• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Happiness dengan Kualitas Hidup pada Pasien Kanker

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Happiness dengan Kualitas Hidup pada Pasien Kanker"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Happiness

1. Definisi Happiness

Kebahagiaan merupakan konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolak ukur yang berbeda-beda. Aristoteles (dalam Adler,

2003) menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan berasal dari kata “happy” atau bahagia yang berarti feeling good, having fun, having a good

time, atau sesuatu yang membuat pengalaman yang menyenangkan. Sedangkan orang yang bahagia menurut Aristoteles (dalam Rusydi, 2007) adalah orang yang mempunyai good birth, good health, good look, good

luck, good reputation, good friends, good money dan goodness.

Seligman (2005) menjelaskan kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas positif

yang tidak mempunyai komponen perasaan sama sekali. Sedangkan

happiness atau kebahagiaan menurut Biswas-Diener & Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup manusia – apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih tinggi.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa happiness adalah perasaan positif yang ditandai dengan adanya pengalaman

(2)

2. Aspek – Aspek Kebahagiaan

Menurut Seligman dkk (2005), ada lima aspek utama yang dapat menjadi sumber kebahagiaan sejati, yaitu :

a. Menjalin hubungan positif dengan orang lain

Hubungan yang positif bukan sekedar memiliki teman, pasangan,

ataupun anak. Status perkawinan dan kepemilikan anak tidak dapat menjamin kebahagiaan seseorang.

b. Keterlibatan penuh

Bagaimana seseorang melibatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan yang ditekuni. Keterlibatan penuh bukan hanya pada karir, tetapi juga

dalam aktivitas lain seperti hobi dan aktivitas bersama keluarga. Keterlibatan penuh membutuhkan partisipasi aktif dari orang yang bersangkutan. Dengan melibatkan diri secara penuh, bukan hanya fisik

yang beraktivitas, tetapi hati dan pikiran juga turut serta. c. Menemukan makna dalam keseharian

Dalam keterlibatan penuh dan hubungan positif dengan orang lain tersirat satu cara lain untuk dapat bahagia, yakni temukan makna dalam apapun yang dilakukan.

d. Optimis, namun tetap realistis

Orang yang optimis ditemukan lebih berbahagia. Mereka tidak mudah

(3)

e. Menjadi pribadi yang resilien

Orang yang berbahagia bukan berarti tidak pernah mengalami

penderitaan. Karena kebahagiaan tidak bergantung pada seberapa banyak peristiwa menyenangkan yang dialami. Melainkan sejauh

mana seseorang memiliki resiliensi, yakni kemampuan untuk bangkit dari peristiwa yang terpahit sekalipun.

3. Unsur – Unsur Kebahagiaan

Ada dua hal yang harus dipenuhi untuk mendapatkan kebahagiaan

yaitu afeksi dan kepuasan hidup (Rusydi, 2007). a. Afeksi

Perasaan (feeling) dan emosi (emotion) merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Setiap pengalaman emosional selalu berhubungan dengan afektif atau perasaan yang sangat menyenangkan sampai kepada

perasaan yang tidak membahagiakan. b. Kepuasan hidup

Kepuasan hidup merupakan kualitas dari kehidupan seseorang yang telah teruji secara keseluruhan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Kepuasan hidup merupakan hasil dari perbandingan antara

segala peristiwa yang dialami dengan apa yang menjadi tumpuan harapan dan keinginan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

(4)

4. Ciri-Ciri Orang yang Bahagia

Menurut David G. Myers (2002), ada empat karakteristik yang selalu ada pada orang yang memiliki kebahagiaan dalam hidupnya, yaitu :

a. Menghargai diri sendiri

Orang yang bahagia cenderung menyukai dirinya sendiri. Mereka cenderung setuju dengan pernyataan seperti “Saya adalah orang yang

menyenangkan”. Jadi, pada umumnya orang yang bahagia adalah

orang yang memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi untuk

menyetujui pernyataan seperti diatas. b. Optimis

Ada dua dimensi untuk menilai apakah seseorang termasuk optimis atau pesimis, yaitu permanen (menentukan berapa lama seseorang menyerah) dan pervasif (menentukan apakah ketidakberdayaan

melebar ke banyak situasi). Orang yang optimis percaya bahwa peristiwa baik memiliki penyebab permanen dan peristiwa buruk

bersifat sementara sehingga mereka berusaha untuk lebih keras pada setiap kesempatan agar ia dapat mengalami peristiwa baik lagi (Seligman, 2005). Sedangkan orang yang pesimis menyerah di segala

aspek ketika mengalami peristiwa buruk di area tertentu. c. Terbuka

(5)

orang extrovert dan mudah bersosialisasi dengan orang lain ternyata memiliki kebahagiaan yang lebih besar.

d. Mampu mengendalikan diri

Orang yang bahagia pada umumnya merasa memiliki kontrol pada

hidupnya. Mereka merasa memiliki kekuatan atau kelebihan sehingga biasanya mereka berhasil lebih baik di sekolah atau pekerjaan.

5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan

Berikut adalah faktor – faktor yang mempengaruhi kebahagiaan

seseorang, yaitu: a. Budaya

Triandis (dalam Carr, 2004) mengatakan bahwa faktor budaya dan sosial politik berperan dalam tingkat kebahagiaan seseorang. Carr (2004) mengatakan bahwa budaya dalam kesamaan sosial memiliki

tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi. Carr juga menambahkan bahwa kebahagiaan lebih tinggi dirasakan di negara yang sejahtera di mana

institusi umum berjalan dengan efisien dan terdapat hubungan yang memuaskan antara warga dengan anggota birokrasi pemerintahan. b. Kehidupan sosial

Menurut Seligman (2005), orang yang sangat bahagia menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan, paling sedikit

(6)

c. Agama atau religiusitas

Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan

daripada orang yang tidak religius (Seligman, 2005). Hal ini dikarenakan agama memberikan harapan akan masa depan dan

menciptakan makna dalam hidup bagi manusia (Seligman, 2005). Selain itu, keterlibatan seseorang dalam kegiatan keagamaan atau

komunitas agama dapat memberikan dukungan sosial bagi orang tersebut (Carr, 2004). Hubungan antara harapan akan masa depan dan keyakinan beragama merupakan landasan mengapa keimanan sangat

efektif melawan keputusasaan dan meningkatkan kebahagiaan (Seligman, 2005).

d. Pernikahan

Seligman (2005) mengatakan bahwa pernikahan sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan. Menurut Carr (2004), ada dua

penjelasan mengenai hubungan kebahagiaan dan pernikahan yaitu, orang yang bahagia lebih atraktif sebagai pasangan daripada orang

yang tidak bahagia. Penjelasan kedua yaitu pernikahan memberikan banyak keuntungan yang dapat membahagiakan seseorang, diantaranya keintiman psikologis dan fisik, memiliki anak,

membangun keluarga, menjalankan peran sebagai pasangan dan orang tua, menguatkan identitas dan menciptakan keturunan (Carr, 2004).

(7)

besar penghasilan dan hal ini berlaku bagi pria dan wanita (Seligman, 2005).

e. Usia

Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia,

afek positif sedikit melemah, dan afek negatif tidak berubah (Seligman, 2005). Seligman (2005) menjelaskan hal yang berubah

ketika seseorang menua adalah intensitas emosi dimana perasaan “mencapai puncak dunia” dan “terpuruk dalam keputusasaan”

berkurang seiring dengan bertambahnya umur dan pengalaman.

f. Uang

Seligman (2005) menjelaskan bahwa di Negara yang sangat miskin,

kaya bisa berarti lebih bahagia. Namun di Negara yang lebih makmur dimana hampir semua orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan

(Seligman, 2005). g. Kesehatan

Kesehatan objektif yang baik tidak begitu berkaitan dengan kebahagiaan (Seligman, 2005). Menurut Seligman (2005) yang penting adalah persepsi subjektif kita terhadap seberapa sehat diri kita.

Seligman (2005) juga menambahkan bahwa orang yang memiliki lima atau lebih masalah kesehatan, kebahagiaan mereka berkurang sejalan

(8)

h. Jenis kelamin

Jenis kelamin memiliki hubungan yang tidak konsisten dengan

kebahagiaan (Seligman, 2005). Wanita memiliki kehidupan emosional yang lebih ekstrim daripada pria (Seligman, 2005). Wanita mengalami

lebih banyak emosi positif dengan intensitas yang lebih tinggi dibandingkan pria (Seligman, 2005). Seligman (2005) juga

menjelaskan bahwa tingkat emosi rata – rata pria dan wanita tidak berbeda namun wanita lebih bahagia dan juga lebih sedih daripada pria.

B. Kualitas Hidup

1. Definisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup didefinisikan dengan cara yang berbeda oleh para peneliti. Hal ini karena istilah tersebut merupakan istilah multi disipliner

tidak hanya digunakan dalam pembicaraan sehari-hari, tetapi dalam konteks penelitian dihubungkan dengan berbagai macam bidang khusus

seperti sosiologi, ilmu kedokteran, keperawatan dan psikologi. Oleh karena adanya perbedaan disiplin ilmu dan perspektif yang berbeda maka, kualitas hidup sulit didefinisikan secara pasti (Zega, 2015).

Definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial,

(9)

adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain (Ware JE &

Sherbourne CD, dalam Silitonga 2007) .

Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)

Group (dalam Rapley, 2003) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu tentang posisinya di kehidupan dalam konteks

kebudayaan dan sistem nilai dimana mereka hidup, berhubungan dengan tujuan, harapan, ukuran, dan perhatian individu tersebut. Sedangkan menurut Donner, Karone, & Bertoliti (1997), kualitas hidup secara umum

adalah keadaan individu dalam lingkup kemampuan, keterbatasan, gejala dan sifat psikososial untuk berfungsi dan menjalankan bermacam-macam

perannya secara memuaskan.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup adalah penilaian individu tentang kehidupannya yang berhubungan

dengan tujuan, harapan, kemampuan, dan keterbatasan untuk berfungsi menjalani perannya dalam kehidupan.

2. Aspek Kualitas Hidup

Menurut WHO Quality of Life (WHOQOL) (dalam Rapley, 2003),

menyatakan bahwa pengukuran kualitas hidup harus didasarkan pada 6 aspek yaitu aspek physical health, psychological, level of independence,

(10)

Namun kemudian 6 aspek tersebut diperbaharui menjadi 4 aspek kualitas hidup (WHOQOL-BREF dalam Rapley, 2003) yang meliputi:

a. Physical Health

Physical Health mencakup aktivitas sehari - hari; ketergantungan pada obat-obatan, energi dan kelelahan; mobilitas; sakit dan ketidaknyamanan; tidur dan istirahat; kapasitas kerja.

b. Psychological Health

Psychological Health mencakup bodily image dan appearance, perasaan negatif, perasaan positif; self-esteem,spiritual / agama /

keyakinan pribadi, berpikir, belajar; memori dan konsentrasi. c. Social Relationships

Social Relationships mencakup relasi personal, dukungan sosial; aktivitas seksual.

d. Environment

Environment mencakup sumber finansial, kebebasan, keamanan dan keselamatan fisik; perawatan kesehatan dan sosial termasuk

aksesbilitas dan kualitas; lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru maupun keterampilan; partisipasi dan mendapat kesempatan untuk melakukan rekreasi dan

(11)

3. Domain Kualitas Hidup

Menurut European Organization for Research and Treatment of

Cancer Quality of Life Questionnaire-C30 (EORTC-C30) terdapat tujuh domain kualitas hidup meliputi (Perwitasari, 2009).

a. Fungsi fisik, mencakup kegiatan berat, berjalan kaki dalam jarak jauh, berjalan kaki dalam jarak dekat, berbaring di tempat tidur/duduk di

kursi, memerlukan bantuan orang lain saat makan, berpakaian dan buang air.

b. Fungsi peran, mencakup keterbatasan saat bekerja dan keterbatasan

saat melakukan kegiatan santai atau hobi.

c. Fungsi emosi, mencakup perasaan tegang, perasaan khawatir,

tersinggung dan depresi.

d. Fungsi kognitif, mencakup konsentrasi dan memori.

e. Fungsi sosial, mencakup kehidupan keluarga dan kehidupan sosial.

f. Kondisi kesehatan secara keseluruhan

g. Domain gejala, mencakup kelelahan, butuh istrahat, badan lemah,

(12)

4. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Menurut Brown (1996), faktor – faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup seseorang adalah: a. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan terdiri dari:

1. Lingkungan makro, meliputi lingkungan biospherik, ekonomi,

sosial, budaya, politik dan kebangsaan.

2. Lingkungan sekitar, meliputi lingkungan keluarga, tetangga, tempat dimana kita bekerja, sekolah, rumah, dan keluarga sosial.

b. Faktor Pribadi

Faktor pribadi terdiri dari:

1. Faktor biologis, meliputi keadaan tubuh, struktur otak, dan tingkah laku.

2. Faktor psikologis, meliputi kebiasaan, kognisi, emosi, persepsi,

dan pengalaman yang merupakan karaterisitik individu untuk menyesuaikan diri dengan dunianya.

C. Kanker

1. Definisi Kanker

Kanker adalah suatu proses pelipatgandaan sel yang tidak terkendali dan menghasilkan tumor yang menyerang jaringan-jaringan

(13)

lain sehingga dapat menyebabkan kematian (Setiati, 2009). Jenis kanker tergantung pada jenis organ atau sel tempat terjadinya pembelahan sel

yang abnormal tersebut, contohnya: kanker rahim, kanker payu dara, kanker hati, kanker usus, kanker pankreas, kanker otak, kanker kulit,

kanker prostat, kanker tulang sarkoma,kanker testis, kanker lidah, kanker mata, kanker darah, dan lain-lain. Hasil penelitian Oemiati (2011),

kanker terbanyak di Indonesia adalah kanker ovarium dan serviks uteri.

2. Penyebab

Kategori agens dan faktor-faktor tertentu memberikan implikasi dalam proses karsinogenik. Adapun fakor-faktor yang menyebabkan

kanker adalah sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2002 ). a. Virus

Virus dianggap dapat menyatukan diri dalam struktur genetik sel

yang menganggu generasi populasi sel sehingga sel tersebut mengarah pada kanker.

b. Agen Fisik

Faktor-faktor fisik yang dapat menyebabkan kanker mencakup pemajanan terhadap sinar matahari atau radiasi, iritasi kronis atau

inflamasi, dan penggunaan tembakau. Pemajanan berlebih pada radiasi ultraviolet, terutama pada individu berkulit terang, dan

(14)

diferensiasi sel abnormal. Mutasi sel sekunder terhadap iritasi atau inflamasikronik berkaitan dengan kanker bibir pada perokok yang

menggunakan pipa. c. Agen Kimia

Banyak substansi kimiawi yang ditemukan dalam lingkungan kerja yang menjadi karsinogen atau ko-karsinigen dalam proses kanker.

Karsinogen kimia mencakup zat warna amino aromatik dan anilin, arsenik, jelaga dan tar, absestos, benzen, pinang dan kapur sirih, kardium, senyawaan kromium, nikel dan seng, debu kayu, senyawa

berilium dan polivinil klorida. d. Faktor-faktor genetik dan keturunan

Kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya abnormal, dapat terbentuk sel-sel mutan. Beberapa kanker pada masa dewasa dan anak-anak menunjukkan predisposisi keturunan. Pada

kanker dengan predisposisi herediter umumnya saudara dekat memiliki tipe kanker yang sama. Kanker yang bersifat keturunan

termasuk retinoblastoma, nefroblastoma, feokromositoma, maligna, leukimia dan kanker payudara, endometrial, kolorektal, lambung, prostat dan paru-paru.

e. Faktor-faktor makanan

Risiko kanker meningkat sejalan dengan ingesti jangka panjang

(15)

resiko kanker, mencakup lemak, alkohol, daging diasinkan atau diasap, makanan yang mengandung nitrat atu nitrit, dan diet dengan

kalori tinggi. f. Agen hormonal

Pertumbuhan kanker dipercepat dengan adanya gangguan kesimbangan hormon baik oleh pembentukan hormon tubuh sendiri

(endogenus) atau pemberian hormon eksogenus.

3. Gejala

Menurut Diananda (2009), gejala kanker biasanya tergantung dari jenis, tempat, dan stadium kanker. Gejala umum kanker sebagai berikut :

a. Pembengkakan pada organ tubuh yang terkena (misalnya : ada benjolan di payudara, di perut, dan sebagainya)

b. Terjadi perubahan warna

Terjadi perubahan pada tahi lalat seperti: bertambah besar, warnanya tambah hitam, ada penyebaran pigmen di sekitar tahi lalat, gatal

berdarah, rambut yang sebelumnya ada gugur dan tidak tumbuh lagi. c. Demam kronis

d. Terjadinya batuk kronis (terutama kanker paru) atau perubahan suara

(pada kanker leher)

Perubahan nada suara pada umumnya menjadi serak dan makin lama

(16)

laring, thyroid, paru. Batuk yang tidak sembuh-sembuh dapat disebabkan olehkanker paru dan jalan nafas.

e. Terjadi perubahan pada sistem pencernaan/ kandung kemih

Alat-alat pencernaan terganggu disebut indigestion atau dispepsi,

misalnya: perubahan pola BAB, BAB berdarah dan sebagainya. Ini disebabkan oleh kanker rektum, lambung, usus, atau kolon dan

sebagainya.

f. Penurunan nafsu makan dan berat badan

g. Keluarnya cairan atau darah tidak normal ( misalnya: keluar cairan

abnormal dari puting payudara).

D. Hubungan Happiness dengan Kualitas Hidup pada Pasien Kanker

Seligman (2005) mendefinisikan kebahagiaan sebagai konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas positif

yang yang tidak mempunyai komponen perasaan sama sekali. Menurut Veenhoven (2007), kebahagiaan dapat membantu kelancaran pengobatan

pada orang yang sakit fisik karena dapat meningkatkan sistem imun, serta dapat juga melindungi orang-orang yang sehat dari penyakit. Secara langsung, kebahagiaan memang tidak menyembuhkan penyakit serius,

(17)

happiness adalah optimis, menemukan makna dalam keseharian, dan menjadi pribadi yang resilien (Seligman, 2005).

Dampak psikologis yang dialami oleh pasien kanker pada umumnya adalah emosi-emosi negatif seperti rasa tidak berdaya, kecemasan tentang apa

yang akan terjadi, sedih, marah, putus asa, dan sebagainya (Oetami dkk, 2014). Emosi negatif tersebut mengindikasikan bahwa pasien kanker

merasakan ketidakbahagiaan (unhappy) yang pada akhirnya berdampak pada kesehatan pasien kanker tersebut, baik fisik maupun psikologis.

Kesehatan fisik maupun psikologis merupakan aspek penting dari

kualitas hidup pada pasien kanker (WHOQOL, dalam Rapley, 2003).Kriteria kualitas hidup yang positif pada pasien kanker adalah bahwa pasien memiliki

pandangan psikologis yang positif, memiliki kesejahteraan emosional, memiliki mental yang baik, memiliki kemampuan fisik untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan, memiliki hubungan yang baik dengan teman dan

keluarga, dan sebagainya (Bowling, 2005). Pemahaman kualitas hidup yang positif akan menentukan sikap pasien selanjutnya, hal ini dipengaruhi oleh

emosi positif seperti happiness, penerimaan diri yang baik, citra tubuh positif, harga diri, hubungan sosial, lingkungan dan spiritualitas subyek (Prastiwi, 2012).

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwasanya happiness memiliki hubungan dengan pasien kanker untuk

(18)

Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwasannya ada kaitan antara

happiness dengan kualitas hidup pada pasien kanker.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam dan nitrogen berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun tanaman, luas daun tanaman

Sebanyak 38 plot contoh pengukuran di buat sesuai dengan keterwakilan pada tiap kelas kerapatan vegetasi, fungsi kawasan hutan, serta keterwakilan pada kondisi tutupan

b) Masyarakat memiliki status yang relative dominan terhadap individu. Peran sosiolog dalam kehidupan bermasyarakat.. Sosiolog adalah orang yang ahli didalam ilmu

Fenomenologis menunjukan proses “menjadi” dan kemampuan mengetahui bentuk-bentuk (gejala yang nampak) secara bertahap untuk menuju pengetahuan (makna) yang benar dari

Metode klasifikasi k-NN akan semakin baik dengan penambahan data citra latih, sementara pengujian terhadap lebih banyak citra uji dapat dilakukan untuk mendapatkan

Dalam skripsi ini penulis mencoba mendeskripsikan kesenian wayang sebagai media perkembangan budaya Islam ruang lingkup penelitian pada Perkumpulan Langen Suara

In Demian: the Story of Emil Sinclair’s Youth Hesse told about a journey of a young man named Emil Sinclair in revealing individuation.. Sinclair was born in a wealthy

dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian adalah prestasi hasil belajar siswa pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT