• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Pendengar Radio KISS FM MEDAN Terhadap Program Siaran “Noon2Nite” di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Pendengar Radio KISS FM MEDAN Terhadap Program Siaran “Noon2Nite” di Kota Medan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Kerangka Teori

Fungsi teori dalam riset adalah membantu periset menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori ini adalah himpunan konsep (konstruk), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Dalam penelitian ilmiah, teori berperan sebagai landasan berpikir untuk mendukung pemecahan permasalahan dengan jelas dan sistematis. Hal ini sesuai dengan pengertian teori itu sendiri, yaitu serangakaian asumsi, konsep, definisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep (Singarimbun, 2006:37). Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan diantaranya adalah: Komunikasi dan Komunikasi Massa, Persepsi Masyarakat, Radio, Kultivasi, dan Uses and Gratification,

2.1.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

2.1.1. Komunikasi

(2)

Komunikasi memiliki tiga unsur penting yang selalu hadir dalam setiap komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), saluran (media), dan penerima informasi (audience). Sumber informasi adalah seseorang atau institusi yang memiliki bahan informasi (pemberitaan) untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Saluran adalah media yang digunakan untuk kegiatan pemberitaan oleh sumber berita, berupa media interpersonal yang digunakan secara tatap muka maupun media massa yang digunakan untuk khalayak umum. Sedangkan audience adalah per orang atau kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran informasi atau yang menerima informasi (Bungin, 2006:57-58).

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara tepat, serentak dan selintas khususnya media elektronik (Mulyana, 2000:75). Komunikasi massa memiliki ciri yaitu melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan, pendengaran), dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera (Mulyana, 2000:71).

2.1.2. Komunikasi Massa

(3)

membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat dimasyarakat. Media massa dalam komunikasi massa menjadi otoritas tunggal yangmenyeleksi,memproduksi pesan, dan menyampaikannya pada khalayak (Ardianto, 2004: 3).

Komunikasi massa berbeda dengan jenis komunikasi lainnya, Severin dan Tankard menjelaskan ciri – ciri khusus komunikasi massa yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya, ciri-cirinya adalah (1) Komunikasi massa berlangsungsatu arah (one way communication): Tidak terdapat arus balik dari komunikan. (2) Komunikator pada komunikasi massa melembaga: Mediamassa sebagai salurankomunikasi merupakan lembaga, yakni suatu institusi atauorganisasi. (3) Pesan pada komunikasi massa bersifat umum: Karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum, jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu. (4) Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. (5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, dalam keberadaannya secara terpencar-pencar, di mana satu sama lain tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal (Effendy, 2005: 21-25).

Bentuk baru komunikasi massa menurut Wright (Nasrullah, 2012: 12-13) dapat dibedakan dari corak – corak yang lama karena memiliki karakteristik utama:

1. Diarahkan pada audiensi yang relatif besar, heterogen dan anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum seringkali dijadwalkan untuk mencapai kebanyakan khalayak secara serentak dan sifatnya sementara. 3. Komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi komplek

yang membutuhkan biasa besar.

Selanjutnya Ardianto (2004: 36-42) menyatakan proses komunikasi massa lebih kompleks, karena setiap komponennya mempunyai karakteristik tertentu adalah sebagai berikut :

(4)

terorganisasikan dari beberapa partisipan, diproduksi secara missal dan di distribusikan kepada massa.

2. Pesan : sesuai dengan karakteristik dari pesan komunikasi massa yaitu bersifat umum, maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Penataan pesan bergantung pada sifat media yang berbeda antara satu denganyang lainnya.

3. Media : Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media massa yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous).

4. Khalayak : khalayak yang dituju oleh komunikasi massa adalah massa atau sejumlah besar khalayak, karena banyaknya jumlah khalayak serta sifatnya yang anonim dan heterogen, maka sangat penting bagi media untuk memperhatikan khalayak.

5. Filter dan regulator komunikasi massa : dalam komunikasi massa pesan yang disampaikan media pada umumnya ditujukan kepada massa (khalayak) yang heterogen. Khalayak yang heterogen ini akan menerima pesan melalui media sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, agama, usia, dan budaya. Oleh karena itu, pesan tersebut akan di-filter (disaring) oleh khalayak yang menerimanya.

6. Gatekeeper (penjaga gawang) : dalam proses perjalanan sebuah pesan dari sumber media massa kepada penerimanya, gatekeeper ikut terlibat didalamnya. Gatekeeper dapat berupa seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya dari sumber kepada penerima.

2.1.3. Efek Komunikasi Massa

(5)

realitas kemasyarakatan yang pada dasarnya dimulai dari individu-individu yang jumlahnya tak terbatas. Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Efek dapat diklasifikasikan menjadi tiga teori (http://digilib.petra.ac.id) yaitu:

1. Efek kognitif yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu yang tadinya tidak mengerti yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.

2. Efek afektif yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak.

3. Efek konatif yaitu berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan di dahului oleh efek kognitif dan afektif. Dengan kata lain timbulnya efek konatif setelah muncul efek kognitif dan afektif.

Komunikasi massa menurut Dominick C (dalam Ardianto, 2004:16-18) memiliki efek sebagai berikut:

1. Surveillance (pengawasan). Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama.

a. Fungsi pengawasan peringatan yaitu jenis pengawasan yang dilakukanoleh media untuk menyampaikan informasi berupa ancaman yang perlu diketahui oleh khalayak.

b. Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

2. Interpretation (penafsiran): media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberi penafsiran kepada kejadian-kejadian penting. Tujuan penafsiran media ingin mengajak parapembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut.

(6)

kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan yang sama tetapi terpisah secara geografis diperhatikan atau dihubungkan oleh media.

4. Transmission of Value (penyebaran nilai-nilai). Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca.Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka dengan perkataan lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.

5. Entertainment (hiburan): Sulit dibantah lagi, bahwa kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Majalah banyak memuat hiburan, bahkan ada beberapa majalah yang hanya menampilkan berita seperti Time dan News Week, Tempo, Gatra dan Garda.

Komunikasi massa pada dasarnya merupakan proses komunikasi satu arah, artinya komunikasi berlangsung dari komunikator (sumber) melalui media kepada komunikan (khalayak). Walaupun komunikasi massa dalam prosesnya bersifat satuarah, namun dalam operasionalnya memerlukan komponen lain yang turut menentukan lancarnya proses komunikasi. Komponen dalam komunikasi massa ternyata tidak sesederhana komponen komunikasi yang lainnya.

Proses komunikasi massa yang melibatkan berbagai unsur, memberi potensi untuk munculnya hambatan dalam komunikasi massa. beberapa hambatan dalam komunikasi massa, yakni:

(7)

a. Gangguan Semantik komunikasi massa itu sendiri dapat mengganggu kesuksesan pesannya jika disusun dengan buruk. Susunan kata yang buruk salah satu contohnya, bicara seperti orang ngedumel juga termasuk dalam bentuk ini.

b. Gangguan Saluran, ketika mendengar radio AM tapi suaranya terputus-putus, berarti itu dinamakan sedang mengalami gangguan saluran. Bentuk lainnya adalah tinta yang blobor di halaman majalah dan mikrofon yang tidak berbunyi saat penyiar membacakan berita.

c. Gangguan Lingkungan. Instrusi yang terjadi di tempat penerimaan disebut juga gangguan lingkungan, misalnya saat membaca tiba-tibabel pintu rumah berbunyi, terdengar suara anak menjerit, yang menggangu proses decoding yang sedang berlangsung saat proses komunikasi massa terjadi.

2. Filter. Orang-orang yang menerima pesan media massa mungkin secara tidak sadar melakukan intervensi yang mengganggu kesuksesan proses komunikasi. Penyebabnya itu dikenal dengan filter. Ada beberapa filter dalam komunikasi massa (Vivian, 2008: 259-260) yakni :

a. Filter Informasional. Jika seseorang tidak memahami bahasa satu simbol yang dipakai komunikator, proses komunikasi akan cacat. Orang tidak punya informasi untuk menguraikan pesan. Filter semacam ini dapat datang dari pihak komunikator yang kosakatanya tidak cocok dengan kosakata yang dimiliki audien, tetapi juga kebanyakan merupakan kekurangan di pihak audien.

b. Filter Fisik. Ketika pikiran penerima sedang kelelahan, maka filter fisik akan menganggu proses komunikasi massa. Orang mabuk merupakan salah satu contohnya dan komunikator massa tidak punya banyak kontrol atas filter fisik ini.

(8)

yang pernah merasakan langsung atau menjadi korban dalam pembersihan PKI di Indonesia, film ini bisa menjadi sebuah gambaran hidupnya.

2.1.4. Persepsi Masyarakat

Persepsi yang berarti tanggapan ataupun pendapat merupakan suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan ataupun isu. Menurut Cutlip dan Center (dalam Sastropoetro, 1990: 41), Persepsi adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Persepsi timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda.

Menurut Bernard Berelson mengemukakan bahwa dengan pendapat publik diartikan people’s response atau jawaban rakyat (persetujuan, ketidaksetujuan/penolakan atau sikap acuh tak acuh) terhadap issue-issue/hal-hal yang bersifat politis dan sosial yang memerlukan perhatian umum, seperti hubungan internasional, kebijaksanaan dalam negeri, pemilihan (umum) untuk calon-calon, dan hubungan antar kelompok etnik (Sastropoetro, 1990: 55).

Menurut Emory. S. Bagardus (1984), bahwa publik adalah sejumlah orang yang dengan suatu acara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatu masalah atau setidak-tidaknya mempunyai kepentingan yang bersama dalam sesuatu hal (Sunarjo, 1984: 20). Menurut Cutlip dan Center dalam bukunya“Effective Public Relation”, persepsi publik adalah suatu hasil penyatuan dari pendapat individu-individu tentang masalah umum (Sastropoetro, 1990: 52).

Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, yaitu aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan. Sensasi dapat didefinisikan sebagai tanggapan yang cepat dari indera penerima kita terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna dan suara. Dengan adanya itu semua maka akan timbul persepsi.

(9)

persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasi dan diinterpretasi (dalam Setiadi, 2003: 160).

Gambar 2.1

Proses Persepsi

Sumber: Diadaptasi dari Michael R. Solomon (1996), Consumer Behavior, Prentice-Hall International

Persepsi merupakan proses bagaimana individu memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan (Kotler, 2001: 164).

Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang sama karena tiga proses persepsi (Simamora, 2003: 10):

1. Perhatian Selektif. Orang pada umumnya dihadapkan pada sejumlah rangsangan yang sangat banyak setiap hari dan tidak semua rangsangan ini dapat diterima. Perhatian yang selektif berarti harus dapat menarik perhatian konsumen, dimana pesan yang disampaikan akan hilang bagi kebanyakan orang yang tidak berada dalam pasar produk tersebut, kecuali untuk pesan yang cukup menonjol atau dominan yang mengelilingi konsumen pasar tersebut.

Sensasi Pemberi arti

Indera Penerima Perhatian Interpretasi

PERSEPSI Tanggapan

(10)

2. Distorsi Selektif. Merupakan kecenderungan orang untuk mengubah informasi ke dalam pengertian pribadi dan menginterpretasikan informasi dengan cara yang akan mendukung pra konsepsi mereka, bukannya yang akan menetapkan pra konsepsi tersebut.

3. Ingatan Selektif. Orang cenderung melupakan apa yang mereka pelajari dan menahan informasi yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka. Mengingat yang selektif berarti mereka akan mengingat apa yang dikatakan sebagai keunggulan suatu produk dan melupakan apa yang dikatakan pesaing. Konsumen akan mengingatnya pada saat ia mengingat tentang pemilihan sebuah produk.

2.1.5. Radio

Sejarah ditemukannya radio dimulai di Inggris dan Amerika Serikat. Donald Mc. Nicol dalam bukunya Radio’s Conquest of Space menyatakan bahwa terkalahkannya ruang angkasa oleh radio dimulai tahun 1802 oleh Dane, yaitu dengan ditemukannya suatu pesan dalam jarak pendek dengan menggunakan alat sederhana berupa kawat beraliran listrik. Penemuan berikutnya adalah oleh tiga orang cendikiawan muda, diantaranya adalah James Maxwell berkebangsaan Inggris pada tahun 1865. Ia dijuluki scientific father of wireless, karena berhasil menemukan rumus-rumus yang diduga mewujudkan gelombang elegtromagnetik, yakni gelombang yang digunakan radio dan televisi. Radio yang digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa mula-mula diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915. Kemudian Le De Forrest melalui eksperimen siaran radionya telah menyiarkan kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 1916, sehingga ia dikenal sebagai pelopor radio siaran.

(11)

pemancar (transmiter). Sinyal-sinyal modulasi tersebut kemudian diterima oleh suatu alat penerima yang disebut radio penerima (receive).

Radio siaran mendapat julukan “kekuasaan ke lima” atau “the fifth estate” setelah pers dianggap sebagai kekuasaan ke empat. Radio dijuluki sebagai kekuasaan ke lima karena tiga faktor yang mendukung (Ardianto, 2004: 119):

1. Radio Siaran Bersifat Langsung.

Sifat langsung radio siaran adalah bahwa suatu pesan yang akan disiarkan dapat dilakukan tanpa melalui proses yang rumit.

2. Radio Siaran Tidak Mengenal Jarak Dan Rintangan.

Bagi radio tidak ada jarak waktu, begitu suatu pesan diucapkan oleh penyiar pada saat itu juga dapat diterima oleh khalayak. Bagi radio tidak ada pula jarak ruang. Suatu pesan yang disiarkan dari satu tempat dapat sampai seketika dengan baik.

3. Radio Siaran Memiliki Daya Tarik

Radio memiliki daya tarik disebabkan oleh tiga unsur yang melekat padanya, yakni:

a. Kata-kata lisan (Spoken Words) b. Musik (Music)

c. Efek suara (Sound Effect)

Adapun karakteristik radio (Romli, 2009) dijelaskan di bawah ini:

1. Khalayak pendengar radio lebih spesifik sehingga sasaran pasar pengiklan dapat lebih jelas jangkauannya.

2. Biasanya, pendengar radio secara otomatis terekspos oleh iklan pada saat iklan tersebut disiarkan.

3. Biaya produksi iklan untuk iklan di radio lebih rendah.

4. Radio dapat mendukung kampanye periklanan melalui media-media lain seperti media cetak, sebagai secondary buy.

(12)

7. Radio adalah media yang murah. Karena biaya penyiarannya lebih murah dibandingkan media-media lain, penyiar dapat menyiarkan iklan tersebut beberapa kali.

8. Radio menawarkan peluang kreatif yang unik bagi pengiklan. 9. Radio dapat dibawa kemana saja orang pergi.

10.Radio umumnya memiliki jangkauan yang baik di kalangan suburba coverage yang umumnya tidak terjangkau suratkabar.

11.Penyiar dapat menyajikan infleksi, emphasis dan emosi.

2.1.6. Uses and Gratification

Uses and gratification model (model kegunaan dan kepuasan) tertarik apa yang dilakukan orang terhadap media. Khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratification) atas kebutuhan seseorang (Ardianto dan Erdinaya, 2004: 70). Gratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi, dan kontak sosial (Nurudin, 2004: 183). Uses and gratification model meneliti asal mula kebutuhan manusia secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber–sumber lain dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan.

Gagasan bahwa penggunaan media bergantung pada kepuasan, kebutuhan, keinginan, atau motif yang dirasakan dari anggota khalayak. Cara pemikiran ini mulanya berawal dari pecarian akan penjelasan mengenai daya tarik yang besar dari konten media pokok tertentu. Hal ini, pada gilirannya, mengandaikan bahwa individu juga menggunakan media untuk tujuan yang berkaitan, misalnya panduan pribadi, relaksasi, penyesuaian, informasi, dan pembentukan identitas (McQuail, 2011: 174).

(13)

ditekankan bahwa audience itu aktif untuk memilih mana media yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya, karena audience berada pada pihak yang aktif. Teori uses and gratification ini lebih menekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya, manusia itu punya otonomi, wewenang untuk memperlakukan media (Nurudin, 2004: 181).

Mengapa khalayak aktif memilih media? Alasannya adalah karena masing-masing orang berbeda tingkat pemanfaatan medianya. Televisi Metro TV tentu akan banyak dipilih oleh mereka yang ingin mencari kepuasan dalam perolehan informasi dan berita dibanding dengan khalayak yang ingin memperoleh suatu pelarian dari rasa khawatir. Orang yang senang sinetron akan memanfaatkan dan mencari kebiasaan pada media yang bisa memberikan kebutuhannya tersebut dibanding media lain. Ini berarti pemirsa menjadi pihak yang aktif dalam memanfaatkan media massa. Keaktifan khalayak terlihat jelas dalam pemilihan media yang digunakan, dimana khalayak akan mengontrol apa yang mereka dengarkan, saksikan, dan baca. Khalayak bebas dalam mengontrol media yang digunakan. Pengontrolan disesuaikan dengan dan motif.

Proses Uses and Gratification yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2. Model Uses and Gratification

(Sumber : Kriyantono, 2008: 210)

Penjelasan struktur model tersebut adalah sebagai berikut: 1. Variabel antesenden terbagi atas dua dimensi yaitu:

a. Individual: dimensi ini menyajikan informasi perihal data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor – faktor psikologis komunikan.

Antesenden Motif Penggunaan

(14)

b. Lingkungan: dimensi ini terdiri atas data mengenai organisasi, sistem sosial dan struktur sosial.

2. Variabel motif terbagi atas tiga dimensi yaitu:

a. Kognitif: dimensi ini menyajikan informasi prihal data kebutuhan akan informasi dan surveillance atau eksplorasi realitas.

b. Diversi: dimensi ini menyajikan informasi prihal data kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan.

c. Personal identity: dimensi ini menyajikan prihal data tentang bagaimana penggunaan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri. 3. Variabel penggunaan media terbagi atas tiga dimensi yaitu:

a. Hubungan: dimensi ini menyajikan perihal hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.

b. Jenis isi media: dimensi ini menyajikan jenis isi media yang dipergunakan.

c. Jumlah waktu: dimensi ini menyajikan jumlah waktu yang digunakan dalam menggunakan media.

4. Variabel efek terbagi menjadi tiga dimensi yaitu:

a. Kepuasan: dimensi ini menyajikan informasi perihal evaluasi kemampuan media untuk memberi kepuasan.

b. Pengetahuan: dimensi ini menyajikan perihal persoalan tertentu.

c. Depedensi media: dimensi ini menyajikan informasi perihal ketergantungan responden pada media dan isi media untuk kebutuhannya.

2.2. Kerangka Konsep

(15)

tersebut. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus di operasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (X)

Adalah sejuumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 2001: 56). Penelitian ini yang ditetapkan menjadi variabel bebas yaitu program acara “Noon2Nite” di KISS FM Medan.

2. Variabel terikat (Y)

Sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas (Nawawi, 2001: 57). Dalam penelitian ini yang ditetapkan menjadi variabel terikat yaitu persepsi pendengar dalam acara “Noon2Nite” di KISS FM Medan.

3. Variabel Anteseden

(16)

2.3. Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Gambar 2.3 : Model Teoritis

(Sumber : Kriyantono, 2008: 210).

2.4. Definisi Operasional

Penjelasan struktur model tersebut adalah sebagai berikut: 1. Variabel anteseden terbagi atas dua dimensi yaitu:

a. Individual: dimensi ini menyajikan informasi prihal data demografis seperti usia pendengar, jenis kelamin pendengar dan faktor – faktor psikologis pendengar “Noon2Nite” di KISS FM Medan.

b. Lingkungan: dimensi ini terdiri atas data mengenai organisasi pendengar, sistem sosial pendengar dan struktur sosial pendengar “Noon2Nite” di KISS FM Medan.

2. Variabel motif terbagi atas tiga dimensi yaitu:

a. Kognitif: motivasi mendengar “Noon2Nite” di KISS FM Medan untuk memperoleh informasi

b. Diversi: motivasi mendengar “Noon2Nite” di KISS FM Medan untuk mendapatkan hiburan.

c. Personal identity: motivasi “Noon2Nite” di KISS FM Medan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri.

(17)

3. Variabel penggunaan media terbagi atas tiga dimensi yaitu:

a. Hubungan: keterikatan pendengar “Noon2Nite” di KISS FM Medan dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.

b. Jenis isi media: dimensi ini menyajikan jenis media yang dipergunakan.

c. Jumlah waktu: dimensi ini menyajikan jumlah waktu yang digunakan dalam menggunakan media.

4. Variabel efek terbagi menjadi tiga dimensi yaitu:

a. Kepuasan: dimensi ini menyajikan informasi perihal evaluasi kemampuan media untuk memberi kepuasan setelah mendengarkan acara “Noon2Nite” di KISS FM MEDAN

b. Pengetahuan: memperoleh pengetahuan setelah mendengarkan “Noon2Nite” di KISS FM MEDAN

Gambar

Gambar 2.1 Proses Persepsi
Gambar 2.2. Model Uses and Gratification
Gambar 2.3 : Model Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

menganalisis beberapa faktor-faktor perilaku konsumen terhadap minat beli Hand and Body Lotion Citra di Surabaya Selatan diperoleh hasil bahwa Faktor Budaya berpengaruh positif

Selain itu, karena anak mengalami pendidikan lebih lama di lingkungan keluarga dibandingkan dengan lingkungan pendidikannya di sekolah atau masyarakat (Novan Barnawi,

Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: (1) tipe sepatu Cheetah adalah tipe sepatu yang dianggap paling bermasalah berdasarkan nilai sigma;

Dari pembahasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: Dalam melaksanakan penanganan perkara tindak pidana korupsi, Kejaksaan Negeri Bojonegoro

Hasil observasi menunjukan bahwa selama ini dalam pelaksanaan pelaksanaan kualitas pelayanan kesehatan oleh Puskesmas Parigi Kabupaten Pangandaran telah dilaksanakan

Dengan demikian perlu dilakukan upaya dalam mengatasi faktor penghambat dalam penanaman nilai budi pekerti melalui pengembangan keterampilan proses sains bagi

Reaksi dekomposi katalitik metana dengan katalis Fe/Mo/MgO menghasilkan diameter luar nanotube karbon yang ingin dicapai pada tujuan penelitian, yaitu nanotube karbon yang

Sedari itu penulis membuat penelitian mengenai sistem pembuangan sampah yang menggunakan sensor sebagai indikator dari kapasitas sampah dan motor DC atau servo sebagai