• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomena Brain Drain Skill Migration di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Fenomena Brain Drain Skill Migration di"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

FENOMENA BRAIN DRAIN (SKILL MIGRATION) DI INDONESIA : ANALISIS DETERMINAN DAN SOLUSI PERMASALAHAN

Ditulis oleh :

Mohammad Zeqi Yasin (041311133128)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

i DAFTAR ISI

Sampul ... i

Daftar Isi ... ii

Abstrak ... iii

BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penulisan ... 5

1.4 Manfaat Penulisan ... 5

BAB II : Kajian Teori 2.1 Migrasi Internasional ... 6

2.2 Brain Drain ... 7

BAB III : Metode Penulisan 3.1 Teknik Penulisan ... 9

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 9

3.3 Teknik Pengolahan Data ... 10

BAB IV : Pembahasan 4.1 Keadaan Umum Brain Drain di Indonesia ... 11

4.2 Solusi Permasalahan Brain Drain di Indonesia ... 14

BAB V : Penutup 5.1 Kesimpulan ... 20

5.2 Saran ... 21

(3)

ii FENOMENA BRAIN DRAIN (SKILL MIGRATION) DI INDONESIA :

ANALISIS DETERMINAN DAN SOLUSI PERMASALAHAN Mohammad Zeqi Yasin

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran terjadinya migrasi terutama migrasi skil (brain drain) di Indonesia berdasarkan determinan dan data empiris yanga ada. Selain itu, tulisan ini juga bertujuan untuk mengetahui solusi yang telah diterapkan oleh negara-negara yang telah berhasil dalam mengatasi brain drain seperti Cina, Rusia, dan India. Berdasarkan data dan referensi yang ada, ditemukan bahwa motivasi terbesar penduduk melakukan mograsi adalah pendidikan. Kemudian dari motif pendidikan tersebut menimbulkan keadaan brain drain yang determinannya di Indonesia terdiri dari dua sisi (bipolar) yakni faktor pendorong yang seperti rendahnya alokasi pemerintah untuk riset dan teknologi dan faktor penarik yakni tingginya alokasi negara lain dalam mengalokasikan dana untuk riset dan teknologi. Permasalahan brain drain tersebut telah dialami negara-negara seperti Cina, Rusia, dan India. Namun, ketiga negara tersebut telah berhasil mengatasi brain drain yang merugikan dan mengubahnya menjadi brain gain yang menguntungkan melalui beberapa solusi yang diterapkan. Adanya keberhasilan negara tersebut diharapkan dapat dijadikan contoh oleh Indonesia dalam mengatasi brain drain di Indonesia tentu dengan beberapa penyesuaian mengingat terdapat perbedaan yang bersifat mendasar dan rigid untuk dirubah diantara beberapa negara tersebut seperti sistem pemerintahan. Oleh karena itu, dengan penyesuaian, solusi yang telah dilakukan dapat diterapkan oleh negara lain yang mengalami brain drain terutama Indonesia.

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar yakni mencapai 251 juta pada tahun 2013 (CIA World Factbook, 2013). Besarnya jumlah penduduk tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap intensitas pembangunan suatu negara mengingat penduduk (dalam hal ini tenaga kerja) merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan untuk pembangunan negara. Adanya kenyataan tersebut tentu perlu diperhatikan oleh pemerintah mengingat jumlah penduduk suatu negara dapat berubah yakni secara umum karena kelahiran, kematian, dan migrasi. Jika kelahiran dan kematian hanya akan terjadi secara domestik (di dalam suatu negara saja), maka migrasi dapat terjadi secara domestik dan internasional mengingat adanya perpindahan penduduk dari luar negeri ke dalam negeri, vice versa.

(5)

2 Grafik 1.1 : Proporsi Migrasi Penduduk ke Negara-Negara Maju (Amerika Serikat, Canada, Australia, dan OECD) Tahun 2000

Berdasarkan grafik diatas, proporsi terbesar migrasi internasional terjadi di wilayah Asia yakni sebesar 58 persen, negara-negara di wilayah Afrika mencapai 30 persen, sedangkan negara-negara lain seperti Amerika Tengah, Caribian, dan Amerika Selatan mencapai 12 persen. Tingginya jumlah migrasi dari wilayah Asia tersebut berarti input outflow di Asia juga tinggi termasuk Indonesia.

Adanya migrasi internasional penduduk yang berarti migrasi faktor produksi tentu menjadi permasalahan bagi suatu negara. Permasalahan tersebut apabila faktor produksi yang secara umum terdiri dari capital dan labour berpindah dari suatu negara ke negara lain. Sehingga adanya perpindahan tersebut akan mengurangi aset suatu negara dalam melakukan proses produksi. Hal ini terlihat bahwa berdasarkan data Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2000 migrasi internasional untuk wilayah Asia (termasuk Indonesia) ke negara Amerika Serikat telah mencapai 59 persen. Adanya hal tersebut berarti sebanyak 59 persen faktor produksi berupa tenaga kerja telah berpindah ke Amerika Serikat.

Apabila dilihat lebih mendalam, faktor migrasi dapat terbagi menjadi beberapa kriteria yakni migrasi berupa migrasi tenaga kerja unskilled labour dan skilled labour (OECD, 2011). Pada migrasi unskilled labour biasa terjadi pada penduduk

(6)

3 yang berpendidikan rendah (biasa disebut dengan Tenaga Kerja Indonesia/Wanita (TKI/TKW)), sedangkan migrasi skilled labour atau migrasi penduduk yang memiliki skill biasa disebut dengan brain drain. Pada migrasi unskilled labour yang selama ini terjadi di wilayah pedesaan memang cukup sulit untuk dihindari mengingat tingginya jumlah penduduk di pedesaan sedangkan lapangan pekerjaan minim terutama bagi para kaum wanita. Sehingga arus migrasi unskilled labour sulit dihindari. Selain itu, adanya TKI/TKI di Indonesia sangat menguntungkan. Hal ini terlihat pada jumlah remmitance yang mengalami kenaikan pada tahun 1983 hingga 2005.

Grafik 1.2 : Jumlah Pengiriman Uang oleh Para TKI/TKW (Remmitance) di Luar Negeri Tahun 1983 - 2005

Berdasarkan gambar diatas, terjadi tren naik untuk tingkat pengiriman uang dari para TKI dan TKW pada tahun 1983 hingga tahun 2005. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi negara. Sedangkan sebaliknya, migrasi pada tenaga kerja yang memiliki skill yakni meliputi hijrahnya para ilmuan, akademisi, dan peneliti ke negara lain karena ketidakmampuan suatu negara menyediakan fasilitas research and development (RnD) menuju negara-negara maju yang mampu menyediakan kebutuhan mereka.

(7)

4 Adanya arus brain drain yang terjadi di negara-negara Asia terutama Indonesia dapat terlihat pada data Dynamic Laboratory Manual (DLM) tahun 2009 yang menyatakan bahwa Indonesia termasuk dalam 10 negara terbesar yang berkontribusi dalam arus brain drain ke negara-negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Australia, dan negara-negara OECD.

Tabel 1.1 : Tingkat Brain Drain 10 Negara Terbesar Berdasarkan Proporsi Usia Tahun 2007

Berdasarkan tabel diatas, secara agregat pada semua usia Indonesia berada di posisi ke sembilan sebagai negara yang berkontribusi pada migrasi penduduk ke luar negeri. Sedangkan untuk usia-usia ideal dalam pendidikan lanjut yakni 18 tahun keatas masih cukup tinggi yakni 4,4 persen (Rate 18+ ditambah dengan 22+). Selain pada data diatas, kenyataan bahwa arus brain drain di Indonesia masih tinggi adalah terlihat secara implisit bahwa alokasi riset dan teknologi tidak pernah mencapai 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) (Faiz, 2007). Sehingga cukuplah para ilmuan, akademisi, dan pelajar lebih tertarik pada negara lain yang mampu mengalokasikan anggaran yang lebih besar di bidang riset dan teknologi.

Adanya kenyataan bahwa tingginya arus migrasi skil (brain drain) di Indonesia tersebut merupakan urgensi penulis dalam menganalisis penyebab-penyebab, motif, dan trend tujuan migrasi secara lebih rinci. Selain itu, diperlukan suatu analisis solusi yang diterapkan oleh beberapa negara yang telah berhasil merubah brain drain menjadi reversed brain drain (brain gain) seperti Rusia,

(8)

5 Cina, dan India. Sehingga diharapkan adaptasi solusi tersebut dapat diterapkan di Indonesia untuk kemudian mengubah brain drain yang merugikan menjadi brain drain yang menguntungkan bagi negara.

1.2Rumusan Masalah

1. Bagaimana Keadaan Arus Brain Drain di Indonesia?

2. Bagaimana Implementasi Solusi dalam Mengatasi Brain Drain di Indonesia?

1.3Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Keadaan Arus brain drain di Indonesia

2. Mengetahui implementasi solusi negara lain yang telah berhasil mengatasi brain drain untuk diterapkan di Indonesia.

1.4Manfaat Penulisan 1. Penulis

Sebagai media penelitian dan penajaman konsep teoritis sehingga mampu mengimplementasikan dalam kajian penelitian dan teknik

2. Pembaca

Sebagai bahan referensi yang berkaitan dengan penyebab brain drain di Indonesia serta solusi yang dapat diterapkan.

3. Pemerintah dan instansi lainnya

(9)

6 BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Migrasi Internasional

2.1.1 Pengertian Migrasi Internasional

Terdapat beberapa pengertian dari migrasi, terutama migrasi internasional yakni,

1. United Nation Development Programme, HDI Report 2009

Pengertian migrasi internasional adalah proses perpindahan manusia melewati batas negara dalam kurun waktu lebih dari satu tahun

2. Massey (1993)

Secara fundamental, migrasi merupakan perpindahan dari satu lokasi ke lokasi lain

Dari beberapa definisi yang ada tersebut, timbul beberapa perbedaan pendapat tentang lama waktu seseorang melakukan suatu migrasi. Sehingga seseorang dapat dikatakan bermigrasi jika lama waktu ia berpindah ke suatu tempat dalam waktu satu tahun, misalnya (Jennisen). Selain itu, perpindahan ke suatu tempat belum dapat dikatakan bermigrasi jika belum melewati batas negara (Lucas, 1997).

Selain perbedaan definisi yang ada, ada pula pertimbangan dari beberapa aspek yang ada, yakni,

1. Aspek Spasial

United Nation Development Programme (UNDP) dari HDI Report menyatakan bahwa aspek temporal tidak masuk dalam migrasi sehingga tidak semua yang melintasi batas negara adalah imigran, melainkan penentuan imigran atau tidak ditentukan melalui waktu.

2. Aspek Durasi Waktu

(10)

7 2.1.2 Determinan Migrasi Internasional

Faktor yang mempengaruhi migrasi internasional menurut Laborsta (2010) adalah terbagi menjadi dua yakni faktor ekonomi dan non-ekonomi. Faktor ekonomi erat kaitannya dengan preferensi pendapatan di negara tujuan yang lebih terjamin sedangkan faktor non-ekonomi berhubungan dengan pengungsi, familiy unification¸dan lain-lain. Sedangkan menurut penelitian Inayati dkk (2012) faktor yang menentukan migrasi internasional adalah ekonomi, sosial, lingkungan, pendidikan, dan politik. Selain itu, Jennisen (2004) lebih menspesifikkan determinan dari migrasi internasional pada aspek motif, yakni motif ekonomi yang meliputi pendapatan dan pekerjaan, serta motif non-ekonomi yang meliputi kemungkinan deportasi.

Tabel 2.1 : Matriks Determinan Migrasi Internasional

2.2 Brain Drain (Migrasi Skil) 2.2.1 Pengertian Brain Drain

Pengertian brain drain terdiri dari beberapa jenis yakni,

1. David Hart (2006)

(11)

8 yang jika mereka tinggal maka sebenarnya dapat berkontribusi untuk pembangunan negara

2. Dugger (2005)

Brain drain merupakan migrasi yang dilakukan oleh para kalangan kelas menengah dan profesional meliputi pelajar, pekerja bidang kesehatan, ilmuan, teknisi, profesor, dan penggagas politik

3. Kapur dan McHale (2005)

Fenomena brain drain tidak hanya terjadi di negara berkembang saja, tetapi di negara maju. Hal ini berkaitan dengan tingkat persaingan antarnegara-negara maju.

2.2.2 Dampak Brain Drain bagi Negara Asal

Adanya migrasi para ilmuan, pelajar, dan akademisi tersebut tentu sangat berpengaruh bagi suatu negara. Dampak yang ditimbulkan diantaranya :

a. Dampak Negatif

Adanya migrasi penduduk berskil tinggi tentu sangat merugikan bagi pembangunan negara asal. Bahkan, negara tujuan akan lebih sangat diuntungkan dengan adanya imigran berskil tinggi yang datang karena akan ada aliran ilmu pengetahuan yang lebih besar yang terjadi di negara tujuan yang implikasinya adalah untuk ilmu pengetahuan.

Selain itu, adanya brain drain juga semakin meningkatkan keterbelakangan bagi negara yang sudah kekurangan tenaga kerja terdidik karena adanya pelajar yang sudah memiliki skill yang tinggi di suatu negara justru pelajar tersebut pindah ke negara lain bahkan tidak kembali dan mengembangkan karir keilmuannya di negara tersebut. b. Dampak Positif

(12)

9 BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Jenis Penulisan dan Pendekatan Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini juga digunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data-data deskriptif, yang meliputi kata-kata tertulis atas objek penulisan yang sedang dilakukan yang didukung oleh studi literatur berdasaran pengalaman kajian pustaka, baik berupa data penulisan maupun angka yang dapat dipahami dengan baik. Disamping itu, pendekatan kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama serta pola-pola nilai yang dihadapi di lapangan.Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penulisan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

3.2 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penulisan ini adalah data sekunder, yaitu sumber data penulisan yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter), baik yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan. Metode pengumpulan data yang digunakan didalam penulisan ini adalah dengan metode:

 Kepustakaan

(13)

10  Dokumenter

Studi dokumentasi dilakukan dengan jalan membaca laporan-laporan penulisan sebelumnya serta artikel yang diakses dari internet, buku maupun jurnal yang sesuai dengan permasalahan.Pada metode ini penulis hanya memindahkan data yang relevan dari suatu sumber atau dokumen yang diperlukan.

3.3 Teknik Pengolahan Data

Input : Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder yang berasal dari jurnal penelitian dan hasil survei baik cetak maupun elektronik (internet), literatur buku maupun dari situs-situs koran online.

Proses : menganalisis data yang terkumpul yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam karya tulis

(14)

11 BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Arus Brain Drain di Indonesia

Keadaan umum brain drain di Indonesia digambarkan melalui dua aspek yakni determinan atau faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya brain drain di Indonesia serta analisis statis brain drain melalui data-data empiris yang ada yang berhubungan dengan brain drain.

4.1.1 Determinan Arus Brain Drain di Indonesia

Faktor yang mempengaruhi adanya brain drain di Indonesia sebenarnya disebabkan karena faktor bipolar yakni faktor pendorong dan penarik. Faktor pendorong yakni berasal dari negara asal misalnya rendahya alokasi Produk Domestik Bruto (PDB) untuk sektor riset dan teknologi sehingga mengakibatkan banyaknya penelitian ilmuan yang tidak tertampung yang kemudian mereka memutuskan untuk hijrah ke negara yang mampu menampung penelitiannya. Sedangkan pada faktor penariknya adalah adanya fasilitas penelitian negara lain yang jauh lebih memadai dan alokasi dana yang besar untuk riset dan teknologi sehingga banyak menarik para ilmuan untuk ke negara tersebut.

(15)

12 Grafik 4.1 : Alokasi Research and Development dalam PDB Indonesia Tahun 2000-2010

Berdasarkan grafik 4.1, terlihat bahwa alokasi bidang riset dan teknologi di Indonesia masih sangat rendah dan tidak pernah mencapai 1 persen. Rendahnya alokasi tersebut menggambarkan bahwa perhatian pemerintah pada dunia riset dan teknologi masih rendah. Akibatnya adalah banyaknya para ilmuan, akademisi yang berhijrah ke negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Jerman, Australia, dan negara OECD.

Adanya permasalahan yang terjadi dari segi alokasi PDB tersebut sebenarnya dapat diatasi oleh pemerintah mengingat penentuan PDB juga dilakukan oleh pemerintah. Namun, adanya permasalahan multidimensional yang bersifat trade off juga terkadang menjadi kendala dalam peningkatan alokasi bidang riset dan teknologi, misalnya jika pemerintah meningkatkan alokasi di bidang riset dan teknologi, maka pemerintah harus mengurangi alokasi sektor lainnya, misalnya untuk kesehatan, sehingga akan berdampak secara makro. Selain itu, ketidakmerataan tingkat pendidikan ataupun kapabilitas dalam memanfaatkan fasilitas riset dan teknologi juga akan menjadikan sentralisasi dalam bidang tersebut yang dampaknya adalah semakin besarnya ketimpangan kapabilitas para akademisi, pelajar, maupun ilmuan di wilayah-wilayah.

(16)

13 Adanya fenomena brain drain secara umum dilatarbelakangi oleh migrasi bermotif pendidikan. Hal ini dapat terlihat pada motif dilakukannya brain drain di Indonesia berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2012.

Grafik 4.2 : Motif Migrasi Internasional Penduduk Indonesia Tahun 2012.

Adanya kenyataan bahwa tingginya motif pendidikan untuk bermigrasi semakin meyakinkan bahwa fenomena brain drain di Indonesia semakin tinggi. Meskipun faktor-faktor lain seperti ekonomi juga terjadi, tetapi aspek ekonomi dapat pula terjadi pada unskilled labour atau para TKI/TKW yang masih mau untuk kembali ke negara asal.

Sedangkan dari segi proporsi usia, brain drain terjadi dari beberapa usia yang ada yakni usia 0 hingga 12 tahun (0+), 12 hingga 18 tahun (12+), 18 hingga 22 tahun (18+), dan 22 tahun keatas (22+).

Grafik 4.3 : Proporsi Usia Migrasi Internasional dari Indonesia Tahun 2007 Sumber : Inayati dkk, 2012

(17)

14 Berdasarkan grafik diatas, proporsi paling besar untuk migrasi internasional yang terjadi di Indonesia adalah pada usia 0 hingga 12 tahun. Namun, jika dilihat berdasarkan usia penduduk yang menempuh pendidikan lanjut yakni diatas 18 tahun, maka proporsi penduduk yang bermigrasi adalah sebesar 44 persen. Sehingga hampir setengah penduduk yang bermigrasi tersebut merupakan usia yang sedang menempuh pendidikan ataupun sudah menjadi ilmuan dan akademisi. Sedangkan secara global, proporsi brain drain yang terjadi di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) dapat dilihat pada grafik 4.4

Grafik 4.4 : Proporsi Brain Drain Asia Tenggara Tahun 2007

Grafik diatas menjelaskan bahwa negara tujuan yang paling dominan untuk penduduk Asia Tenggara (termasuk Indonesia) adalah Amerika Serikat yakni sebesar 61 persen. Adanya dominasi tersebut mengingat Amerika Serikat masih menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi yang besar serta PDB yang tinggi. Sehingga Amerika Serikat memiliki pull factor untuk menarik para imigran khususnya yang bermotif pendidikan.

4.2 Implementasi Solusi dalam Mengatasi Brain Drain di Indonesia

Adanya fenomena brain drain memerlukan solusi agar brain drain yang merugikan dapat diubah menjadi brain gain. Solusi tersebut dapat dilakukan

(18)

15 melalui cara-cara negara yang telah mengalami brain drain serta telah berhasil mengatasi brain drain yang merugikan menjadi reversed brain drain atau brain gain. Namun, diperlukan beberapa penyesuaian untuk cara-cara yang telah diterapkan di negara-negara tersebut mengingat adanya perbedaan keadaan secara sosial, politik, dan ekonomi.

4.2.1 Historikal Brain Drain di Cina, Rusia, dan India 1. Cina

Fenomena brain drain di Cina diawali dari adanya insiden Tianannmen pada tahun 1989. Insiden tersebut mengakibatkan banyaknya perubahan dari beberapa aspek di dalam pemerintahan. Di sisi lain, banyak pelajar yang berada di luar negeri takut untuk kembali ke Cina karena adanya ancaman hukuman dengan sistem pemerintahan yang baru apabila ada pelajar yang belajar di luar negeri. Survey telah dilakukan pada mahasiswa-mahasiswa Cina yang berkuliah di 10 perguruan tinggi di Amerika Serikat pasca adanya insiden Tiananmen, dan didapatkan bahwa : 1) 77,9 persen mengatakan bahwa politik yang diterapkan di Cina sangat buruk sehingga mereka enggan untuk kembali, 2) 72,6 persen masih peduli pada politik Cina dan masih memungkinkan untuk kembali, 3) 71,3 persen berkata bahwa adanya kesulitan para mahasiswa tersebut untuk beradaptasi dengan sistem pemerintahan Cina saat ini, dan 4) 61,3 persen berkata bahwa mereka pesimis dengan prospek karir di Cina sehingga mereka enggak untuk kembali. Menyikapi hasil survey yang ada tersebut, pemerintah Cina telah berupaya untuk mengatasi permasalahan brain drain yang terjadi yang pada dasarnya disebabkan karena adanya perubahan kebijakan di Cina serta adanya insiden Tiananmen diantaranya adalah reformasi politik melalui reconsidering policy pada pelajar di luar negeri yang secara efektif menjamin pelajar luar negeri kembali dan jaminan dari faktor-faktor yang ditakutkan para mahasiswa Cina di luar negeri.

(19)

16 Adanya brain drain di Rusia merupakan dampak lanjutan akibat runtuhnya Uni Soviet (biasa disebut dengan masa krisis post-soviet). Pada masa krisis post-soviet tersebut mengakibatkan tingkat outflow para pekerja dengan skil yang tinggi meningkat. Rusia telah menerapkan beberapa solusi dalam mengatasi brain drain tersebut diantaranya : 1) Mengorganisasi kembali research and development yang ada di Rusia mengingat adanya masa krisis post-soviet menuntut pemerintah untuk lebih fokus pada aspek ekonomi dan bukan aspek RnD sehingga banyak pelajar dan ilmuan yang hijrah ke luar negeri, 2) Restructuring economy dengan penekanan pada sektor high-tech, 3) Forward-looking approach, dan 4) Crediting Student atau penggratisan sekolah, kuliah, final project bagi para pelajar di Rusia. Sehinga diharapkan dengan insentive tersebut para pelajar akan tetap belajar dan mengembangkan risetnya di dalam negeri.

3. India

Penyebab terjadinya brain drain di India tidak secara teknis terjadi. Adanya brain drain yang telah sukses dirubah menjadi brain gain di India berawal dari jumlah pelajar di India yakni 5,5 persen dari 2,8 juta pelajar yang berhijrah di luar negeri. Adanya krisis yang terjadi di negara tujuan mengakibatkan pada tahun 2010 sebanyak 60 ribu penduduk kembali ke India (data menurut Bussiness Standart). Kembalinya penduduk tersebut meningkatkan pertumbuhan ekonomi India sehingga dalam jangka panjang menarik lebih banyak tenaga kerja India di luar negeri untuk kembali karena adanya potensi pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi di India. Sehingga secara tidak langsung, dalam mengatasi brain drain, India mengusahakan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonominya sebagai insentif para imigran di luar negeri untuk kembali sehingga brain drain yang merugikan dapat menjadi brain gain yang menguntungkan negara.

(20)

17 Gambar 4.1 : Framework Adaptasi Implementasi Solusi Mengatasi Brain Drain dari Negara Lain

Kerangka kerja diatas menejelaskan bahwa cara-cara yang telah diterapkan di beberapa negara yakni Cina, Rusia, dan India masih memerlukan adaptasi untuk diterapkan di Indonesia. Adaptasi tersebut dilakukan mengingat perbedaan aspek-aspek seperti ekonomi, sosial, dan budaya yang ada di negara-negara tersebut. Pada penerapan solusi yang telah diterapkan oleh Cina dalam mengatasi brain drain yakni adanya reconsiderating policy atau pertimbangan kembali kebijakan terhadap para siswa yang berada di luar negeri serta jaminan atas ancaman hukuman yang terjadi akibat sistem pemerintahan kala itu. Berdasarkan solusi tersebut, untuk pertimbangan kembali kebijakan masih mungkin dilakukan, tetapi untuk keadaan bahwa Indonesia akan menghukum para pelajar yang belajar di luar negeri tentu tidak sesuai dengan keadaan di Indonesia. Adanya sedikit aspek yang tidak sesuai dengan Indonesia tersebut disebabkan

(21)

18 karena urgensi yang bersifat mendasar dan tidak bisa disesuaikan dengan negara lain yang berbeda sistem pemerintahan.

Berbeda dengan solusi berikutnya yang berasal dari Rusia, penerapan solusi tersebut sangat mungkin dilakukan karena solusinya sangat bersifat teknis. Meskipun urgensi yang ada di Rusia yang menyebabkan brain drain adalah karena adanya krisis, jika dilihat secara history, Indonesia juga pernah mengalami krisis sehingga mengakibatkan beberapa wilayah keluar dari Indonesia. Selain berdasarkan urgensi yang sama, solusi seperti memperbaiki riset dan pengembangan berbasis high-tech juga sangat dapat dilakukan di Indonesia. Meskipun penguasaan teknologi saat ini masih rendah, tetapi berangkat dari urgensi negara yang sama diharapkan Indonesia dapat menerapkan konsep-konsep dari Rusia tersebut.

Solusi yang telah diterapkan di India adalah solusi yang lebih makro dan banyak negara dapat melakukannya. Sebab, solusi ini merupakan tujuan universal banyak negara yakni peningkatan produktivitas. Berangkat dari urgensi yang cenderung disebabkan karena keadaan ekonomi negara lain, masyarakat India yang ada di luar negeri bersedia untuk kembali ke negaranya dan melakukan pembangunan disana. Sehingga dengan pembangunan yang ada, semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang juga semakin menarik para imigran yang ada di luar negeri untuk kembali. Jika dibandingkan dengan Indonesia, terjadang ketidakpedulian terhadap pembangunan negara sendiri menjadi permasalahan saat ini. Meskipun Indonesia telah beberapa kali menujukkan perekonomian yang bagus, tetap saja mindset para imigran internasional masih belum berubah untuk underestimated terhadap Indonesia. Sehingga dari pola pikir tersebut cukup sulit untuk dilakukan meskipun secara praktik untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan.

(22)
(23)

20 BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Keadaan umum brain drain di Indonesia dapat dilihat berdasarkan determinan dan data empiris yang ada. Secara umum, determinan brain drain di Indonesia terdiri dari dua (bipolar) yakni faktor pendorong dan penarik. Faktor pendorong berasal dari negara asal seperti ketidakmampuan negara dalam menampung dan memfasilitasi dinamika ilmu pengetahuan yang semakin berkembang pesat sehingga banyak orang yang memutuskan untuk hijrah ke luar negeri. Sedangkan Faktor penarik misalnya keadaan negara tujuan yang lebih baik dari segi infrastruktur (laboratorium penelitian ataupun fasilitas kesehatan) serta jaminan kehidupan dan karir yang lebih baik. Permasalahan tersebut secara keseluruhan cenderung hanya pada aspek pendidikan saja mengingat motif terbesar orang dalam bermigrasi interasional adalah motif pendidikan, sehingga menimbulkan brain drain.

(24)

21 5.2 Saran

1. Peneliti lain diharapkan dapat lebih menganalisis determinan brain drain yang ada dengan lebih rinci melalui analisis kuantitaifnya. Meskipun data empiris yang menunjukkan jumlah brain drain yang ada sangat minim, tetapi gambaran arus brain drain dapat didapatkan melalui variabel-variabel lain yang berhubungan dengan ketenagakerjaan.

(25)

22 DAFTAR PUSTAKA

Buga dan Menyer. 2012. Indian Human Resource Mobility : Brain Drain vs Brain ...Gain. Carim-India : European University Institute

Chang, Paris dan Deng, Zhiduan. 1992. The Chinese Brain Drain and Policy ...Option. Studies in Comparative International Development – ...volume 27 issue 1 pp 44-60. Pennysilvania : Springerlink

Commander dkk. 2004. The Brain Drain : A Review of Theory and ...Facts.Brighton-UK. Brussel Economic Review

Docquier, Frederic dan Rapoport, Hillel. 2011. Globalization, Brain Drain, and ...Developing. Germany : IZA

Docquier dkk. 2005. Brain Drain in Developing Region (1990-2000). Germany : ...IZA

Faiz, Pan Mohammad. 2007. Brain Drain dan Sumber Daya Manusia Indonesia : ...Studi Analisa Terhadap Reversed Brain Drain di India.

...Disampaikan pada konferensi Internasional pelajar Indonesia ...(KIPI) Tahun 2007

Gibson, John dan Mckenzie, David. 2011. Eigh Question About Brain Drain. ...Hamilton-New Zealand : Worldbank

Ivakhnyuk, Irina. 2006. Brain Drain from Rusia in Search for A Solution. ...Moscow-Rusia : Moscow State Lomonosov University

Gambar

Grafik 1.2 : Jumlah Pengiriman Uang oleh Para TKI/TKW (Remmitance) di
Tabel 1.1 : Tingkat Brain Drain 10 Negara Terbesar Berdasarkan Proporsi
Tabel 2.1 : Matriks Determinan Migrasi Internasional
Grafik 4.1 : Alokasi Research and Development dalam PDB Indonesia Tahun 2000-2010
+4

Referensi

Dokumen terkait

Nataga at napatay ni Tata Selo ang Kabesa sa kadahilanang pinaalis ito Nataga at napatay ni Tata Selo ang Kabesa sa kadahilanang pinaalis ito sa kanyang lupang sinasakahan

27 Apakah jenis tanih yang mempengaruhi tumbuhan semulajadi di kawasan berlorek dalam Peta 5.. Peta 5: MALAYSIA A Lumpur B Gambut C Laterit

Rumah tangga sasaran (target group) Program Jalin Kesra Bantuan RTSM adalah RTSM (tidak mencakup strata miskin dan hampir miskin), sebagaimana klasifikasi yang telah ditetapkan

Dari permasalahan y ang ada maka perlu dipikirkan j alan keluar untuk meningkatkan tarap hidup mas y arakat dengan menggali potensi y ang dimiliki oleh mas y arakat desa

Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Myalgia ini disusun guna melengkapi tugas mahasiswa Akademi Keperawatan Notokusumo dalam praktek keperawatan Gerontik di Wisma

Windows 95 diperkenalkan dengan menggunakan rancangan menu "Start", menu inovatif untuk mengakses grup program (pengganti Program Manager ),

“ Hasi l yang dicapai siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler Qira’ah ini sangat baik mbak karena potensi dan kemampuan mereka dapat tersalur melalui kegiatan-kegiatan lomba yang

Pada kajian tentang konsep pendidikan masa depan, penulis mencoba untuk menganalisis berdasarkan bahan bacaan yang relevan dalam upaya untuk mencari pendekatan pemecahan