• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi Majelis Taklim dan Tawajjuh terhadap Partisipasi Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implikasi Majelis Taklim dan Tawajjuh terhadap Partisipasi Masyarakat"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLIKASI MAJELIS TAKLIM DAN

TAWAJJUH

TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT

Nurjanah

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Teungku Dirundeng Meulaboh, Indonesia

Email: [email protected]

Abstract: Majelis Ta'lim is a means of developing Islamic Da'wah using lecture methods and ending with questions and answers. In general, Majelis Ta'lim is a purely non-governmental organization, which is born, managed, maintained, developed, and supported by its members. The teaching carried out in Majelis Ta'lim leads to the teaching of Tauhid, sharia, and Sufism. Related to this, the study aims to know the presence of Majelis Ta'lim in the community, how the participation of the participants in the activity of Majelis Ta'lim and what the impact for the society. In completing this research, the authors used a qualitative descriptive approach with the research location in Kaway District XVI West Aceh Regency. Data obtained from Tengku Pesantren, guide Zikr and Zikr participant. The results of the study found that the Majelis Taklim and Tawajuh affect the increasing number of worshippers present. People who participated in Majelis Ta'lim and Tawajuh had many changes in morality, the occurrence of good relations with our fellow communities and can avoid the 'ghibah'. The influence of the Majelis Ta'lim and Tawajuh has also formed a society that the individual Shaleh also social Shaleh. The community of Kaway XVI Sub-district is very large participation in following the activities of the Assembly Taklim and Tawajuh, although the mileage of gampong organizing the activities of the Majelis Ta'lim and Tawajuh is very far. Even people willingly bring food to give to other pilgrims.

Abstrak: Majelis taklim merupakan sarana pengembangan dakwah Islam dengan menggunakan metode ceramah dan diakhiri dengan tanya jawab. Pada umumnya majelis ta‟lim adalah lembaga swadaya masyarakat murni, yang dilahirkan, dikelola, dipelihara, dikembangkan, dan didukung oleh anggotanya. Pengajaran yang dilakukan dalam majelis taklim mengarah pada pengajaran tauhid, syariat dan tasawuf. Terkait hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiamana pengaruh hadirnya majelis ta;lim dalam masayarakat, bagaimana bentuk partisipasi masayarakat terhadap kegiatan majelis ta;lim serta apa dampaknya bagi masyarakat tersebut. Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan lokasi penelitian di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Data diperoleh dari Tengku pesantren, pemandu zikir serta jamaah zikir. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Majelis taklim dan tawajuh telah berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah jamaah yang hadir. Masyarakat yang mengikuti majelis taklim dan tawajuh banyak mengalami perubahan akhlak ,terjadinya hubungan baik dengan sesama masyarakat dan dapat menghindari ghibah. Pengaruh majelis taklim dan tawajuh juga telah membentuk masyarakat yang shaleh secara individu juga shaleh secara sosial. Masyarakat kecamatan Kaway XVI sangat besar partisipasi dalam mengikuti kegiatan majelis taklim dan tawajuh, meskipun jarak tempuh dari gampong penyelenggara kegiatan majelis taklim dan tawajuh jaraknya sangat jauh. Bahkan masyarakat dengan suka rela membawa makanan untuk disedakahkan kepada jamaah-jamaah lainnya.

▸ Baca selengkapnya: contoh lpj dana hibah majelis taklim

(2)

Pendahuluan

Majelis taklim merupakan lembaga pendidikan tertua dalam Islam, sebab sudah dilaksanakan sejak zaman Rasulullah SAW. Hal ini sebagaimana diuraikan oleh Haekal dalam bukunya sejarah Hidup Muhamad yang dikutip oleh Samsul Nizar menjelaskan bahwa walaupun model pendidikannya tidak disebut dengan istilah Majelis taklim, namun pengajian Nabi Muhammad SAW yang berlangsung secara sembunyi-sembunyi di rumah Arqam bin Abil Arqam dapat dianggap sebagai Majelis taklim dalam konteks pengertian sekarang. 1 Majelis taklim merupakan sarana pengembangan dakwah Islam dengan menggunakan metode ceramah dan diakhiri dengan tanya jawab. Struktur organisasi majelis ta‟lim merupakan sebuah organisasi pendidikan luar sekolah (non formal) atau satu lembaga pendidikan Islam yang bersifat non formal yang senantiasa menanamkan akhlak yang luhur dan mulia. Meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan jamaahnya adalah suatu bentuk usaha memberantas kebodohan umat Islam agar dapat memperoleh kehidupan yang bahagia dan sejahtera dunia dan akhirat serta di ridhai oleh Allah SWT.

Pada umumnya majelis ta‟lim adalah lembaga swadaya masyarakat murni, yang dilahirkan, dikelola, dipelihara, dikembangkan, dan didukung oleh anggotanya. Oleh karena itu, majelis ta‟lim merupakan wadah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, atau sebagai lembaga swadaya masyarakat yang hidupnya didasarkan kepada “ta’awun dan ruhama u bainahum”. Pengajaran yang dilakukan dalam majelis taklim mengarah pada pengajaran tauhid, syariat dan tasawuf. Masyarakat dalam majelis taklim selain diajarkan ilmu ketauhidan mengenal Tuhan (ma‟rifatullah) juga diajarkan bagaimana mekanisme untuk menghadap Tuhan yaitu dengan cara mengetahui dan memahami hukum syariat. Selain itu, untuk menjaga kalbu dari sifat yang menjauhkan manusia dari Tuhannya maka diajarkanlah ilmu tasawuf.

Majelis Ta‟lim sebagai salah satu bentuk pendidikan Islam yang bersifat nonformal, tampak memiliki kekhasan tersendiri. Dari segi nama menunjukkan kurang dikenal oleh masyarakat Islam Indonesia bahkan sampai di negeri Arab nama itu tidak dikenal, meskipun akhir–aklhir ini Majelis Ta‟lim Sudah berkembang pesat. Juga merupakan kekhasan dari Majelis Ta‟lim adalah tidak terikat pada faham dan organisasi keagamaan yang sudah tumbuh dan berkembang. Sehingga menyerupai kumpulan pengajian yang diselenggarakan atas dasar kebutuhan untuk memahami Islam disela – sela kesibukan bekerja dan bentuk-bentuk aktivitas lainnya.2

Menurut Harun Nasution sebagaimana diuraikan oleh Amsal Bakhtiar bahwa tasawuf adalah ajaran kerohanian yang bertujuan mencari bagaimana seorang Islam dapat berada sedekat mungkin dengan Allah SWT. Praktik kerohanian dapat ditelusuri dari kehidupan Rasul dan para sahabat pada masa awal Islam. Namun dalam perkembangannya tasawuf tidak hanya diambil dari contoh kehidupan Rasul dan para sahabat tetapi juga

1Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah

Sampai Indonesia, Cet. 4, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h.5.

▸ Baca selengkapnya: contoh sk majelis taklim dari kepala desa doc

(3)

bersumber Al-Quran dan al-Hadits. Para ahli sejarah sepakat bahwa praktik hidup Rasul adan sahabat mencerminkan kehidupan sederhaana dan menjadikan rohani lebih tinggi dari pada hidup kebendaan yang mewah. Praktik kehidupan yang dilakukan Rasul dan sahabat disebut zuhud, oleh para ahli menyebutkan sebagai aliran awal dalam tasawuf.3

Pelaksanaan kegiatan majelis taklim dewasa ini seringkali diiringi dengan kegiatan

Tawajjuh. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh masyarakat kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat. Kegiatan majelis taklim dilakukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelaksanaan syariat Islam baik yang berhubungan dengan Allah SWT maupun yang berhubungan dengan manusia kemudian dilanjutkan dengan kegiatan tawajjuh dengan harapan nilai-nilai ruhiyah lebih dekat dengan kalbu. tawajjuh sendiri merupakan bagian dari tarekat. Keterlibatan masyarakat dalam mengikuti kegiatan majelis taklim dan tawajuh menjadi point penting. Hal ini disebabkan bahwa majelis taklim dan tawajuh ditujukan kepada masyarakat umum, tanpa membedakan latar belakang. Setiap masyarakat dapat mengikuti kegiatan majelis taklim dan tawajuh tanpa ada tekanan, bahkan masyarakat berusaha untuk dapat mengikuti kegiatan majelis taklim secara rutin. Keterlibatan masyarakat secara rutin dalam kegiatan majelis taklim merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam menuntut ilmu, dengan mengedepankan keikhlasan dan mengharap ridha dari Allah SWT.

Tawajjuh dari segi bahasa ialah menghadap, Dari segi istilah tasawuf berarti pentalkinan atau pembacaan zikir oleh mursyid atau syeikh kepada muridnya secara berhadapan. Tawajjuh dalam sholat dapat diartikan sebagai bagian dari menghadap Allah Azzawajalla, karena dalam shalat dituntut hati, jiwa dan perasaan hanya memikirkan Allah SWT semata. Hal ini sebagaimana diuraikan dalam kitab Fiqhul Manhaji bahwa makruh mengalihkan pandangan kesekitar atau memandang ke atas, atau memandang ke sesuatu yang ada dihadapannya walaupun ke ka‟bah sekalipun bahkan sunnat menumpukkan pandangannya ke arah tempat sujud kecuali ketika tasyahud, ketika tasyahud hendaklah melihat kea rah telunjuk yang menjadi isyarat ketika tasyahud. Semua perbuatan tersebut berdasarkan perbuatan Nabi SAW.4 Dari segi tasawuf pula, hati seseorang yang menunaikan sholat hendaklah sentiasa menghadap kepada Allah SWT dan berpaling dari selain-Nya seperti yang dinyatakan oleh Imam al-Ghazali : “Dan janganlah engkau berkata „Wajjahtu wajhi‟ ia itu aku hadapkan muka melainkan hati engkau sudah menghadapi dengan semuanya kepada Allah SWT saja dan berpaling terus dari yang lainnya.5

Berdasarkan uraian di atas semua tarekat yang telah disebutkan, tarekat Naqsyabandiyah merupakan tarekat yang paling berkembang di wilayah Barat-Selatan Aceh. Hal ini berkat kegiatan seorang ulama yang kharismatik, Muda Wali (Haji Muhammad Wali al-Khalidy) lebih dikenal dengan sebutan Muda Wali, ialah orang pertama kali yang memperkenalkan Tarekat Naqsyabandiyah di Aceh, masyarakat Aceh

3 Amsal Bakhtiar, Tasawuf dan Gerakan Tarekat, Cet. I, (Bandung: Angkasa, 2003), h.5-6. 4

Ashab Al-Fadhilah, dkk, Al-Fiqhul Al-Manhaji Mazhab Al-Syafi’i, Jilid 1, Terj. Zulkifli Bin Muhammad Al-Bakri, dkk, (Kuala Lumpur: Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, 2011), h. 310

5http://saifulihsan.blogspot.co.id/2011/06/tawajjuh-tumpuan-hati-kepada-allah-swt.html (di akses

▸ Baca selengkapnya: contoh sk majelis taklim desa word

(4)

lebih mengenal tarekat ini dengan sebutan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah karena dinisbatkan kepada nama belakang Muda Wali.6

Aceh Barat khususnya di kecamatan Kaway XVI tarekat Naqsyabandiyah diajarkan melalui kegiatan majelis taklim, setelah berakhirnya tanya jawab dengan Tengku Nurdin7 yang memberi materi pembelajaran setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan tawajjuh dimana Tengku yang mengisi materi di majelis taklim sekaligus berperan sebagai mursyid yang memandu jalannya tawajjuh. Pesantren Serambi Mekkah merupakan pesantren yang didirikan oleh Abu Nasir8. Pesantren Serambi Mekkah berdiri atas keinginan masyarakat Aceh Barat khususnya masyarakat yang berdomisili di perbatasan antara kecamatan kaway XVI dengan kecamatan Johan Pahlawan. Oleh karena letaknya strategis di perbatasan kecamatan menjadikan Pesantren Serambi Mekkah sebagai pesantren yang diidamkan oleh masyarakat. Di samping itu pesantren Serambi Mekkah memfasilitasi adanya kegiatan tawajuh dan suluk yang boleh diikuti oleh masyarakat umum, walaupun statusnya bukan santri. Hal ini menjadikan pesantren Serambi Mekkah banyak dikunjungi oleh masyarakat khususnya di bulan ramadhan dan bulan maulid untuk mengikuti suluk.

Kegiatan majelis taklim dan tawajjuh di kecamatan kaway XVI diadakan sebulan sekali setiap tanggal 4, dimulai dari pukul 10.00 s.d pukul 16.30 wib. Kegiatan ini berlangsung rutin tiap bulan yang dihadiri jamaah dari setiap gampong di kecamatan Kaway XVI yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Tengku yang memandu jalannya kegiatan majelis taklim dan tawajjuh ini sebanyak 3 orang dan bulan berikutnya akan diganti dengan 3 Tengku lain secara bergiliran. Tengku-Tengku tersebut berperan sebagai pengisi materi dalam majelis taklim sekaligus sebagai mursyid, semua Tengku-Tengku berasal dari pesantren Serambi Mekkah desa Blang Beurandang Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat. Pada kegiatan majelis taklim dan tawajjuh antar desa ini dihadiri lebih dari seratus orang dimana jamaahnya dominan perempuan.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif berusaha memberi gambaran terhadap suatu gejala atau fenomena sosial yang sedang terjadi. Penelitian deskritif meliputi: satu penelitian yang menggambarkan karakteristik suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu, penggunaan fasilitas masyarakat dan berusaha memperkirakan proporsi orang yang mempunyai pendapat, sikap, atau bertingkah

6

Pendiri dayah (pesantren) besar Darusalam di Labuhan Haji (Aceh Selatan) dan merupakan tokoh ternama PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) seluruh Aceh

7 Teungku Nurdin merupakan Teungku/ustaz pengajar di Pesantren Serambi Mekkah, selain

mengajar santri-santri, Tengku Nurdin menjadi pemateri dalam kegiatan majelis taklim baik yang diadakan di lingkuangan Pesantren Serambi Mekkah maupun yang diadakan oleh masyarakat di luar pesantren, di samping itu Tengku Nurdin juga merupakan muryid dalam pelaksanaan tawajuh

8 Abu Nasir merupakan anak dari Abuya Mudawali Al Khalidi yang merupakan ulama kharismatik

yang membawa tarekat naqsyabandiah ke wilayah Aceh. Abu Nasir melanjutkan perjuangan ayahnya dalam mengembangkan ajaran tarekat naqsyabandiah melalui lembaga pendidikan yaitu pondok pesantren Serambi Mekkah yang berada di Aceh Barat. Di Pesantren Serambi Mekkah selain tempat santri-santri menuntut ilmu agama juga dijadikan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan tawajuh maupun suluk yang diikuti tidak hanya oleh para santri akan tetapi juga diikuti oleh masyarakat luas.

(5)

laku teretentu, serta berusaha untuk melakukan semacam ramalan yang mencari hubungan antara dua variable atau lebih.9 terutama yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat.

Subjek penelitian ini untuk memperoleh informasi dan data-data pendukung dalam penelitian ini, maka sasaran yang akan diwawancarai meliputi pemateri yang merangkap sebagai mursyid khususnya Teungku Nurdin yang hadir di majelis taklim dan tawajjuh dari pesantrem Serambi Mekkah dan masyarakat yang ikut aktif dan kegiatan majelis taklim dan tawajjuh yang diadakan setiap bulan. Selain itu juga akan diwawancarai tengku-tengku lain yang juga mengisi materi pada kegiatan majelis taklim dan tawajjuh di kecamatan kaway XVI serta masyarakat yang berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan tersebut maupun yang tidak.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dibedakan atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat dari sumber subjek penelitian dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data sekunder merupakan data pendukung untuk melengkapi data primer seperti data peserta majelis taklim dan tawajuh. Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Cara menunjuk pada sesuatu yang abstrak tidak dapat diwujudkan dalam bentuk benda yang kasat mata tetapi hanya dapat dipertontonkan penggunaannya, yang termasuk kedalam metode-metode penelitian adalah angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan lain sebagainya.10

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini terdapat beberapa teknik yang ditempuh di antaranya:

a. Observasi, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana tingkat dan bentuk-bentuk partisipasi masyarakat tentang pelaksanaan majelis taklim dan tawajjuh. Kegiatan observasi tersebut tidak hanya dilakukan terhadap kenyataan-kenyataan yang terlihat tetapi juga yang terdengar.11 Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, artinya peneliti tidak hanya melihat gejala-gejala yang timbul di masyarakat tetapi terlibat langsung dalam proses berlangsungnya kegiatan majelis taklim dan tawajjuh sehingga selain melihat dan mengamati peneliti dapat mengetahui lebih mendalam proses berlangsungnya kegiatan majelis taklim dan suluk serta dapat melihat langsung metode-metode yang digunakan para tengku dalam mengisi majelis taklim serta berubah peran menjadi mursyid ketika memandu jamaah melakukan tawajjuh. b. Wawancara Untuk menggali informasi pada informan dalam penelitian ini

menggunakan wawancara bebas artinya “wawancara secara bebas terhadap subyek, bersifat luwes dan biasanya direncanakan agar sesuai dengan suasana sehingga

9Punaji Setyosari. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengemgembangan. (Jakarta : Kencana,

2010), h.

10Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.134

11 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke

(6)

terwawancara bebas mengemukakan pendapat saat berlangsungnya wawancara sehingga penjawab tidak merasa terbebani.” 12 Pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan dafta pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain. instrument dapat berupa pedoman wawancara maupun checklist.13 Responsden informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini yaitu tengku atau mursyid dari pesantren Serambi Mekkah yang mengisi majelis taklim dan tawajjuh serta para jamaah yang hadir pada kegiatan tersebut. Jamaah tersebut nantinya akan dibedakan antara jamaah laki-laki dan jamaah perempuan.

Setelah data terkumpul, kemudian akan dilakukan poroses analisis data, yaitu proses pelacakan dan pengaturan secara sistematik transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat dipresentasikan temuannya kepada orang lain. Analisis data menyebabkan pengerjaan data, organisasi data, pemilahan menjadi satuan-satuan tertentu, sisntesis data, pelacakan pola, penemuan hal-hal yang penting dan dipelajari dan penentuan apa yang harus dikemukakan kepada orang lain. Jadi analisis data dimulai dari penulisan deskripsi kasar sampai pada produk penelitian .14 Penelitian kualitatif biasanya difokuskan pada kata-kata, tindakan-tindakan, orang yang terjadi pada konteks tertentu. konteks tersebut dapat dilihat sebagai aspek relevan segera dari situasi yang bersangkutan, maupun sebagai aspek relevan dari sistem sosial dimana seseorang berfungsi.15

Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk meringkas data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan sehingga hubungan antar problem penelitian dapat dipelajari dan diuji. Secara umum pedoman yang digunakan dalam analisis data kualitatif berdasar pada pola berpikir ilmiah yang mempunya ciri sistematis dan logis. Biasanya analisis data kualitatif dimulai dari data-data kongkrit, kemudian dihubungkan dengan dalil-dalil umum yang sudah dianggap benar, analisis semacam ini disebut analisis secara induksi. Sebaliknya jika dimulai dengan dalil-dalil umum, atau paradigma tertentu, kemudian menghubungkan dengan data empiris, sebagai pangkal tolak mengambil kesimpulan disebut dengan analisis secara deduksi.16

Merujuk pada uraian di atas, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis deduksi. Hal ini berdasarkan gejala yang ditimbulkan dari adanya pengajian majelis taklim dan tawajjuh berimplikasi terhadap pengaruh sosial masyarakat. Artinya dari paradigma yang muncul berkaitan dengan kenyataan ril di masyarakat.

12S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.16 13

Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, eds kedua, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.51.

14 Ahmad Sonhadji K. H, dkk, Penelitian Kualitatif Dalam Bidang-Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan

Keagamaan, Ed. Imron Arifin, Ce. I, (Malang: Kalimasahada Press, 1994), h.77.

15 Ahmad Sonhadji K. H, dkk, Penelitian Kualitatif Dalam…; h.77-78.

16 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: refleksi pengembangan pemahaman dan penguasaan

(7)

Hasil Penelitian

Tata cara pelaksanaan majelis Taklim dan Tawajjuh oleh pesantren Serambi Mekkah di Kecamatan Kaway XVI dengan melakukan persiapan diri untuk kembali kepada pemilik alam semesta senantiasa dipersiapkan dengan cara memperbanyak ibadah kepada Allah SWT dan lebih mengingat akhirat, karena akhirat adalah tempat kembalinya manusia kelak dan merupakan tempat hakiki. Untuk mencapai keselamatan di dunia dan akhirat kecondongan akan akhirat harus diperbanyak salah satunya adalah dengan banyak mengingat Allah SWT. Oleh karena majelis taklim dan tawajuh merupakan kegiatan keagamaan yang sifatnya tidak memaksa, banyak dari masyarakat yang tertarik mengikuti kegiatan tersebut walaupun belum memiliki pemahaman mengenai bagaimana melakukan zikir dalam tawajuh. Kemauan masyarakat untuk memperbaiki diri agar lebih dekat kepada Allah SWT membuat jumlah jamaah bervariasi jumlahnya. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Tgk. Nurdin bahwasanya banyak dari masyarakat yang tertarik dan ingin mendalami kegiatan majelis taklim dan tawajuh, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah jamaah setiap bulannya. Di samping itu jamaah tidak pernah ada yang keberatan mengenai keharusan membawa bekal untuk diri sendiri dan untuk jamaah lainnya.17

Implikasi Majelis Taklim dan Tawajjuh terhadap Partisipasi Masyarakat

Majelis taklim memiliki peranan yang besar dalam masyarakat terutama pembinaan individu di mana setiam invidu akan terpola dalam masyarakat dan terpengaruh oleh apa yang ada didalamnya baik berupa pemikiran maupun tingkah – laku. Maka dengan ini penulis berpikir bahwa partisipasi aktif jamaah majelis taklim dan wajjuah dalam pengajian menjadi sangat penting. Melalui pengajian ini, seluruh jamaah diberikan pendidikan tentang nilai – nialai keislaman, dimana sistem nilai –nilai itu dijadikan dasar untuk berinteraksi dalam masyarakat luas.

Menurut Teungku Hasbi Amin, di pesantren Serambi Mekkah pada awalnya diselenggarakan kegiatan suluk yang mana suluk secara bahasa berarti jalan atau perjalanan hati, secara tarekat merupakan perjalanan rohani menghadap seluruh jiwa raga memusatkan pikiran hanyak kepada Allah Swt, baik dalam suluk itu sendiri maupun di luar kegiatan suluk. Orang yang sudah mengikuti suluk ajaran yang didapat diamalkan di luar suluk. Tujuannya mencari ridha Allah Swt. Suluk memiliki peraturan diadakan di suatu tempat yang sunyi jauh dari keramaian ada pantangan-pantangan yang harus dipatuhi oleh anggota suluk, seperti harus berpuasa, tidak boleh mengkomsusmi makanan yang mengandung darah dan sejenisnya yang dibolehkan hanya buah-buahan dan sayur-sayuran serta juga harus menjalankan ajaran yang ada di dalamnya, sedangkan dalam pelaksanaan tawajuh itu hanya terfokus kepada zikir semata dan boleh dilaksanakan di luar suluk dan tidak terikat dengan peraturan seperti tidak boleh makan yang berdarah. Anggota tawajuh boleh melaksanakan tawajuh sendiri di rumah masing-masing dan dibolehkan secara berjamaah. Inilah perbedaan mendasar dari suluk dan tawajuh. Hal ini karena tawajuh merupakan bagian dari keigatan suluk.

17 Hasil Wawancara dengan Tgk. Nurdin Husti guru di Pesantren Serambi Mekkah sekaligus

(8)

Oleh karena sifatnya sebagian jadi tidak membutuhkan berbagai peraturan seperti halnya melaksanakan suluk. 18 Lebih lanjut Tgk. Hasbi Amin menjelaskan bahwa pelaksanaan majelis taklim oleh pesantren Serambi Mekkah biasanya selalu diadakan berirangan dengan tawajuh. Mengingat kurangnya pemahaman masyarakat akan ilmu syariat terutama yang berhubungan dengan thaharah pentingnya memberi pemahaman kepada masyarakat khususnya masayarakat awam melalui majelis taklim untuk mengajarkan syariat sebelum mengarah kepada kegiatan tawajuh. Apabila tidak dibekali dengan ilmu syariat dikhatirkan masyarakat yang awam akan pemahamannya terhadap ajaran Islam akan melakukan penyimpangan dalam proses pelaksanaannya karena tidak memahami esensi dari apa yang dikerjakan.19

Majelis taklim dan tawajuh yang diadakan di kecamatan merupakan sarana untuk untuk membimbing masyarakat luas agar mendapat kesempatan mendalami ajaran Islam khusunya dalam bidang zikir yang dilakukan dalam tawajuh. Tengku M. Hasbi Amin melanjutkan bahwa kegiatan majelis taklim dan tawajuh yang dilaksanakan di kecamatan tanpa melakukan pengutipan dana dari masyarakat untuk transport tengku. Bahkan biasanya pengadaan majelis taklim dan tawajuh teselenggara karena inisiatif tengku. Jika ada yang bersedekah setelah selesai tawajuh itu sedekah dari jamaah tanpa ada ketentuan yang baku.20

Masyarakat yang telah mengikuti majelis taklim dan tawajuh mengalami perubahan dalam kehidupan sosial, hal ini karena adanya pengajaran dalam kegiatan majelis taklim untuk tidak mengupat atau melakukan ghibah karena itu bagian dari dosa. Terlebih bagi para jamaah yang sudah mengikuti suluk sangat penting untuk mengutamakan nilai-nilai perilaku yang berakhlak sebagai wujud kesalehan telah dekat kepada Allah SWT. Ketertarikan masyarakat dalam mendalami ajaran Islam dapat dilihat dari banyaknya jamaah yang hadir hal ini sebagaimana dipaparkan oleh bapak Husaini, jumlah jamaah yang hadir dalam majelis taklim dan tawajuh selalu ramai bahkan adakalanya mesjid tidak mampu menampung jumlah jamaah yang hadir sehingga harus didirikan tenda. Hal ini disebabkan tingginya minat masyarakat untuk memperbaiki diri karena masyarakat sadar tidak ada gunanya hidup di dunia jika tidak ada bekal yang dapat di bawa kelak ke akhirat. Jumlah jamaah yang hadir dalam majelis taklim dan tawajuh di tingkat kecamatan jumlah minimalnya adalah 200 orang, dan terkadang mencapai 500 orang lebih tergantung di gampong mana diselenggarakan, semakin banyak ahli tarekat dalam sebuah gampong maka jumlah jamaah yang hadit juga lebih meningkat.21

Dari penjelasan di atas dapat dilihat meningkatnya jumlah jamaah dari tiap gampong yang ada dilingkungan kecamatan Kaway XVI untuk mengikuti majelis taklim

18 Hasil Wawancara dengan Tgk. Muhammad Amin guru di Pesantren Serambi Mekkah sekaligus

pemandu dalam kegiatan tawajuh serta pengisi materi majelis taklim pada 7 Maret 2016.

19 Hasil Wawancara dengan Tgk. Muhammad Amin guru di Pesantren Serambi Mekkah sekaligus

pemandu dalam kegiatan tawajuh serta pengisi materi majelis taklim pada 7 Maret 2016

20

Hasil Wawancara dengan Tgk. Muhammad Amin guru di Pesantren Serambi Mekkah sekaligus pemandu dalam kegiatan tawajuh serta pengisi materi majelis taklim pada 7 Maret 2016.

21 Hasil Wawancara dengan jamaah majelis taklim dan tawajuh di kecamatan Kaway XVI pada 8

(9)

dan tawajuh yang dihadiri oleh jamaah tetap 200 orang. Tingginya minat masyarakat tersebut merupakan bukti bahwa keberadaan majelis taklim dan tawajuh di lingkungan Pesantren Serambi Mekkah telah berdampak pada keinginan masyarakat untuk mengadakan majelis taklim di luar pesantren agar masyarakat luas lebih mudah untuk mendapatkan pendidikan. Masyarakat yang telah mengikuti majelis taklim dan tawajuh dalam kehidupan bermasyarakat di luar kegiatan majelis taklim menurut Tengku Nurdin banyak mengalami perubahan, karena dalam bimbingan majelis taklim dan tawajuh senantiasa mengarahkan masyarakat untuk membersihkan hati dari segala perbuatan yang tercela. Jadi perubahan yang paling mendasar bagi masyarakat sebagai ahli tawajuh adalah akhlak. Akhlak yang baik merupakan cerminan bagi ahli tawajuh.22

Menurut Tengku Nurdin banyak yang mengalami perubahan terutama perubahan akhlak. Hal itu dapat dipastikan sudah mulai berkurang mengingat telah melakukan refleksi diri dalam melakuan zikir. Di samping itu hubungan sosial dengan sesama masyarakat juga terus terjalin karena bagian dari silaturahmi dan perubahan sikap masyarakat menjadi lebih baik dan lebih taat baik secara individu maupun secara sosial artinya melalui majelis taklim dan tawajuh telah membentuk jamaah menjadi saleh secara individu dan sosial.

Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarkat Kecamatan Kaway XVI terhadap Kegiatan Majelis Taklim dan Tawajjuh

Pelaksanaan majelis taklim dan tawajuh merupakan suatu kegiatan yang selalu dinanti oleh masyarakat. Sebagian besar jamaah majelis taklim dan tawajuh merupakan masyarakat yang ingin menambah pengetahuan mereka dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa pelaksanaan majelis taklim dan tawajuh di kecamatan kaway XVI terselenggara berkat adanya partisipasi besar dari masyarakat. Kegiatan majelis taklim dan tawajuh di kecamatan kaway XVI kabupaten Aceh Barat adalah kegiatan rutin diadakan secara bergilir di seluruh gampong di kecamatan Kaway XVI yang diselenggarakan sebulan sekali tiap tanggal 4. Untuk menyukseskan kegiatan tersebut, masyarakat biasanya menyumbangkan tenaga, dana dan penganan kepada jamaah dari luar gampong yang terpilih sebagai panitia pelaksana. Hal ini sebagaimana disampaikah oleh salah seorang jamaah yang mengatakan bahwa sumbangan baik berupa tenaga, dana dan makan siang serta makanan ringat lainnya merupakan keikhlasan masyarakat sendiri demi kebersamaan dan persatuan terlebih lagi menghindari malu sebagai tuan rumah yang terpilih sebagai panitia pelaksana.23

Pelaksanaan majelis taklim dan tawajuh membutuhkan tempat yang besar, warga masyarakat biasanya memamfaatkan mesjid sebagai tempat pelaksaannya. Oleh karena jumlah jamaah yang terlalu banyak, mesjid tidak mampu menampung seluruh jamaah. Dengan demikian warga masyarakat dari gampong yang terpilih sebagai pelaksana harus menyediakan tenda di halaman mesjid sehingga seluruh jamaah dapat tertampung.

22 Hasil Wawancara dengan Tgk. Nurdin Husti guru di Pesantren Serambi Mekkah sekaligus

pemandu dalam kegiatan tawajuh serta pengisi materi majelis taklim pada 7 Maret 2016

(10)

Penyediaan tenda tersebut disewa sendiri oleh masyarakat tanpa merasa terbebani apalagi berkeluh kesah, karena semuanya hanya mengharapkan ridha dari Allah SWT. Di samping itu, para jamaah yang menjadi tuan rumah di gampong pelaksanaan kegiatan majelis taklik dan tawajuh dengan penuh keikhlasan menyediakan bekal makan siang untuk seluruh para jamaah dengan dibantu oleh masyarakat gampong setempat walaupun sebagian dari masyarakat tidak mengikuti kegiatan majelis taklim dan tawajuh tetapi menyediakan waktu untuk membantu kelancaran terselenggaranya kegiatan majelis taklim dan tawajuh. Jamaah yang datang selalu membawa bekal makan siang sebanyak dua bungkus, satu bungkus untuk dirinya sendiri satu bungkus lagi untuk disedekahkan kepada jamaah yang lain. Namun demikian kedua bungkus nasi tersebut harus diserahkan secara langsung kepada panitian pelaksana di gampong tempat dilaksanakan majelis taklim (tuan rumah) yang nantinya akan dibagikan secara merata oleh pantia kepada seluruh jamaah, sehingga silaturahmi antar sesama jamaah benar-benar terjalin.24

Menurut Tgk. Nurdin partisipasi masyarakat sangat besar dalam pelaksanaan kegiatan majelis taklim dan tawajuh. Terlebih karena besarnya keingian masyarakat untuk mendalami ajaran Islam karena sudah merasa sebagai bagian dari kebutuhan rohani. Di samping itu terselenggaranya kegiatan majelis taklim dan tawajuh didorong oleh pihak pesantren yang datang ke lokasi gampong yang di kecamatan Kaway XVI untuk mengisi materi serta memandu jalannya tawajuh, dengan semata-mata mengharap ridha Allah Swt.25

Menurut Ibu Fatimah sebagian besar jamaah berdatangan dengan menyewa kendaraan untuk diantar dan dijemput di lokasi pelaksanaan majelis taklim dan tawajuh meskipun jarak tempuh jauh. Semakin jauh jarak tempuh semakin besar biaya untuk penyewaan lebih besar. Walaupun demikian, tidak menjadi persoalan karena ada bekal untuk akhirat sebab jika tidak mencari apa yang harus dibawa.26

Lebih lanjut Halimi, tidak hanya jamaah saja yang ikut berpartisipasi dalam menyelenggarakan kegiatan majelis taklim, akan tetapi masyarakat yang berada di gampong sebagai tuan penyelenggara juga ikut berpartisipasi baik dalam hal pengadaan tenda, persiapan makan siang, bahkan makanan ringan juga disediakan oleh masyarakat yang bukan jamaah serta masyarakat bekerja sama menjamu jamaah ketika tiba makan siang. Hal ini seperti yang terjadi di gampong Peunia, bahwa seluruh warga gampong berlomba membawa berbagai makanan untuk disediakan pada jamaah. Hal ini membutktikan bahwa solidaritas masyarakat akan sesama sangat tinggi, walaupun tidak menjadi jamaah tetapi menyambut jaamaah dan memuliakannya merupakan bagian dari ibadah yang tidak ternilai.27

24

Hasil wawancara dengan Ibu Rafsah jamaah majelis taklim dan tawajuh yang berasal dari

gampong Pasie Jambu yang diselenggarakan di gampong Tumpok Ladang, pada 4 Maret 2016

25 Hasil Wawancara dengan Tgk. Nurdin Husti guru di Pesantren Serambi Mekkah sekaligus

pemandu dalam kegiatan tawajuh serta pengisi materi majelis taklim pada 7 Maret 2016

26 Hasil wawancara dengan Ibu Fatimah jamaah majelis taklim dan tawajuh yang berasal dari

gampong Meunasah Buloh yang diselenggarakan di gampong Tumpok Ladang, pada 4 Maret 2016

(11)

Untuk menyukseskan kegiatan majelis taklim tidak hanya dilakukan oleh seluruh jamaah, bahkan masyarakat yang tidak terlibat sebagai jamaah juga besar partisipasinya dalam menyelenggarakan majelis taklim dan tawajuh. Hal ini merupakan bukti bahwa tingginya keinginan masyarakat untuk mendalami ilmu agama, walaupun tidak mengikutinya tetapi menghargai dan menghormati para jamaah yang mendalami ilmu agama.

Kesimpulan

Pelaksanaan majelis taklim dan tawajuh di kecamatan Kaway XVI kabupaten Aceh Barat diadakan sebulan sekali, dengan harapan masyarakat dapat memahami ajaran Islam secara mendalam terutama dalam persoalan syariat sebelum melangkah pada persoalan tawajuh. Majelis taklim dan tawajuh telah berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah jamaah yang hadir. Jamaah tetap majelis taklim dan tawajuh di kecamatan kaway XVI adalah 200 orang, namun demikian jumlah tersebut bertambah dan bervariasi hingga mencapai 500 orang. Masyarakat yang mengikuti majelis taklim dan tawajuh banyak mengalami perubahan akhlak ,terjadinya hubungan baik dengan sesama masyarakat dan dapat menghindari ghibah. Pengaruh majelis taklim dan tawajuh juga telah membentuk masyarakat yang shaleh secara individu juga shaleh secara sosial. Masyarakat Kecamatan Kaway XVI sangat besar partisipasi dalam mengikuti kegiatan majelis taklim dan tawajuh, meskipun jarah tempuh dari gampong penyelenggara kegiatan majelis taklim dan tawajuh jaraknya sangat jauh. Hal ini tidak mempengaruhi akan keinginan masyarakat untuk mengikuti kegiatan tersebut, bahkan masyarakat dengan suka rela membawa makanan untuk disedakahkan kepada jamaah-jamaah lainnya.

(12)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ahmad Sonhadji K. H, dkk, Penelitian Kualitatif Dalam Bidang-Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan, Ed. Imron Arifin, Ce. I, (Malang: Kalimasahada Press, 1994). Amsal Bakhtiar, Tasawuf dan Gerakan Tarekat, Cet. I, (Bandung: Angkasa, 2003).

Ashab Al-Fadhilah, dkk, Al-Fiqhul Al-Manhaji Mazhab Al-Syafi’i, Jilid 1, Terj. Zulkifli Bin Muhammad Al-Bakri, dkk, (Kuala Lumpur: Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, 2011).

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005).

Daryanto, Kosa Kata Baru Bahasa Indonesia: Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap EYD dan Pengetahuan Umum, (Surabaya: Apollo, tt).

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,2005).

Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, eds kedua, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008)

Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung: tt, 1996).

Koordinasi Dakwah Islam (KODI), Pedoman Majelis Taklim, cet. ke-2, (DKI Jakarta: 1990.

Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: refleksi pengembangan pemahaman dan penguasaan metodologi penelitian, Cet. II, (Malang: UIN Maliki Press, 2008). Punaji Setyosari. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengemgembangan. (Jakarta :

Kencana, 2010).

S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997).

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, Cet. 4, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011).

Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993). Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003).

Team Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, Cet-2, (Jakarta: Pustaka Phoenix, 2007).

Wawancara dengan Tgk. Nurdin Husti guru di Pesantren Serambi Mekkah sekaligus pemandu dalam kegiatan tawajuh serta pengisi materi majelis taklim pada 7 Maret 2016.

(13)

Wawancara dengan Tgk. Muhammad Amin guru di Pesantren Serambi Mekkah sekaligus pemandu dalam kegiatan tawajuh serta pengisi materi majelis taklim pada 7 Maret 2016.

Wawancara dengan jamaah majelis taklim dan tawajuh di kecamatan Kaway XVI pada 8 Maret 2016.

Wawancara dengan Ibu Yusnidar jamaah majelis taklim dan tawajuh pada 4 Maret 2016 Wawancara dengan Ibu Rafsah jamaah majelis taklim dan tawajuh yang berasal dari

gampong Pasie Jambu yang diselenggarakan di gampong Tumpok Ladang, pada 4

Maret 2016.

Wawancara dengan Ibu Fatimah jamaah majelis taklim dan tawajuh yang berasal dari gampong Meunasah Buloh yang diselenggarakan di gampong Tumpok Ladang, pada 4 Maret 2016.

Hasil Wawancara dengan Tengku Halimi Keuchik gampong Peunia Kecamatan Kaway XVI

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak. Kemampuan berbahasa dibutuhkan anak dalam berkomunikasi dengan orang lain sehingga anak perlu membentuk bahasa baik secara lisan maupun bahasa isyarat

107 Diagram 17.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Sekadau selama tahun 2016-2019...111 Diagram 18.2 Jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) Dinas Penanaman

Terkait dengan masalah anggaran Kabid Kependudukan menagatakan bahvva untuk pernah menyatakan bah\va optimalisasi fungsi penganggaran sangat diperlukan demi tern ujudnya

Fitaloka studio belum mengimplementasikan Standar Akuntansi Keuangan pada laporan keuangannya, dimana UMKM ini hanya mencatat kas masuk dan keluar yang sangat sederhana

Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen program keagamaan rohis di Sekolah Menengah Atas (SMA) unggulan Palembang ketiga sekolah melakukan perencanaan di awal

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengawasan peredaran suplemen makanan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Kota Pekanbaru adalah: intensitas

wallichii memiliki persentase hidup di lapangan relatif rendah dengan yaitu 63 %, akan tetapi jenis ini memiliki pertumbuhan diameter yang paling tinggi dari 10 jenis tanaman yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris pengaruh Corporate Governance terhadap Return on Assets melalui Konservatisme Akuntansi pada perusahaan