• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN LITERASI KEUANGAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA BAGI UMKM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN LITERASI KEUANGAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING USAHA BAGI UMKM"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Gede Adi Yuniarta1, I Gusti Ayu Purnamawati2

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Kegiatan ekonomi merupakan upaya untuk meningkatkan daya dan taraf hidup masyarakat, melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Berkaitan dengan upaya memenuhi kebutuhan hidup agar menjadi sejahtera, masyarakat yang mempunyai kemampuan serta dituntut peka dalam melihat

dan mengembangkan kemampuan diri serta adaptasi terhadap perubahan lingkungan, dapat menemukan peluang dan membuka peluang usaha bagi masyarakat. Melalui peluang usaha tersebut, diharapkan dapat membantu pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar menjadi lebih baik sehingga mampu mengurangi tingkat urbanisasi yang tinggi. Selain itu, dengan adanya usaha yang menitik

MANAJEMEN LITERASI KEUANGAN UNTUK MENINGKATKAN

DAYA SAING USAHA BAGI UMKM

1,2 Jurusan Ekonomi dan Akuntansi, FE UNDIKSHA

Email: gdadi_ak@yahoo.co.id

In general, the Education-Finance Management Science and Technology Application Program to Improve Financial Literacy and Business Competitiveness for MSMEs aims: 1. Training and assistance in preparing financial reports. The business financial report is an activity that requires knowledge and diligence. Business financial bookkeeping can provide information to small business actors related to the health of their business; 2. Increasing business independence, business skills and leadership skills in running a business. This activity has a very mutual relationship with the Office of Trade, Industry, Cooperatives and MSME of Buleleng Regency. The method used in this activity is the direct practice method where the material or questions have been adjusted to the conditions of the MSME activity. This aims to provide understanding for MSME managers in Selat Village, Sukasada District, Buleleng Regency so that they are able to implement them in their implementation. The output of this activity is: a guide to the preparation of financial reports, textbooks, scientific articles, and proceedings. The purpose of this scientific publication is to account for the results of service activities significantly to the targeted partners, namely MSME actors in optimizing empowerment as a scientific community in a sustainable manner.

Keywords: management, education, financial literacy, competitiveness

Secara umum program Penerapan Ipteks Manajemen Literasi Keuangan Untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Bagi UMKM ini bertujuan: 1. Pelatihan dan pendampingan penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan usaha merupakan suatu kegiatan yang memerlukan pengetahuan dan ketelatenan. Pembukuan keuangan usaha dapat memberikan informasi kepada pelaku usaha kecil berkait dengan kesehatan usahanya; 2. Meningkatkan kemandirian usaha, kemampuan bisnis dan jiwa kepemimpinan dalam menjalankan usaha. Kegiatan ini memiliki keterkaitan yang sangat mutualis dengan pihak Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UMKM Kabupaten Buleleng. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode praktik langsung dimana materi atau soal-soal telah disesuikan dengan kondisi kegiatan UMKM. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman bagi para pengelola UMKM di Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng sehingga mampu menerapkan dalam pelaksanaannya. Luaran kegiatan ini adalah: panduan penyusunan laporan keuangan, Buku Ajar, artikel ilmiah, dan proceeding. Tujuan publikasi ilmiah ini adalah untuk mempertanggungjawabkan hasil kegiatan P2M secara signifikan kepada mitra yang disasar yaitu pelaku UMKM dalam optimalisasi pemberdayaan sebagai masyarakat ilmiah secara berkelanjutan

(2)

beratkan pada peluang yang ada di daerah sekitar di harapkan mampu menjadi ikon atau ciri khas daerah tersebut, sehingga akan mempu memberikan pendapat kepada masyarakat sekitar (Umamah, dkk., 2019).

Salah satu peluang yang dapat dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi yaitu melalui Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kementerian koperasi dan UKM (2013) menyebutkan usaha mikro kecil dan menengah yang berkembang saat ini terbagi beberapa kategori yaitu pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, listrik, gas, air bersih, perdagangan, hotel, restoran, jasa-jasa swasta dan industri pengelolaan. Perkembangan bidang-bidang UMKM ini berkembang cukup baik di era saat ini. Dimana peranan UMKM dalam menopang pertumbuhan perekonomian Indonesia dapat dilihat dari kedudukannya pada saat ini dalam dunia usaha.

Sementara itu pada sisi lainnya, UMKM juga masih dihadapkan pada masalah yang terletak pada proses administrasi. Permasalahan utama dalam pengembangan UMKM yaitu mengenai pengelolaan keuangan dalam usahanya, karena pengelolaan yang baik memerlukan keterampilan akuntansi yang baik pula oleh pelaku UMKM. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah dalam membantu mengatasi kendala yang dihadapi oleh sebagian besar UMKM, seperti melakukan pembinaan dan pemberian kredit lunak. Keinginan UMKM memperoleh tambahan modal juga dituntut serta menyertakan laporan keuangan sebagai syarat mengajukan pinjaman kepada pihak bank. Pihak perbankan sendiri tidak ingin mengambil resiko dalam penyaluran kredit bagi UMKM dikarenakan perbankan tidak mengetahui perkembangan usaha tersebut. Sementara hampir semua UMKM tidak memiliki laporan kinerja usaha dan keuangan yang baik sebagai syarat untuk memperoleh kredit. Hal ini terjadi karena UMKM tidak dibiasakan untuk melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan sebagai gambaran kegiatan usaha dan posisi keuangan perusahaan. Padahal dengan adanya laporan

keuangan akan memungkinkan pemilik memperoleh data dan informasi yang tersusun secara sistematis.

Menurut Wahdini & Suhairi (2006), kelemahan praktek akuntansi, khususnya akuntansi keuangan pada UMKM di Indonesia masih rendah dan memiliki banyak kelemahan, antara lain disebabkan rendahnya pendidikan, kurangnya pemahaman terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dari manajer pemilik dan karena tidak adanya peraturan yang mewajibkan penyusunan laporan keuangan bagi UMKM. Sudarini (1992) juga membuktikan bahwa perusahaan kecil di Indonesia cenderung untuk memilih normal perhitungan (Tanpa menyusun laporan keuangan) sebagai dasar perhitungan pajak. Karena, biaya yang dikeluarkan untuk menyusun laporan keuangan jauh lebih besar dari pada kelebihan pajak yang harus dibayar. Menurut Ginting (2015), teknik dan proses akuntansi yang diterapkan UKM yang ada di Indonesia sebagian besar terpengaruh oleh sistem tata buku, sehingga tidak mampu menyediakan laporan keuangan secara lengkap. Pada umumnya, UKM menggunakan buku kas harian dalam penyusunan laporan laba rugi. Sedangkan untuk menyusun laporan keuangan lainnya, ditemui berbagai kesulitan, sehingga banyak yang tidak mampu menyiapkannya.

Pada umumnya, UMKM sering mengalami keterlambatan dalam pengembangannya. Hal ini dikarenakan berbagai masalah konvensional yang tidak terselesaikan secara tuntas, seperti masalah kapasitas SDM, kepemilikan, pembiayaan, pemasaran dan berbagai masalah lain yang berkaitan dengan pengelolaan usaha, sehingga UMKM sulit bersaing dengan perusahaan perusahaan besar (Abor & Quartey, 2010). UMKM di industri kreatif cenderung memiliki orientasi jangka pendek dalam pengambilan keputusan dalam bisnisnya. Hal ini terlihat dari tidak adanya konsep inovasi yang berkelanjutan dan aktivitas inti bisnis yang tidak konsisten. Pada akhirnya, pengembangan kinerja jangka panjang UMKM

(3)

yang bergerak pada industri kreatif cenderung stagnan dan tidakterarah dengan baik.

Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya strategis guna meningkatkan kinerja dan keberlangsungan UMKM. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan Pemahaman akan literasi keuangan, dimana hal tersebut sangat diperlukan bagi setiap individu agar dapat mengelola dan merencanakan keuangannya, begitu pula bagi para pelaku usaha khususnya bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Di Indonesia, UMKM merupakan salah satu sektor yang berperan sebagai penopang perekonomian negara, hal ini dikarenakan UMKM mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Akan tetapi, literasi keuangan yang dimiliki pelaku UMKM masih terbilang rendah. Hal ini perlu perhatian khusus agar para pelaku UMKM dapat juga meningkatkan kecerdasannya akan perencanaan keuangan dan dapat menikmati layanan jasa perbankan sesuai kebutuhan mereka. Layanan perbankan yang dapat membantu para pengusaha UMKM antara lain: pemberian kredit untuk modal kerja dan juga layanan perbankan lainnya (Detik Finance.com).

Selain itu, segala aktivitas yang terjadi pada UMKM dengan berbagai bidang berkembang lebih banyak dan sangat potensial di Kecamatan Buleleng. Pada tahun 2017 UMKM di Kecamatan Buleleng sebesar 189 UMKM dan pelaku UMKM ini meningkat pada tahun 2018 yaitu 211 UMKM, adapun sektor pelaku UMKM yang paling besar yaitu bergerak dalam sektor perdagangan dimana jumlah sektor perdagangan semakin tahun semakin meningkat dikarenakan banyaknya peminat, hal ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah industri di Kecamatan Buleleng yang mengalami peningkatan secara signifikan. Dalam perkembangan UMKM di Kecamatan buleleng, memiliki kendala seperti lemahnya faktor teknologi inefisiensi yang mengakibatkan terpuruknya industri UMKM. Masalah yang paling sering timbul dalam pengembangan UMKM ini berhubungan

dengan karakteristik yang dimiliki oleh UMKM yang sedikit menyulitkan. Karakteristik yang menyulitkan salah satunya adalah kurangnya pemahamaan literasi keuangan dan penggunaan akuntansi yang maksimal, sehingga menyebabkan sedikitnya keuntungan yang di dapat pelaku UMKM karena tidak bisa membedakan uang masuk dan keluar serta uang pribadi dan uang usaha serta kurangnya akses ke sektor permodalan dan pembiayaan.

Berdasarkan hasil wawancara awal team pelaksana dengan Sekretaris Desa Selat , yaitu Bapak Made Bagiasa dan Kepala Dusun Witajati, Desa Selat, Kecamatan Sukasada yaitu Bapak Putu Sedana, mengatakan bahwa sebenarnya sebagian besar UMKM yang ada di Desa Selat belum semua mampu membuat laporan keuangan, kalaupun ada, biasanya laporan keuangan yang dibuat masih sangat sederhana, padahal dengan laporan keuangan memudahkan dalam pengambilan keputusan. Selain itu minimnya pemahaman dan pengetahuan mengenai literasi keuangan mengakibatkan kurangnya akses ke sektor permodalan dan pembiayaan. Padahal, UMKM yang memiliki literasi keuangan yang baik akan dapat mencapai tujuannya, memiliki orientasi pengembangan usaha dan mampu survive

dalam kondisi ekonomi yang sulit.

Kabupaten Buleleng terletak di belahan utara pulau Bali memanjang dari barat ke timur dan mempunyai pantai sepanjang 144 km, secara geografis terletak pada posisi 8° 03’ 40” – 8° 23’ 00” lintang selatan dan 114° 25’ 55” – 115° 27’ 28” bujur timur, terdiri dari 9 kecamatan dengan 129 desa definitif dan 19 kelurahan (“gambaran umum wilayah Kabupaten Buleleng,” 2018). Desa Selat adalah suatu desa dari 14 desa dan kelurahan yang ada di Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Jarak tempuh dari desa ke kota Kecamatan adalah kurang lebih 16 kilo meter ke arah Timur, sedangkan jarak tempuh dari pusat desa ke kota Kabupaten kurang lebih 14 kilo meter ke arah Timur. Dari pusat desa Propinsi dapat dilalui melalui dua jurusan yaitu: Apabila lewat kota kabupaten beranjak kurang lebih 89 kilo

(4)

meter, dan apabila lewat desa Asah Gobleg kurang lebih berjarak 75 kilo meter. Luas wilayah desa Selat kurang lebih 96,16 hektar (ha), dan peruntukannya kurang lebih 654 hektar sebagai lahan pertanian dan kurang lebih 250 hektar sebagai hutan lindung. Daerah pertanian termasuk tanah yang cukup subur, sangat cocok untuk ditanam berbagai jenis tanaman,baik tanaman buah-buahan maupun jenis komuditi lainya.

Dilihat dari perkembangan Wisata, Desa Selat berada pada imbas wisata Lovina dan kawasan danau Buyan dan danau Tamblingan. Desa Selat berbatasan dengan beberapa desa yaitu : (a) Sebelah Timur: Desa Tegallinggah, Kecamatan Sukasada; (b) Sebelah Selatan: Desa Asah Gobleg, Kecamatan Banjar; (c) Sebelah Barat: Desa Kayu Putih, Kecamatan Sukasada; (d) Sebelah Utara: Desa Anturan, Kecamatan Buleleng. Penduduk Desa Selat pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani, namun ada juga yang sebagai pegawai Negeri, pegawai Swasta, TNI, Polri, Buruh, dan Wiraswasta. Desa selat berpenduduk 1.682 Kepala Keluarga atau 7.596 jiwa, yang mana 3.853 laki-laki dan 3.743 perempuan.

UMKM mempunyai arti penting dalam perekonomian, termasuk di Kecamatan Buleleng yang terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini karena UMKM merupakan sektor kunci dalam penciptaan kesempatan kerja yang skalanya jauh lebih besar bila dibandingkan dengan industri besar. Maka dari itu perlunya pengelolaan keuangan yang baik bagi UMKM agar mendapatkan hasil yang menguntungkan. UMKM di Kabupaten Buleleng juga menunjukkan perkembangan yang positif. Hingga tahun 2017 tercatat ada 32.907 UKM baik formal maupun informal yang berkembang dan bergerak di beberapa sektor yaitu perdagangan sebanyak 23.385 UMKM, perindustrian sebanyak 3.260 UMKM, pertanian non pertanian sebanyak 3.926 UMKM dan aneka jasa 2.336 UMKM. Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng memiliki jumlah usaha pengolahan pangan sebanyak 13 unit, dengan jumlah tenaga

kerja sebanyak 56 orang. Usaha kimia dan bahan bangunan sejumlah 1 unit usaha, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 3 orang. Kerajinan lainnya sebanyak 26 unit usaha, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 75 orang. Industri kecil sejumlah 4 unit, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 20 orang. Kerajinan rumah tangga sebanyak 36 unit usaha, dengan jumlah tenaga kerja sejumlah 173 orang (Badan Pusat Statistik, 2018).

Salah satu pemilik UMKM di Desa Selat yaitu Bu Asreni (40 tahun), mengatakan bahwa UMKM yang ada di Desa Selat masih membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, dan pengetahuan mengenai literasi keuangan untuk pengembangan (ekspansi) usaha. Terutama terkait dengan permodalan dan pembiayaan. Serta pengelolaan keuangan terkait manajemen usaha dan pembukuan yang sangat kurang dimiliki oleh pelaku UMKM. Pada program pengabdian masyarakat ini akan menerapkan ipteks berupa Pelatihan dan Pendampingan

Manajemen Education-Finance Untuk

Meningkatkan Literasi Keuangan dan Daya Saing Usaha Bagi UMKM di Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.

METODE

Pelatihan dan pendampingan pelaku UMKM di Kabupaten Buleleng dalam menerapkan manajemen keuangan dan penyusunan laporan keuangan akan diawali dengan orientasi lapangan, dilanjutkan dengan identifikasi masalah, studi literatur, dan oprasionalisasi kegiatan. Orientasi lapangan dan identifikasi masalah adalah cara untuk lebih mengenali masalah yang dihadapi oleh para pelaku UMKM di Desa Selat Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, sehingga dari sana bisa dicarikan alternatif pemecahan masalahnya. Kegiatan selanjutnya adalah mencari solusi terhadap permasalahan yang dialami oleh para pelaku UMKM di Kabupaten Buleleng melalui studi literatur. Terakhir adalah pelaksanaan program sebagaimana telah disepakati bersama.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada perkembangan UMKM di Kecamatan buleleng, memiliki kendala seperti lemahnya faktor teknologi inefisiensi yang mengakibatkan terpuruknya industri UMKM. Masalah yang paling sering timbul dalam pengembangan UMKM ini berhubungan dengan karakteristik yang dimiliki oleh UMKM yang sedikit menyulitkan. Karakteristik yang menyulitkan salah satunya adalah kurangnya pemahamaan literasi keuangan dan penggunaan akuntansi yang maksimal, sehingga menyebabkan sedikitnya keuntungan yang di dapat pelaku UMKM karena tidak bisa membedakan uang masuk dan keluar serta uang pribadi dan uang usaha serta kurangnya akses ke sektor permodalan dan pembiayaan.

Kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Penerapan Ipteks Manajemen Education-Finance Untuk Meningkatkan Literasi Keuangan Dan Daya Saing Usaha Bagi UMKM ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2020. Persiapan dilakukan pada bulan Juni 2020. Kegiatan ini difokuskan pada pemberdayaan pelaku UMKM terutama kelompok wanita tani yang ada di Dusun Witajati, Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Berdasarkan hasil kegiatan ini dengan pengurus kelompok wanita tani “Sari Tunjung” yang mengatakan bahwa laporan keuangan yang mereka susun merupakan hasil dari kegiatan operasi normal KWT. Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Namun dalam menyusun laporan keuangan, tidak semua organisasi bisa membuat laporan keuangan dengan mudah. Laporan keuangan yang dibuat tentunya harus dapat dipahami, dimengerti, diandalkan dan bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan sangat sulit bagi para pembuat

laporan keuangan yang kurang mengetahui tentang standar akuntansi keuangan tersebut. Setelah dilakukan pelatihan dan pendampingan oleh team pengabdi, maka secara keseluruhan laporan keuangan yang dibuat oleh KWT pada intinya dapat dipahami, dimengerti, diandalkan dan bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan bagi entitas mikro sangat sulit bagi para pembuat laporan keuangan pada KWT Sari Tunjung, yang kurang mengetahui tentang standar akuntansi keuangan tersebut. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di desa selat pada tanggal 30 Agustus 2020 dengan menerapkan protokol kesehatan di tengah situasi pandemic Covid-19. Pelaksanaan pengabdian masyarakat dilaksanakan dengan mengundang perwakilan dari Ketua KWT dan bagian pembukuan yang menangani mengenai pecatatan dan pelaporan keuangan, serta dihadiri pula oleh kepala dusun Wita Jati, Desa Selat.

Maka, berdasarkan hasil pelatihan dan pendampingan yang dilakukan terhadap manajemen usaha di Desa Selat, maka mulai akan dibentuk program-program yang nantinya mampu memfasilitasi warga desa agar mampu mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan. Melakukan pelatihan dan pendampingan penghitungan hasil usaha dari pembudidayaan tanaman pertanian dan obat-obatan. Selain itu pula, pentingnya dilakukan secara berkelanjutan pelatihan pembukuan, pelatihan pengemasan produk dan wirausaha. Kurangnya SDM yang dimiliki oleh kelompok wanita tani “Sari Tunjung” menyebabkan belum diterapkannya pencatatan keuangan yang baik dan lengkap. Sesuai dengan hasil pelatihan dan pendampingan, kelompok wanita tani ini terdiri atas ibu-ibu rumah tangga yang kesehariannya sebagai petani memiliki keterbatasan pengetahuan dan literasi keuangan. Hal ini menyebabkan terbatasnya akses mereka terhadap sumber-sumber daya ekonomi yang produktif.

Pentingnya pelatihan dan pendampingan yang dilakukan diharapkan mampu meningkatkan

(6)

keberadaan kelompok wanita tani ini agar nantinya mampu untuk membantu kaum wanita mengaktualisasikan diri dan sebagai wadah pembelajaran bagi kaum ibu yang lain. Kelompok wanita tani memiliki ciri dan kekuatan tersendiri bagi anggota dalam upaya (1) memberdayakan kaum wanita tani khususnya untuk meningkatkan ekonomi keluarga, (2) membantu kelompok wanita tani dalam menopang kebutuhan keluarga terutama memenuhi kebutuhan biaya pendidikan anak-anaknya, (3) membantu kelompok wanita tani yang merupakan pengusaha kecil dalam hal meningkatkan akses ke permodalan. Kegiatan yang dilakukan oleh anggota kelompok wanita tani adalah di bidang pertanian, peternakan dan jual beli hasil pertanian. Berikut pada tabel 1 menunjukkan tingkat ketercapaian hasil kegiatan pelatihan dan pendampingan yang dilakukan oleh tim pengabdi Undiksha melalui penerapan ipteks, yaitu:

Tabel 1. Tingkat Ketercapaian Kegiatan

N o

Jenis Data Indikator Kriteria Keberhasilan 1 . Pengetahuan dan keterampilan tentang penyusunan Laporan keuangan dan manajemen usaha Pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha Terjadi perubahan yang positif terhadap pengetahuan dan keterampilan pelaku KWT sebesar 87% dengan nilai rata-rata yaitu 86 2 . Keterampilan para pelaku KWT dalam manajemen usaha dan membuat Laporan keuangan sesuai dengan yang dilatih Keterampila n pelaku UMKM Terjadinya perubahan yang positif terhadap keterampilan pelaku KWT sebesar 90 % dengan nilai rata-rata yaitu 87 3 . Kemampuan dan keterampilan pelaku KWT dalam membuat Laporan keuangan, manajemen usaha berkelanjutan dan meningkatkan literasi keuangan dan daya saing usaha Pengetahuan dan keterampilan pelaku KWT Terjadinya perubahan kemampuan dan keterampilan pada pelaku KWT sebesar 95% dengan nilai rata-rata yaitu 90

Sumber: Data diproses

Pada umumnya kegiatann KWT Sari tunjung difokuskan pada Kegiatan Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) yang merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam di Dusun Witajati, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja. Dana tersebut akan diberikan dalam bentuk bantuan kredit untuk membuka usaha keluarga melalui kelompok yang dibentuk perempuan.

Keberadaan dan perkembangan KWT Sari Tunjung cukup menarik perhatian karena telah menunjukkan perkembangan kinerja yang baik dan dapat memandirikan perempuan-perempuan yang ada di Desa Selat, dimana peran anggota KWT dalam proses kegiatan (ekonomi) telah mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga bagi wanita dan rumah tangga yang belum mampu, partisipasinya secara nyata memberikan sumbangan untuk kelangsungan rumah tangganya. Adanya Kelompok Wanita Tani dapat membantu pemerintah desa dalam hal mengurangi pengangguran, peningkatan pendidikan perempuan dan membangun kesejahteraan keluarga.

(7)

SIMPULAN

Untuk itu, Pada kegiatan pelatihan dan pendampingan ini, pelaku UMKM yang ada di Desa Selat Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng telah mampu dilibatkan secara kolaboratif dari awal sampai akhir kegiatan. Para pelaku UMKM dilibatkan dalam merencanakan program, penjadwalan kegiatan, ikut serta dalam pelatihan sampai pada tahap uji coba produk pelatihan. Untuk uji coba produk hasil pelatihan ini akan dilakukan pada semua jenis usaha yang mendapatkan pelatihan dan pendampingan. Tingkat ketercapaian secara keseluruhan telah memberikan hasil maksimal sebsar 95%. Sehingga keberlanjutan dari Kegiatan pelatihan dan pendampingan ini akan mampu meningkatkan keberdayaan dari kaum perempuan yang ada di Dusun Witajati, Desa Selat Kabupaten Buleleng. Terutama Masyarakat di Desa Selat pada umumnya. Kegiatan pengabdian ini diharapkan mampu meningkatkan literasi keuangan bagi kelompok wanita tani yaitu untuk meniadakan segala bentuk hambatan terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan. Terutama agar selaras dengan OJK guna meningkatkan indeks literasi keuangan di Indonesia dalam bentuk Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) yang terdiri dari kerangka dasar SLNKI yang meliputi tiga pilar yaitu: (1) Edukasi dan Kampanye Nasional Literasi Keuangan, (2) Penguatan Infrastruktur Literasi Keuangan, dan (3) Pengembangan Produk dan Jasa Keuangan. Literasi keuangan ini terdiri dari sejumlah kemampuan dan pengetahuan mengenai keuangan yang dimiliki oleh kelompok wanita tani untuk mampu mengelola atau

menggunakan sejumlah uang untuk

meningkatkan taraf hidupnya. Literasi keuangan inipun sangat terkait dengan perilaku, kebiasaan dan pengaruh dari faktor eksternal.

DAFTAR RUJUKAN

Abor, J., & Quartey, P. (2010). Issues in SME Development in Ghana and South Africa.

International Research Journal of

Finance and Economics, (39), 219–228.

Retrieved from

https://www.academia.edu/34573233/Issu es_in_SME_Development_in_Ghana_and _South_Africa

Badan Pusat Statistik, K. B. (2018). Kecamatan

Sukasada Dalam Angka 2017. Buleleng.

Retrieved from

https://bulelengkab.bps.go.id/publication/d ownload.html?nrbvfeve=gambaran umum wilayah Kabupaten Buleleng. (2018). Ginting, J. V. br. (2015). Kebijakan Penerapan

Akuntansi Sederhana Bagi UKM di Indonesia. Jurnal Ilmiah Dunia Ilmu, 1(1),

1–7. Retrieved from

https://docplayer.info/32693031- Kebijakan-penerapan-akuntansi-sederhana-bagi-ukm-di-indonesia.html Umamah, U., Herawati, N. T., & Purnamawati,

I. G. A. (2019). Analisis Perbedaan Penerapan Akuntansi Dilihat Dari Kategori Gender, Omzet Usaha Dan Literasi Keuangan Pada Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Kasus UMKM Kecamatan Buleleng). JIMAT

(Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi S1),

10(1). Retrieved from

http://garuda.ristekdikti.go.id/documents/d etail/1033138

Wahdini, & Suhairi. (2006). Persepsi Akuntan Terhadap Overload Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Bagi Usaha Kecil Dan Menengah. In Simposium Nasional

Gambar

Tabel 1. Tingkat Ketercapaian Kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu untuk mengetahui sejauh mana perkembangan UKM kuliner yang dikelola oleh wanita di Kota Bandung, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kajian

Berdirinya lembaga keuangan dengan pola syariah (BMT) di pondok pesantren Sidogiri dilatarbelakangi oleh komitmen pendirinya dan para penerusnnya untuk peduli