilan aterm yaitu sebanyak 137 (28,4%), ibu dengan multipara sebanyak 149 (35,7%), ibu dengan usia 20-35 tahun sebanyak 209 (37,6%), jarak persalinan ≥2 tahun sebanyak 135 (35,4%), dan lahir secara spontan sebanyak 217 (36,8%).

Hasil penelitian lainnya diperoleh sebanyak 43 responden yang mengalami ikterik sebagian besar terjadi pada usia kehamilan preterm (51,2%), jenis persalinan SC (53,5%), kelompok usia ibu 20-35 tahun (65,1%), ibu multipara (60,5%) (Tazami, 2013)

Angka kejadian ikterus

terdapat pada 60% bayi cukup bulan

dan 80% bayi kurang bulan. Bayi

yang lahir kurang bulan maka fungsi

hepar belum berfungsi dengan

optimal

sehingga proses glukoronidasi bilirubin tidak terjadi secara maksimal atau jika terdapat gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia, asidosis atau kekurangan glukosa sehingga dapat menyebabkan kadar bilirubin indirek dalam darah meninggi.

Kehamilan yang berulang akan mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang

bila dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya. Bayi dengan BBLR biasanya disertai dengan kelainan congenital, cacat fisik, cacat mental, retardasi mental, tuli dan juga dapat menyebabkan ikterus.

Kehamilan yang perlu diwaspadai adalah jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun, bila jarak terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik.Pada keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama atau perdarahan.Ikterus disebabkan karena produksi bilirubin yang meningkat pada proses hemolisis sel darah merah (ikterus hemolitik). Peningkatan bilirubin dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah infeksi, kelainan sel darah merah, dan toksin dari luar tubuh, serta dari tubuh itu sendiri.Bayi yang lahir dengan bantuan/tindakan lebih mudah mengalami infeksi karena trauma saat persalinan.

3. Analisis Bivariat

(9)

Tabel 9. Uji Chi-Square Antara BBL Dengan Kejadian Ikterik Pada Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD Wonosari

BBL

Kejadian Ikterik Total X2 ρ -value

Contingency coeficient Ya Tidak

F % f % f %

BBLN 83 13.0 327 51.1 410 64.1

151.850 0.000 0.438 BBLR 146 22.8 69 10.8 215 33.6

BBLL 13 2.0 2 0.3 15 2.3 Total 240 36.5 400 62.5 640 100.0 Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2016

Data tabel di atasdidapatkan nilai X2 hitung sebesar 151,850 pada df=2 dengan ρ-value sebesar 0,000, karena nilai ρ-value < α atau 0,000 < 0,05 maka hipotesis diterima yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara BBL dengan kejadian ikterik pada neonatus. Artinya semakin berisiko neonatus dengan berat lahir rendah mengalami ikterik neonatorum. Hasil contingency coefficient diperoleh nilai 0,438 (0,40-0,599) yang berarti terdapat keeratan hubungan yang sedang antara berat bayi lahir (BBL) dengan kejadian ikterik pada neonatus. Artinya 43,8% kejdian ikterik dipengaruhi oleh berat bayi lahir (BBL) sedangkan 56,2% dipengaruhi oleh faktor lain.

Angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Neonatus cukup bulan dengan berat badan kurang dan masa kehamilan mempunyai lebih banyak masalah di kemudian hari jika dibandingkan dengan neonatus cukup bulan dengan berat badan sesuai dengan masa kehamilan (Vivian, 2013)

Penelitian lain menyatakan terdapat hubungan antara berat bayi lahir dengan kadar bilirubin dengan kekuatan yang sedang. Bayi dengan berat lahir tidak normal lebih cenderung memeliki kadar bilirubin yang tidak normal (72%), sedangkan bayi dengan berat lahir normal cenderung memiliki kadar bilirubin

tidak normal hanya sebesar 7% (Herlina, 2012)

D. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Karateristik responden di ruang perinatologi RSUD Wonosari adalah sebagian besar ibu bersalin pada umur kehamilan aterm (74,5%), ibu dengan paritas multipara (65,2%), ibu yang berusia 20-35 tahun (86,9%), ibu dengan jarak persalinan ≥2 tahun (59,5%), bayi yang lahir secara spontan (92,0%).

Terdapat hubungan yang signifikan antara Berat Bayi Lahir (BBL) dengan kejadian ikterik pada neonatus di ruang perinatologi RSUD Wonosari dengan nilai ρ-value 0,000 (ρ<0,05) dan keeratan hubungan yang sedang dengan nilai C = 0.438.

DAFTAR PUSTAKA

Vivian. N.D. 2013.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.

Kosim, M. Sholeh dkk. 2009. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Dinkes. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dinkes DIY. 2014. Profil Kesehatan DIY Tahun 2013. Yogyakarta: Dinkes DIY

(10)

Angka Kejadian Ikterus Neonatorum Diruang NICU RSKD Ibu Dan Anak Siti Fatimah Makassar”.

Herlina, T. 2012. “Hubungan Antara Berat Bayi Lahir Dengan Kadar Bilirubin Bayi Baru Lahir Di Ruang Perinatologi RSUD dr. Harjono Ponorogo”.

Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., dkk. 2007. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP.

Setianingrum, S.I.W. 2008.Hubungan Antara kenaikan Berat Badan, Lingkar Lengan Atas, dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Berat Bayi Lahir diPuskesmas Ampel I boyolali tahun 2005. Semarang,Universitas Negeri Semarang. Jurnal

Trihardiani, Ismi.2011. Faktor Risiko Kejadian Berat Badan Lahir

Rendah Di Wilayah

KerjaPuskesmas Singkawang Timur Dan Utara Kota Singkawang.

Gambar

Tabel 6. Tabulasi Silang Antara Karateristik dan Berat Bayi Lahir (BBL) Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD Wonosari
Tabel 7.   Distribusi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, hasil yang dianalisa adalah untuk mengetahui hubungan preeklampsi/eklampsi dengan kejadian berat badan lahir rendah pada bayi di RSUD R.A

Tujuan : untuk mempelajari dan memahami asuhan kebidanan pada kasus bayi baru lahir hipotermia dengan riwayat asfiksia sedang di Perinatologi RSUD Karanganyar

Skripsi denganjudul : Hubungan Antara Frekuensi Antenatal Care dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Berdasarkan Masa Kehamilan.. di RSUD

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN DISMATURITAS PADA BAYI NY.W UMUR 1 HARI DI RUANG PERINATOLOGI.. RSUD dr.R.GOETENG TAROENADIBRATA

Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tindakan Kangaroo Mother Care (KMC) dengan lama rawat bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang Rawat Perinatologi

Pada bayi dengan berat bayi lahir rendah dengan umur kehamilan kurang bulan sehingga kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan dan

Distibusi Frekuensi Berat Lahir Bayi dengan Kejadian Ruptur Perineum pada Persalinan Normal Primipara RSUD Kebumen Tahun 2011. No Berat Lahir Bayi Jumlah Persentase (%)

Berat badan lahir bayi sebagian besar bayi baru lahir dengan berat badan lahir cukup (BBLC) sedangkan kejadian ikterus pada bayi baru lahir mayoritas terjadi