• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Ekstrak Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha H.B.K) Sebagai Bioherbisida Gulma Melastoma affine D.Don

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kemampuan Ekstrak Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha H.B.K) Sebagai Bioherbisida Gulma Melastoma affine D.Don"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak

Kemampuan Ekstrak Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha

H.B.K) Sebagai Bioherbisida Gulma Melastoma affine D.Don

Hamidah HS1, Mukarlina1, Riza Linda1

Email korespondensi: untuk.blogmiedah@gmail.com Abstract

Bittervine (Mikania micrantha) is a kind of weed containing allelochemical compounds which can supress growth of plants nearby, so that Bittervine can potentially be used as bioherbicide. This research aims to test the potentiality and effective concentration of M. micrantha leaves extract in inhibiting seeds germination and supressing growth of Blue tongue (Melastoma affine) weeds. This research was conducted at Biology Laboratory, Chemistry Laboratory and Green house facility of Math and Science Faculty of Tanjungpura University from May to September 2014. Completely Randomized Design was used in this research with extract concentration at 0 (g/ml), 0,17 (g/ml), 0,43 (g/ml), 0,82 (g/ml) and 1,5 (g/ml), each with three duplications. The result shows that the leaves extract of M. micrantha can inhibit seeds germination and supress the growth of M. affineweeds. The extract effective concentration that can lower the germination percentage and sprout length of M. affine was at 0,43 (g/ml). The extract effective concentration that can supress the growth ofM.affineencompassing plant height, wet weight and dry weight was at 0,17 (g/ml). Keywords : Allelochemical, Bioherbicide,Mikania micrantha,Melastoma affine

PENDAHULUAN

Gulma sebagai tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi yang tidak diinginkan manusia dapat mengganggu tanaman budidaya. Gulma mengganggu tanaman budidaya tidak hanya dalam bentuk persaingan tetapi juga menghambat pertumbuhan dan metabolisme suatu tanaman akibat pelepasan zat-zat kimia yang dikeluarkan dari gulma tersebut (Kristanto, 2006). Keberadaan gulma saat ini masih menjadi permasalahan utama pada bidang pertanian maupun perkebunan karena menurunkan kuantitas serta kualitas produksi tanaman budidaya sehingga perlu dikendalikan (Syahputra et al., 2011).

Pengendalian gulma menggunakan herbisida sintetis saat ini lebih banyak diminati karena efektivitasnya yang cepat terlihat, tetapi penggunaan herbisida sintetis dalam jangka waktu yang panjang akan mempengaruhi kondisi tanah dan menyebabkan pencemaran lingkungan (Syakir

et al., 2008). Oleh karena itu, teknik pengendalian gulma yang ramah lingkungan dapat dilakukan dengan upaya pemanfaatan gulma melalui senyawa alelokimia yang dihasilkan oleh tumbuhan yang berpotensi sebagai bioherbisida (herbisida alami) (Rahayu, 2003 dalam

Riskitavani dan Purwani, 2013).

Sembung rambat (Mikania micrantha) merupakan salah satu gulma yang dapat mengurangi pertumbuhan dan produktivitas beberapa tanaman budidaya (Priwiratama, 2011). Kehilangan hasil akibat invasi M. micrantha misalnya pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) dapat mencapai 20%, pada tanaman karet (Hevea

brasiliensis) mencapai 27-29% serta pada

tanaman gandum (Triticum aestivum) yang mencapai 28% . Sifat invasi yang kuat dari gulma ini menjadikan sembung rambat sulit dikendalikan (Teohet al., 1985dalamCocket al., 2000).

M. micrantha memiliki senyawa alelokimia

berupa fenol, flavonoid dan terpenoid. Senyawa tersebut menghambat pertumbuhan tumbuhan lain sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida (Perez et al., 2010). Berdasarkan penelitian Pebriyani et al. (2013), daun M. micrantha dapat menghambat perkecambahan biji dan pertumbuhan gulma maman ungu (Cleome

rutidosperma) dan rumput bahia (Paspalum

notatum) pada konsentrasi ekstrak 0,15 (g/ml).

Penelitian Ismail dan Moo (1994) juga menunjukkan pengaruh senyawa fenol dan flavonoid pada M. micrantha yang menghambat perkecambahan biji dan pertumbuhan dari gulma rumput johor (Asystasia gangetica), rumput jarum

(2)

(Paspalum conjugatum).Penelitian Lasmini (2008)

dalam Riskitavani dan Purwani (2013),

menyatakan senyawa alelokimia dari tajuk M.

micrantha dapat memberikan efek fitotoksisitas

dan berat basah pada rumput teki (Cyperus rotundus).

Tumbuhan senduduk (Melastoma affine) adalah salah satu gulma berkayu dan berdaun lebar yang memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman budidaya (Syahputra et al., 2011). M.

affinemerupakan gulma penting pada perkebunan

teh (Camellia sinensis), karet (H. brasiliensis)

serta kelapa sawit (E. guineensis) (Sukman dan Yakup, 2002). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan dan konsentrasi ekstrak daun gulma sembung rambat

(M. micrantha) yang dapat menghambat

perkecambahan biji dan pertumbuhan gulma senduduk (M. affine).

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan mulai dari bulan Mei sampai September 2014 di Laboratorium Biologi, Rumah Kasa Jurusan Biologi dan Laboratorium Kimia, Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu daun M. micrantha, biji gulma M. affine yang diperoleh dari Perkebunan Sayur Kota Baru Pontianak, akuades, metanol dan tanah aluvial.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak (K) yang digunakan terdiri dari lima perlakuan yaitu K0=0 (g/ml), K1=0,17 (g/ml), K2=0,43 (g/ml), K3=0,82 (g/ml), K4=1,5 (g/ml). Masing- masing perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 15 unit percobaan.

Prosedur Kerja

Pengambilan Sampel

Daun sembung rambat yang diambil adalah daun dengan ciri tidak rusak karena hama dan tidak memperlihatkan gejala penyakit. Biji M. affine

yang digunakan yaitu biji yang sudah tua berwarna cokelat kehitaman dan tidak busuk.

Ekstraksi Daun Sembung Rambat

Sampel daun tumbuhan sembung rambat (M. micrantha) yang digunakan sebanyak 10 kg dicuci bersih dan dikeringanginkan selama 7 hari, kemudian dihaluskan dengan blender sehingga didapatkan serbuk. Serbuk tersebut ditimbang sebanyak 1 kg selanjutnya dimaserasi dengan metanol selama 6x24 jam dan disimpan di dalam erlenmeyer. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan setiap hari hingga diperoleh maserat. Maserat yang diperoleh disaring dan diuapkan dengan Vacum Rotary Evaporator sampai semua metanol menguap sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak yang diperoleh disimpan dalam desikator silika gel (Olayele, 2007 dalam

Pebriyaniet al., 2013).

Perkecambahan Biji

Biji gulma M. affine sebanyak 10 biji diletakkan dalam cawan petri yang berisi kapas sebagai media perkecambahan, kemudian disemprot dengan larutan ekstrak sebanyak 10 mL sesuai dengan perlakuan. Penyemprotan ekstrak dilakukan pada awal pengamatan. Pengamatan perkecambahan dihentikan setelah 14 hari.

Pertumbuhan

Gulma M. affine yang dipilih adalah gulma yang berumur ±15 hari, kemudian ditanam pada

polybag berdiameter 10x15 cm. Penyemprotan

larutan ekstrak sebanyak 10 mL dilakukan pada tajuk tanamanM. affine yang diberikan pada hari ke-17, hari ke-24 dan hari ke-31. Pengamatan dihentikan pada hari ke-35 setelah tanam.

Parameter pengamatan

Parameter perkecambahan biji M. affine yang diamati meliputi persentase perkecambahan (%) dan panjang kecambah (cm). Parameter pertumbuhan M. affine yang diamati meliputi tinggi tanaman (cm), berat basah (g), dan berat kering (g).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Penurunan persentase perkecambahan dan panjang kecambah terjadi mulai konsentrasi 0,17 (g/ml), tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 1). Konsentrasi 0,17 (g/ml) juga menunjukkan hasil tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 0,43 (g/ml) tetapi berbeda nyata dengan konsentrasi 0,82 (g/ml). Perbedaan nyata dengan kontrol terjadi mulai konsentrasi 0,43 (g/ml) sedangkan antara konsentrasi 0,43 (g/ml),

(3)

0,82 (g/ml) dan 1,5 (g/ml) tidak berbeda nyata (Tabel 1). Rerata hasil pengamatan parameter perkecambahan gulmaM. affinedapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rerata persentase perkecambahan dan panjang kecambahM. affinepada beberapa konsentrasi ekstrakM. micranthaselama 14 hari

konsentrasi ekstrak (g/ml) persentase perkecambahan (%) rerata panjang kecambah (cm) 0 100a 0,22a 0,17 30ab 0,062ab 0,43 13,33bc 0,03bc 0,82 3,33c 0,003c 1,5 0c 0c

Keterangan: Angka yang ditandai dengan huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut Nemenyi Test taraf 5%.

Penurunan pertumbuhan gulma M. affine secara nyata jika dibandingkan kontrol mulai terjadi pada konsentrasi 0,17 (g/ml) dan menyebabkan kematian pada konsentrasi 0,43 (g/ml), 0,82 (g/ml) dan 1,5 (g/ml) (Tabel 2). Rerata hasil pengamatan parameter pertumbuhan gulma M. affine dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rerata pertumbuhanM. affine pada beberapa konsentrasi ekstrak M. micrantha selama 35 hari

Keterangan: Angka yang ditandai dengan huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut Nemenyi Test taraf 5%.

Pembahasan

Pengaruh ekstrak M. micrantha terhadap

perkecambahan biji gulma M. affine

Berdasarkan hasil penelitian, persentase perkecambahan biji gulma M. affine mengalami penurunan setelah diberi perlakuan dengan ekstrak daun sembung rambat (M. micrantha) (Tabel 1). Penghambatan perkecambahan biji M. affine

disebabkan adanya pengaruh dari alelokimia yang terkandung di dalam ekstrak daun M. micrantha.

Daun M. micrantha mengandung alelokimia

berupa fenol, flavonoid dan terpenoid yang dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan (Bakiret al.,

2004 dalam Tripathi et al., 2012; Amador et al., 2010).

Ekstrak daunM. micrantha pada konsentrasi 0,17 (g/ml) belum memberikan pengaruh yang nyata dibanding kontrol untuk menghambat perkecambahan biji gulma M. affine (Tabel 1). Alelokimia yang terkandung dalam konsentrasi ekstrak 0,17 (g/ml) diduga masih rendah. Kandungan alelokimia yang rendah mengindikasikan bahwa senyawa alelokimia masih sedikit sehingga belum dapat menghambat perkecambahan biji (Rice, 1984). Ekstrak dengan konsentrasi 0,43 (g/ml), 0,82 (g/ml) dan 1,5 (g/ml) memberikan pengaruh yang nyata dibandingkan kontrol (Tabel 1). Kandungan alelokimia yang terdapat dalam konsentrasi 0,43 (g/ml), 0,82 (g/ml) dan 1,5 (g/ml) sudah mampu menghambat perkecambahan biji.

Penghambatan perkecambahan disebabkan penghambatan alelokimia terhadap kerja hormon yang berperan dalam perkecambahan biji. Rice (1984) menyatakan bahwa alelokimia yang diserap oleh biji bersama air akan menghambat sintesis hormon giberelin pada biji. Terhambatnya sintesis giberelin akan menurunkan kerja enzim penghidrolisis bahan organik dalam endosperma sebagai cadangan makanan bagi embrio.

Penelitian Pebriyani et al. (2013) menggunakan ekstrak yang sama memberikan pengaruh penurunan persentase perkecambahan biji gulma maman ungu (Cleome rutidosperma) pada konsentrasi lebih rendah dari penelitian ini. Penurunan persentase perkecambahan C.

rutidosperma terjadi pada penambahan ekstrak

0,15 (g/ml), sedangkan pada penelitian ini penghambatan perkecambahan M. affine pada konsentrasi ekstrak 0,43 (g/ml).

Penghambatan terjadi pada konsentrasi lebih tinggi diduga terdapat perbedaan pada ketebalan kulit biji dan adanya lapisan pelindung endosperma dan embrio pada biji M. affine

dibanding C. rutidosperma sehingga ekstrak M.

micrantha diperlukan dengan konsentrasi lebih

tinggi. Menurut Pebriyani et al. (2013), biji C.

rutidospermamerupakan biji yang tidak memiliki

lapisan pelindung endosperma dan embrio sehingga memudahkan senyawa alelokimia merusak embrio secara langsung. Salisbury dan Ross (1992) menegaskan bahwa kulit biji merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyerapan air secara imbibisi oleh biji selama proses perkecambahan. konsentrasi ekstrak (g/ml) tinggi tanaman (cm) berat basah (g) berat kering (g) 0 1,73a 0,066a 0,01767a 0,17 0,36b 0,001b 0,00043b 0,43 0b 0b 0b 0,82 0b 0b 0b 1,5 0b 0b 0b

(4)

Berdasarkan hasil penelitian, konsentrasi 0,43 (g/ml) dan 0,82 (g/ml) memiliki kemampuan penghambatan yang tidak berbeda nyata (Tabel 1). Kandungan alelokimia pada rentang konsentrasi antara 0,43 (g/ml) dan 0,82 (g/ml) diduga sudah mampu menghambat perkecambahan biji M.

affine. Konsentrasi 0,43 (g/ml) merupakan

konsentrasi efektif dalam penghambatan perkecambahan biji M. affine karena pada konsentrasi yang lebih kecil sudah mampu menghambat dan memberikan pengaruh nyata dibanding kontrol.

Konsentrasi ekstrak 1,5 (g/ml) merupakan penghambat paling kuat yang dinyatakan dengan tidak terjadi perkecambahan (Tabel 1). Walaupun penghambat paling kuat, konsentrasi 1,5 (g/ml) tidak dianjurkan untuk dijadikan sebagai konsentrasi efektif karena tidak sesuai dengan prinsip pengendalian gulma bahwa penggunaan herbisida tidak boleh menekan populasi gulma sampai nol (Sukman dan Yakup, 2002).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selain dapat menurunkan persentase perkecambahan, ekstrak

M. micrantha dapat mempengaruhi panjang

kecambah M. affine. Panjang kecambahM. affine

mengalami penurunan dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak M. micrantha yang diberikan (Tabel 1). Panjang kecambah gulma M. affine

pada konsentrasi ekstrak 0,43 (g/ml) memberikan pengaruh yang nyata dibanding kontrol (Tabel 1). Kandungan alelokimia pada ekstrakM. micrantha

diduga mempengaruhi aktivitas auksin untuk pemanjangan sel, gangguan mitosis sel serta penurunan permeabilitas membran. Penghambatan terhadap aktivitas auksin ini sesuai dengan pernyataan Sastroutomo (1990) bahwa senyawa alelokimia menghambat pertumbuhan kecambah dengan menghambat aktivitas auksin dalam proses pemanjangan dan pembesaran sel. Penghambatan pertumbuhan panjang kecambah juga terjadi melalui aktivitas senyawa fenol dalam menghambat proses mitosis pada embrio, sehingga pembelahan sel terhambat dan berpengaruh terhadap pertumbuhan kecambah (Rice, 1984).

Penghambatan lainnya yaitu terjadi penurunan permeabilitas membran sel akibat adanya senyawa fenol. Sastroutomo (1990) menyatakan bahwa terjadinya penurunan permeabilitas sel menyebabkan terhambatnya pengangkutan hasil perombakan cadangan makanan secara difusi dari endosperma melewati membran sel menuju

titik-titik tumbuh. Kondisi ini mengakibatkan pertumbuhan sel dan pembesaran sel ikut terhambat sehingga pembentukan plumula (calon pucuk) dan radikula (akar muda) akan terhambat.

Pengaruh ekstrak M. micrantha terhadap

pertumbuhan gulma M.affine

Ekstrak M. micrantha yang diberikan pada M. affinememberikan pengaruh nyata terhadap tinggi, berat basah dan berat kering gulma dibanding kontrol mulai dari konsentrasi terendah 0,17 (g/ml) hingga menyebabkan kematian pada konsentrasi 0,43 (g/ml), 0,82 (g/ml) dan konsentrasi tertinggi 1,5 (g/ml) (Tabel 2). Hasil tersebut menunjukkan bahwa senyawa alelokimia pada konsentrasi ekstrak 0,17 (g/ml) sudah mampu menghambat proses-proses fisiologis pada gulma M. affine

antara lain sintesis fitohormon, mitosis sel, fungsi enzim dan proses fotosintesis.

Penghambatan ini sesuai dengan pernyataan Rice (1984) bahwa hambatan yang disebabkan oleh adanya senyawa alelokimia berupa fenol dan flavonoid akan mengaktifkan enzim Indol Asetic Acid (IAA) oksidase dalam merusak auksin yang berperan pada pemanjangan sel, sehingga pemanjangan sel tidak berlangsung sebagaimana mestinya yang berakibat pada terhambatnya tinggi tanaman.

Kandungan alelokimia dalam ekstrak daun M.

micrantha diduga penghambat proses mitosis sel.

Rice (1984) menyatakan bahwa alelokimia sejenis fenol mengganggu mitosis sel dengan merusak benang-benang spindel pada saat metafase. Jika proses pembelahan sel terhambat, maka pembesaran sel juga ikut terhambat yang berakibat terjadi penurunan pertumbuhan tanaman. Hasil penurunan tinggi tanaman sejalan dengan hasil penurunan berat basah dan berat kering (Tabel 2). Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa berat basah merupakan total kandungan air pada organ-organ tumbuhan dan hasil fotosintesis di dalam tubuh tumbuhan. Berkurangnya tinggi tanaman menyebabkan jumlah nodus tempat tumbuh daun ikut berkurang yang berakibat pada berkurangnya berat basah tanaman. Berkurangnya jumlah daun juga akan mengurangi terjadinya fotosintesis sehingga hasil fotosintesis yang diakumulasi tanaman ikut berkurang akibatnya terjadi penurunan berat kering tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan penghambatan terbaik terjadi pada konsentrasi 0,17 (g/ml). Hal ini didukung penelitian Pebriyani et al. (2013)

(5)

menggunakan gulma berdaun lebar C.

rutidosperma yang menunjukkan penghambatan

pertumbuhan pada pemberian ekstrak 0,15 (g/ml). Gulma C. rutidospermadan M. affinemerupakan gulma berdaun lebar yang mempunyai titik tumbuh yang terbuka sehingga sangat sensitif terhadap herbisida (Djafarudddin, 2001).

Ekstrak M. micrantha pada penelitian ini efektif bekerja pada gulma pasca tumbuh. Kondisi ini dibuktikan dari perbedaan konsentrasi yang diperlukan untuk menghambat perkecambahan (0,43 g/ml) lebih tinggi dibandingkan konsentrasi untuk menghambat pertumbuhan (0,17 g/ml). Peran ekstrak M micrantha sebagai bioherbisida pasca tumbuh ini sejalan dengan penelitian Mutlu

et al. (2010) bahwa ekstrak Nepeta meyeri

menghambat gulma Convolvulus arvensis dan

Portulaca olerace pasca tumbuh menggunakan

konsentrasi lebih tinggi dalam menghambat perkecambahan (2x10-4 g/ml) dibandingkan konsentrasi yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan (10-4g/ml)

.

Ekstrak daun sembung rambat (M. micrantha) berpotensi sebagai bioherbisida dalam menghambat perkecambahan biji dan pertumbuhan gulma senduduk (M. affine).

DAFTAR PUSTAKA

Amador, PMC, Munoz VO, Ibarra RB & Garcia FJ, 2010, ‘Phytochemical and Pharmacological Studies on Mikania micrantha H.B.K. (Asteraceae)’,FYTON, vol. 79, hal. 77 - 80 Cock, MJW, Ellison CA, Evans HC & Ooi PAC, 2000,

‘Can Failure be Turned into Success for Biological Control of Mile-a-Minute Weed (Mikania micrantha)?’, Proceedings of the X International Symposium on Biological Control of Weeds, hal. 155 - 167

Djafaruddin, 2001, Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman, Bumi Aksara, Jakarta

Gardner, FP, Pearce, RB & Mitchel, RL, 1991,

Fisiologi Tanaman Budidaya, Penerjemah

Herawati, S., Penerbit UI Press, Jakarta

Ismail BS & Moo LS, 1994, ‘Evidence for Allelopathic Activity ofMikania micranthaH.B.K. on Three Weed Species’, Pertanika Jurnal Science & Technology, vol. 2, no. 1, hal. 73 - 83

Kristanto, BA, 2006, ‘Perubahan Karakter Tanaman Jagung (Zea mays L.) Akibat Alelopati dan Persaingan Teki (Cyperus rotundusL.)’,Jurnal Indonesia Tropica Animal Agriculture, vol. 31, no. 3, hal. 189- 194

Mutlu, S, Atici, O & Esim, N, 2010, ‘Bioherbicidal Effects Of Essential Oils Of Nepeta meyeri

Benth. On Weed spp.’,Allelopathy Journal,vol. 26, no. 2, hal. 291 - 430

Pebriyani, Linda R & Mukarlina, 2013, ‘Potensi Ekstrak Daun Sembung Rambat (Mikania

micrantha H.B.K) Sebagai Bioherbisida

terhadap Gulma Maman Ungu (Cleome

rutidosperma D.C) dan Rumput Bahia

(Paspalum conjugatum Flugge)’, Protobiont, vol. 2, no. 2, hal. 32 - 38, <http: //jurnal.untan.ac.id/ index.php/ jprb>

Perez, AMC, Ocotero VM, Balcazari RI & Jimenez FG, 2010, ‘Phytochemical and Pharmological Studies on Mikania micrantha H.B.K’., Experimental Botany,vol. 78, hal. 77 - 80 Priwiratama, H, 2011, ‘Mikania micrantha H.B.K’,

Pusat Penelitian Kelapa SawitInfo PTVol. G – 0002, hal. 1-2, <www.iopri.org/download/ finish/4-gulma>

Rice, EL, 1984,Alleopathy, Second Edition, Academic Press Inc., London

Riskitavani, DV & Purwani, KI, 2013, ‘Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa) Terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus rotundus)’,Jurnal Sains dan Seni POMITS, vol. 2, no. 2, hal. E-59 – E-63

Salisbury, FB & Ross, CW, 1992,Fisiologi Tumbuhan, Terjemahan Lukman, R & Sumaryono, Penerbit ITB, Bandung

Sastroutomo, SS, 1990, Ekologi Gulma, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Setia, N, Batish, DR, Singh, HP & Kohli, RK, 2007, ‘Phytotoxicity Of Volatile Oil FromEucalyptus citriodora Against Some Weedy Species’,

Journal of Environmental Biology,vol. 28, no. 1, hal. 63 - 66

Sukman, Y & Yakup, 2002, Gulma dan Teknik Pengendaliannya, Rajawali, Jakarta

Syahputra, E, Sarbino & Siti D, 2011, ‘Weeds Assessment di Perkebunan Kelapa Sawit Lahan Gambut’, Jurnal Teknologi Perkebunan & PSDL,vol. 1, hal. 37 - 42

Syakir, M, Bintoro, MH, Agusta, H & Hermanto, 2008, ‘Pemanfaatan Limbah Sagu Sebagai Pengendalian Gulma pada Lahan Perdu,Jurnal Littri, vol.14, no. 3, hal. 107 - 112, Balai Penelitan Tanaman Obat dan Aromatik, IPB, Bogor

Tripathi, RS, Khan, ML & Yadav, AS, 2012, ‘Biology ofMikania micrantha H.B.K.: a Review’, CAB International 2012, Invasive Alien Plants: An Ecological Appraisal for the Indian Subcontinent (eds J.R. Bhatt et al.), diakses 10 Desember 2013 <www.nerist.ac.in/departement/ forestry/>

Gambar

Tabel 2. Rerata pertumbuhan M. affine pada beberapa konsentrasi ekstrak M. micrantha selama 35 hari

Referensi

Dokumen terkait

Para sarjana menyoroti bahwa situs web merupakan sarana yang dinamis untuk menyampaikan informasi kepada para stakeholder (Rylander et al. 2000) Data yang diperlukan

Kajian ini berhubung dengan penghasilan dan penilaian modul pengajaran bagi tatacara dan prosedur-prosedur penubuhan Syarikat Sendirian Berhad untuk dijadikan garis panduan

Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis hal-hal yang mempengaruhi ketidakpatuhan komunitas Punk , mengetahui

Berdasarkan hasil penelitian ini model EMZHA merupakan model isoterm adsorpsi yang paling cocok diterapkan untuk data orisinil laboratorium pengaruh konsentrasi penyerapan

yatim itu sendiri ialah anak kecil yang ditinggal wafat oleh penanggung jawab atau sandaran hidupnya yang dalam hal ini dibebankan kepada figure ayah.yang belum

Aksesi-aksesi yang mempunyai jarak genetik besar antara satu dengan lainnya atau aksesi-aksesi yang mempunyai hubungan kekerabatan jauh adalah aksesi-aksesi yang baik

o Kepada Pemerintah daerah: Sekiranya dapat lebih memperhatikan dan meninjau lagi bagaimana keberadaan sarana dan prasarana pendidikan khususnya pendidikan jasmani

(1) Sesuai dengan hasil penelitian, bahwa video pembelajaran kebugaran jasmani berlandaskan tri kaya parisudha adalah berdasarkan validitas hasil dari ahli olahraga