• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Sistem Manajemen Kesetan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Sistem Manajemen Kesetan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 27 ayat (2) menyebutkan bahwa

“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”. Hal ini sesuai dengan maksud sila ke-empat Pancasila yaitu

sebagai masyarakat Pancasila harus memberikan kesempatan bagi tiap tenaga

kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang memberikan

kesejahteraan. Menimbang itu, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor

33 Tahun 1947 jo. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1951 tentang Kecelakaan

Kerja menyebutkan bahwa perusahaan/pengusaha wajib membayar ganti rugi

kepada buruh yang mendapat kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada

perusahaan itu. Untuk menjamin perlindungan hak-hak bagi tenaga kerja maka

pemerintah kembali mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969

tentang Pokok-Pokok Mengenai Tenaga Kerja. Pasal 9 menyebutkan bahwa

“Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,

pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat

manusia dan moral agama”.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

dikeluarkan untuk menjamin perlindungan atas keselamatan setiap tenaga kerja

dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi

serta produktivitas nasional, perlindungan keselamatan bagi setiap orang lainnya

(2)

dipergunakan secara aman dan efisien. Kegiatan produksi barang dan jasa pada

berbagai jenis usaha tidak terlepas dari penggunaan mesin, peralatan, pesawat,

instalasi, dan bahan baku (berbahaya). Keadaan ini potensial penyebab terjadinya

kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan, dan pencemaran

lingkungan kerja yang menimbulkan kerugian bagi tenaga kerja, perusahaan, dan

masyarakat luas (Silaban, G. 2009).

Angka kecelakaan kerja di dunia masih tinggi. Setiap tahun ada lebih dari

250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit

karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat

kecelakaan dan sakit di tempat kerja dan diperkirakan bahwa kerugian tahunan

akibat kecelakaan kerja dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan di

beberapa negara dapat mencapai 4% dari Produk Nasional Bruto (PNB) (ILO,

2013).

Di Indonesia jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun 2011-2014 yang

paling tinggi pada 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja (Tahun 2011 =

9.891; Tahun 2012 = 21.735; Tahun 2014 = 24.910) dan jumlah kasus penyakit

akibat kerja tahun 2011-2014 terjadi penurunan (Tahun 2011 = 57.929; Tahun

2012 = 60.322; Tahun 2013 = 97.144; Tahun 2014 = 40.694) (Kemenkes, 2015).

Data kecelakaan kerja menurut Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan pada akhir 2015 terjadi kecelakaan kerja mencapai 105.182

kasus dengan korban meninggal dunia 2.375 orang. Dengan kata lain, inilah

akibat kelalaian dalam hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (GATRA,

(3)

Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 86 Ayat 1 dan 2 menyatakan

bahwa perusahaan harus mempersiapkan sarana dan prasarana sebagai upaya

pencegahan kecelakaan kerja dan program-program yang dapat mengurangi angka

kecelakaan kerja di perusahaan. Salah satu programnya adalah program

keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja. Pasal 87 ayat (1) menyebutkan

bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

Selanjutnya ketentuan mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No. 50 Tahun 2012 Pasal 5 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap perusahaan wajib

menerapkan SMK3 di perusahaannya dan berlaku bagi perusahaan yang

mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang atau mempunyai

tingkat potensi bahaya tinggi.

Soeripto (1998) mengatakan bahwa kenyataan di lapangan masih banyak

pimpinan perusahaan yang melupakan tanggung jawabnya dengan tidak

memasukkan K3 ke dalam fungsi manajemen. Menurut Maulana (2011) hal ini

dikarenakan masih ada perusahaan menganggap bahwa semua pengeluaran yang

terkait dengan program-program K3 hanya sebagai biaya (costs) yang harus

ditanggung, pemborosan dan bukan sebagai investasi untuk melindungi

asset-asset (mesin, fasilitas dan infrastruktur produksi, dan SDM). Silaban, G (2009)

menyebutkan bahwa pertambahan tingkat pemenuhan penerapan SMK3 akan

mengurangi angka kecelakaan kerja di tempat kerja. Tanpa disadari bahwa dengan

(4)

perusahaan, tenaga kerja beserta keluarga dan masyarakat sekitar perusahaan.

Komitmen manajemen yang tinggi menjadi kunci keberhasilan dari penerapan

SMK3 di perusahaan (Gallagher. dkk., 2001). Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Khoerunisa (2015) tentang komitmen team manajemen dalam

penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) tahun

2015 bahwa team manajemen perusahaan yang memiliki komitmen yang cukup

tinggi akan berperan dalam menyukseskan pelaksanaan K3 di perusahaan.

Data ILO (International Labour Organization) yang dikutip Junita

Marpaung (2005) dalam penelitiannya tentang persepsi tenaga kerja tentang

SMK3 dan pedoman penerapan SMK3 bahwa penerapan SMK3 di Indonesia

kurang memuaskan, dipaparkan bahwa dari sekitar 15.043 perusahaan skala besar,

hanya sekitar 317 perusahaan (2,1%) yang menerapkan SMK3.

Menurut data Depnakertrans, pada tahun 2007 jumlah perusahaan yang

terdaftar sebanyak 190.267, tetapi yang sudah memenuhi kriteria SMK3 menurut

Permenaker 05/Men/1996 baru mencapai 643 perusahaan. Itu berarti meskipun

Indonesia sudah menerapkannya, tetapi masih perlu memperbaiki penerapan

SMK3 itu (Ramli, 2010).

Hasil penelitian Junita Marpaung (2005) menyebutkan bahwa secara

umum persepsi tenaga kerja terhadap SMK3 masih kurang sehingga perlu

dilakukan sosialisasi K3, pelatihan tentang SMK3 secara kontiniu, dan yang tidak

kalah pentingnya sangat diperlukan pengawasan dan pemantauan pihak

manajemen perusahaan dalam pelaksanaan SMK3 di tempat kerja. Hasil ini

(5)

keselamatan dan kesehatan kerja oleh P2K3 untuk meminimalkan kecelakaan

kerja menyebutkan bahwa perlu dilakukan sosialisasi tentang SMK3 dan

penerapan SMK3 ke tenaga kerja khususnya tenaga kerja produksi. Jika

perusahaan dan tenaga kerja mempunyai komitmen yang kuat dalam

melaksanakan SMK3 maka penerapan SMK3 dapat dilakukan secara optimal dan

kecelakaan kerja dapat terus diminimalkan.

Dalam era globalisasi perdagangan ini, penerapan keselamatan dan

kesehatan kerja melalui SMK3 telah berkembang di berbagai negara. Perusahaan

diwajibkan untuk melaksanakan SMK3 sesuai dengan peraturan dan standar, baik

secara nasional maupun secara internasional agar dapat bersaing dalam

menghadapi perdagangan bebas tersebut. Selain itu, pemerintah juga melakukan

upaya memasyaratkan dan membudayakan K3 dengan memberikan penghargaan

kepada perusahaan yang berprestasi dan Zero Accident yaitu penghargaan kepada

perusahaan yang mencapai jumlah jam kerja tertentu tanpa kehilangan waktu

kerja karena kecelakaan kerja (Notoatmodjo, 2007).

Penghargaan nihil kecelakaan kerja Tahun 2016 diberikan kepada 840

perusahaan berdasarkan penilaian secara berjenjang dari tingkat kabupaten/kota,

provinsi, dan pusat, sedangkan penghargaan SMK3 diberikan kepada 714

perusahaan yang telah menerapkan SMK3 berdasarkan evaluasi laporan audit

yang dilakukan oleh lembaga audit SMK3 (GATRA, 2016).

Salah satu perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan SMK3 dan

telah menerima sertifikat audit SMK3 adalah PT. Bakrie Sumatera Plantations,

(6)

Kerja RI No. 357 Tahun 2015. Pada tahun 2015, PT. BSP Kisaran menerima

sertifikat audit dengan bendera emas (gold flag) untuk kategori SMK3 sebanyak

91% dari 166 kriteria SMK3. Pada tahun 2010, penghargaan nihil kecelakaan

(Zero Lost Time Injury) juga didapatkan oleh PT. BSP Kisaran untuk Palm Oil

Mill. Penilaian sertifikasi audit SMK3 ini dilakukan oleh external auditor yaitu

PT. Sucofindo. Selain telah mendapatkan sertifikasi SMK3, PT. BSP Kisaran juga

mendapatkan sertifikat ISO 14001:2004 Sistem Manajemen Lingkungan, ISO

9001:2008 Sistem Manajemen Mutu, Roundtable on Sustainable Palm Oil

(RSPO) dan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Sedangkan sertifikat

OHSAS 18001:2007 yang sudah didapatkan sejak tahun 2007, diputuskan

manajemen perusahaan sejak tahun 2015 untuk dihentikan terkait sudah

diterapkan SMK3 PP RI No. 50/2012 supaya tidak ada lagi double sertifikasi K3.

PT. BSP Kisaran adalah anak perusahaaan dari Bakrie Group yang

bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet serta pengolahannya yang

berada di Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Secara operasional, PT.

BSP Kisaran dibagi menjadi dua bagian yaitu divisi perkebunan kelapa sawit

dengan pabrik pengolahan (Palm Oil Mill) yang menghasilkan produk Crude

Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) dan divisi perkebunan karet dengan pabrik

pengolahannya (Bunut Rubber Factory) yang menghasilkan produk Standar

Indonesia Rubber (SIR) dan lateks pekat. Produk SIR dan lateks merupakan

barang setengah jadi sebagai bahan baku industri ban, perlengkapan dan peralatan

(7)

empat pabrik yaitu Cenex Plant, Crumb Rubber I, Crumb Rubber II, dan Block

Skim Rubber (BSR).

Berdasarkan survei pendahuluan dan wawancara langsung yang telah

dilakukan di bagian Quality Health Safety and Environment Department (QHSE

Dept.) PT. BSP Kisaran yaitu bagian manajemen yang menangani masalah K3,

bahwa sejak Mei 2007, Bunut Rubber Factory PT. BSP, Tbk sudah menerapkan

SMK3 menurut versi OHSAS 18001:2007. Kegiatan internal audit juga sudah

mengacu pedoman SMK3 berdasar PP RI No. 50 Tahun 2012. Hasil audit internal

SMK3 berdasarkan PP RI No. 50 Tahun 2012 dalam pemenuhan kriteria SMK3

di Bunut Rubber Factory tahun 2015 sebesar 95%. Namun sampai saat ini, Bunut

Rubber Factory belum masuk dalam lingkup sertifikasi audit eksternal SMK3 PT.

BSP Kisaran. Pada data kecelakaan kerja PT. BSP Kisaran terdapat kasus

kecelakaan kerja di Bunut Rubber Factory dalam sepanjang lima tahun terakhir ini

adalah Tahun 2011 = 4; Tahun 2012 = 4; Tahun 2013 = 2; Tahun 2014 = 4; dan

Tahun 2015 = 4.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik ingin melihat gambaran

pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di

Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran khususnya

di Pabrik Cenex Plant.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

(8)

dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie

Sumatera Plantations, Tbk, Kisaran Tahun 2016”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan SMK3

di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk,

Kisaran Tahun 2016, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 50 Tahun 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penetapan kebijakan K3 di Cenex Plant Bunut Rubber

Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.

2. Untuk mengetahui perencanaan K3 di Cenex Plant Bunut Rubber Factory

PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan rencana K3 di Cenex Plant Bunut Rubber

Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.

4. Untuk mengetahui pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di Cenex Plant

Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.

5. Untuk mengetahui peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 di Cenex

Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk

(9)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan kepada pihak pengambil keputusan perusahaan

dalam meningkatkan derajat pelaksanaan SMK3 di perusahaan.

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dengan penelitian yang

sejenis.

3. Menambah wawasan penulis dan mengembangkan ilmu pengetahuan

dalam aplikasi keilmuan K3 khususnya tentang SMK3.

Referensi

Dokumen terkait

passing bawah bola voli PG 7 Menjelaskan teknik dasar. passing atas bola voli

diumumkan sebagai Pemenang Pengadaan Langsung untuk Pekerjaan Penambahan Jaringan Internet Sekolah Vokasi UGM tahun 2012 dengan nilai total. HPS

[r]

[r]

Rp 160.000.000,00 (Seratus enam puluh juta rupiah) yang dibiayai Anggaran Dana Masyarakat Tahun Anggaran 2012, dengan ini diumumkan bahwa sebagai Penyedia Barang

[r]

Menentukan ungkapan komunikatif/kosakata yang tepat dalam percakapan tulis sederhana tema kehidupan sekolah.. Menentukan ungkapan komunikatif/kosa kata yang tepat dalam

Penelitian yang dilakukan oleh Sugianto Arifin mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang berjudul “Perbandingan Hasil Belajar Siswa Antara Siswa Yang Mengikuti Bimbingan