• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan UU No 5 2014 Tentang Rekrutmen Aparatur Sipil Negara di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Kebijakan UU No 5 2014 Tentang Rekrutmen Aparatur Sipil Negara di Kota Medan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Instansi pemerintah secara berkala menyelenggarakan rekrutmen dan seleksi pegawai agar pelayanan kepada publik tidak terhambat. Selanjutnya diselenggarakannya rekrutmen mengemban keinginan-keinginan tertentu agar organisasi tetap eksis seperti yang disampaikan Siagian (1994:100-102) ”untuk mendapatkan persediaan sebanyak mungkin calon-calon pelamar sehingga organisasi akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk melakukan pilihan terhadap calon pegawai yang dianggap memenuhi standar kualifikasi organisasi”.

(2)

Dalam pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan moral dan etikanya". Instansi pemerintah secara berkala menyelenggarakan rekrutmen dan seleksi pegawai agar pelayanan kepada publik tidak terhambat. Selanjutnya diselenggarakannya rekrutmen mengemban keinginan-keinginan publik yang baik. Untuk mendukung tujuan ini diperlukan suatu sistem rekrutmen dan seleksi CPNS yang baik dan tepat sebagai suatu proses berkelanjutan dari manajemen sumber daya manusia aparatur.

Menurut Effendi, setidaknya ada tiga isu strategis yang berkaitan dengan rekrutmen dan seleksi pegawai di lingkungan birokrasi pemerintah. Pertama, perencanaan dan penetapan formasi PNS sering tidak sesuai dengan kebutuhan masing-masing instansi. Kedua, adanya perbedaan standar kelulusan dan kriteria penerimaan dalam proses seleksi CPNS. Ketiga, adanya kepentingan untuk selalu meningkatkan jumlah PNS setiap tahunnya Penyelenggaraan rekrutmen pegawai masih belum terbebas dari berbagai permasalahan yang hingga kini masih belum terselesaikan. Dalam prakteknya permasalahan rekrutmen dan seleksi CPNS seolah tak pernah usai padahal berbagai perbaikan telah dilakukan. Walaupun pelaksanaan rekrutmen dan seleksi CPNS dilakukan dari tahun ke tahun, tetap saja dinilai tidak memuaskan berbagai pihak.

(3)

informasinya masih kurang. Pencantuman informasi lowongan masih hanya sebatas nama formasi dan kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan, tanpa mencantumkan uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan diisi , termasuk kondisi kerja dan resiko pekerjaan, agar calon pelamar benar-benar mengerti kompetensi seperti apa yang diperlukan dan butuh untuk mereka siapkan. Pelaksanan ujian seleksi juga masih menggunakan sistem manual yang beresiko tinggi seperti kebocoran soal dan kecurangan dalam pengoreksian jawaban, serta cenderung merupakan proses yang berbiaya tinggi. Demikian pula dalam penentuan calon-calon yang lolos tes seleksi, masih didapat instansi (terutama instansi daerah) yang keputusannya dipolitisasi, meskipun sudah bekerja sama dengan perguruan tinggi sebagai lembaga independen dalam melaksanakan ujian dan pengoreksian hasilnya.

Dalam pelaksanaan rekrutmen Aparatur Sipil Negara diharapkan dapat lebih transparan, lebih profesionalisme, adil, dan mengutamakan kualitas tanpa adanya kolusi dan nepotisme dari orang dalam yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan maupun peraturan pemerintah yang berlaku.

Berdasarkan pada uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti dengan judul adalah :

“Implementasi Kebijakan UU No 5/2014 Tentang Rekrutmen Aparatur Sipil Negara di Kota Medan’’

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkanuraiandiatasmakapenulisdalam

(4)

“Bagaimana Implementasi Kebijakan UU No 5/2014 Tentang Rekrutmen Aparatur Sipil Negara di Kota Medan’’.

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam proses penyelenggaraanya. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi kebijakan UU No 5/2014 tentang rekrutmen aparatur sipil negara di kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diambil daripenelitianiniadalah: 1. Manfaat secara ilmiah

Untuk menambah pengetahuan daninformasi serta bahan referensi untuk penelitian berikutnya.

2. Manfaat secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi terhadap pemecahan permasalahan yang ada.

3. Manfaatsecaraakademis

Sebagai tahap dalam mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dan sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan Strata Satu Departemen Ilmu Administrasi Negara.

1.5 Implementasi Kebijakan Publik

(5)

yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah.Walaupun disadari bahwa kebijakan publik dapat dipengaruhi oleh para aktor dan factor pemerintah dari luar pemerintah. Kebijakan public dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat oleh pejabat atau badan pemerintah dalam bidang tertentu,misalnya bidang pendidikan, politik, ekonomi, pertanian, industri, pertahanan ,dan sebagainya.

Menurut Dye (1981:1) Kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan. Definisi kebijakan publik dari Dye tersebut mengandung makna bahwa (1) kebijakan public tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta (2) kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah.

1.5.1 Pendekatan dalam Studi Kebijakan Publik

Menurut Hughes (1994: 145) Dalam studi kebijakan publik terdapat dua pendekatan, yakni : pertama dikenal dengan istilah analisis kebijakan, dan kedua kebijakan publik politik. Pada pendekatan pertama, studi analisis kebijakan lebih terfokus pada pembuatan keputusan dan penetapan kebijakan dengan menggunakan model-model statistik dan matematika yang canggih. Sedangkan pada pendekatan kedua, lebih menekankan pada hasil dan outcome dari kebijakan public dari pada penggunaan metode statistik,dengan melihat interaksipolitik sebagai factor penentu, dalam berbagai bidang, seperti kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan lingkungan.

(6)

diambilbenar-benarrasionalmenurut pertimbangan untung rugi. Keputusan yang diambil adalah keputusan yang memberikan manfaat bersih paling optimal.

1.5.2 Proses Kebijakan Publik

Menurut Dunn (2003:89) Proses analisis kebijakan public serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut Nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan.

Dalam penyusunan agenda kebijakan ada tiga kegiatan yang perlu di lakukan yakni;

1) Membangun persepsi dikalangan stakeholders bahwa sebuah fenomena benar-benar dianggap sebagai masalah. Sebab bisa jadi suatu gejala oleh sekelompok masyarakat tertentu dianggap masalah, tetapi oleh sebagian masyarakat yang lain atau elite politik bukan dianggap.

2) Membuat batasan masalah

3) Memobilisasi dukungan agarmasalahtersebutdapatmasukdalam agendapemerintah.Memobilisasidukunganini dapat dilakukan dengan cara mengorganisir kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat, dan kekuatan-kekuatan politik, publikasimelalui media massa dan sebagainya.

(7)

membangun dukungan dan melakukan negoisasi,s ehingga sampai pada sebuah kebijakan yang dipilih.

Tahap selanjutnya adalah implementasi kebijakan.Pada tahap ini perlu dukungan sumberdaya, dan penyusunan organisasi pelaksana kebijakan. Dalam proses implementasi sering ada mekanisme insentif dan sanksi agar implementasi suatu kebijakan berjalan dengan baik.

Daritindakankebijakanakandihasilkan kinerja dan dampak kebijakan, dan proses selanjutnya adalah evaluasi terhadap implementasi, kinerja, dan dampak kebijakan.Hasil evaluasi ini bermanfaat bagi penentuan kebijakan baru di masa yang akan datang, agar kebijakan yang akan datang lebih baik dan lebih berhasil. Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah yang telah dirancang atau didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.

Implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan keputusan diantara pembentukan sebuah kebijakan seperti halnya pasal-pasal sebuah undang-undang legislatif, pengeluaran sebuah peraturan eksekutif, pelolosan keputusan pengadilan, atau keluarnya standar peraturan dan konsekuensi dari kebijakan bagi masyarakat yang mempengaruhi beberapa aspek kehidupannya.Jika kebijakan diambil secara tepat,maka kemungkinan kegagalan pun masih bisa terjadi, jika proses implementasi tidak tepat.

(8)

olehorganisasi public yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan- keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.

1.5.3 Model-model Implementasi Kebijakan • Model impelentasi dari George Edwards III

Dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni (Subarsono,2005:90) :

1. Komunikasi

Secara umum edwards membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi kebijakan, yakni:

a. Transmisi

(9)

kebijakan. Hal ini terjadi karena para pelaksana menggunakan keleluasaannya yang tidak dapat mereka elakkan dalam melaksanakan keputusan-keputusan dan perintah-perintah umum. Kedua, informasi melewati berlapis-lapis hirarki. Ketiga, persepsi yang efektif dan ketidakmauan para pelaksana untuk mengetahui persyaratan-persyaratan suatu kebijakan.

b. Konsistensi

Jika implementasi ingin berlangsung efektif, maka perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Walaupun perintah tersebut mempunyai unsur kejelasan, tetapi bila perintah tersebut bertentangan maka perintah akan memudahkan para pelaksana kebijakn menjalankan tugasnya dengan baik.

c. Kejelasan

Edwards mengidentifikasikan enam faktor terjadinya ketidakjelasan komunikasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut adalah kompleksitas kebijakan, keinginan untuk tidak menganggu kelompok-kelompok masyarakat, kurangnya konsensus mengenai tujuan kebijakan, masalah-masalah dalam memulai suatu kebijakan baru, menghindari pertanggungjawaban kebijakan, dan sifat pembuatan kebijakan pengadilan.

2. Sumber Daya

(10)

daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, informasi, fasilitas dan sumber daya finansial.

3. Disposisi (kecendrungan atau tingkah laku)

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi dengan baik, maka dia akan dapat menjalankan kabijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memilki sifat atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi efektif.

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi yang mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operting procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementasi dalam bertindak.

(11)

Gambar 1.1: Gambar Teori George Edward 1.5.4 Sumber Daya Aparatur

1.5.4.1 Sumber Daya Manusia

(12)

mental dalam pelaksanaan pembangunan.Sedangkan aspek kuantitas mencakup jumlah sumber daya manusia yang tersedia.

Sumber Daya Manusia yang besar hanya akan berguna dan bermanfaat bilamana mereka benar-benar dapat mengabdikan dirinya dan berkarya besar untuk mengisi perjuangan kemerdekaan dengan pembangunan.

1.5.4.2 Pengertian Sumber Daya Aparatur

Secara umum aparatur dapat diartikan sebagai alat “negara” namun ada juga yang beranggapan bahwa aparatur diartikan sebagai “pegawai negeri” yang mengandung pengertian sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara pada pasal 1 ayat 2 berbunyi :

Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(13)

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa sumber daya aparatur merupakan sesuatu yang dimiliki seorang pegawai yang berkemampuan untuk melakukan pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya. Sumber daya aparatur merupakan faktor penting untuk meningkatkan kinerja suatu pemerintahan .Untuk itu sumber daya aparatur perlu dikelola melalui pemberian pendidikan dan pelatihan yang diterapkan oleh pemerintah, untuk mengembangkan sumber daya

1.5.4.3 Proses Pengadaan Sumber Daya Aparatur Pemerintahan Kota.

Menurut Wursanto (1989) Landasan hukum pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah pasal 16 UU no 8 Tahun 1974`tentang pengadaan PNS. Pasal 1 ayat 1 Peraturan pemerintahan no 6 tahun 1976 antara lain merumuskan pengertian pengadaan Pegawai Negeri Sipil sebagai proses kegiatan untuk mengisi formasi yang lowong. Kegiatan tersebut meliputi :

a) Perencanaan

Dalam perencanaan ditentukan yang harus dipenuhi , kapan pengadaan Pegawai Negeri Sipil itu diadakan dan siapa yang diberi tugas dalam pengadaan pegawai itu .

b) Pengumuman lowongan kerja ,antara lain mencatumkan :

• Jumlah dan jenis lowongan

• Syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar

• Alamat tempat lamaran di tujukan

(14)

• Lain-lain hal yang dipandang perlu

c) Seleksi administratif

Setiap lamaran yang masuk harus diseleksi, apakah lamaran itu memenuhi syarat/persyaratan yang telah diterapkan.

d) Pemanggilan pelamar

Pelamar yang memenuhi syarat (lulus dari seleksi administratif) dipanggil. Dalam surat panggilannya hendaknya ditentukan kapan, dimana, dan kepada siapa pelamar harus melaporkan diri, dan ketentuan-ketentuan yang lain dianggap perlu.

e) Ujian

Ujian dapat dilakukan secara tertulis dan secara lisan tergantung pada tujuan dan jumlah pelamar. Untuk menjamin objektivitas dan kecepatan dalam pelaksanaan, ujian di selenggarakan secara tertulis, sehingga dapat diikuti oleh lebih banyak pelamar secara serentak.

f) Pengumuman hasil ujian

Nama peserta ujian yang dinyatakan lulus disusun oleh panitian ujian dalam suata daftar berdasarkan nomor urut lulus. Kemudian pejabat yang akan di terima berdasarkan nomor urut lulus .

g) Pengangkatan

(15)

• Pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil • Penghasilan

• Masa percobaan

• Masa Pengangkatan sebagai Pegawai Negeri Sipil.

1.5.4.4 Rekrutmen Aparatur Sipil Negara menurut UU no 5/2014.

Rekrutmenmerupakanserangkaianaktivitasuntukmencaridanmemikatpelama r kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang di perlukan guna menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian .Rekrutmen dapat juga dilakukan untuk menambah pegawai baru kedalam suatu satuan kerja yang kegiatannya semakin menuntut aktivitas yang tinggi .Mengingat sangat pentingnya proses rekrutmen/penarikan bagi organisasi Pemerintahan diharapkan dengan adanya proses rekrutmen yang baik dan efektif berdampak bagi perkembangan organisasi kedepannya untuk memperoleh sumberdaya manusia yang berkuliatas.

(16)

kabupaten dan pemerintah kota,maka PNS/ASNp ada daerah-daerah tersebut mengerti benar keinginan dan harapan masyarakat setempat. Ketiga, PNS harus mampu mengelola pemerintahan. Artinya pelayanan pada pemerintah merupakan fungsi utama PNS. Setiap kebijakan yang diambil pemerintah harus dapat dimengerti dan dipahami oleh setiap PNS sehingga dapat dilaksanakan dan disosialisasikan sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut.Dalam hubungan ini maka manajemen dan administrasi PNS harus dilakukan secara terpusat, meskipun fungsi- fungsi pemerintahan lain telah diserahkan kepada pemerintah kota

dan pemerintah kabupaten dalam rangka otonomi daerah yang diberlakukan saat ini.

(17)

persyaratan. Pasal 62(1) Penyelenggaraan seleksi pengadaan PNS oleh Instansi Pemerintah melalui penilaian secara objektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan lain yang dibutuhkan oleh jabatan. (2) Penyelenggaraan seleksi pengadaan PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 3 (tiga) tahap, meliputi seleksi administrasi, seleksi kompetensi dasar, dan seleksi kompetensi bidang. Pasal 63 (1) Peserta yang lolos seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 diangkat menjadi calon PNS. (2) Pengangkatan calon PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian. (3) Calon PNS wajib menjalani masa percobaan.

(18)
(19)

berpindah antar dan antara Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrasi, dan Jabatan Fungsional di Instansi Pusat dan Instansi Daerah berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan penilaian kinerja. (5) PNS dapat diangkat dalam jabatan tertentu pada lingkungan instansi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. (6) PNS yang diangkat dalam jabatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (5), pangkat atau jabatan disesuaikan dengan pangkat dan jabatan di lingkungan instansi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pangkat, tata cara pengangkatan PNS dalam jabatan, kompetensi jabatan, klasifikasi jabatan, dan tata cara perpindahan antar Jabatan Administrasi dan Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

1.6 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menjabarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainnya.

(20)

bahwasannya implementasi kebijakannya di pengaruhi oleh empat faktor,yaitu : • Komunikasi : implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran –

ukuran dan tujuan – tujuan kebijakan dipahami oleh individu yang bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan kebijakan.

• Sumber Daya : konsisten impelemtasi program dan bagaimana akuratnyakomunikasi dikirim, jika personal yang bertanggung jaawab untuk melaksanakan program kekurangan sumber daya dalam melakukan tugasnya. • Disposisi : efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap

implementor, jika implementor setuju dengan bagian – bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan bagian – bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuatan kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah .

Gambar

Gambar 1.1: Gambar Teori George Edward

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang dapat dirumuskan suatu permasalahan bagaimana dapat mendesain bangunan yang menggunakan struktur baja dengan metode SRMPK untuk mendapatkan penampang

Pupuk organik yang diberikan pada percobaan ini memberikan pengaruh kuadratik terhadap bobot buah per petak, estimasi bobot buah per hektar dan hasil panen relatif,

IPSec melakukan enkripsi terhadap data pada lapisan yang sama dengan protokol IP dan menggunakan teknik tunneling untuk mengirimkan informasi melalui jaringan Internet atau dalam

Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemda Kecamatan Tanjung Priok Menurut Jenis Kepegawaian, 2014. The Number of Civil Servant at Tanjung Priok’s District According to Kind

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ryanni (2013) tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak oleh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar dikantor pelayan

Persimpangan tiga lengan di jalan Ya’m Sabran dan jalan Panglima Aim merupakan salah satu lokasi yang sering terjadi kemacetan akibat perpotongan arus lalu

Ayat tersebut memberikan dasar pemikiran bahwa segala sesuatu yang akan diatur harus mengacu pada Undang-Undang Dasar dan Peraturan-peraturan lainnya. Upaya pemerintah

[r]