BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Cepatnya arus globalisasi terutama kemajuan teknologi dalam kehidupan
masyarakat, mengakibatkan berbagai informasi yang terjadi di berbagai belahan
dunia kini langsung dapat diketahui. Hal ini dikarenakan cepatnya mengakses
informasi diberbagai belahan dunia membuat dunia ini seolah semakin sempit. Di
satu sisi kemajuan teknologi memudahkan untuk mengakses data kebelahan dunia
dan disatu sisi dapat menimbulkan adanya pergeseran perilaku menyimpang di
lingkungan sosialnya.
Ketika terjadi perubahan dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan untuk
ikut terbawa arus adalah para remaja. Dalam perspektif psikologi perkembangan,
masa remaja memang masa yang berbahaya karena pada masa ini seorang
mengalami masa transisi atau peralihan dari masa kehidupan anak-anak menuju
kedewasaan yang sering ditandai dengan krisis kepribadian. Perubahan-perubahan
fisik dan psikis yang sangat cepat menyebabkan kegelisahan-kegelisahan internal
misalnya perubahan peranan, timbul rasa tertekan, dorongan untuk mendapatkan
kebebasan, kegoncangan emosional, rasa ingin tahu yang menonjol, adanya fantasi
yang berlebihan, ikatan kelompok yang kuat dan krisis indentitas (Kartono, 1998: 12).
Secara umum perilaku menyimpang adalah segala bentuk perilaku yang tidak
menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat. Dengan kata lain, penyimpangan
adalah tindakan atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dianut
terjadi apabila seseorang atau kelompok tidak mematuhi norma dan nilai yang
berlaku dalam masyarakat.
Perilaku menyimpang dapat dikatakan sebagai masalah sosial, karena disamping
melanggar norma- norma dan nilai- nilai yang disepakati bersama, juga
menimbulkan keresahan pada masyarakat, perilaku manusia yang terkait dengan
kondisi tersebut, menyimpang dari ketentuan atau kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat. Kondisi tersebut mengancam atau kelangsungan kehidupan masyarakat.
Padahal perkembangan remaja harus diikuti dengan tanggung jawab yang
dimiliki diantaranya tanggung jawab terhadap diri sendiri, tanggung jawab sebagai
anggota keluarga, tanggung jawab sebagai siswa di sekolah, tanggung jawab sebagai
anggota masyarakat, tanggung jawab sebagai umat beragama. Banyak jenis- jenis
perilaku menyimpang yang sering di lakukan oleh remaja seperti pencurian dapat
dilakukan di dalam rumah maupun di luar rumah. Pencurian di dalam rumah seperti
mencari uang atau barang salah satu anggota keluarga. Pencurian di luar rumah
seperti maling ayam, mencuri jemuran, perabotan rumah tangga dan lain sebagainya.
Perkelahian, bentuk perkelahian dapat berupa perkelahian individu maupun
kelompok dengan kelompok. Perjudian, segala macam bentuk permainan dengan
menggunakan uang atau taruhan, sehingga mengakibatkan kriminalitas.
Menggunakan obat-obatan terlarang sehingga mengakibatkan kecanduan dan
ketagihan bahan narkotika dan jual- beli narkoba yang erat bergandengan dengan
tindak kejahatan. Pergaulan bebas (seks bebas), melakukan hubungan seks dengan
siapa saja sehingga dapat memungkinkan terjun ke pelacuran atau melacurkan diri
dengan tujuan kesenangan atau kesulitan ekonomi.
Salah satu sumber kenakalan remaja menurut literatur adalah adanya lingkungan
dan rekreasi yang minim menjadi salah satu penanda rawannya kenakalan remaja.
Dalam lingkungan demikian, psikologis remaja yang sedang mencari jati diri tersebut
bukanlah yang positif melainkan banyak yang negatif. Kawasan dimana
tembok-tembok lebih mendominasi, remaja tidak berkembang menjadi pribadi yang mengerti
orang lain, tetapi menjadi sosok yang arogan dan ingin mendominasi.
Masyarakat yang memiliki kepadatan penduduk tinggi dengan kebudayaan sosial
yang berbeda serta memiliki angka kemiskinan yang cukuptinggi dan sangat
minimnya fasilitas fisiknya, ditambah dengan banyaknya kasus penyakit dan
pengangguran yang dapat memberikan tekanan-tekanan tertentu, dapat memberikan
rangsangan kuat kepada anak untuk menjadi jahat (Soekanto&Julianti, 2012:2).
Kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Ujung
Pandang, tidak sedikit remaja yang melakukan tindakan yang melanggar
norma-norma sosial. Mereka tidak mau mengikuti aturan, karena dengan melanggar aturan
menumbuhkan suatu kebanggaan tersendiri diantara kelompoknya (Dariyo, 2004: 89).
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam
menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada
masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu
singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara
psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak
terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya.
bahkan diantara mereka ada yang berstatus pengedar. "Sudah terindikasi seperti itu
(pengguna dan pengedar). Jadi, ada semacam pengkaderan pengguna," ujar Kepala
Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Utara, Brigjen Andi Loedianto
usia SMP sudah terkena. Kemarin ada yang sudah tertangkap saat
razia”.
pukul 14.00 WIB).
“Kepala Badan Koordinasi
Muslim Harahap mengatakan, berdasarkan data tahun 2015 sebanyak 40 persen
remaja di kota Medan sudah melakukan hubunga
penelitian sebuah universitas 40 remaja di kota Medan telah melakukan
nikah," katanya, Sabtu (6/2/2016).Untuk itu,
dengan para kepala sekolah di kota Medan untuk membentuk Pusat Informasi
Konseling (PIK) remaja di setiap sekolah di kota Medan.PIK nantinya akan
memberikan informasi mengenai dampak dari
penggunaan narkoba. “Sekarangkan yang paling ngetren ada tiga penyakit remaja
yang pertama melaksanakan seks sebelum nikah, terlibat narkoba dan ketiga kawin
terlalu muda” katanya.Nantinya para pengurus Pusat Informasi Konseling (PIK)
adalah para siswa yang sebelumnya mendapatkan pelatihan oleh konselor sehingga
mampu memberikan informasi kepada para siswa lainnya dengan bahasa dan metode
yang tepat. Selain mengadopsi seks bebas, penggunaan narkoba dikalangan remaja
telah mengkhawatirkan. Berdasarkan data hampir 200 ribu remaja mengkonsumsi
narkoba yang menjadi penyebab tingginya angka putus sekolah”.
WIB).
Penelitian yang dilakukan oleh Jhoni Sadri menyatakan bahwa kondisi para
memprihatinkan. Banyak para remaja yang sudah melakukan perilaku menyimpang
baik yang mereka sadari maupun yang tidak mereka sadari. Hal ini dapat dibuktikan
tentang remaja yang pernah mencuri sebanyak 45 orang responden (100,00%),
pernah berkelahi sebanyak 31 orang responden (68,89%), pernah berjudi sebanyak
29 orang responden (64,44%), pernah membaca buku-buku cabul atau yang berbau
pornografi sebanyak 42 orang responden (93,33%), pernah menonton VCD porno
sebanyak 45 orang responden (100,00%), pernah menghisap ganja sebanyak 29
orang responden (64,44%), pernah memperjual-belikan narkoba sebanyak 12 orang
responden (26,27%), pernah mencium pasangannya sebanyak 45 orang responden
(100,00%), pernah memeluk pasangannya sebanyak 45 orang responden (100,00%),
melakukan seks bebas sebanyak 18 orang responden (40,00%), remaja putri pernah
hamil kemudian menggugurkan kandungannya sebanyak 3 orang responden
(23,08%), pernah minum-minuman keras sebanyak 30 orang responden (66,67%),
dan terakhir perilaku menyimpang yang sangat tidak patut untuk dilakukan adalah
memperkosa dan membunuh. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kasus
perkosaan dan pembunuhan yang terjadi di kelurahan tersebut.
tanggal 21 Maret 2016 pukul 13.00 WIB).
Kampung Kubur ini dikenal dengan sarang narkoba dan perjudian. Lokasi ini
kerap di gerebek anggota Polri dan TNI. Setiap penggerebekan, petugas kerap
mendapati barang bukti narkoba hingga mesin judi jackpot. Namun, pada awal
Januari 2016, aparat kepolisian, TNI dan Pemko Medan telah menduduki Kampung
Kubur. Petugas juga telah mendirikan 6 posko di lokasi. Polri dan TNI pun
"menyulap" nama Kampung Kubur dengan Kampung Sejahtera. Diharapkan,
Kampung Kubur. Pada tanggal 8 Januari 2016 pernah ditemukan anak usia 10 tahun
sudah positif memakai narkoba di Kampung Kubur. Hal ini menimbulkan dugaan
adanya semacam pengkaderan pengguna narkoba di daerah itu.
2016 pukul 14.30 WIB).
Fenomena pekerja seks komersial atau PSK ABG makin mengkhawatirkan.
Seiring dengan tingginya tuntutan gaya hidup dan kondisi ekonomi yang tidak
mendukung, banyak siswi SMP, SMA bahkan SD yang melacurkan diri. Survei
BKKBN setidaknya bisa dijadikan parameter bahwa kasus ABG yang melacurkan
diri merupakan sebuah fenomena gunung es. Secara nasional sebelumnya survei
menyebut angka diatas 47% siswi SMA telah melakukan persetubuhan atau
kehilangan keperawanannya. Sebagian dari mereka kemudian terjun kedunia
prostitusi. Ada yang pemain tunggal, tapi lebih banyak yang dikelola oleh mucikari
secara profesional. Tarif yang dipatok pun setinggi langit. Para daun muda ini
memasang tarif minimal Rp 1 juta untuk sekali main (short time). Selama Agustus
2015 ini, setidaknya ada tiga kasus pelacuran ABG di Medan yang berhasil diungkap
polisi, yakni kasus jual perawan siswi kelas dua SMP warga jalan Sibolga, Medan
perjuangan oleh Polsek Medan Timur. Lalu kasus jual perawan siswi SMA warga
jalan Eka Budi Medan Johor oleh Polresta Medan dan praktik jual diri siswi SMA
disalah satu hotel jalan Adam Malik oleh Polda SUMUT.
21 Maret 2016 pukul 15.00 WIB).
Perilaku menyimpang remaja di Kampung Kubur saat ini berada pada kondisi
masyarakat. Dari mulai memikirkan, mencegah dan mengatasi masalah- masalah
mereka, mengingat remaja- remaja merupakan generasi penerus bangsa. Merekalah
yang akan menggantikan generasi sebelumnya untuk mengisi pembangunan
selanjutnya. Kita bisa membayangkan bagaimana kelak kondisi masyarakat, negara
dan bangsa apabila remaja- remaja yang diharapkan menjadi generasi penerus
bangsa malah menjadi generasi yang bermasalah.
Fenomena remaja yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti di Kampung Kubur. Mengingat Kampung Kubur merupakan sarang narkoba
dan perjudian. Narkoba dan perjudian erat kaitannya dengan prostitusi. Dengan
mengatasi faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang remaja
diharapkan penelitian ini bisa membantu menganalisis gejala- gejala abnormal pada
remaja untuk berikutnya dilakukan upaya pencegahan dan penyelesaian masalahnya,
mengingat masalah remaja merupakan tanggung jawab kita sebagai anggota
masyarakat. Untuk itu peneliti mengangkat judul sebagai berikut: “Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Remaja di Kampung Kubur Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraiakan diatas, maka dapat
diambil perumusan masalah yaitu: “Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi
perilaku menyimpang remaja di Kampung Kubur Kelurahan Petisah Tengah
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang
mempengaruhi perilaku menyimpang remaja di Kampung Kubur Kelurahan Petisah
Tengah Kecamatan Medan Petisah.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam rangka:
1. Secara pribadi, untuk menerapkan ilmu yang diperoleh sebagai mahasiswa
FISIP USU serta menambah wawasan bagi penulis.
2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan lebih
lanjut dan sebagai langkah awal untuk penelitian-penelitian berikutnya.
3. Membantu menganalisis gejala-gejala abnormal pada remaja untuk
berikutnya dilakukan upaya pencegahan dan penyelesaian masalah
penyimpangan pada remaja.
1.4Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan ini adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian,
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran umum tentang lokasi penelitian.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian
dan analisinya.
BAB VI : PENUTUP