SUKARNO DAN PANCASILA
(KAJIAN ATAS RITUAL SIPIL SEBAGAI PRAKONDISI PANCASILA 1 JUNI 1945)
TESIS Diajukan kepada
Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Oleh:
CHRISTIVAN GALILEO RIUNG 752014022
PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
MOTO
Aku Mengimani Apa Yang Aku Lakukan
PERSEMBAHAN
ABSTRAK Nama : Christivan Galileo Riung NIM : 752014022
Prodi. : Program Magister Sosiologi Agama
Judu : Sukarno dan Pancasila (Kajian Atas Ritual Sipil Sebagai Prakondisi Pancasila 1 Juni 1945)
Penelitian ini digagas dengan berangkat dari realitas bahwa diskursus Pancasila sebagai agama sipil Indonesia selama ini mengkonsentrasikan diri pada analisis filosofis dari butir-butir Pancasila itu sendiri dan Pembukaan UUD 1945. Maksudnya, diskursus yang dilangsungkan masih terperangkap dalam paradigma konvensional yakni mengutamakan aspek ide atau kepercayaan (belief). Padahal, terafirmasinya sebagai dasar negara bukan karena adanya suatu pemahaman tunggal yang komprehensif atasnya. Terhadap hal ini, penelitian ini mengusung ide ritual sipil. Ritual sipil memprioritaskan tindakan kolektif yang terorganisir sebagai prakondisi dari agama sipil. Keberadaan Pancasila sebagai dasar negara dimungkinkan dan ditentukan oleh ritual sipil.
Berdasarkan latar-belakang di atas, timbul dua pertanyaan penelitian yaitu: 1) Bagaimana historiografi dan konfigurasi agama sipil Indonesia?; 2) Bagaimana ritual sipil sebagai prakondisi Pancasila 1 Juni 1945?
Penelitian ini mengambil pendekatan kualitatif yakni sebuah pendekatan penelitian yang menyajikan data dalam bentuk kata-kata dan bukan angka. Selain pendekatan, penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif-analitis. Untuk pengumpulan data ditempuh melalui studi kepustakaan. Jadi, peneliti akan menggali data dari literatur baik buku maupun sumber-sumber tertulis lainnya.
Dari pengkajian yang telah dilakukan, maka didapat empat kesimpulan umum. Pertama, ritual adalah fondasi dari agama. Hal ini memberikan perspektif baru dalam diskursus sosiologi agama. Jadi, di dalam ritual kepercayaan ditanam, dipelihara, dimodifikasi, dan ditransmisikan antar-generasi.
Kedua, adanya ritual berkategori sipil. Ritual berkategori sipil atau ritual sipil ini ditemukan dalam konteks relasi agama dan politik (negara). Akan hal ini, ritual ternyata tidak hanya sebatas suatu tindakan kolektif yang berurusan dengan domain mistis, melainkan juga kehidupan riil dari suatu masyarakat sipil.
Ketiga, ritual sipil sebagai prakondisi Pancasila 1 Juni 1945. Pancasila 1 Juni 1945 ditelaah melalui praktik-praktik ritual sipil. Praktik-praktik ritual sipil yang di dalamnya Sukarno sebagai penemu dan pencetus Pancasila mengalami pembentukan diri.
di hadapan pluralitas di Ende dan Bengkulu sebagai tipologi Indonesia yang plural.
Berbeda dengan dua praktik sebelumnya, pertunjukan wayang tidak dilihat sebagai lahan eksperimentatif. Pertunjukan wayang adalah praktik ritual sipil yang menghantarkan Sukarno menduduki posisi penting dalam kesadaran rakyat, khususnya di Jawa sebagai pusat pergerakan kemerdekaan saat itu. Sukarno menempati imajinasi mistis dari rakyat sebagai Ratu Adil. Ratu Adil, pahlawan rakyat yang akan membebaskan mereka dari penderitaan dan membawa kembali zaman kebahagiaan. Konsekuensi hal tersebut ialah Sukarno sentral di antara para tokoh dan kelompok perjuangan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan membutuhkan dukungan secara masif dari segenap komponen rakyat. Dukungan yang hanya bisa didapatkan oleh Sukarno.
KATA PENGANTAR
Karya yang sederhana ini dapat terselesaikan oleh karena kemurahan Tuhan Yesus. Kemurahan yang bermanifestasi melalui berbagai bentuk andil dari semua pihak yang empiris. Untuk itu kepada semua pihak yang terlibat ini penulis ingin juga haturkan terima kasih.
Tabik penulis kepada Prof. John A. Titaley, Th.D., dan Izak Lattu, Ph.D., selaku pembimbing I dan II. Kepiawaian teoritik kedua begawan relasi agama dan masyarakat ini membayangi penalaran penulis secara intensif. Ide penulis yang tadinya berserakan dan tidak berarah ditolong untuk dikumpulkan dan diarahkan. Perbedaan idealisme antara kedua begawan dan penulis didiskusikan hingga mufakat. Terima kasih telah berkenan menyediakan ruang dan waktu untuk mendampingi penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Kepada Dr. Rama Tulus Pilakoanmu penulis juga haturkan terima kasih. Beliau telah berkenan menjadi penguji tesis ini dalam sidang. Kritik dan masukan yang diberikan beliau sangat mujarab dan konstruktif bagi penyelesaian akhir dari tesis ini.
Terima kasih kepada semua tenaga pengajar, khususnya dalam konsentrasi agama dan masyarakat, dan tenaga administrasi Program Pascasarjana Sosiologi Agama Universitas Kristen Satya Wacana yang telah mendidik dan melancarkan setiap aspek kehidupan akedemis dari penulis.
Limpah terima kasih kepada Wangkanusa W. Riung dan Ernistina Binilang, orang tua penulis yang selalu berdoa dan berupaya. Dengan segala keterbatasan dan kekurangan serta kebijaksanaan dalam menggunakan kelebihan, mereka tidak henti-hentinya memberi dukungan hingga akhirnya sebuah tesis bisa terselesaikan oleh penulis.
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan
Pernyataan Tidak Plagiat Pernyataan Persetujuan Akses
Motto dan Persembahan ... i
Abstrak ... ii
Kata Pengantar ...iv
Daftar Isi ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1. Latar Belakang Masalah ... 1
2. Rumusan Masalah ... 7
3. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 8
4. Urgensi Penelitian ... 9
5. Metode Penelitian ... 9
6. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II RITUAL SIPIL: SEBUAAH KAJIAN TEORITIS ... 13
1. Nancy Evans: Ritual Kategori Sipil ... 13
2. Ritual Dalam Diskursus Sosiologi Agama ... 16
2.1.. Roy A. Rappaport: Ritual dan Harmoni Ekologi ... 17
2.1.1.A. Sakral dan Kesucian ... 20
2.1.1.B. Supernatural (The Numinous) ... 22
2.1.2. Adaptasi ... 23
2.2. A.R. Radcliffe-Brown: Ritual dan Sistem Sentimen ... 24
2.2.1. Signifikansi Seremoni ... 27
2.2.2. Personalitas Sosial ... 29
2.2.3. Kekuatan Moral Masyarakat ... 30
2.2.4. Mitos dan Legenda ... 32
2.2.4.A. Mitos ... 32
2.2.4.B. Legenda ... 33
2.3. Talcott Parsons: Ritual dan Tindakan Sosial ... 33
2.4. Kesimpulan ... 38
BAB III HISTORIOGRAFI DAN KONFIGURASI AGAMA SIPIL INDONESIA ... 41
1. Penangkapan Bagian Kedua: Dekonstruksi Diri Sang Ratu Adil ... 41
2. Dekam Pembuangan: Rekonstruksi Diri Sang Ratu Adil ... 46
2.1. Kala Sukarno di Ende ... 46
2.1.1. Sukarno dan Agama ... 48
2.1.2. Sukarno dan Politik ... 51
2.1.3. Sukarno dan Seni ... 54
2.2. Kala Sukarno di Bengkulu ... 58
2.2.1. Sukarno dan Agama ... 61
2.2.3. Sukarno dan Seni ... 66
3. Narasi Legitimasi Pancasila ... 70
3.1. Kedatangan Bangsa Kate Berkulit Kuning ... 71
3.2. Kemunculan Sang Ratu Adil ... 72
3.3. Pusat Tenaga Rakyat (Poetera) ... 78
3.4. Perumusan Pancasila ... 81
3.5. Pengesahan Pancasila ... 89
4. Pancasila Sebagai Agama Sipil Indonesia ... 94
5. Kesimpulan ... 98
BAB IV RITUAL SIPIL: PRA-KONDISI PANCASILA 1 JUNI 1945 ..102
1. Pancasila: Suatu Produk Prakondisi ... 102
2. Ritual Sipil sebagai Suatu Prakondisi bagi Pancasila ... 103
3. Praktik Ritual Sipil Periode 1934-1945 ... 109
3.1. Pertujukan Tonil Kelimutu ... 109
3.2. Pertunjukan Monte Carlo ... 113
3.3. Pertunjukkan Wayang ... 118
BAB V REFLEKSI, KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI ... 130
1. Refleksi dan Kesimpulan ... 130
2. Rekomendasi ... 134