• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pelatihan In House Training (IHT) SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga T2 942015018 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pelatihan In House Training (IHT) SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga T2 942015018 BAB IV"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Deskripsi Tempat Penelitian

Penelitian Evaluasi Program Pelatihan IHT

Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru ini

dilakukan di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga

yang terletak di Jalan Suropati 14 togaten Salatiga.

Sekolah dasar ini merupakan sekolah swasta yang

berada di bawah naungan yayasan Muhammadiyah

dan telah memiliki SK pendirian sekolah

028/II.O/N/2007 dan SK izin operasional

163/421.3/DIKDAS/II/2009.

SD yang dahulu bernama HIS

Muhammadiyah dan sempat berubah nama

menjadi sekolah rakyat ini berdiri sejak tahun

1932. Pada masa itu, walaupun mengusung nama

sekolah Islam, namun sekolah ini mempunyai

murid dengan berbagai latar belakang agama,

khususnya Islam dan Kristen. Pada tahun 1970-an

sekolah ini kembali berubah nama menjadi SD

Muhammadiyah. Akan tetapi SD Muhammadiyah

kalah bersaing dengan SD Inpres yang sedang

dikembangkan pemerintah. Hal ini menyebabkan

berkurangnya animo masyarakat untuk

(2)

dan membuat SD ini hampir ditutup. Untuk

menyikapi kondisi ini, pada tahun 2002 para tokoh

Muhammadiyah mengadakan rapat yang hasilnya

diputuskan bahwa sekolah akan dikembangkan

menjadi sekolah unggulan dan namanya diubah

menjadi SD Muhammadiyah (Plus).

Perubahan nama sekolah juga berimbas pada

perubahan strategi untuk mewujudkan cita-cita

sebagai sekolah unggulan. Dalam rangka

mewujudkan cita-cita tersebut maka sekolah

bersama yayasan mencanangkan beberapa strategi

yang memerlukan kerjasama dan kesiapan

SDM-nya. Salah satunya adalah diadakannya program

IHT agar SDM sekolah mempunyai kesiapan, sikap

dan keterampilan dalam mencapai cita-cita

sekolah. Selain itu, merujuk pada Standar Nasional

Pendidikan pada penerapan KTSP, diperlukan

analisis konteks agar sekolah senantiasa berbenah.

Adapun analisis konteks yang dilakukan SD

Muhammadiyah (Plus) tersebut dirangkai dalam

kegiatan IHT (In House Training). IHT sendiri

merupakan kegiatan terprogram setiap tahun yang

secara intensif sudah berjalan selama 7 (tujuh)

tahun.

Pada saat ini SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga telah berkembang pesat dan telah memiliki

(3)

hasil studi dokumen diketahui bahwa seluruh guru

telah menempuh pendidikan S1, bahkan ada

beberapa diantaranya, yaitu sebanyak 11% guru

telah menempuh pendidikan S2. Berdasarkan

wawancara yang dilakukan dengan Wakil Kepala

SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga diketahui

bahwa sebagian guru yang telah memiliki gelar

sarjana saat ini tengah menempuh pendidikan

lanjut ke jenjang yang lebih tinggi.

4.1.2. Visi, Misi dan Tujuan SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga

Berdasarkan data lapangan yang diperoleh,

maka diketahui bahwa visi SD Muhammadiyah

(Plus) Salatiga adalah “Pusat keunggulan di bidang

IMTAQ dan IPTEK yang berkarakter kebangsaan

dan peduli lingkungan (The centre of “faith and devotion” and “science and technology” excellence with nationalism and environmental caring based)”.

Berdasarkan visi yang telah ditetapkan,

kemudian dijabarkan ke dalam 10 misi berikut: 1)

Menumbuhkan sikap kemandirian dalam

beribadah (To grow an attitude of being independent

in worship); 2) Membentuk pribadi sopan dalam

bersikap, santun dalam berucap, dan berempati (To

form a personality which is polite in attitude,

(4)

dan membentuk karakter peserta didik (To

appreciate and form the character of students); 4)

Mengembangkan budaya lokal dan kreativitas peserta didik (To develop local culture and student’s creativity); 5) Menciptakan, menumbuhkan budaya

bersih dan sehat serta memelihara lingkungan

hidup (To create, grow clean and healthy culture

and keep the living environment); 6) Menumbuhkan

belajar mandiri (To grow self study); 7)

Mengembangkan budaya disiplin dan berprestasi

(To develop discipline and highly achieved culture);

8) Menggali, menumbuhkan, dan melejitkan

potensi peserta didik (To dig, grow, and publish student’s potency); 9) Memberikan bekal dasar keterampilan TIK dan berbahasa asing (To give

basic skill of Information Technology and Foreign

Language); 10) Meraih posisi sekolah bertaraf

internasional (To achieve international standard

school).

Adapun yang menjadi tujuan pendidikan

Muhammadiyah, yaitu “Mengusahakan

terbentuknya pelajar muslim yang beriman,

bertaqwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada

diri sendiri, cinta tanah air, berguna bagi

(5)

4.2. Hasil Penelitian

Berdasarkan data dan informasi yang telah

terkumpul, selanjutnya diperlukan pendeskripsian yang

berkaitan dengan program pelatihan IHT SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga pada tahun ajaran

2013/2014. Pendeskripsian diperlukan guna menjawab

permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu

bagaimana instructional, institutional, dan behavior dari

program pelatihan IHT tersebut. Pada tahap

pendeskripsian ini data diperoleh melalui wawancara

terhadap wakil kepala SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga, angket yang disebarkan kepada guru-guru dan

studi dokumen yang berkaitan dengan program

pelatihan IHT. Adapun informasi yang diperoleh adalah

sebagai berikut.

4.2.1. Dimensi Instructional

Data angket yang telah dikumpulkan selanjutnya

dilakukan tabulasi untuk menentukan masing-masing

indikator dalam dimensi instructional termasuk dalam

kategori rendah, sedang, atau tinggi. Melalui

pengkategorian tersebut akan diketahui sejauh mana

program IHT dilaksanakan sehingga dapat diberikan

rekomendasi perbaikan program jika diperlukan. Hasil

dari tabulasi dari dimensi instructional dapat dilihat

pada tabel 4.1 berikut.

(6)

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks 5 4 3 2 1

1 Jadwal pelatihan IHT dan pembagian durasi waktu pada tiap materi

pelatihan

9 7 0 0 0 14,6

2 Kesesuaian topik pelatihan IHT dengan kebutuhan peserta sebagai seorang guru

14 2 0 0 0 15,6

3 Metode penyampaian materi dalam

pelatihan IHT 6 10 0 0 0 14

4 Kesesuaian metode penyampaian materi dengan materi yang diberikan dalam pelatihan IHT

3 13 0 0 0 13,4

5 Interaksi antara pemateri dengan

peserta dalam pelatihan IHT 6 10 0 0 0 14 6 Penggunaan teori belajar dalam pelatihan

a Minat peserta untuk mengikuti

program pelatihan IHT 14 2 0 0 0 15,6 b Motivasi peserta untuk mengikuti

program pelatihan IHT 15 1 0 0 0 15,8 c Pengurutan materi pelatihan IHT dari

yang mudah menuju kepada yang sulit

6 10 0 0 0 14

d Partisipasi peserta dalam pelatihan

IHT 6 7 3 0 0 13,4

e Ketepatan waktu penyampaian materi atau kesesuaian materi dengan jadwal

4 11 1 0 0 13,4

f Pengorganisasian pelatihan IHT dan

pelayanan panitia kepada peserta 7 9 0 0 0 14.2 g Kesesuaian informasi dari materi

yang disampaikan dalam pelatihan IHT dengan profesi peserta

12 4 0 0 0 15,2

h Kenyamanan tempat pelatihan IHT 10 6 0 0 0 14,8

i Kelengkapan peralatan atau media

yang digunakan dalam pelatihan IHT 10 6 0 0 0 14,8 j Ketersediaan alat tulis untuk peserta

(7)

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks 5 4 3 2 1

a Variasi makanan yang disediakan 7 9 0 0 0 14,2

b Kenyamanan tempat penginapan

yang disediakan 14 2 0 0 0 15,6

c Kenyamanan ruang presentasi yang

digunakan 14 2 0 0 0 15,6

d Kualitas media audio visual yang

digunakan saat presentasi 15 1 0 0 0 15,8

Rata-rata 14,7

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa

rata-rata indeks pada dimensi Instructional sebesar 14,7

sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks tertinggi terdapat pada indikator motivasi untuk

mengikuti program pelatihan dan kualitas media yang

digunakan dengan nilai indeks sebesar 15,8 yang

tergolong kategori tinggi. Sedangkan nilai indeks

terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam

kategori tinggi, yaitu pada indikator kesesuaian metode

penyampaian dengan materi pelatihan, partisipasi

peserta dalam pelatihan, dan ketepatan waktu

penyampaian materi.

Selain data angket, terdapat pula data-data yang

didapatkan dari wawancara dan studi dokumen.

Adapun hasil yang ditemukan pada masing-masing

teknik pengumpulan data tersebut dijabarkan per sub

(8)

a. Organisasi

Peserta IHT yang diselenggarakan SD

Muhammadiyah (Plus) merupakan seluruh guru di SD

tersebut. Oleh karena itu materi dalam IHT pun

disesuaikan dengan profesi keguruan. Berdasarkan

tabel 6, dapat diketahui bahwa persepsi guru mengenai

kesesuaian informasi dari materi yang disampaikan

dengan profesi peserta memiliki nilai indeks 15,2

sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini

berarti materi yang disampaikan dalam IHT sesuai

dengan level peserta atau tidak melenceng dari profesi

peserta sebagai guru di SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga.

Selain itu, dalam dokumen Panduan Kegiatan

IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga Tahun Ajaran

2013/2014 diketahui bahwa selain diberikan materi

mengenai kurikulum yang merupakan materi untuk

meningkatkan pengajaran, IHT juga menitikberatkan

pada membangun budaya unggul sekolah. Oleh karena

itu materi tidak hanya sekedar konten kurikulum

tetapi juga bagaimana merubah pola pikir,

meningkatkan kinerja melalui motivasi, membangun

komitmen bersama dalam mewujudkan prestasi dan

membangun sekolah unggul. Materi yang disampaikan

meliputi Kemuhammadiyahan Aplikatif Image dan

Character Building pendidikan Muhammadiyah,

(9)

refleksi dan peneguhan Komitmen, serta pendidikan

kreatif.

Pemberian materi pun diurutkan dari materi

mudah ke materi sulit. Pengurutan materi dari yang

mudah menuju ke yang sulit juga ditegaskan oleh

wakil kepala sekolah melalui wawancara tanggal 28

Januari 2017 yang telah dikonfirmasi kepada salah

seorang panitia dan guru. Cuplikan wawancara

mengenai pengurutan materi adalah sebagai berikut:

“Materi yang diberikan disini diurutkan. Pada hari pertama ada orientasi dari pengurus; lalu ada materi Kemuhammadiyahan, supaya semua guru

dan karyawan teguh terhadap

Kemuhammadiyahannya sebagai karakter budinya; kemudian ada kompetensi pembelajaran; lalu ada kurikulum 2013 yang disini sifatnya hanya suplemen saja karena guru-guru juga sudah mendapat materi tentang K-13 dari pemerintah, materi kurikulum ini termasuk kompetensi pembelajaran atau pengetahuan yang berkaitan dengan profesionalisme guru; lalu ada akselerasi dan peningkatan prestasi, yang berisi tentang capaian-capaian; refleksi, yaitu merefleksi setahun yang lalu. Kemudian pada hari kedua terdapat Qiyamul Lail atau kerohanian, sehingga kegiatan IHT selain berhubungan dengan fisik atau intelijen juga diberikan materi mengenai kerohanian melalui

Qiyamul Lail, sholat subuh dan Kultum“

Para peserta pun memberikan penilaian yang

baik pada pengurutan materi IHT. Hal ini terbukti pada

indikator mengenai pengurutan materi dari mudah

menuju ke sulit diperoleh nilai indeks persepsi peserta

sebesar 14, sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

(10)

menyatakan pengurutan materi tersebut sudah baik,

selebihnya sebanyak 37,5% peserta menyatakan bahwa

pengurutan materi tersebut sangat baik.

Berdasarkan hasil wawancara kepada wakil

kepala sekolah tanggal 23 September 2016 yang telah

dikonfirmasi kepada salah seorang panitia dan guru

diketahui bahwa durasi untuk IHT yang

diselenggarakan di hotel biasanya dilakukan selama

dua hari. Hasil wawancara tersebut senada dengan

data yang ditemukan melalui studi dokumen bahwa

IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga pada tahun

ajaran 2013/2014 dilaksanakan selama dua hari, yaitu

pada hari Senin, tanggal 1 Juli 2013 sampai dengan

hari Selasa, tanggal 2 Juli 2013. IHT dimulai pada

pukul 11.00 WIB dan ditutup pada hari selanjutnya

pada pukul 12.00 WIB. Setiap materi yang

disampaikan oleh pemateri dijadwalkan selama

sembilan puluh (90) menit. Persepsi peserta terhadap

jadwal pelatihan IHT dan pembagian durasi waktu

pada tiap materi pelatihan memperoleh nilai indeks

sebesar 14,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

Sebanyak 56% peserta menilai bahwa jadwal IHT dan

pembagian durasi waktu pada tiap materi sudah

sangat baik, dan 44% lainnya menilai baik.

Organisasi yang meliputi tiga indikator, yaitu

kesesuaian materi terhadap level peserta yang dalam

(11)

materi dari mudah ke sulit, dan durasi waktu dalam

materi memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan

program. Materi yang diberikan merupakan materi

yang sesuai dengan kebutuhan peserta sebagai seorang

guru sehingga dapat meningkatkan kompetensinya.

Materi pun diurutkan berdasarkan tingkat

kesulitannya agar peserta dapat memahami isi materi

dengan baik. Adapun durasi waktu yang digunakan

dalam IHT di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga ini

didasarkan pada waktu yang telah ditentukan untuk

melakukan IHT.

b. Konten

Dari hasil wawancara kepada wakil kepala

sekolah tanggal 23 September 2016 yang telah

dikonfirmasi kepada salah seorang guru dan panitia

diketahui bahwa:

“Setiap kegiatan yang diselenggarakan di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga selalu didasarkan pada visi dan misi sekolah. Ini juga berlaku untuk program IHT. Oleh karena itu topik yang dipilih dalam IHT pun didasarkan pada visi dan misi sekolah. Selain itu tentunya juga didasarkan pada kebutuhan guru dan tujuan program yang akan

diselenggarakan.”

Topik IHT yang merupakan kebutuhan guru pun

ditentukan oleh semua warga sekolah, khususnya

kepala sekolah, dan guru. Kepala sekolah sebagai

pemimpin sekolah dapat menentukan topik yang akan

(12)

materi mengenai topik tersebut untuk menunjang

kompetensinya. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri

bahwa guru terkadang juga memiliki kebutuhan lain

selain dari keputusan kepala sekolah, khususnya

dalam menambah wawasan ataupun keterampilan di

bidang pengajaran. Oleh karena itu, sekolah

mempunyai inisiatif untuk menampung ide-ide untuk

dijadikan topik IHT yang disampaikan para guru

melalui perkumpulan guru yang diadakan setiap

minggu atau disampaikan langsung kepada kepala

sekolah. Hal ini senada dengan cuplikan wawancara

dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga, 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi

kepada salah seorang guru dan panitia IHT berikut ini

“Program IHT ini selain didasarkan visi dan misi juga disesuaikan dengan kebutuhan. Topik pelatihan bisa dari pimpinan jika memang kebutuhan guru itu penting untuk dikembangkan dan bisa juga dari guru melalui perkumpulan yang diadakan setiap minggu. Tetapi kadang-kadang ide atau topik pelatihan tidak melalui forum resmi, justru kita banyak yang tidak melalui forum resmi.”

Persepsi peserta terhadap kesesuaian topik IHT

dengan kebutuhan peserta yang berprofesi sebagai

guru mencapai nilai indeks sebesar 15,6 sehingga

termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini dikarenakan

seorang guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga tidak

hanya bertugas untuk memberikan pengajaran kepada

siswanya, tetapi juga memiliki tugas untuk

(13)

(Wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah

(Plus) Salatiga, 23 September 2016 yang telah

dikonfirmasi kepada salah seorang guru dan panitia

IHT)

Hal senada juga tercantum dalam dokumen

Panduan Kegiatan IHT SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014 sebagai berikut:

“Materi IHT juga menitikberatkan pada membangun budaya unggul sekolah, merubah pola pikir, meningkatkan kinerja melalui motivasi, membangun komitmen bersama dalam mewujudkan prestasi dan membangun sekolah unggul. Kelima hal tersebut merupakan bagian dari visi dan misi SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.”

Konten dalam IHT SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga dengan indikatornya adalah topik-topik yang

diberikan dalam pelatihan dan kesesuaian topik

dengan tujuan ini memberikan pengaruh positif

terhadap keberhasilan program. Tujuan dari program

yang diselenggarakan SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga selalu didasarkan pada visi dan misi sekolah.

Adapun topik-topik IHT yang diberikan didasarkan

pada kebutuhan guru dan visi misi sekolah.

c. Metodologi

Berdasarkan Wawancara dengan Wakil Kepala

SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016

yang telah dikonfirmasi kepada salah seorang guru dan

(14)

“Metode penyampaian materi dalam IHT disesuaikan dengan materi yang diberikan. Selain itu juga disesuaikan dengan media yang disediakan oleh di tempat IHT. IHT biasanya kami selenggarakan di hotel-hotel, jadi metode yang digunakan pun menyesuaikan fasilitas yang diberikan hotel itu sendiri. Media yang paling umum dan paling sering digunakan itu IT, karena tidak dapat dipungkiri peran IT sangat penting dalam penyampaian materi”

Berdasarkan dokumen yang ada, IHT tahun

ajaran 2013/2014 ini diselenggarakan di Hotel Green

Valley Ambarawa dan berdasarkan wawancara dengan

Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23

September 2016 yang telah dikonfirmasi kepada salah

seorang guru dan panitia IHT diketahui bahwa fasilitas

yang biasa diberikan dan yang sering dimanfaatkan

dalam penyampaian materi adalah IT (Teknologi

Informasi) karena IT merupakan media yang sangat

berperan dalam penyampaian materi. Oleh karena itu,

sesuai dengan fasilitas yang diberikan hotel tersebut

maka dipilih metode yang sesuai, yaitu metode

ceramah, Tanya jawab, dan diskusi. Nilai indeks

persepsi guru terhadap metode penyampaian materi ini

pun sebesar 14, sehingga termasuk kategori tinggi. Hal

ini berarti bahwa guru menilai metode yang digunakan

dalam penyampaian materi IHT sudah baik.

Adapun penggunaan metode ceramah, Tanya

jawab, dan diskusi pun disesuaikan dengan materi

yang akan disampaikan. Menurut Wakil Kepala SD

(15)

menggunakan ketiga metode tersebut secara

bersamaan. Adakalanya hanya menggunakan ceramah

dan Tanya jawab, namun adakalanya menggunakan

diskusi saja. (Wawancara dengan Wakil Kepala SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017 yang

telah dikonfirmasi kepada salah seorang panitia IHT)

Persepsi guru mengenai kesesuaian metode

penyampaian dengan materi yang diberikan dalam

pelatihan IHT sebesar 13,4, sehingga termasuk dalam

kategori tinggi. Ini berarti para guru setuju bahwa

metode yang digunakan dalam penyampaian materi

sesuai dengan materi yang diberikan.

Adapun persepsi guru terhadap interaksi antara

pemateri dan peserta mendapat nilai indeks sebesar

14, sehingga termasuk kategori tinggi. Ini berarti

pemateri melakukan interaksi secara baik kepada para

guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, juga

diteliti mengenai penggunaan teori belajar yang

digunakan dalam IHT. Adapun indikator untuk

penggunaan teori belajar tersebut beserta nilai

indeksnya dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Tabulasi Penggunaan Teori Belajar

No Indikator

Frekuensi

Jawaban Indeks 5 4 3 2 1

(16)

No Indikator

Frekuensi

Jawaban Indeks 5 4 3 2 1

program pelatihan IHT

2 Motivasi peserta untuk mengikuti

program pelatihan IHT 15 1 0 0 0 15,8 3 Pengurutan materi pelatihan IHT

dari yang mudah menuju kepada yang sulit

6 10 0 0 0 14

4 Partisipasi peserta dalam pelatihan

IHT 6 7 3 0 0 13,4

5 Ketepatan waktu penyampaian materi atau kesesuaian materi dengan jadwal

4 11 1 0 0 13,4

6 Pengorganisasian pelatihan IHT dan

pelayanan panitia kepada peserta 7 9 0 0 0 14.2 7 Kesesuaian informasi dari materi

yang disampaikan dalam pelatihan IHT dengan profesi peserta

12 4 0 0 0 15,2

8 Kenyamanan tempat pelatihan IHT 10 6 0 0 0 14,8

9 Kelengkapan peralatan atau media yang digunakan dalam pelatihan IHT

10 6 0 0 0 14,8

10 Ketersediaan alat tulis untuk peserta pelatihan IHT yang disediakan panitia

10 6 0 0 0 14,8

Rata-rata 14,6

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa nilai

rata-rata indeks pada penggunaan teori belajar sebesar

14,6 sehingga termasuk kategori tinggi. Nilai indeks

paling besar berasal dari indikator motivasi.

Berdasarkan angket terbuka yang dibagikan diisi oleh

guru, didapat informasi bahwa guru termotivasi untuk

mengikuti IHT karena para guru telah menyadari

(17)

wawasan, meningkatkan komitmen dalam

bermuhammadiyah, menyatukan visi misi, mempererat

keakraban, serta meningkatkan semangat dan etos

kerja.

Sub variabel metodologi berisi indikator aktivitas

mengajar (pemilihan dan kesesuaian metode

penyampaian materi), tipe interaksi, dan

prinsip-prinsip pembelajaran atau teori belajar yang digunakan

memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan

program. Hal ini dapat dilihat dari persepsi peserta

terhadap masing-masing indikator yang termasuk

dalam kategori tinggi. Jika salah satu dari indikator

tersebut tidak ada, maka keberhasilan program tidak

dapat tercapai secara maksimal. Metode penyampaian

materi sendiri dipilih dan disesuaikan dengan materi

dan fasilitas yang disediakan di tempat

diselenggarakannya IHT. Adapun tipe interaksi yang

digunakan menyesuaikan dengan metode penyampaian

materi yang dipilih.

d. Fasilitas

Fasilitas merupakan salah satu faktor yang turut

mempengaruhi keberhasilan program pelatihan.

Fasilitas yang diberikan dalam IHT yang

(18)

Salatiga merupakan fasilitas yang disediakan oleh

tempat IHT diselenggarakan, yaitu di Hotel Green

Valley Ambarawa. Berdasarkan Wawancara dengan

Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28

Januari 2017 yang telah dikonfirmasi oleh salah

seorang panitia diketahui bahwa fasilitas yang

diberikan oleh pihak Hotel berupa penginapan, makan,

dan tempat untuk pertemuan. Adapun kepuasan para

peserta terhadap fasilitas yang diberikan tersebut

dapat dilihat melalui nilai indeks pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Tabulasi Pelayanan dan Fasilitas IHT

No Indikator Frekuensi Jawaban Indeks 5 4 3 2 1

1 Variasi makanan yang

disediakan 7 9 0 0 0 14,2

2 Kenyamanan tempat

penginapan yang disediakan 14 2 0 0 0 15,6 3 Kenyamanan ruang

presentasi yang digunakan 14 2 0 0 0 15,6 4 Kualitas media audio visual

yang digunakan saat presentasi

15 1 0 0 0 15,8

Rata-rata 15,3

Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa persepsi

peserta pelatihan terhadap pelayanan dan fasilitas

yang diberikan dalam IHT sebesar 15,3 sehingga

termasuk dalam kategori tinggi. Variasi makanan,

kenyamanan tempat penginapan, kenyamanan ruang

(19)

saat presentasi seluruhnya terdapat dalam kategori

tinggi. Hal ini berarti pelayanan dan fasilitas pelatihan

IHT sudah memuaskan.

Fasilitas yang terdiri atas indikator pelayanan

dan fasilitas yang diperlukan dalam IHT seperti ruang

IHT, media, dan sebagainya memiliki pengaruh positif

terhadap keberhasilan IHT. Fasilitas sendiri berperan

dalam memberikan kenyamanan dalam pelaksanaan

IHT. Jika fasilitas yang diberikan baik, maka IHT pun

dapat dilaksanakan dengan baik pula. Oleh karena itu,

IHT sering diselenggarakan di hotel-hotel karena lebih

terjamin kenyamanan yang ditawarkannya, mulai dari

makanan, penginapan, ruang presentasi hingga media

untuk presentasi.

e. Biaya

Berdasarkan Wawancara dengan Wakil Kepala

SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016

yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia

diketahui bahwa:

(20)

Perencanaan anggaran untuk IHT secara resmi

dilakukan melalui rapat-rapat pimpinan, yang terdiri

dari kepala sekolah beserta wakil-wakilnya. Anggaran

tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi

keuangan sekolah. Apabila memungkinkan maka IHT

dapat diselenggarakan di Hotel, tetapi jika kondisi

tidak memungkinkan maka IHT diselenggarakan di

sekolah, atau tempat lain. (Wawancara dengan Wakil

Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23

September 2016 yang telah dikonfirmasi oleh salah

seorang panitia IHT)

Biaya baik itu perolehan maupun

penggunaannya mempunyai pengaruh positif. Tanpa

adanya biaya maka IHT ini tidak dapat

diselenggarakan. Biaya sendiri harus sesuai dengan

anggaran yang telah direncanakan. Jika biaya yang

ada kurang dari anggaran yang telah direncanakan,

maka panitia mencari beberapa donatur untuk

menutup kekurangan tersebut.

4.2.2. Dimensi Institutional

Dimensi Institutional pada penelitian ini

membahas tentang personil-personil yang ikut

berperan dalam terselenggaranya IHT. Adapun data

mengenai dimensi ini didapat dari angket, wawancara

(21)

indikator dan nilai indeks pada masing-masing

indikator dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Tabulasi Dimensi Institutional

No Indikator Frekuensi jawaban Indeks 5 4 3 2 1

1 Penguasaan materi oleh pemateri dalam pelatihan IHT

15 1 0 0 0 15,8

2 Kejelasan materi yang

disampaikan pemateri dalam pelatihan IHT

9 7 0 0 0 14,6

3 Kesempatan yang diberikan pemateri kepada peserta untuk bertanya dan kejelasan jawaban pemateri

12 4 0 0 0 15,2

4 Dukungan keluarga peserta terhadap program pelatihan IHT di sekolah

14 2 0 0 0 15,6

5 Dukungan komunitas guru yang diikuti terhadap program pelatihan IHT

16 0 0 0 0 16

Rata-rata 15,4

Pada tabel 4.4 diketahui bahwa rata-rata nilai

indeks peserta pada dimensi Institutional sebesar 15,4

sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks

tertinggi terdapat pada indikator dukungan komunitas

guru yang diikuti terhadap program IHT, yaitu sebesar

16 dan termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan

nilai indeks terendah masih dalam kategori tinggi

sebesar 14,6 yaitu pada indikator kejelasan materi

yang disampaikan pemateri dalam IHT.

(22)

Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala

SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017

yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT

diketahui bahwa:

“Pemateri merupakan orang-orang professional yang dipilih melalui rapat pimpinan. Pada rapat pimpinan itu ditentukan topik yang akan diangkat, materi yang akan diberikan, serta pemateri yang sekiranya kompeten untuk memberikan materi. Untuk pemateri di IHT tahun ajaran 2013/2014 ini kita ambil dari Yayasan Muhammadiyah, PLPM (Pengembang Lembaga Pendidikan Muhammadiyah), dosen IAIN, Kepala Sekolah Teladan dari SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta, disdikpora, wali murid dan juga guru sekolah.“

Data wawancara tersebut sejalan dengan hasil

studi dokumen bahwa pemateri dalam IHT tahun

ajaran 2013/2014 berasal dari Yayasan

Muhammadiyah, PLPM (Pengembang Lembaga

Pendidikan Muhammadiyah), dosen IAIN, Kepala

Sekolah Teladan dari SD Muhammadiyah Sapen

Yogyakarta, disdikpora, wali murid serta guru sekolah.

Persepsi guru terhadap penguasaan materi dari

pemateri sebesar 15,8 sehingga termasuk dalam

kategori tinggi. Hal ini berarti para guru menilai bahwa

para pemateri merupakan orang kompeten yang dapat

menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan guru.

Selain itu persepsi guru terhadap kejelasan materi

yang disampaikan pemateri mendapat nilai indeks

sebesar 14,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

(23)

dan tidak melenceng dari topik yang telah ditentukan.

Penilaian dari guru ini menguatkan hasil wawancara

dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga, 28 Januari 2017 yang telah dikonfirmasi oleh

salah seorang panitia IHT, pemateri merupakan para

ahli di bidangnya.

Selain itu, didapat pula data dari dokumen yang

memperkuat data hasil tabulasi angket dan wawancara

yang telah disebutkan. Berdasarkan dokumen

Panduan Kegiatan IHT diperoleh informasi bahwa

Pembukaan dengan materi mengenai “Meneguhkan

Ideologi ber-Muhammadiyah” disampaikan oleh Ketua

Pimpinan Daerah Muhammadiyah, selanjutnya

Orientasi Kegiatan IHT disampaikan oleh Pengembang

Lembaga Pendidikan Muhammadiyah. Selain itu materi

mengenai Kemuhammadiyahan Aplikatif Image dan

Character Building Pendidikan Muhammadiyah

disampaikan oleh Kepala Sekolah Teladan Nasional

dari Yogyakarta, Kurikulum 2013 disampaikan oleh

Pengawas TK/SD UPT Disdikpora Kecamatan

Sidomukti, Akselerasi dan Peningkatan Prestasi

disampaikan oleh Komite SD Muhammadiyah (Dewan

Pendidikan Salatiga), serta materi Komisi disampaikan

oleh guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang

dipilih.

Selain kejelasan dalam penyampaian materi,

(24)

juga penting agar guru dapat memahami materi yang

belum dipahami dengan baik. Adapun persepsi guru

mengenai kesempatan yang diberikan pemateri kepada

peserta untuk bertanya dan kejelasan jawaban yang

diberikan pemateri mendapat nilai indeks sebesar 15,2

sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Melalui nilai

indeks tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap

pemateri selalu memberikan kesempatan kepada para

guru untuk menanyakan materi yang belum

dipahaminya.

Walaupun secara umum pemateri mendapat

penilaian yang baik dari para peserta, namun masih

ada yang kurang bagi peserta. Peserta mengharapkan

agar pada IHT yang diselenggarakan tahun depan

dihadirkan seorang motivator agar lebih termotivasi

lagi untuk mengajar. Hal ini diungkapkan guru melalui

angket terbuka yang diisi langsung oleh guru.

Pemateri dalam IHT di SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga ini memiliki pengaruh positif terhadap

keberhasilan program IHT. Pemateri harus dipilih yang

kompeten karena jika tidak kompeten akan

menghambat kerberhasilan program. Jika pemateri

tidak kompeten dan tidak menguasai materi maka

akan menghambat peserta dalam memahami materi

yang disampaikan. Terlebih jika ada peserta yang

(25)

tidak kompeten tidak dapat memberikan penjelasan

yang benar.

b. Peserta pelatihan

Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala

SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016

yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang guru dan

panitia IHT diketahui bahwa peserta pelatihan

merupakan seluruh guru SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga yang mengajar dari kelas satu sampai enam.

Berdasarkan angket yang diisi oleh para guru

diketahui bahwa guru yang mengikuti IHT mempunyai

masa kerja selama 3-10 tahun. Sebanyak 53% guru

berusia 21-30 tahun, 40% guru berusia 31-40 tahun,

dan 7% guru berusia 41-50 tahun. Dari data ini dapat

disimpulkan bahwa guru SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga masih berusia 21-30 tahun.

Melalui angket terbuka yang diisi oleh para guru

diketahui bahwa guru termotivasi untuk mengikuti IHT

karena program IHT merupakan program wajib yang

harus diikuti oleh seluruh guru yang mengajar di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Selain itu, tidak sedikit

pula yang menyatakan bahwa program IHT penting

untuk menambah wawasan yang dapat menunjang

profesinya. Ada juga yang menyatakan bahwa IHT

dapat menyatukan visi misi, meningkatkan komitmen

(26)

Salatiga, meningkatkan semangat dan etos kerja,

mempererat tali persaudaraan antar teman sekerja,

dan dapat menyusun program-program berkualitas

yang akan berdampak pada kemajuan sekolah.

Peserta dalam program IHT ini memiliki

pengaruh positif terhadap keberhasilan program.

Peserta yang mengikuti IHT ini merupakan seluruh

guru sehingga sudah dapat ditentukan kebutuhannya.

Terlebih lagi seluruh guru di SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga memliki kewajiban untuk mengikuti IHT agar

dapat mewujudkan cita-cita sekolah melalui visi

misinya.

c. Administrator/ panitia

Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala

SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017

yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT

diketahui bahwa

“Panitia ditentukan oleh seluruh warga sekolah, yaitu

kepala sekolah, guru, dan karyawan. Panitia IHT dibentuk melalui rapat yang dihadiri seluruh warga sekolah. Oleh karena itu, panitia ditentukan melalui

musyawarah dalam rapat.”

Berdasarkan studi dokumen diketahui bahwa

susunan panitia yang dibentuk dalam rapat tersebut

meliputi penanggung jawab IHT, ketua, sekretaris,

bendahara, sie acara, sie dokumentasi, sie

perlengkapan dan dekorasi, sie humas/publikasi, sie

(27)

tersebut selanjutnya disahkan dan laporan

pembentukan panitia ditandatangani oleh Kepala SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

Panitia dalam program IHT ini memiliki

pengaruh positif terhadap keberhasilan program.

Panitia berperan dalam mengatur jalannya IHT mulai

dari perencanaan hingga pelaksanaan. Tanpa adanya

panitia maka IHT tidak akan berjalan secara efektif.

Panitia memiliki tugas diantaranya merencanakan

anggaran, mengatur jadwal, menentukan pemateri,

menentukan tempat pelatihan, dan sebagainya.

d. Spesialis pendidikan

Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala

SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017

yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT

spesalis pendidikan terlibat sebagai pemateri yang

memberikan materi kepada peserta IHT. Seperti yang

tercantum dalam dokumen Panduan IHT bahwa

seluruh pemateri merupakan para ahli yang dinilai

kompeten untuk memberikan materi kepada peserta

dalam IHT. Sebagai contoh keterlibatan Pengawas

TK/SD UPT Disdikpora Kecamatan Sidomukti yang

merupakan seorang spesialis pendidikan yang

memberikan materi mengenai K-13.

Spesialis pendidikan memiliki pengaruh positif

(28)

Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Hal ini dikarenakan

spesialis pendidikan memberikan dukungan kepada

sekolah-sekolah yang hendak mengembangkan

kompetensi guru melalui pelatihan yang diadakan

secara mandiri. SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga pun

melibatkan spesialis pendidikan sebagai salah satu

pemateri dalam IHT.

e. Keluarga

Berdasarkan hasil tabulasi angket diketahui

bahwa nilai indeks untuk dukungan keluarga peserta

pelatihan terhadap program IHT di sekolah sebesar

15,6 sehingga termasuk kategori tinggi. Sebanyak 88%

guru menilai bahwa dukungan yang diberikan keluarga

sangat baik, sisanya sebanyak 12% menilai baik. Dari

hasil nilai indeks tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa seluruh guru mendapat dukungan dari

keluarga untuk mengikuti kegiatan IHT. Keluarga

sangat mendukung guru untuk mengembangkan

kompetensinya sebagai seorang pengajar dengan

melalui kegiatan IHT yang diadakan sekolah.

Sub variabel keluarga memiliki pengaruh positif

terhadap keberhasilan IHT. Dukungan dari keluarga

yang memberi kesempatan dan kebebasan kepada para

peserta inilah yang memberikan kotribusi terhadap

keberhasilan program IHT. Keluarga menyadari bahwa

(29)

diikuti peserta sebagai bagian dari profesionalisme

kerja di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

f. Komunitas

Menurut para guru, komunitas guru yang diikuti

sangat mendukung guru terhadap program IHT. Hal ini

nampak dari nilai indeks pada hasil tabulasi angket

sebesar 16 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

Hal ini juga diperkuat dari hasil wawancara dengan

Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28

Januari 2017 yang telah dikonfirmasi oleh salah

seorang panitia IHT bahwa:

“Seluruh guru memiliki komunitas atau

perkumpulan sendiri yang terbentuk berdasarkan

grade kelas. Setiap perkumpulan wajib melakukan pertemuan yang diadakan setiap minggu dan juga saling berkomunikasi via online lewat WhatsApp. Perkumpulan guru itu dibentuk agar setiap guru dapat mengutarakan masalah-masalah yang dihadapi pada saat mengajar dan dapat mencari

solusi bersama.”

Setiap perkumpulan terdapat seorang

coordinator yang bertugas untuk mengkoordinir para

guru dan untuk menyampaikan aspirasi dari guru ke

kepala sekolah atau pun sebaliknya. Salah satu contoh

hasil dari perkumpulan adalah guru ingin melakukan

kegiatan studi banding untuk mempelajari model

pembelajaran terbaik untuk kelas satu, maka

coordinator mengusulkan aspirasi guru untuk

(30)

sekolah. Jika usulan tersebut diterima oleh kepala

sekolah, maka guru mengatur jadwal, menghitung

perkiraan biaya yang dibutuhkan, dan tujuan yang

ingin dicapai. Setelah kegiatan selesai dilaksanakan

maka guru wajib memberikan laporan, yang berisi

hal-hal apa yang akan dilakukan di SD Muhammadiyah

(Plus) tempatnya bekerja serta hal-hal apa saja yang

bisa diterapkan di sekolah karena tidak semua yang

dilakukan di sekolah lain dapat diterapkan di sekolah

ini. Begitu juga sebaliknya sekolah lain tidak bisa

mencontoh kita, tetapi mungkin ada sebagian yang

bisa karena kan karakteristiknya beda-beda, misalnya

anaknya, masyarakatnya, orang tuanya, fasilitasnya,

kompetensi gurunya.

Wakil kepala sekolah juga menjelaskan bahwa

sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk

belajar bersama dengan sesama guru. Kegiatan

tersebut biasa disebut sebagai pelatihan mandiri yang

rutin dilakukan pada hari sabtu. Wakil kepala sekolah

menjelaskan jika kegiatan itu penting untuk dilakukan

karena guru harus selalu belajar walaupun tidak

melalui pelatihan yang mumpuni tetapi belajar juga

dapat dilakukan dengan sesama teman atau sering

disebut tutor sebaya.

Komunitas merupakan sub variabel yang

memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan

(31)

membentuk komunitas per-level kelas yang diampu.

Komunitas ini berfungsi sebagai perantara pemimpin

sekolah dalam memonitor perubahan perilaku guru

pasca IHT untuk mencapai tujuan program IHT. Di

dalam komunitas yang telah terbentuk tersebut para

guru dapat menyampaikan kendala-kendala yang

dihadapi dalam rangka mencapai tujuan program IHT

dengan leluasa. Oleh karena itu kepala sekolah beserta

para pimpinan lain dapat mecari solusi yang sesuai

dengan masalah secara efektif.

4.2.3. Dimensi behavior

Dimensi behavior dalam penelitian ini

merupakan tujuan khusus dari program IHT yang di

selenggarakan oleh SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016

yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT

diketahui bahwa tujuan khusus dari IHT adalah untuk

meningkatkan kompetensi guru. Dalam wawancara

dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga, 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi

oleh salah seorang panitia IHT diketahui bahwa

“Kompetensi yang hendak dicapai adalah

(32)

harus mempunyai sikap yang baik sehingga akan

berimplikasi pada siswa.”

Adapun tujuan khusus pada IHT yang

diselenggarakan tahun ajaran 2013/2014 tersebut

dibagi dalam tiga sub variabel, yaitu kognitif, afektif,

dan psikomotor. Indikator untuk masing-masing sub

variabel beserta nilai indeksnya dapat dilihat pada

tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Tabulasi Dimensi Behavior

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks 5 4 3 2 1

Kognitif

1 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan Kemuhammadiyahan

10 6 0 0 0 14,8

2 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan pendidikan karakter Muhammadiyah

9 7 0 0 0 14,6

3 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan tentang penilaian hasil belajar kurikulum 2013

4 10 0 1 1 12,6

4 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan inovasi teknologi

5 11 0 0 0 13,8

5 Kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan diversifikasi model dan metode pembelajaran

8 8 0 0 0 14,4

6 Kontribusi IHT dalam menambah kemampuan guru dalam memadukan variasi bahan ajar

6 10 0 0 0 14

7 Kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan mengembangkan karir akademik berbasis prestasi

4 12 0 0 0 13,6

8 Kemampuan guru dalam

mengaplikasikan Kemuhammadiyahan dan pendidikan karakter

Muhammadiyah setelah mengikuti pelatihan IHT

(33)

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks 5 4 3 2 1

Afektif

9 Dukungan guru terhadap misi anak sholeh berakhlak mulia setelah mengikuti pelatihan IHT

15 1 0 0 0 15,8

10 Minat mengajar guru setelah mengikuti pelatihan IHT

15 1 0 0 0 15,8

11 Ketertiban guru dalam melaksanakan ritual ibadah

10 5 1 0 0 14,6

12 Penyesuaian diri Anda di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga setelah mengikuti pelatihan IHT

11 5 0 0 0 15

Psikomotor

13 Kemampuan guru untuk menilai hasil belajar siswa sesuai K-13

5 7 4 0 0 13

14 Kemampuan guru dalam melakukan diversifikasi model dan metode pembelajaran setelah mengikuti pelatihan IHT

6 10 0 0 0 14

15 Kemampuan guru dalam melakukan inovasi teknologi setelah mengikuti pelatihan IHT

5 10 1 0 0 13,6

16 Kemampuan guru dalam menggunakan bahan ajar yang bervariasi setelah mengikuti pelatihan IHT

18 Kemampuan menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris setelah mengikuti pelatihan IHT

2 5 6 3 0 10,8

19 Kemampuan melakukan praktek religiusitas setelah mengikuti pelatihan IHT

7 7 2 0 0 13,8

Rata-rata 14

Berdasarkan tabel 4.5, terlihat bahwa rata-rata

nilai indeks dari dimensi behavior sebesar 14 sehingga

termasuk kategori tinggi. Ini berarti program IHT yang

(34)

sudah berhasil dalam mencapai tujuan khsusus

program. Nilai indeks tertinggi terdapat pada sub

variabel afektif, yaitu pada indikator dukungan guru

terhadap misi anak sholeh berakhlak mulia, dan minat

mengajar guru setelah mengikuti IHT. Hampir seluruh

guru menilai bahwa kontribusi IHT dalam

meningkatkan dukungan guru terhadap misi sekolah

dan kontribusi IHT dalam meningkatkan minat guru

sangat baik. Akan tetapi, walaupun rata-rata nilai

indeks termasuk kategori tinggi ada satu indikator

yang masih termasuk dalam kategori cukup, yaitu

sebesar 10,8 yang terdapat pada indikator kontribusi

IHT dalam meningkatkan kemampuan penggunaan

Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.

Keberhasilan IHT dalam mencapai tujuan

khusus program ini juga dinyatakan oleh wakil kepala

sekolah dalam sebuah wawancara tanggal 28 Januari

2017 dan telah dikonfirmasi salah seorang panitia IHT.

Keberbasilan tersebut tidak terlepas dari pengawalan

oleh pimpinan sekolah, pernyataan ini sebagaimana

cuplikan wawancara berikut:

“Keberhasilan program IHT dalam mencapai tujuan

(35)

pembinaan dari kepala sekolah kepada seluruh

guru.”

a. Kognitif

Sub variabel kognitif pada penelitian ini hanya

dibatasi pada kontribusi IHT dalam menambah

pengetahuan dan wawasan serta mengaplikasikan

pengetahuan. Adapun kontribusi IHT dalam

menambah dan mengaplikasikan pengetahuan oleh

guru tersebut disesuaikan dengan isi program IHT

yang diselenggarakan SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga. Indikator untuk sub variabel kognitif beserta

nilai indeksnya dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Tabulasi Sub Variabel Kognitif

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks 5 4 3 2 1

Kognitif

1 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan Kemuhammadiyahan

10 6 0 0 0 14,8

2 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan pendidikan karakter Muhammadiyah

9 7 0 0 0 14,6

3 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan tentang penilaian hasil belajar kurikulum 2013

4 10 0 1 1 12,6

4 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan inovasi teknologi

5 11 0 0 0 13,8

(36)

No Indikator

6 Kontribusi IHT dalam menambah kemampuan guru dalam

memadukan variasi bahan ajar

6 10 0 0 0 14

7 Kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan mengembangkan karir akademik berbasis prestasi

4 12 0 0 0 13,6

8 Kemampuan guru dalam mengaplikasikan

sehingga termasuk kategori tinggi. Pada variabel

kognitif terdapat dua indikator yaitu menambah

pengetahuan dan wawasan serta mengaplikasikan

pengetahuan. Pada indikator menambah pengetahuan

wawasan dijabarkan menjadi tujuh aspek sesuai

dengan materi atau isi dari pelatihan. Ketujuh aspek

pengetahuan dan wawasan beserta nilai indeksnya

adalah sebagai berikut: kontribusi pelatihan IHT dalam

menambah pengetahuan Kemuhammadiyahan

mendapat nilai indeks 14,8 sehingga termasuk dalam

kategori tinggi, kontribusi pelatihan IHT dalam

menambah pengetahuan pendidikan karakter

(37)

termasuk dalam kategori tinggi, kontribusi pelatihan

IHT dalam menambah pengetahuan tentang penilaian

hasil belajar kurikulum 2013 mendapat nilai indeks

12,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi,

kontribusi pelatihan IHT dalam menambah

pengetahuan inovasi teknologi mendapat nilai indeks

13,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi,

kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan

diversifikasi model dan metode pembelajaran mendapat

nilai indeks 14,4 sehingga termasuk dalam kategori

tinggi, kontribusi IHT dalam menambah kemampuan

guru dalam memadukan variasi bahan ajar mendapat

nilai indeks 14 sehingga termasuk dalam kategori

tinggi, dan kontribusi IHT dalam menambah

pengetahuan mengembangkan karir akademik berbasis

prestasi mendapat nilai indeks 13,6 sehingga termasuk

dalam kategori tinggi. Adapun pada indikator

mengaplikasikan pengetahuan terdapat satu aspek

yang sesuai dengan IHT, yaitu kemampuan guru dalam

mengaplikasikan Kemuhammadiyahan dan pendidikan

karakter Muhammadiyah setelah mengikuti pelatihan

IHT yang mendapat nilai indeks 13,6 sehingga

termasuk dalam kategori tinggi.

Nilai indeks tertinggi terdapat dalam indikator

kontribusi pelatihan IHT dalam menambah

pengetahuan Kemuhammadiyahan dengan nilai indeks

(38)

Hal ini dikarenakan materi banyak yang membahas

dan berdasar pada kemuhammadiyahan. Adapun nilai

indeks terendah ada pada indikator kontribusi IHT

dalam menambah pengetahuan tentang penilaian hasil

belajar Kurikulum 2013, yaitu sebesar 12,6 dan masih

termasuk kategori tinggi. Bahkan ada beberapa guru

yang menilai bahwa IHT kurang atau tidak memiliki

kontribusi dalam menambah pengetahuan tentang

penilaian hasil belajar Kurikulum 2013. Alasannya

adalah karena guru tersebut tidak mendapat

kesempatan untuk mempraktekan penilaian hasil

belajar Kurikulum 2013 tersebut secara langsung.

Keterangan tersebut nampaknya sesuai dengan

dokumen Panduan Kegiatan IHT yang tertulis bahwa

metode yang digunakan hanya ceramah, Tanya jawab,

dan diskusi tanpa ada praktek atau simulasi.

b. Afektif

Sesuai dengan isi program IHT, maka sub

variabel afektif dalam penelitian ini adalah kontribusi

IHT dalam menambah dukungan guru terhadap misi

sekolah, meningkatkan minat mengajar guru,

meningkatkan ketertiban guru dalam melaksanakan

ritual ibadah, dan kemampuan guru untuk

menyesuaikan diri dalam organisasi sekolah. Adapun

indikator beserta nilai indeks pada sub variabel afektif

(39)

Tabel 4.7 Hasil Tabulasi Sub Variabel Afektif

1 Dukungan guru terhadap misi anak sholeh berakhlak mulia setelah mengikuti pelatihan IHT

15 1 0 0 0 15,8

2 Minat mengajar guru setelah mengikuti pelatihan IHT

15 1 0 0 0 15,8

3 Ketertiban guru dalam melaksanakan ritual ibadah

10 5 1 0 0 14,6

4 Penyesuaian diri Anda di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga setelah mengikuti pelatihan IHT

11 5 0 0 0 15

Rata-rata 15,3

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai

indeks untuk indikator dukungan guru terhadap misi

anak sholeh berakhlak mulia setelah mengikuti

pelatihan IHT sebesar 15,8 sehingga termasuk dalam

kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator minat

mengajar guru setelah mengikuti pelatihan IHT sebesar

15,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai

indeks untuk indikator ketertiban guru dalam

melaksanakan ritual ibadah sebesar 14,6 sehingga

termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks untuk

indikator penyesuaian diri Anda di SD Muhammadiyah

(Plus) Salatiga setelah mengikuti pelatihan IHT sebesar

15 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

Rata-rata nilai indeks pada variabel afektif

berdasarkan tabel 4.7 adalah 15,3 sehingga termasuk

(40)

pada indikator dukungan guru terhadap misi sekolah

dam minat mengajar guru yaitu sebesar 15,8 yang

termasuk dalam kategori tinggi. Guru banyak yang

beralasan bahwa keikutsertaannya dalam kegiatan IHT

selain untuk melaksanakan kewajiban tetapi juga ingin

menyatukan misi dan untuk meningkatkan minat

mengajar di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

Adapun nilai indeks terendah terdapat pada indikator

ketertiban guru dalam melaksanakan ritual ibadah.

Walaupun memiliki indeks terendah, tetapi indikator

tersebut masih termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa IHT telah berhasil mencapai

tujuan khusus program dari segi afektif peserta IHT.

c. Psikomotor

Sesuai dengan isi program IHT maka indikator

untuk sub variabel psikomotor dibatasi pada

kemampuan memberi penilaian hasil belajar siswa

sesuai K13, kemampuan melakukan diversifikasi

model dan metode pembelajaran, kemampuan

melakukan inovasi teknologi dalam pembelajaran,

penggunaan bahan ajar yang bervariasi, merencanakan

pengembangan karir akademik berbasis prestasi,

penggunaan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris,

meningkatkan praktek religiusitas, peningkatan

prestasi guru. Adapun nilai indeks pada

(41)

Tabel 4.8 Hasil Tabulasi Sub Variabel Psikomotor

1 Kemampuan guru untuk menilai hasil belajar siswa sesuai K-13

5 7 4 0 0 13

2 Kemampuan guru dalam melakukan diversifikasi model dan metode pembelajaran setelah mengikuti pelatihan IHT

6 10 0 0 0 14

3 Kemampuan guru dalam melakukan inovasi teknologi setelah mengikuti pelatihan IHT

5 10 1 0 0 13,6

4 Kemampuan guru dalam menggunakan bahan ajar yang bervariasi setelah mengikuti pelatihan IHT

6 Kemampuan menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris setelah mengikuti pelatihan IHT

2 5 6 3 0 10,8

7 Kemampuan melakukan praktek religiusitas setelah mengikuti pelatihan IHT

7 7 2 0 0 13,8

Rata-rata 13,2

Berdasarkan tabel 13 nilai indeks untuk

indikator kemampuan guru untuk menilai hasil belajar

siswa sesuai K-13 adalah 13, sehingga termasuk dalam

kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator

kemampuan guru dalam melakukan diversifikasi model

dan metode pembelajaran setelah mengikuti pelatihan

IHT adalah 14, sehingga termasuk dalam kategori

tinggi. Nilai indeks untuk indikator kemampuan guru

(42)

pelatihan IHT adalah 13,6 sehingga termasuk dalam

kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator

Kemampuan guru dalam menggunakan bahan ajar

yang bervariasi setelah mengikuti pelatihan IHT adalah

13,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai

indeks untuk indikator kemampuan merencanakan

pengembangan karir akademik berbasis prestasi

setelah mengikuti pelatihan IHT adalah 13,4 sehingga

termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks untuk

indikator Kemampuan menggunakan Bahasa Arab

dan Bahasa Inggris setelah mengikuti pelatihan IHT

adalah 10,8 sehingga termasuk dalam kategori cukup.

Terakhir adalah indikator kemampuan melakukan

praktek religiusitas setelah mengikuti pelatihan IHT

yang mendapat nilai indeks 13,8 sehingga termasuk

dalam kategori tinggi.

Pada tabel 4.8 juga terlihat bahwa rata-rata nilai

indeks pada sub variabel psikomotor sebesar 13,2

sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Walaupun

rata-rata nilai indeks termasuk kategori tinggi tetapi

ada satu indikator yang masih termasuk kategori

cukup, yaitu pada kategori kemampuan menggunakan

Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dengan nilai indeks

sebesar 10,8. Hal ini nampaknya terjadi karena

kemampuan menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa

Inggris bukan menjadi prioritas dalam tujuan khusus

(43)

pada indikator kemampuan guru dalam melakukan

diversifikasi model dan metode pembelajaran setelah

mengikuti pelatihan IHT, yaitu sebesar 14 dan

termasuk kategori tinggi.

Menurut wawancara dengan Wakil Kepala SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016

yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT,

program IHT sudah berhasil dalam mencapai tujuan

khusus pada sub variabel psikomotor. Sebagai contoh

prestasi yang dicapai para murid hingga tahun 2016

sudah mencapai 50 prestasi untuk. Selain itu, ada juga

guru yang berprestasi. Ada seorang guru yang sudah

berprestasi se-kota Salatiga, seorang guru lain

berprestasi se-Jawa Tengah, dan seorang lagi sudah

berprestasi pada tingkat Nasional. Namun begitu,

berdasarkan angket terbuka yang diisi langsung oleh

guru diketahui bahwa peningkatan prestasi yang

ditargetkan sekolah lebih mengarah kepada

peningkatan prestasi siswa. Hal ini dibuktikan dengan

temuan bahwa ada guru yang menyarankan agar

sekolah juga memberikan perhatian kepada

peningkatan prestasi guru.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Dimensi Instructional

Dimensi Instructional membahas segala hal yang

(44)

lima variabel, yaitu: organisasi, konten, metodologi,

fasilitas dan biaya. Pembahasan atas temuan yang

diperoleh mengenai variabel pada dimensi Instructional

tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a. Organisasi

Berdasarkan pada hasil temuan diketahui bahwa

kesesuaian informasi dari materi yang disampaikan

dengan profesi peserta sebagai seorang guru termasuk

dalam kategori tinggi. Hal tersebut dapat diartikan

bahwa materi yang diberikan sesuai dengan level

peserta yang dalam penelitian ini adalah guru SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Hasil temuan ini

berbeda dengan temuan dalam penelitian yang

dilakukan oleh Pahlevi (2016) bahwa pengelompokan

materi pelatihan yang belum tersusun berdasarkan

level membuat peta kompetensi pendidik sulit terlacak

yang akhirnya dapat menghambat keberhasilan

program. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat

disimpulkan bahwa kesesuaian antara level peserta

dengan materi yang diberikan akan memberikan

pengaruh positif terhadap keberhasilan program

pelatihan. Sebaliknya ketidaksesuaian antara level

peserta dengan materi yang diberikan dapat

menghambat keberhasilan program.

Sehubungan dengan pelatihan yang merupakan

(45)

pun harus mempertimbangkan prinsip belajar. Prinsip

belajar sendiri menurut Kamil (2010) adalah belajar

harus dimulai dari yang mudah menuju kepada yang

sulit, atau dari yang sudah diketahui menuju kepada

yang belum diketahui. Akan tetapi pengurutan materi

ini tidak disebutkan pada penelitian terdahulu,

sehingga tidak diketahui materi yang diberikan dalam

pelatihan diurutkan atau tidak. Adapun dalam

penelitian ini diketahui bahwa prinsip ini juga

diterapkan dalam IHT yang diselenggarakan di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga. IHT tersebut dimulai

dengan materi mengenai kemuhammadiyahan,

kemudian dilanjutkan dengan kurikulum 2013 yang

mana materi mengenai kurikulum ini merupakan

suplemen tambahan karena secara umum guru sudah

mendapat pengetahuan mengenai kurikulum 2013.

Terakhir peserta diberikan materi mengenai branding

sekolah atau strategi sekolah untuk menjadi unggul.

Pengurutan materi dalam IHT ini pun mendapat nilai

yang baik berdasarkan persepsi guru.

Pembagian durasi waktu untuk setiap materi

yang terdapat pada jadwal IHT juga perlu

dipertimbangkan. Hal ini dimaksudkan agar peserta

tidak merasa terbebani karena durasi waktu yang

terlalu lama atau terlalu pendek sehingga konsentrasi

peserta tetap terjaga. Waktu yang terlalu lama, maka

(46)

waktu terlalu pendek tidak akan cukup untuk

memberikan materi yang cukup banyak sehingga

peserta akan merasa kebingungan dan kurang

memahami materi yang disampaikan. Penelitian yang

dilakukan Riza (2014) pun diungkapkan bahwa jadwal

diklat yang terlalu padat akan menyulitkan peserta

dalam membagi waktu untuk berbagai aktivitas dalam

diklat. Pengaturan jadwal yang tidak efektif tersebut

dikarenakan terlalu banyak materi yang diberikan.

Lain halnya dengan temuan dalam penelitian ini,

pembagian waktu dalam IHT SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga ini penilaian yang baik dari para peserta. Hal

ini dibuktikan dengan persepsi peserta terhadap jadwal

pelatihan IHT dan pembagian durasi waktu pada tiap

materi pelatihan termasuk dalam kategori tinggi.

Tingginya persepsi peserta tersebut dikarenakan materi

yang diberikan tidak terlalu banyak dan waktu yang

dialokasikan cukup untuk penyampaian materi dan

tanya jawab.

Pada sub variabel organisasi ini seluruh

indikator dapat dikatakan memperoleh nilai baik. Hal

ini dibuktikan dengan kesesuaian materi pelatihan

terhadap level peserta sudah baik. Jadwal yang dibuat

oleh panitia pun tergolong baik karena durasi waktu

tidak terlalu lama atau terlalu pendek dan materi yang

diberikan pun tidak terlalu padat. Materi yang

(47)

prinsip belajar, yaitu diurutkan dari materi yang

mudah ke materi sulit. Oleh karena itu, seluruh

indikator dalam variabel organisasi ini dapat

memberikan sumbangan terhadap keberhasilan

program IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

b. Konten

Pahlevi (2016) mengemukakan bahwa diperlukan

analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan tujuan

penyelenggara untuk menentukan topik pelatihan agar

dapat meningkatkan kompetensi pesertanya. Hal ini

senada hasil temuan dalam penelitian ini bahwa topik

IHT dipilih berdasarkan kebutuhan guru di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang disesuaikan

dengan visi, misi, dan tujuan sekolah. Topik sendiri

dipilih dengan cara musyawarah antar warga sekolah,

terutama guru dan para pimpinan sekolah.

Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa pihak

sekolah telah melakukan perencanaan dengan baik

yang didasarkan pada analisis kebutuhan guru di

sekolah. Berdasarkan temuan tersebut maka secara

teori pemilihan topik ini dapat memberikan pengaruh

positif terhadap keberhasilan program. Pernyataan

tersebut didasarkan pada pendapat Bartram S. dan

Gibson dalam Daryanto dan Bintoro (2014: 2) bahwa

(48)

fokus investasi apa yang harus dilakukan oleh

organisasi untuk pengembangan sumber daya

manusianya yang dapat dilakukan melalui analisis

kebutuhan.

Adapun persepsi peserta terhadap kesesuaian

topik IHT dengan kebutuhan peserta yang termasuk

dalam kategori tinggi. Hal ini berarti guru setuju

bahwa seluruh materi dalam IHT penting untuk

menunjang kompetensinya. Hasil ini berbeda dengan

hasil penelitian Riza (2014) bahwa materi diklat

merupakan komponen yang paling penting untuk

menunjang pekerjaan, tetapi tidak semua materi dalam

diklat dapat menunjang pekerjaan peserta, ada

beberapa materi saja yang menjadi prioritas peserta.

Temuan ini hampir sama dengan temuan Uysal (2012)

bahwa materi yang diberikan tidak sesuai dengan

kebutuhan guru sehingga tujuan program tidak dapat

tercapai dengan baik. Pentingnya seluruh materi dalam

IHT di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga ini

dikarenakan topik IHT yang dipilih oleh panitia

penyelenggara dapat membantu guru dalam

meningkatkan komitmen terhadap organisasi

tempatnya bekerja, khususnya dalam hal

kemuhammadiyahan. Selain itu topik IHT juga

memotivasi guru untuk lebih menyatu dengan visi,

misi dan tujuan sekolah serta aturan yang ditetapkan

(49)

kebutuhan peserta dalam pelatihan dapat berpengaruh

terhadap keberhasilan program pelatihan.

Berdasarkan pemaparan mengenai sub variabel

konten, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh

indikatornya termasuk baik. Pemilihan topik

didasarkan pada kebutuhan peserta dan visi, misi

sekolah, dan topik tersebut sesuai dengan kebutuhan

peserta sebagai guru SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga. Oleh karena itu sub variabel konten dapat

memberikan sumbangan terhadap keberhasilan

program IHT.

c. Metodologi

Metode penyampaian materi harus disesuaikan

dengan materi yang akan disampaikan dalam

pelatihan. Hal ini sebagaimana dikemukakan Basri dan

Rusdiana (2015) bahwa tidak ada metode yang paling

baik karena semua metode yang dapat digunakan

dalam pelatihan saling melengkapi. Sebagaimana

penelitian yang dilakukan oleh Pahlevi (2016) bahwa

metode pelatihan yang digunakan dalam diklat adalah

metode ceramah, dan praktek langsung karena materi

diklat lebih menitikberatkan pada bidang kejuruan.

Senada dengan penelitian Uysal (2012) bahwa

sehubungan dengan topik pelatihan mengenai

keterampilan mengajar bahasa maka panitia

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Tabulasi Angket Pada Dimensi Instructional
Tabel 4.2 Hasil Tabulasi Penggunaan Teori Belajar
Tabel 4.3 Hasil Tabulasi Pelayanan dan Fasilitas IHT
Tabel 4.4 Hasil Tabulasi Dimensi Institutional
+5

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan pada kulit yang disebabkan oleh kekurangan estrogen. dapat menyebabkan perburukan sistem pertahanan kulit

Remove min/max x/y fields from all tables and text in clause 10.3 Tile Table Metadata. Consequences if

4.Drs.Edward Kusnadi,M.Pd 9.Dra.Ecin Kuraesin

In addition, all derived concrete types shall extend this type to include a "operationParameter" property element that references one element substitutable for the

NOTE A referenceable grid with each 'general grid axis' having a coefficient vector (i.e. coefficients varying over just one axis of the grid) is 'rectilinear' (i.e. parallel

Jenis dan strategi pelaksanaan muatan lokal yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan karakteristik madrasah serta uraian muatan lokal yang

Pendidikan, direvisi dengan Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan.. 

With "track changes" disabled, paste the entire CR form (use CTRL-A to select it) into the specification just in front of the clause containing the first