• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola komunikasi penggemar k-pop (korean pop) melalui media sosial (twitter) (studi etnografi pada komunitas penggemar k-pop di media sosial)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pola komunikasi penggemar k-pop (korean pop) melalui media sosial (twitter) (studi etnografi pada komunitas penggemar k-pop di media sosial)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.. Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP.

(2) BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Di penelitian yang berjudul “Pola Komunikasi Komunitas Penggemar Kpop melalui Media Sosial (twitter) (Studi Etnografi pada Komunitas Penggemar K-pop di Media Sosial)” Ini, peneliti telah mempelajari beberapa penelitian sejenis terdahulu untuk menjadi bahan acuan dalam melakukan penelitian. 1) Penelitian pertama yang ditulis oleh Ulya, Siti Helmiyatul dari Universitas Islam Negeri Sunan. Kalijaga, dengan judul “Gaya Hidup Komunitas. Korean Pop „Shawol‟ di Kota Yogyakarta.” yang membahas permasalahan mengenai bagaimana motivasi remaja ikut komunitas Korean pop Shawol di Kota Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bagaimana motivasi remaja ikut komunitas Korean pop Shawol di Kota Yogyakarta dengan menggunakan metode kualitatif dalam pengambilan data diantaranya dengan cara melakukan observasi, melakukan wawancara dan juga dokumentasi. Teori yang digunakan yaitu teori motivasi oleh Sondang P. Siagian,. temuan penelitian menunjukkan, Motivasi yang. mendasari setiap Kpoppers itu ada yang berasal dari diri sendiri karena suka dengan Korean Pop tetapi ada juga yang bersifat eksternal yaitu karena alasan dari untuk kepentingan yang lain. 2) Penelitian kedua yang ditulis oleh Wahyuastri, Erin dari Universitas Negeri Surabaya, angkatan 2009 dengan judul “Pola Interaksi Simbolik 9. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(3) Pecinta K-pop dalam Komunitas Korean Lovers di Surabaya.” yang membahas permasalahan mengenai Bagaimana pola interaksi simbolik pecinta K-pop dalam komunitas Korean lovers di Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola interaksi simbolik pecinta Kpop dalam komunitas Korean lovers di Surabaya, dengan menggunakan metodologi deskriptif kualitatif dan menggunakan metode observasi partisipan,teori yang digunakan yaitu teori interaksionalisasi simbolik. Temuan penelitian menunjukkan, terdapat interaksi simbolik yang terjadi baik itu sesama newbie, sesama pro dan Newbie dengan Pro. Dan ditemukan bahwa interaksi yang terjalin antara newbie dengan Pro cenderung tidak seimbang karena adanya perbedaan persepsi mengenai Kpop. 3) Penelitian ketiga yang ditulis oleh Felintya Fellicya dari Universitas Multimedia Nusantara, angkatan 2011 dengan judul “Pola Komunikasi Komunitas Penggemar K-pop melalui Media Sosial (twitter) (Studi Etnografi pada Komunitas Penggemar K-pop di Media Sosial)” yang membahas permasalahan mengenai bagaimana pola komunikasi yang terjadi di dalam media sosial diantara komunitas penggemar K-pop dan apa saja perilaku komunikasi yang terjadi di media sosial diantara komunitas K-pop, penelitian bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi yang terjadi antara komunitas K-pop dalam media sosial dan untuk mengetahui apa saja perilaku komunikasi yang terjadi di media sosial dalam komunitas K-pop, penelitian ini akan menggunakan metode 10. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(4) kualitatif deskriptif dengan menggunakan konsep-konsep komunikasi, komunikasi kelompok, teknologi pada media, dan menggunakan teori teori interaksional simbolik, etnografi komunikasi virtual, dan teori manajemen makna terkoordinasi, dengan menggunakan paradigma konstruktivis metodologi penelitian etnografi. 4) Kajian Terdahulu.. Keterangan. Penelitian 1. Judul. Penelitian 2. Penelitian 3. Gaya Hidup Komunitas POLA. Pola Komunikasi. Korean Pop “Shawol”. INTERAKSI. Komunitas. di Kota Yogyakarta. SIMBOLIK. Penggemar K-pop. PECINTA K-POP. melalui Media. DALAM. Sosial (twitter). KOMUNITAS. (Studi Etnografi. KOREAN. pada Komunitas. LOVERS DI. Penggemar K-pop. SURABAYA. di Media Sosial).. (KLOSS) Tujuan Penelitian. Untuk mengetahui. Untuk mengetahui Untuk mengetahui. motivasi remaja ikut. pola interaksi. pola komunikasi. komunitas Korean Pop. simbolik pecinta. yang terjadi di. Shawol di Kota. K-pop pada. antara anggota. Yogyakarta. komunitas Korean. komunitas. Lovers Surabaya. penggemar K-pop,. (KLOSS). dan perilaku apa yang ditampilkan oleh anggota 11. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(5) penggemar K-pop dalam media sosial. Metode Penelitian Kualitatif - deskriptif. Teori/Paradigma. Kualitatif -. Kualitatif -. Deskriptif. deskriptif. Teori motivasi oleh. Teori. Teori. Sondang P Siagian.. Interaksionalisasi. Interaksionalisasi. Simbolik. simboli, Teori etnografi virtual, etnografi komunikasi, teori makna terkoordinasi.. Metodologi. Hasil Penelitian. -. Etnografi. Etnografi. Komunikasi. Komuniaksi. Motivasi yang. Interaksi yang. Adanya pola yang. mendasari setiap. terjalin antara. berulang seperti. Kpoppers itu ada yang. Newbie dengan. perkenalan yang. berasal dari diri sendiri. Pro cenderung. dilakukan setiap. karena suka dengan. tidak seimbang. anggota ketika. Korean Pop tetapi ada. karena adanya. mereka akan. juga yang bersifat. perbedaan. memulai interkasi,. eksternal yaitu karena. persepsi mengenai dan adanya. alasan dari untuk. K-pop.. kepentingan yang lain.. perilaku yang ditunjukkan seperti penulisan tweet yang beragam sesuai dengan. 12. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(6) kondisi yang dilihat setiap anggota. Perbedaan. Penelitian 1 memiliki. Penelitian 2. Penelitian 3. perbedaan tujuan. memiliki. berbeda dengan. dengan penelitian 3. perbedaan dengan. penelitian 1 dan 2. yaitu, berusaha mencari penelitian 3 yaitu,. karena, penelitian 3. tahu mengenai. penelitian 2 tidak. memiliki fokus. motivasi dari. menggunakan. yaitu komunitas di. penggemar K-pop. media sosial,. dalam media. khususnya dalam. namun. sosial, dan meliputi. fanclub “Shawol”. menggunakan. seluruh komunitas. ketika mereka. komunitas real &. yang ada dalam. memutuskan untuk ikut. berusaha mencari. komunitas K-pop,. ke dalam fanclub. tahu mengenai. bukan dengan satu. tersebut.. interaksi simbolik. komunitas spesifik.. yang digunakan. 2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Kerangka Konsep 2.2.1.1 Pola Komunikasi Soejanto (2001:27) dalam jurnal penelitian yang ditulis oleh Hendri Gunawan (2013) mengatakan bahwa Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya, Pola Komunikasi diartikan sebagai 13. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(7) bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman, dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa pola komunikasi dalam penelitian ini ingin melihat bentuk-bentuk komunikasi yang ditampilkan ketika setiap anggota dari komunitas penggemar K-pop yang melaksanakan aktifitas komunikasi mereka dan saling bertukar pesan melalui sosial media yaitu twitter. 2.2.1.2 Komunikasi Kelompok Suatu aktifitas komunikasi tidak hanya terjadi antara satu individu dengan individu lainnya, namun komunikasi juga dapat terjadi dalam sebuah kelompol, dimana kelompok tersebut memiliki beberapa orang dan tidak hanya terdiri dari satu atau dua individu, kelompok dapat terdiri dari lima bahkan hingga belasan orang di dalamnya. Tentunya kelompok terbentuk dikarenakan masing – masing anggot di dalamnya memiliki pesan dan tujuan yang sama. Di dalam buku Communication : Principle For Lifetime oleh Beebe, Steven A, dijelaskan bahwa manusia terlahir di dalam sebuah kelompok, belajar dalam sebuah kelompok, dan bersenangsenang dalam sebuah kelompok, kita sebagai manusia juga bekerja dalam sebuah group. Pada zaman sekarang ini teknologi membantu kita untuk lebih mudah dalam berkomunikasi dan berkolaborasi di 14. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(8) dalam sebuah kelompok meskipun kita tidak saling bertatap muka dengan orang lainnya. Di dalam buku Communication : Principle For Lifetime terdapat beberapa ciri – ciri terbentuknya group atau kelompok yaitu : 1) Group dengan beberapa anggota Group atau kelompok dapat terbentuk paling tidak ada tiga orang anggota, kelompok yang hanya terdiri dari dua orang anggota tidak dapat dinyatakan sebagai sebuah kelompok karena tidak menunjukkan karakteristik dari sebuah group atau kelompok.. 2) Group yang memiliki tujuan sama Di dalam membuat sebuah group atau kelompok, para anggota harus saling memiliki tujuan yang sama. Mereka harus mencapai sebuah kesamaan.. 3) Para anggota dalam group memiliki rasa diterima Di dalam membentuk sebuah group atau keompok, setiap anggotanya harus memiliki rasa bahwa mereka merupakan bagian dari kelompok tersebut, sekali lagi para anggota kelompok harus saling berbagi dan menghargai satu sama lain. 15. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(9) 4) Anggota grup atau kelompok saling memberikan pengaruh kepada anggota lain. Ketika kita berada di dalam suatu kelompok, kehadiran dan. partisipasi. kita. sebagai. anggota. kelompok. mempengaruhi anggota lain. Anggota kelompok saling bergantung satu sama lain, apa yang dikatakan oleh satu orang di dalam group akan mempengaruhi anggota lainnya. Ketika kita berbicara bahkan diam hal itu akan sangat mempengaruhi aktifitas group selanjutnya. Mengapa orang – orang tergabung di dalam sebuah group? Brent D. Ruben (2006:273) menegaskan “Manusia masuk dan bergabung ke dalam sebuah group untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka, group membantu orang – orang untuk menemukan tujuan mereka termasuk pergaulan dan persahabatan, mendukung perkembangan masing – masing pribadi, pertumbuhan rohani, dan pertumbuhan ekonomi”. Berdasarkan ciri – ciri terbentuknya sebuah group atau kelompok yang ada diatas, maka komunitas penggemar K-pop pun terbentuk karena terjadinya kelompok yang terdiri dari orang – orang yang memiliki tujuan yang sama dan mereka saling bergantungan. Komunitas dari penggemar K-pop memiliki tujuan yang sama yaitu sama – sama menyukai budaya K-pop mulai dari 16. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(10) boyband, girlband, musik dan fashion. Anggota di dalam penggemar K-pop juga memiliki rasa saling ketergantungan satu sama lainnya, karena ketika satu anggota berbicara mengenai suatu hal maka akan sangat mempengaruhi anggota lainnya. Masih di dalam buku Communication : Principle For Lifetime, bahwa terdapat dua jenis group yang memiliki sasaran dan tujuan yang berbeda yaitu : 1) Primary Groups Primary. Groups. lahir. karena. bertujuan. untuk. melengkapkan kebutuhan manusia, salah satu contoh dari primary group yang paling mudah dan sering kita temukan adalah keluarga. Di dalam suatu diskusi keluarga setiap anggota akan mengikuti proses yang sudah ditentukan untuk mencapai hasil yang mereka inginkan.. 2) Study Group Study Group lahir karena adanya rasa untuk membantu anggota grup lain dalam memberikan informasi baru dan ide-ide baru. Sebagai contohnya ketika seorang murid masuk kedalam sebuah kelompok belajar, murid tersebut dibantu oleh teman lain dalam memahami pelajaran baru . 17. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(11) 3) Therapy Group Grup yang ada untuk membantu anggota lain dalam menyelesaikan masalah mereka. Grup ini terdiri dari anggota-anggota yang memiliki kebutuhan yang sama, dan pesan-pesan timbal balik yang disampaikan oleh pemimpin group sangat mempengaruhi setiap anggota.. 4) Problem-solving group Grup ini terbentuk karena anggota-anggotanya ingin menyelesaikan suatu masalah dengan penyelesaian yang dapat mencapai tujuan mereka. Grup ini banyak terdapat di dalam sebuah organisasi atau perusahaan.. 5) Focus Group Grup yang terdiri dari beberapa orang untuk membahas suatu masalah atau kejadian kepada anggota grup lainnya, sehingga setiap anggota memiliki penegertian yang sama terhadap suatu masalah. Biasanya satu orang akan. menjadi. moderator. atau. fasilitator. untuk. menjelaskan pertanyaan dan memberikan kesempatan 18. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(12) kepada anggota lainnya untuk membagikan pemikiran mereka.. 6) Social Group social groupmerupakan group yang eksis hanya karena adanya kesenangan dalam bergaul dengan orang lain, social grup sendiri juga memiliki beberapa macam group lain seperti Travel group, dinner club, atau music group mengapa bisa terbentuk grup – grup seperti itu? Hal. ini. dikarenakan. anggota-anggota. di. dalam. kelompok-kelompok tersebut memiliki kesenangan dalam membicarakan kesukaan mereka yang sama.. Berdasarkan penjelasan diatas, komunitas dari penggemar Kpop itu sendiri masuk ke dalam social group, dimana setiap anggota bergabung kedalam komunitas tersebut karena mereka memiliki kesenangan atau kesukaan yang sama yaitu sama-sama menyukai budaya K-pop (boyband,girlband,musik dan fashion). Para anggota di dalam komunitas tersebut saling bertukar pendapat mengenai boyband atau girlband yang mereka gemari, beserta musik atau lagu K-pop terbaru yang mereka gemari. Hal inilah yang membuat setiap manusia membutuhkan kelompok atau komunitas untuk mereka ikuti agar mereka dapat 19. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(13) bersosialisasi dengan manusia lainnya dan membuat mereka menemukan tujuan hidup mereka, khususnya bagi para individu yang sangat menyukai K-pop bahkan tergila-gila dengan K-pop mereka harus ikut bergabung dengan komunitas yang terdiri dari individu-individu yang menyukai K-pop agar mereka dapat saling bersosialisasi dan menemukan tujuan mereka bersama -sama.. 2.2.1.3 K-pop (Korean Pop) K-pop merupakan sebuah singkatan yaitu Korean Pop. Korean Pop merupakan suatu budaya di Korea Selatan yang saat ini telah menjadi tren terutama di kalangan anak muda. Korea Selatan telah berhasil membius sebagian besar masyarakat Indonesia terutama kaum remaja, K-pop yang identik dengan boyband dan girlband nya telah berhasil menjadi tren no.1 dalam hal grup musik, boyband dan girlband K-pop menjadi begitu populer akibat paras mereka yang tampan dan cantik mudah menarik perhatian masyarakat khususnya wanita. Tak hanya persoalan tampilan wajah, namun gaya pakaian yang mereka kenakan juga sangat unik dan sangat modern juga menjadi salah satu pusat perhatian yang membuat masyarakat Indonesia menjadi salah satu pengikut tren Kpop ini. Tak hanya di Indonesia namun tren K-pop ini sudah sangat mendunia bahkan sampai Eropa dan latin America, hal ini dapat di buktikan dengan banyaknya penggemar K-pop di Eropa dan 20. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(14) America mengunduh video – video seperti dance cover atau acara gathering antar sesama penggemar disana, ditambah lagi dengan banyaknya. boyband. dan. girlband. Korea. yang. mulai. menyelenggarakan tour konser atau groupcase di Eropa dan America.. 2.2.1.4 Komunitas K-pop (Korean Pop) Komunitas K-pop yang terdiri dari orang – orang yang memiliki latar belakang budaya berbeda, agama yang berbeda, tempat tinggal yang berbeda bahkan dari kalangan fanclub yang berbeda berkumpul menjadi satu karena mereka memiliki kesamaan yaitu sama-sama menyukai tren K-pop dan sama-sama menyukai anggota-anggota dari boyband atau girlband K-pop. Komunitas K-pop terdiri dari anggota-anggota yang dapat dibilang merupakan fans yang sangat fanatik terhadap idola mereka, dan mereka akan terus mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan oleh idola mereka, dalam kurun waktu tertentu komunitas K-pop dapat mengadakan gathering atau pertemuan antar sesama anggota untuk dapat saling mengenal antar satu anggota dengan anggota lainnya. Komunitas menurut para ahli yaitu George Hillery Jr adalah sekumpulan orang yang hidup di suatu wilayah dan memiliki ikatan untuk melakukan interaksi satu sama lain, sedangkan menurut Kertajaya Hermawan, komunitas adalah sekelompok orang yang 21. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(15) saling peduli satu sama lain lebih dari seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values. Dapat diartikan bahwa komunitas penggemar K-pop juga terdiri dari anggota-anggota yang saling peduli terhadap satu sama lainnya disebabkan oleh mereka yang memiliki kesamaan interest mengenai budaya K-pop itu sendiri.. 2.2.1.5 Komunitas Sosial Maya Pada buku yang ditulis oleh Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos. M.Si yang berjudul Sosisologi Komunikasi, Beliau menjelaskan mengenai kelompok sosial maya. Pada dasarnya ada dua model keanggotaan kelompok sosial maya, yaitu kelompok intra dan kelompok inter. Kelompok intra biasanya disebut dengan internet, di mana secara otonom mengatur diri mereka sendiri, memiliki aturan-aturan yang disepakati sendiri secara intern, memiliki bahasa-bahasa sapaan yang terkenal sendiri dan memiliki kemampuan untuk memproteksi sendiri seluruh kepentingan, kebutuhan , dan aturan-aturan yang mereka kehendaki. Selain sifat kelompok sosial dalam masyarakat maya menonjol dalam ciri sekunder, dengan dua ciri yaitu free dan members, maka kelompok tersebut juga memiliki sifat crowd, yaitu berkerumun dalam jaringan tertentu, ngobrol (chatting), berkenalan dan kemudian pergi. 22. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(16) Yang paling penting dan menjadi ciri khas dari sifat keanggotaan dalam masyarakat maya adalah eksistensi mereka di dalam kelompok atau jaringan tersebut. Bahwa kehadiran setiap anggota dalam sebuah kelompok jaringan diperhitungkan. berdasarkan. pada. seberapa. besar. anggota. itu. menggunakan ruang dalam space yang disediakan oleh tuan rumah (pemilik website) itu. Sedangkan dalam komunitas K-pop di dalam jejaring sosial dapat dikatakan sama dengan apa yang di jelaskan oleh Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos. M.Si, dimana setiap anggota dalam jejaring sosial selalu berkerumun membentuk kelompo-kelompok kecil dan saling berinteraksi atau ngobrol dan saling berkenalan. Kehadiran setiap anggota komunitas K-pop dalam twitter juga merupakan salah satu hal yang penting, karena ketika salah satu dari mereka tidak online dalam waktu dua bulan saja maka followersmereka akan berkurang.. 2.2.1.6 CMC (Computer Mediated Communication) Computer Mediated Communication merupakan suatu penemuan teknologi terbaru yang dapat menghubungkan dua individu atau lebih untuk dapat saling berinteraksi dengan adanya sambungan internet. Manurut December (1997) dalam Computer Mediated Communication : Social Interaction and The Internet, CMC sebagai proses komunikasi manusia yang menggunakan komputer melibatkan orang, disituasikan 23. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(17) dalam. berbagai. konteks,. serta. melibatkan. proses-proses. untuk. membentuk media dengan tujuan yang beraneka ragam. Selain itu, komunikasi dengan media komputer (CMC) dapat didefinisikan juga sebagai transaksi komunikasi yang terjadi lewat dua buah atau lebih komputer yang berhubungan. Contohnya seperti chatting, instant messaging, SMS (Short Message Service), dan email. Menurut Thurlow (2004:48) dalam CMC terbagi menjadi tiga deficit approaches yaitu, 1.. The social presence model. Kondisi dimana aktor sosial mendapatkan pengalaman sesuai dengan isyarat atau lambang-lambang sosial yang terdapat dalam berbagai media komunikasi.. 2.. Cuelesness Mengidentifikasi semua aspek-aspek non verbal seperti gesture, wajah, ekspresi, intonasi suara, dan penampilan. Seluruh aspek-aspek non verbal tidak dapat dirasakan dan dilihat dan didengar di dalam penggunaan teknologi.. 3.. Defining Media Richness. Kemampuan teknologi komunikasi di dalam mengantarkan seluruh pesan diukur berdasarkan seberapa luas teknologi tersebut atau seberapa besar kemampuan teknologi tersebut menyampaikan seluruh pesan verbal dan non verbal, kemampuan. dalam. memberikan. feedback. juga 24. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(18) mempengaruhi, begitu juga dengan kemampuan dalam mendukung setiap percakapan dalam bahasa apapun.. 2.2.1.7 Sosial Media Merupakan bagian dari keunggulan dunia internet, dimana setiap individu – individu yang tinggal dengan jarak yang jauh dapat saling berkomunikasi. Bungin (2006:138) menjelaskan bahwa kekuatan internet, bukan sekedar pada kecanggihan hardware tetapi juga pada kerumitan software-nya. Aplikasi software komunikasi dan kolaborasi koneksi digunakan untuk mendukung komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi jaringan yang ada dalam cybercommunication. Hal tersebut yang pada akhirnya menciptakan berbagai macam bentuk media sosial di dalam internet seperti, blog, facebook, twitter,tumblr, messenger chat, skype, path, dan lainnya. Dengan banyaknya aplikasi media sosial yang dapat diakses melalui ponsel juga lebih mempermudah setiap individu yang tinggal dengan jarak yang berjauhan agar dapat tetap saling berkomunikasi.. 2.2.1.8 Peran Teknologi Media Pada zaman sekarang ini dimana teknologi sudah menjadi semakin canggih dengan kekuatan koneksi yang semakin cepat membuat antar individu dapat berkomunikasi dimana pun dan kapan pun mereka berada. Dengan terciptanya teknologi yang semakin canggih ini 25. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(19) membuat orang-orang juga semakin sulit menyaring informasi yang datang, hal ini membuat masyarakat sulit untuk mengkontrol informasiinformasi yang datang dari berbagai media seperti media massa (koran,majalah), media elektronik (televisi, radio), dan media online (internet). Perkembangan teknologi tidak hanya berdampak negatif namun juga dapat berdampak positif terutama untuk pendidikan yang ada di Indonesia, sekarang sekolah-sekolah yang terletak di pedalaman sudah dapat mengakses internet dengan komputer yang tersedia di sekolah mereka, hal ini membuktikan bahwa sekolah-sekolah di Indonesia sudah dapat mengikuti perkembangan zaman, tentunya dengan adanya internet di sekolah dapat membantu setiap guru dalam memperoleh bahan pelajaran dan informasi lain selain dari buku pelajaran. Rivers (2003:22) mengatakan “Media sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari orang Amerika pada umumnya, sehingga mereka sulit membanyangkan hidup tanpa media, tanpa koran pagi, tanpa majalah time yang mengungkap gosip baru president; tanpa Reader‟s Digest dan karakter-karakternya yang tak terlupakan, tanpa komik, tanpa bacaan filsafat, atau tanpa televisi dengan para bintang film yang memukau seperti Tom Jonesm , Mike Nichols, James Reston, Walter Cronkite, Matt Dillon, Elizabeth Taylor, dan The Beatles”.. Dapat. disimpulkan dari pernyataan tersebut bahwa manusia tidak dapat hidup. 26. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(20) tanpa adanya media, media telah menjadi salah satu bagian terpenting dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Perkembangan media yang semakin canggih ternyata juga mengubah dunia, perkembangan media ini telah mengubah industri teknologi menajadi digital baru, seluruh berita yang dimuat dalam koran, televisi, dan radio dapat di rangkum menjadi satu ke dalam sebuah artikel di website, perubahan industri ini juga menjadi salah satu tantangan bagi mereka yang akan bekerja di bagian media profesional, perembangan media ini juga dapat mengubah gaya hidup seseorang, dengan koneksi yang lebih cepat seseorang dapat menonton tayangan video di internet secara online dalam sebulan penuh, perkembangan media juga dapat mempengaruhi masyarakat informasi atau information society mereka yang hidup bergantung oleh adanya informasi turut terpengaruh dengan terjadinya perkembangan teknologi dan media, mereka yang hidup bergantung dengan berita koran mengharuskan mereka untuk dapat beradaptasi dengan media baru seperti lahirnya komputer dan telepon gengam. (Andrew Back. Communication Studies : The Essential Resource. 2004. Hal. 4-8).. 27. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(21) 2.2.2 Kerangka Teori 2.2.2.1 Teori Interaksionalisasi Simbolik West, Richard dan Lynn H. Tunner (2008:98) membahas mengenai interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan hubungannya dengan masyarakat. Raplh LaRossa dan Donald C.Reitez (1993) dalam West, Richard dan Lynn H. Tunner (2008:98) telah mempelajari teori interaksi simbolik yang. berhubungan. dengan. kajian. mengenai. keluarga.. Mereka. mengatakan bahwa tujuh asumsi mendasari SI dan bahwa asumsi -asumsi ini memperlihatkan tiga tema besar. 1) Pentingnya makna bagi perilaku manusia. 2) Pentingnya konsep mengenai diri. 3) Hubungan antara individu dengan masyarakat. Makna tercipta karena adanya interaksi yang terjadi antar sesama individu, indivu melakukan proses interaksi dan berusaha untuk menciptakan makna yang sama, apabila makna yang tercipta tidak sama maka akan terjadi kesalahpahaman diantara keduanya dan komunikasi akan menjadi sulit. Terdapat tiga asumsi yang diambil darikarya Herbert Blumer (1969), yaitu : 1) Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka. perilaku sebagai suatu rangkaian pemikiran dan perilaku yang dilakukan secara sadar antara rangsangan dan repons orang 28. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(22) berkaitan dengan. rangsangan tersebut.. Jadi,. seseorang. memberikan makna kepada orang orang lain melalui simbol simbol yang ia gunakan seperti misalnya ingin menampilkan image diri yang baik dan sopan, maka ia akan mengenakan pakaian rapih seperti kemeja dan dasi ketika ia akan berangkat mencari pekerjaan. Dalam hal ini, manusia akan bertindak kepada manusia lain sesuai dengan makna yang telah mereka terima dari orang lain. 2) Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia. makna akan tercipta apabila dua orang individu dapat memberikan intepretasi yang sama mengenai simbol yang mereka tukarkan di dalam interaksi. Makna itu sendiri terdapat di dalam orang dan bukan di dalam benda, orang-orang membentuk dan menciptakan makna ketika mereka sedang berinteraksi.. 3) Makna dimodifikasi melalui proses intepretif. Blumer menyatakan bahwa proses intepretif memiliki dua langkah. Pertama, para pelaku menentukan benda – benda yang mempunyai makna. Langkah kedua melibatkan si pelaku untuk memilih, mengecek, dan melakukan transformasi makna di dalam konteks di mana mereka berada.. 29. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(23) Tema yang kedua berfokus pada pentingnya konsep diri, atau seperangkat persepsi yang relatif stabil yang dipercaya orang mengenai dirinya sendiri. Tema ini memiliki dua asumsi tambahan, menurut LaRossan dan Reitzes (1993) dalam West, Richard dan Lynn H. Tunner (2008:101): 1) Individu-individu. mengembangkan. konsep. diri. melalui. interaksi dengan orang lain. Asumsi ini menyatakan bahwa kita membangun perasaan akan diri (sense of self) tidak selamanya melalui kontak dengan orang lain. Tidak selamanya seseorang memahami diri mereka sendiri karena kontak dengan orang lain, tapi lama kelamaan manusia akan mulai membangun dan memahami dirinya sendiri diakibatkan adanya proses interaksi dengan orang lain. 2) Konsep diri memberikan motif yang penting untuk pelaku. Keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian mengenai diri memengaruhi perilaku adalah sebuah prinsip penting pada teori ini. Mekanisme ini digunakan untuk menuntun perilaku dan sikap. Ketika kita tahu mengenai konsep diri kita sendiri hal itu memungkinkan kita untuk mengetahui sejauh mana kemampuan diri kita sendiri terhadap suatu hal. Tema yang ketiga berkaitan dengan hubungan antara kebebasan individu dan batasan sosial, asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah sebagai berikut : 30. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(24) 1) Orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial Asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku individu. Norma-norma atau aturan yang terdapat di dalam budaya mempengaruhi seseorang di dalam berperilaku, seperti misalnya saat seseorang akan pergi bekerja, budaya tempat ia bekerja mengharuskan ia untuk mengenakan pakaian formal dengan dasi, maka ia harus mengikuti seluruh norma di dalam budaya tempat ia bekerja. 2) Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. Asumsi ini menengahi posisi yang diambil oleh asumsi sebelumnya. Dalam hal ini teoritikus SI percaya bahwa manusia. merupakan. pembuat. pilihan,. manusia. tidak. sepenuhnya dibatasi oleh budaya dan situasi, terdapat hal-hal yang diputuskan sendiri oleh manusia dan diikuti oleh manusia lain lewat interaksi. Seperti misalnya ketika salah satu universitas menetapkan “jumba” dimana setiap jumat seluruh mahasiswa. beserta. dosen. dan. karyawan. diharuskan. mengenakan pakaian batik setiap hari jumat, hal tersebut ditetapkan oleh individu-individu dalam universitas dan diikuti oleh individu lainnya melalui proses interaksi.. 31. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(25) 2.2.2.2 Etnografi Komunikasi Kuswarno, Engkus (2008:32) menyatakan bahwa etnografi pada dasarnya merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografi, dan berbagai macam deskripsi kebudayaan. Etnografi bermakna membangun suatu pengertian yang sistemik mengenai semua kebudayaan manusia dan perspektif orang yang telah mempelajari kebudayaan itu. Tahapan penelitian etnografi komunikasi adalah seperti berikut ini : 1.. Identifikasi peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi secara berulang (reccurent events). 2.. Inventarisi komponen komunikasi yang membangun peristiwa komunikasi yang berulang tersebut.. 3.. Temukan. hubungan. membangun. peristiwa. antarkomponen komunikasi,. komunikasi yang. akan. yang dikenal. kemudian sebagai pemolaan komunikasi (communication patterning). Obyek penelitian etnografi komunikasi yang menjadi dasar penelitian ini sebagai berikut : 1.. Masyarakat tutur (speech community) Creswell menyebutkan kelompok sosial atau masyarakat ini sebagai. committee,. yaitu. sekelompok. orang. yang. membangun dan berbagi kebudayaan, nilai, dan kepercayaan, dan asumsi-asumsi secara bersama-sama. Menurut Hymes, 32. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(26) yang menekankan bahwa semua anggota masyarakat tutur tidak saja sama – sama memiliki kaidah untuk berbicara, tetapi juga satu variasi linguistik. 2.. Aktivitas Komunikasi Dalam. etnografi. komunikasi. sama. komunikasi, artinya. menemukan. dengan. aktivitas. mengidentifikasikan. peristiwa komunikasi dan atau proses komunikasi. Karena etnografi komunikasi memandang komunikasi sebagai proses yang sirkuler dan dipengaruhi oleh sosiokultural dalam etnografi komunikasi melibatkan aspek-aspek sosial dan kultural dari partisipan komunikasinya. 3.. Komponen Komunikasi Komponen komunikasi mendapat tempat yang paling penting dalam etnografi komunikasi. Selain itu, melalui komponen komunikasilah. sebuah. peristiwa. komunikasi. dapat. diidentifikasi, sehingga secara tidak langsung komponen komunikasi. juga. akan. menuntun. peneliti. etnografi. komunikasi ketika di lapangan. 4.. Kompetensi komunikasi Tindak komunikatif individu sebagai bagian dari suatu masyarakat tutur, dalam perspektif etnografi komunikasi lahir dari integrasi tiga keterampilan, yaitu ketrampilan linguistik, ketrampilan. interaksi,. dan. ketrampilan. kebudayaan. 33. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(27) Kemampuan atau ketidakmampuan dalam menguasai satu jenis ketrampilan kompetensi atau inkompetensi, akan mengakibatkan tidak tepatnya perilaku komunikasi yang ditampilkan. 5.. Varietas Bahasa Hymes menjelaskan bahwa dalam setiap masyarakat terdapat varietas kode bahasa (language code) dan cara-cara berbicara yang bisa dipakai oleh anggota masyarakat atau sebagai repertoir komunikatif masyarakat tutur.. 2.2.2.3 Teori Etnografi Virtual Hine (2000:8) menjelaskan mengenai etnografi yang masuk ke dalam dunia internet. Kepercayaan akan internet dan kegunaannya dapat berguna di dalam penyelidikan. Kepercayaan kepada internet dapat memungkinkan adanya konsekuensi yang penting dalam bagaimana kita meyambungkan kegunaan internet itu kepada teknologi yang seharusnya dapat dan tidak dapat digunakan. Hal-hal spesifik yang menjadi dasar pertanyaan atas teori ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana pengguna internet mengerti mengenai kapasitas internet itu sendiri? signifikansi apakah yang didapatkan untuk mereka? Bagaimana mereka mengerti kapabilitas internet sebagai media dari komunikasi, dan siapakah audiens yang dapat merasakan? 34. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(28) 2) Bagaimana internet dapat mempengaruhi hubungan sosial dalam suatu organisasi dalam ruang dan waktu? apakah hal itu berbeda ketika mereka berada dalam kehidupan nyata, dan jika itu. benar. bagaimana. pengguna. internet. mencocokkan. keduanya? 3) Apa implikasi dari internet kepada kebenaran dan kekuasaan? Bagaimana identitas keduanya berperan dan. bagaimana. kebenaran dapat diungkapkan? 4) Apakah pengalaman „the virtual‟ sebagai radikal yang berbeda dan terpisah dari „nyata‟ ? Apakah terdapat batas-batasantara online dan offline? Di dalam bukunya yang berjudul “Virtual Etnography”, Hine (2000:43-57) menjelaskan bahwa penelitian etnografi dalam internet ini memiliki satu persoalan dimana interaksi antara peneliti dengan subjek penelitian merupakan hal yang penting. Di dalam meneliti etnografi dalam internet ini, keberadaan peneliti dengan subjek yang diteliti berada dalam posisi yang simetris dimana antara peneliti dan subjek yang diteliti berada dalam pola komunikasi yang sama, keduanya saling memiliki pemahaman atau pengertian yang sama, dan berbeda ketika peneliti berada di dalam cyberspace, posisi peneliti disini dengan subjek yang diteliti berada dalam posisi yang asimetris, dan akan berbeda pula ketika peneliti berada dalam interaksi menggunakan komputer atau CMC. 35. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(29) (Computer Mediated Communication), posisi peneliti dan subjek yang diteliti berada dalam posisi virtual. Menurut Hine, individu yang pantas untuk diteliti merupakan individu yang „real‟ dan bukan subjek yang „virtual‟ konstruksi identitas yang ditunjukkan pun penting, seperti ketika mereka berada dalam dunia maya mereka juga menunjukkan bagaimana mereka di dalam kehidupan nyata.. 2.2.2.3 Teori Manajemen Makna Terkoordinasi West, Richard dan Lynn H. Tunner (2008:115) menjelaskan mengenai asumsi-asumsi manajemen makna terkoordinasi, teori ini penting karena berfokus pada hubungan antara individual dengan masyarakatnya (Philipsen,1995). Manusia, karenanya, mampu menciptakan dan mengintepretasikan makna. Selain itu, juga terdapat beberapa asumsi: 1) Manusia hidup dalam komunikasi. Fakta menyatakan bahwa manusia hidup dalam komunikasi. Situasi sosial diciptakan melalui interaksi, oleh karena itu individu – individu menciptakan realitas percakapan mereka, setiap interaksi memiliki potensi untuk menjadi unik. 2) Manusia saling menciptakan realitas sosial.. 36. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(30) Realitas. sosial. adalah. keyakinan. seseorang. mengenai. bagaimana makna dan tindakan sesuai atau tepat dalam sebuah interaksi sosial. Asumsi kedua ini adalah bahwa manusia saling menciptakan realitas sosial, kepercayaan bahwa orang orang saling menciptakan realitas sosial mereka dalam percakapan disebut konstruksionisme sosial yang artinya kepecayaan bahwa orang – orang saling menciptakan realitas sosial mereka yang baru. Realitas sosial merujuk pada pandangan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai dengan interaksi interpersonalnya. Dua orang yang memiliki sudut pandang berbeda dan masing-masing memiliki pengalaman bercakap-cakap yang berbeda makan mereka akan menciptakan realitas sosial yang baru. 3) Transaksi. informasi. bergantung. kepada. pribadi. dan. interpersonal. Transaksi informasi tergantung kepada makna pribadi dan interpersonal. Makna pribadi didefinisikan sebagai makna yang dicapai ketika seseorang berinteraksi dengan yang lain sambil membawa pengalamannya yang unik ke dalam interaksi. Walaupun. diantara. kedua. individu. saling. membawa. pengalaman mereka dalam interaksi, maka sangat tidak mungkin. apabila. kedua. individu. akan. dapat. mengintepretasikan pengalaman yang sama dengan cara yang 37. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(31) sama. Makna pribadi tidak hanya membantu kita untuk menemukan informasi mengenai diri kita sendiri, namun dapat membantu kita dalam menemukan informasi mengenai orang lain. Setelah dua orang yang berinteraksi sepakat atas intepretasi satu sama lain, mereka dikatakan telah mencapai makna interpersonal yang dimaksudkan sebagai makna yang didapat ketika seseorang membawa pengalaman-pengalamannya yang unik ke dalam sebuah interaksi. Dalam mencapai makna interpersonal sangat membutuhkan waktu karena akan dihadapkan pada berbagai isu komunikasi. Para teoritikus mengemukakan enam level makna: isi, tindak tutur, episode, hubungan, naskah kehidupan, dan pola budaya. 1) Isi. Langkah awal di mana data mentah dikonversikan menjadi makna. Misalnya, pada waktu makan siang di kantor Anda, Anda mungkin akan mengonversi simbol-simbol yang anda amati atau yang dikirim menjadi sebuah makna sesuai dengan isinya. Anda mungkin akan mengelompokkan informasi yang anda dengar mengenai bos anda ke dalam satu kategori, dan informasi mengenai lingkungan kerja ke kategori kedua, kemudian informasi mengenai skala penggajian ke dalam kategori ketiga. 38. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(32) 2) Tindak Tutur. Tindakan – tindakan yang kita lakukan dengan cara berbicara termasuk. memuji,. menghina,. berjanji,. mengancam,. menyatakan, dan bertanya. Tindak tutur adalah konfigurasi dari logika makna dan tindakan dari percakapan, dan konfigurasi ini dibangun bersama. 3) Episode. Rutinitas komunikasi yang memiliki awal, pertengahan, dan akhir. yang. jelas.. Dapat. dikatakan. bahwa. episode. mendeskripsikan konteks di mana orang bertindak. Dalam sebuah interaksi, individu-individu mungkin akan memiliki perbedaan. dalam. bagaimana. mereka. menandai. atau. menekankan sebuah episode. Perbedaan penandaan akan dapat menghasilkan kesan yang berbeda dari suatu episode, dan karenanya menciptakan perspektif “dalam” dan “luar” terhadap satu episode yang sama. Pearce (1976) berpendapat bahwa episode sebenarnya didasarkan pada budaya, di mana orang orang membawa harapan, yang dipengaruhi oleh kebudayaan mereka, akan bagaimana suatu episode harus dilaksanakan. 4) Hubungan. Kesepakatan dan pengertian antara dua orang. Di mana dua orang menyadari potensi dan batasan mereka sebagai mitra dalam sebuah hubungan. Hubungan dapat dikatakan seperti 39. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(33) kontrak, di mana terdapat tuntutan dalam berperilaku. Level hubungan menyatakan bahwa batasan-batasan hubungan dalam prameter tersebut diciptakan untuk tindakan dan perilaku, misalnya bagaimana pasangan harus berbicara kepada satu sama lain atau topik apa yang dianggap tabu dalam hubungan mereka. 5) Naskah Kehidupan Kelompok – kelompok episode masa lalu atau masa kini yang menciptakan suatu sistem makna yang dapat dikelola bersama dengan orang lain. Pengalaman-pengalaman dari episode masa lalu mereka akan menjadi sangat informatif ketika mereka berdua sedang berusaha menyusun masa depan mereka bersama. Ketika dua orang mulai menciptakan realitas sosial mereka bersama, mereka juga akan secara terus-menerus menciptakan naskah kehidupan secara bersama.. 6) Pola Budaya. Gambaran. mengenai. dunia. dan. bagaimana. hubungan. seseorang dengan hal tersebut. Manusia mengidentifikasikan diri mereka dengan kelompok tertentu dalam kebudayaan tertentu. Pola budaya atau arketipe, dapat dideskripsikan sebagai “gambaran yang sangat luas dari susuanan dunia dan hubungan (seseorang) dengan susunan tersebut” Maksudnya, 40. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(34) hubungan seseorang dengan kebudayaan yang lebih besar menjadi relevan ketika mengintepretasikan makna.. Di dalam ke enam level makna tersebut, dapat kita kaitkan ke dalam aktivitas komunikasi yang dilakukan penggemar K-pop di dalam media sosial, pada saat pertama kali individu bergabung di dalam komunitas K-pop mereka akan menerima banyak informasi-informasi baru dan mengkategorikan informasi-informasi tersebut seperti pada level pertama yaitu isi. Kedua, ketika mereka mulai menerima informasi-informasi, maka mereka akan mengekspresikan atau menginteraksikan informasiinformasi tersebut dengan tindak tutur, seperti memuji, menghina, mengancam, berjanji. Ketiga, masing-masing individu dalam komunitas tersebut memulai percakapan mereka, ketika mereka berinteraksi maka mereka akan saling memberikan pengalaman mereka masing-masing yang tentunya berbeda, oleh karena itu mereka akan membangun realitas sosial bersama. Keempat, ketika mereka sudah saling berinteraksi dan membangun realitas sosial bersama, tentunya akan ada hal – hal atau topik yang tidak bisa mereka bicarakan bersama, ada topik yang dianggap tabu di dalam hubungan mereka. Kelima, ketika individu – individu ini berbicara mengenai pengalaman – pengalaman mereka, mereka akan saling. 41. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(35) mengerti mengenai diri mereka dan hal ini membuat mereka dapat membentuk suatu percakapan baru untuk kedepannya.. 42. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(36) 2.2.2.4 Kerangka Pemikiran. Konstruktivis. Teori : . Teori Etnografi Komunikasi Virtual. . Teori Interaksi Simbolik. . Teori manajemen makna terkoordinasi.. Metode : . Kualitatif. . Etnografi Komunikasi. Interaksi penggemar Kpop. CMC. CMC. Pola Komunikasi CMC. Perilaku Komunikasi CMC pada Penggemar K-pop. 43. Pola Komunikasi..., Felintya Fellcya, FIKOM UMN, 2015.

(37)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

3.2 Pola Komunikasi Antar Pribadi Komunitas Otaku

gathering. Status Yogyakarta sebagai kota pelajar membuat komunitas khususnya musik K-Pop di wilayah ini menjadi unik, karena sebagian anggota bukanlah orang yang menetap

KOMUNITAS BROKEN HOME (Studi Deskriptif Kualitatif mengenai Pola Komunikasi Komunitas Broken Home Jogja), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan

Banyaknya jumlah pengikut para grup Korean pop ini berpengaruh pada pola dan perilaku pengikutnya mulai dalam bentuk dukungan berlebih para penggemar kepada idola

KOMUNITAS BROKEN HOME (Studi Deskriptif Kualitatif mengenai Pola Komunikasi Komunitas Broken Home Jogja), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan

Pembahasan Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada variabel fanatisme penggemar K-Pop dan variabel kemampuan mengelola emosi yang dimiliki oleh anggota komunitas

TWITTER SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI STUDI CONTENT ANALYSIS PENGGEMAR K-POP PADA KOMUNITAS ONCE KALIMANTAN SELATAN Alpisah Rina Savitri1, Mohammad Ali Wafa2, Shen Sadiqin3 Program Studi

Tindak tutur, situasi komunikasi, dan peristiwa komunikasi pada saat proses pemesanan katapel membentuk pola komunikasi komunitas katapel sebagai berikut: Gambar 3 Model pola