• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANGKUMAN QH SEMESTER 2 BY : XI MIPA 8

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANGKUMAN QH SEMESTER 2 BY : XI MIPA 8"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

RANGKUMAN QH SEMESTER 2

BY : XI MIPA 8

A. BETAPA BESAR TAGGUNG JAWABKU TERHADAP KELUARGA DAN MASYARAKAT

1. DEFINISI TANGGUNG JAWAB

Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan memberikan jawab serta menanggung akibatnya.

Seorang pelajar memiliki kewajiban belajar. bila belajar, maka hal itu berarti ia telah memenuhi kewajibanya serta dia juga telah bertanggung jawab atas kewajibannya. kadar penanggung jawabnnya adalah bila dalam ujian dia akan menerima hasil ujiannya apakah A, B, atau C.

Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya sikap tanggung jawab karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam.

Bagi orang yang kurang takut terhadap Tuhan, atau mungkin bahkan tidak peduli, masih ada konsep mengenai hukum karma. Bahwa alam semesta akan berfungsi sedemikian rupa sehingga setiap kejahatan akan kembali kepada si pembuatnya dengan berbagai cara. Demikian pula halnya dengan kebaikan.

Yang manapun itu, bertanggung jawab adalah nilai moral yang mulia. Yang membuat manusia berhati-hati untuk tidak merugikan orang lain, bahkan berusaha semampunya untuk selalu berbuat kebaikan bagi orang lain. Orang-orang yang bertanggung jawab adalah orang yang bermanfaat bagi sistem masyarakat, atau sistem apapun juga. Sebaliknya orang-orang yang tidak bertanggung jawab cenderung merusak sistem di manapun dia berada.

2. MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB • Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri

Manusia diciptakan oleh Tuhan mengalami periode lahir, hidup, kemudian mati. Agar manusia dalam hidupnya mempunyai “harga”, sebagai pengisi fase kehidupannya itu maka

(2)

manusia tersebut atas namanya sendiri dibebani tanggung jawab. Sebab apabila tidak ada tanggung jawab terhadap dirinya sendiri maka tindakannnya tidak terkontrol lagi. Intinya dari masing-masing individu dituntut adanya tanggung jawab untuk melangsungkan hidupnya di dunia sebagai makhluk Tuhan.

Contoh: Manusia mencari makan, tidak lain adalah karena adanya tanggung jawab terhadap dirinya sendiri agar dapat melangsungkan hidupnya.

• Tanggung jawab terhadap keluarga

Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri atas ayah-ibu, anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab itu menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan. Untuk memenuhi tanggung jawab dalam keluarga kadang-kadang diperlukan pengorbanan. Contoh: Seorang ayah rela bekerja membanting tulang demi memenuhi tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

• Tanggung jawab terhadap masyarakat

Pada hakekatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, sesuai dengan kedudukanya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain, maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsunggkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah apabila semua tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

Contoh: Seseorang yang menyediakan rumahnya sebagai tempat pelacuran pada lingkungan masyarakat yang baik-baik, apapun alasannya tindakan ini termasuk tidak bertanggung jawab terhadap masyarakat, karena secara moral psikologis akan merusak masa depan generasi penerusnya di lingkungan masyarakat tersebut.

• Tanggung jawab terhadap Bangsa / Negara

Suatu kenyataan lagi bahwa setiap manusia, setiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkahlaku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak bisa berbuat semaunya

(3)

sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawabkan kepada negara.

Contoh: Dalam novel jalan tak ada ujung karya Muchtar Lubis, guru Isa yang terkenal guru yang baik, terpaksa mencuri barang-barang milik sekolah demi rumah tangganya. Perbuatan guru Isa ini harus pula dipertanggung jawabkan kepada pemerintah. Kalau perbuatan itu di ketahui ia harus berurusan dengan pihak kepolisian dan pengadilan. • Tanggung jawab terhadap Tuhan

Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawabmelainkan untuk mengisi kehidupannya. Manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukum-hukum tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika dengan peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan, maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan manusia terhadap Tuhan sebagai Penciptanya, bahkan untuk memenuhi tanggung jawabnya, manusia perlu pengorbanan.

Contoh: Seorang biarawati dengan ikhlas tidak menikah selama hidupnya karena dituntut tanggung jawabnya terhadap Tuhan sesuai dengan hukum-hukum yang ada pada agamanya, hal ini dilakukan agar ia dapat sepenuhnya mengabdikan diri kepada Tuhan demi rasa tanggung jawabnya. Dalam rangka memenuhi tanggung jawabnya ini ia berkorban tidak memenuhi kodrat manusia pada umumya yang seharusnya meneruskan keturunannya, yang sebetulnya juga merupakan sebagian tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan.

3. DEFINISI MANUSIA

Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat yg mulia.

Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg luar biasa dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yg bebas – kepadanya dunia alam –world of nature–, sejarah dan masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada

(4)

dan bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan.

Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini adalah kualitasnya yg paling menonjol; Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba-indera dan akibat saja, tetapi mengamati apa yg ada di luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari akibat. Dengan demikian ia melewati batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa lampau dan masa mendatang, ke dalam waktu yg tidak dihadirinya secara objektif. Ia mendapat pegangan yg benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yg lebih mulia daripada eksistensi.

Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk hidup yg mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.

Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib-semu –quasi-miracolous– yg memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yg tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yg belum diberikan alam.

Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa yg ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yg seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yg ada. Kekuatan inilah yg selalu memaksa manusia untuk merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah dan ruhaniah.

Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai terdiri dari ikatan yg ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yg lebih tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat

(5)

disebut ikatan suci, karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.

Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.

4. HUBUNGAN MANUSIA DAN TANGGUN JAWAB

Tanggung jawab merupakan sesuatu yang mendampingi hak asasi manusia sejak lahir.dapat kita lihat tanggung jawab mengandung 2 unsur kata yaitu menangggung dan menjawab .menanggung sendiri yaitu memikul sesuatu baik nyata ataupun tidak sedangkan menjawab adalah sesuatu hasil yang mutlak dari sebuah reaksi manusia dalam merespon sesuatu disekitarnya.dapat diartikan tanggung jawab adalah sesuatu yang ditanggung dan harus dilakukan oleh manusia bauk terlihat maupun tidak terlihat.tanggung jawab sendiri erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari manusia maka dari itu diperlukan sebuah tekad untuk melaksanakan sebuah tanggung jawab.

Contoh sehari-hari sebuah tanggung jawab yaitu

• Seorang anak yang telah menerima hak untuk disekolahkan oleh orang tuanya maka harus belajar dengan giat dan menjadi seorang siswa/siswi yang berprestasi

• TUHAN menciptakan manusia ke dunia dan memberikan hak untuk hidup namun manusia tersebut harus taat dan mematuhi larangannya agar tetap selamat.

5. JENIS-JENIS TANGGUNG JAWAB

a) Tanggung jawab terhadap diri sendiri, yaitu menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.

b) Tanggung jawab terhadap keluarga, yaitu tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya terhadap nama baik keluarga, tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan,dan kehidupan.

c) Tanggung jawab terhadap masyarakat, yaitu manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial.

(6)

d) Tanggung jawab kepada Bangsa / Negara, yaitu suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri, dan apabila perbuatan itu salah, maka harus bertanggung jawab kepada negara.

e) Tanggung jawab terhadap Tuhan, yaitu Tuhan menciptakan manusia dibumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan, sehingga tindakan manusia tidak lepas dari hukuman-hukuman Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama.

SURAH AT-TAHRIM : 6

Terjemahan Surah At Tahrim : 6

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim 66:6)

• Sebab Turunnya surat Attahrim (Asbabun Nuzul)

Ibnu katsir setelah menulis ayat At-Tahrim beliau juga menukil pendapat yang mengatakan bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah Nabi mengharamkan atas dirinya Maria Al-Qibtiah (lih. Tafsir Ibnu Katsir juz.8 hal.158) tapi kemudian beliau menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah Nabi mengharamkan atas dirinya madu.

Kemudian Syaikh Utsaimin menguatkan pendapat yang mengatakan sebab turunnya ayat ini adalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengharamkan atas dirinya madu.

• Penjelasan Ayat

Segala puji bagi Allah Ta’ala, sholawat dan salam kita tujukan kepada Nabi Muhammad SAW, para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in serta kepada siapa saja yang mengikuti jejak mereka sampai hari Qiyamat. Marilah kita senantiasa berusaha meningkatkan amal harian kita,

(7)

sebagai suatu bukti ibadah kita kepada Allah SWT. Sehingga hidup kita mendapat ridha dari-Nya. Yaitu dengan cara menjaga diri dan keluarga, istri, anak, orang tua, dan sanak kerabat kita dari adzab api neraka.

Mujahid (komentar Sufyan As-Sauri kepada Mujahid mengatakan, “Apabila datang kepadamu suatu tafsiran dari Mujahid, hal itu sudah cukup bagimu”) mengatakan : “Bertaqwalah kepada Allah dan berpesanlah kepada keluarga kalian untuk bertaqwa kepada Allah”.

Sedangkan Qatadah mengemukakan : “Yakni, hendaklah engkau menyuruh mereka berbuat taat kepada Allah dan mencegah mereka durhaka kepada-Nya. Dan hendaklah engkau menjalankan perintah Allah kepada mereka dan perintahkan mereka untuk menjalankannya, serta membantu mereka dalam menjalankannya. Jika engkau melihat mereka berbuat maksiat kepada Allah, peringatkan dan cegahlah mereka.”Demikian itu pula yang dikemukakan oleh Adh Dhahhak dan Muqatil bin Hayyan, dimana mereka mengatakan :“Setiap muslim berkewajiban mengajari keluarganya, termasuk kerabat dan budaknya, berbagai hal berkenaan dengan hal-hal yang diwajibkan Allah Ta’ala kepada mereka dan apa yang dilarang-Nya.”

Dalam ayat ini firman Allah ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, yaitu memerintahkan supaya mereka, menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah, dan mengajarkan kepada keluarganya supaya taat dan patuh kepada perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api neraka. Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan salat dan bersabar, sebagaimana firman Allah SWT.

SURAH TAHA : 132

Terjemahan Surah Taha : 132

Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami ti¬dak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.

• Sebab Turunya Surah Taha : 132 (Asbabun Nuzul)

Thaahaa Termasuk huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian daripada surat-surat Al Quran, ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat-surat-surat Al

(8)

Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran

• Penjelasan Surah Taha : 132

Ayat 132 di atas, menjelaskan bahwa salah satu kewajiban kepala keluarga adalah memerintahkan anggota keluarganya untuk melaksanakan dan memelihara shalat dengan baik. Perintah me¬laksanakan shalat ini disampaikan kepada anak-anaknya ketika mereka mulai menginjak usia tujuh tahun seperti termuat dalam hadits yang artinya : "Perintahkanlah mereka untuk melakukan shalat ketika meng¬injak usia tujuh tahun. Dan ketika mereka menginjak usia se¬puluh tahun belum mengerjakan shalat maka berilah sanksi agar mereka mau mengerjakan shalat. "

Mengapa shalat dianjurkan untuk dikerjakan oleh seseorang sejak usia kanak-kanak? Karena di dalam shalat terkandung nilai¬nilai pendidikan yang luhur yang dapat membina seseorang men¬jadi dewasa dalam segala hal. Nilai-nilai itu antara lain :

a. shalat menanamkan sikap selalu dekat dengan Allah b. shalat menanamkan sikap disiplin

c. shalat menanamkan sikap kebersamaan d. shalat menanamkan sikap selalu bersih

e. shalat menanamkan sikap patuh kepada atasan f. shalat menanamkan sikap peduli terhadap bawahan.

Sikap berikutnya yang perlu ditanamkan kepada anak adalah sifat sabar, terutama dalam melaksanakan shalat karena memang shalat itu adalah berat kecuali bagi orang-orang yang jiwanya te lah khusyuk. Di camping itu, perlu ditanamkan pula sifat sabar dalam menjalankan perintah yang lain, sabar dalam menjauhi larang¬an, dan sabar dalam menerima musibah. Sabar bukan berarti pas-rah terhadap keadaan, tetapi yang dimaksud sabar adalah teguh pendirian dan tabah dalam menghadapi godaan.

(9)

Dalam akhir ayat di atas, Allah menyatakan : "Kami tidak me minta rezeki darimu, tetapi Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan balasan yang baik adalah bagi orang-orang yang taqwa ". Maksud dari ungkapan ini adalah bahwa yang diminta Allah dari manusia adalah ibadah dan taqwanya kepada Allah, bukan balasan rezeki seperti yang diminta oleh para pembesar manusia dari bawahannya. Dan tuntutan ibadah serta ketaqwaan pun bukan berarti bahwa Allah memerlukan ibadah dan ketaqwaan itu, sebab Allah akan tetap besar dan agung meskipun tak seorang pun ma¬nusia menyembah dan mengabdi kepada-Nya. Tetapi, ibadah dan taqwa itu mengandung hikmah, kegunaan, manfaat nilai-nilai lu¬hur seperti yang telah disebutkan di atas. Ini semata-mata untuk keperluan manusia sendiri. Selanjutnya pahala ibadat akan diterimanya pula nanti di akhirat.

SURAH AL AN’AM : 70

Terjemahan Surah Al An’am : 70

dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama[485] mereka sebagai main-main dan senda gurau[486], dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at[487] selain daripada Allah. dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. mereka Itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.

(10)

AN NISA : 36

Artinya : Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

SURAH HUD : 117-119

Terjemahan Surah Hud : 117 – 119

117. dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.

118. Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih pendapat,

119. kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.

(11)

HADIST TENTANG TANGGUNG JAWAB MANUSIA TERHADAP KELUARGA & MASYARAKAT

Terjemahan Hadist

Dari Abdullah bin Umar ra. ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : "Setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas anggota keluarganya. Dan seorang perempuan adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya, dan ia bertanggung jawab atas semua anggota keluarganya. Seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta majikannya, dan ia bertanggung jawab atas keselamatan dan keutuhan hartanya". Abdullah berkata : 'Aku mengira Rasulullah mengatakan pula bahwa seseorang adalah pemimpin bagi harta ayahnya dan bertanggung jawab atas keselamatan dan keutuhan hartanya itu. Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas'segala yang dipimpinnya. (HR. Bukhari Muslim dan Turmudzi).

Sistem pendidikan Islam juga sekaligus merupakan sub sistem yang tak terlepas dari pengaruh sub sistem yang lain dalam penyelenggaraannya. Sistem ekonomi, politik, sosial-budaya, dan idoelogi akan sangat menentukan keberhasilan penyelenggaran sistem pendidikan yang berbasiskan aqidah dan syari’ah islam. Dengan demikian maka pengaruh berbagai sistem lainnya terhadap keberhasilan penyelenggaran sistem pendidikan islam memiliki keterkaitan yang erat.

Meski disadari betapa pentingnya posisi pendidikan Islam dalam konteks pendidikan nasional. Namun, harus pula diakui hingga saat ini posisi pendidikan Islam belum beranjak dari sekadar sebuah subsistem dari sistem besar pendidikan nasional.

B. BERKOMPETISI DALAM KEBAIKAN

Baik dan buruk adalah sifat yang berlawaan dan tidak pernah akan bertemu, membiasakan berbuat baik sekalipun hanya kecil ternyata tidak mudah. Sebaliknya perbuatan yang jauh dari tuntunan dan syar`i ternyata tanpa diajarkan meluncur dengan cepat bagaikan

(12)

salju yang runtuh dalam waktu sekejab. Berkompetisi dalam berbuat baik harus secara menyeluruh dan mengikut sertakan semua pihak. Sekolah, orangtua, masyarakat, dunia penerbitan dan komunikasi terlebih dunia hiburan yang banyak muncul dilingkungan keluarga melalui media elektronik harus ikut pula menunjang agar setiap manusia terpanggil untuk senantiasa melakukan kebaikan. Berfastabiqul khoirot hendaknya menjadi motivasi dan motto setiap manusia, sehingga dari setiap pribadi manusia akan muncul aktivitas yang bermuara kebaikan dan diharapkan akan tercipta masyarakat yang mempunyai pola hidup berbuat baik. 1. SURAT AL BAQARAH AYAT 148

Artinya : Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )

• Isi Kandungan

Secara umum ayat ini dapat dipahami sebagai dorongan kepada umat Islam untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Tentunya untuk melihat sebuah perbuatan tersebut baik atau tidak, harus merujuk sesuai dengan aturan Allah subḥānahūwa taʻālā yaitu al-Qur’an dan sesuai dengan hadis yang ṣaḥı̄ h. Untuk menelisik lebih jauh kandungan ayat ini, mari kita ikuti uraian berikut.

Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa bagi setiap pemeluk suatu agama mempunyai kiblatnya sendiri-sendiri. Tentunya kiblat itulah yang menjadi kecenderungan mereka untuk menghadap sesuai dengan keyakinan mereka. Dan Kaum muslimin mempunyai kiblat yang ditetapkan langsung oleh Allah yaitu Ka’bah.

Dalam Tafsir Al-Misbah dijelaskan bahwa Allah memerintahkan Umat Yahudi berkiblat ke Baitul-Maqdīs, dan umat yang lain melalui Nabi dan Rasulnya untuk menghadap ke arah tertentu. Namun, dalam ayat ini Allah memerintah untuk mengarah ke Kaʻbah dan berlaku untuk semua. Perintah ini adalah membatalkan perintah Allah sebelumnya termasuk untuk Nabi Muhammad ṣallāllāhu ʻalaihi wasallam yang sebelumnya pada saat salat menghadap

(13)

selain ke Kaʻbah. Hal yang penting dalam pengarahan kiblat ini adalah menghadapkan hati langsung kepada Allah subḥānahū wa taʻālā.

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan umat Islam untuk senantisa berlombalomba dalam mengerjakan kebaikan (fastabiqul-khairāt). Menghadap ke Kiblat (Kaʻbah) bukanlah tujuan tapi harus dipahami bahwa umat Islam adalah satu. Dan kandungan ayat ini yang dapat kita ambil maknanya adalah hendaknya kita giat bekerja serta berlomba dalam segala bentuk kebaikan baik salat,bersedekah, menuntut ilmu, dan amalan-amalan positif yang lain. Kita harus berkompetisi dalam melakukan hal-hal yang positif. Dampak positif yang dihasilkan dari kompetisi dalam kebaikan yaitu terciptanya kondisi kehidupan yang dinamis, maju dan senantiasa bersemangat untuk berkreasi dan berinovasi .

Ayat ini juga menjelaskan bahwa saatnya nanti, Allah subḥānahū wa taʻālā akan mengumpulkan semua manusia, di manapun dan dari arah manapun mereka berada. Tidak ada seorang pun yang luput dan lepas dari pengawasan Allah subḥānahū wa taʻālā, yaitu pada sasat manusia menjalani kehidupan di alam akhirat. Mereka akan diperlihatkan semua amal baik atau buruk yang pernah dilakukan pada saat hidup di dunia dan semua akan mendapat balasan sesuai dengan amalnya masingmasing.

2. SURAT AL FATHIR : 32

Artinya : Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. • Isi Kandungan

Secara global ayat ini menerangkan bahwa Allah subḥānahū wa taʻālā telah menurunkan al-Qur’an kepada Rasūlullāh untuk digunakan sebagai pedoman hidup bagi umatnya. Namun, dalam realita kehidupan di antara umat Islam ada berbagai macam sikap dalam mengambil Qur’an sebagai pedoman hidup. Sikap-sikap mereka ini di antaranya disebutkan dalam al-Qur’an Surah Fāṭir ayat 32 berikut ini.

(14)

a. Kelompok pertama adalah ِ (mereka yang menzalimi dirinya sendiri), yaitu orang yang meninggalkan perintah-perintah Allah dan mengerjakan berbagai perkara yang diharamkan.

b. Kelompok kedua (mereka yang bersikap pertengahan), yaitu mereka di samping melaksanakan kewajiban-kewajiban dan menjahui larangan-larangan. Namun, terkadang mereka ini meninggalkan perkara-perkara yang disunahkan dan melakukan perkara-perkara yang dimakruhkan.

c. Kelompok ketiga yaitu (mereka yang bersikap segera melakukan kebaikan-kebaikan dengan izin Allah. Golongan ini senantiasa mengerjakan perbuatan yang diwajibkan dan disunahkan serta menjahui perkara yang diharamkan dan dimakruhkan. Ar-Razı̄ menafsirkan bahwa ẓālimun linafsih adalah orang yang lebih banyak kesalahannya, sedangkan muqtaṣid (tengah) adalah orang yang seimbang antara kesalahan dan kebaikannya. Adapun sābiqun bil-khairāt adalah orang yang lebih banyak kebaikannya.

3. SURAH AN-NAḤL : 97

Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

• Isi Kandungan

Pada ayat di atas Allah menjelaskan akan memberikan kehidupan yang sejahtera kepada siapapun, baik laki-laki maupun perempuan, apabila mereka mau beriman dan beramal saleh. Dan balasan Allah bernilai lebih tinggi daripada yang dikerjakan. Ada beberapa pendapat ahli tafsir dalam memahami ungkapan antaranya adalah :

a. Menurut Ibnu Kaṡı̄ r bahwa yang disebut dengan ḥayātan toyyiban adalah ketentraman jiwa.

b. Ibnu Abbas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ḥayātan toyyiban adalah hidup sejahtera dan bahagia dengan rezeki yang halal dan baik (bermutu gizinya).

(15)

c. Adapun menurut ‘Alı̄ bin Abı̄ Ṭālib yang dinamakan ḥayātan toyyiban adalah kehidupan yang disertai qanā‘ah (menerima dengan suka hati) terhadap pemberian Allah.

4. HADIST

Artinya : Dari Jābir bin ‘Abdullāh, ia berkata, “Rasūlullāh berkhutbah di hadapan kami, beliau mengatakan: “Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah sebelum kalian mati, bersegeralah beramal shalih sebelum kalian sibuk, dan sambunglah antara kalian dengan Rabb kalian dengan memperbanyak dzikir kepada-Nya, banyak sedekah dengan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Niscaya kalian akan diberi rezeki, ditolong dandicukupi. Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kalian salat Jum’at di tempat berdiriku ini, di hariku ini, di bulanku ini dan di tahunku ini hingga hari kiamat. Barangsiapa meninggalkannya di waktu hidupku atau setelahku, dan dia memiliki Imām adil atau bejat, kemudian meremehkan atau menolaknya, maka Allah tidak akan menyatukannya dan urusannya tidak akan diberkahi. Ketahuilah, tidak ada salat, tidak ada zakat, tidak ada haji, tidak ada puasa, dan tidak ada kebaikan baginya hingga ia bertaubat. Maka barangsiapa bertaubat, Allah akan menerima taubatnya. Ketahuilah, tidak boleh seorang perempuan mengImami lakilaki, orang badui mengimami seorang muhajir dan tidak boleh orang fajir mengimami seorang mukmin, kecuali jika ia memaksanya dengan kekuasaan yang ditakuti pedang dan cambuknya (HR. Ibnu Mājah).

(16)

• Penjelasan Hadis

Hadis di atas memerintahkan kepada orang-orang Islam agar segera bertaubat sebelum meninggal. Karena pada hakekatnya yang mengetahui tentang umur manusia tidak ada yang lain kecuali Allah subḥānahū wa taʻālā. Umur tidak mengenal tua ataupun muda, memang apabila telah tiba maka ia tidak dapat mengerjakan atau ditunda walau sedetik. Kemudian pada lanjutan hadis, agar setiap muslim segera berusaha beramal saleh sebelum sibuk juga rajin menyambung silaturahmi dan memperbanyak sedekah baik secara terang-terangan maupun sembunyi. Apabila demikian dapat dilaksanakan oleh setiap muslim pasti janji Allah akan dating yaitu memperoleh rezeki dengan jalan yang mudah dan dapat pertolongannya serta diperbaiki taraf kehidupannya.

Setiap muslim tentunya tidak akan mau mengerjakan perbuatan yang dilarang Allah subḥānahū wa taʻālā. Namun karena sangat kuatnya godaan syaitan mereka dapat terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Sebagai orang yang beriman, tentunya segera menyadari kesalahannya dan menyesali atas perbuatan tersebut. Kemudian segera minta ampun kepada Allah subḥānahū wa taʻālā. Seorang muslim yang telah terlanjur mengerjakan dosa besar, tetapi segera insaf dan sadar serta menyesali atas perbuatannya kemudian diikuti dengan taubat, Allah akan mengampuni dosanya. Taubat yang dimaksud adalah Taubatan Naṣūha, yaitu taubat yang sebenarnya.

C. ETOS KERJA

1. PENGERTIAN ETOS KERJA

Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya.

Menurut Anoraga (2009), etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja. Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan, maka etos kerja dengan sendirinya akan rendah.

(17)

Menurut Sinamo (2005), etos kerja adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Menurutnya, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma kerja, mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas. Itulah yang akan menjadi budaya kerja.

Sinamo (2005) juga memandang bahwa etos kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik. Pandangan ini dipengaruhi oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-20 dan penulisan-penulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja. Sebagian orang menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi, kebiasaan (habit) dan budaya kerja. Sinamo lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau komunitas, tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, dan standar-standar.

Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun istilah dapat disimpulkan bahwa etos kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi peningkatan kualitas kehidupan, sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya

2. DALIL QUR’AN MENGENAI KESEIMBANGAN USAHA DUNIAWI MAUPUN UKHRAWI

• Dalam Qs. Al Qashash : 77

Artinya : “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan

(18)

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

• Analisis

Penjelasan pada ayat ini Allah memrintahkan kepada orang-orang yang beriman agar dapat menciptakan keseimbangan antara usaha untuk memperoleh keperluan duniawi dan usaha untuk keperluan ukhrawi. Dalam kaitannya dengan keseimbangan urusan duniawi dan ukhrawi, diriwayatkan oleh Ibnu Askar bahwa Nabi SAW bersabda, “Kerjakanlah urusan duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan beramallah (Beribadah) untuk akhiratmu sekan-akan kamu akan mati besok” (HR. Ibnu Askar). Selanjutnya ayat di atas Allah memerintahkan supaya berbuat baik kepada diri dan sesamanya (orang lain). Kebaikan Allah yang maha rahman dan rahim keada seluruh makhluk-Nya tidak terhitung jumlahnya. Jenis-jenis perbuatan baik itu sangat beragam, misalnya membantu orang yang membutuhkan pertolongan, menyantuni anak yatim, bepartisipasi membangun masid, madrasah, jalan umum dan lain-lain. Berbuat baik kepada orang lain artinya melakukan perbuatan yang baik dan berguna untuk kepentingan orang lain, dengan segala potensi yang dimiliki. Maka perbuatan baik itu bisa dilakukan dengan ucapan, tenaga, harta, ilmu dan lain-lain. Dan berbuat baik terhadap diri sendiri, yaitu memelihara dan menjaga diri dari bahaya. Misalnya memelihara diri supaya sehat jasmani dan rohani, dengan memakan makanan yang halal lagi baik, berobat ketika sakit dan lain-lain.

Diakhir ayat ini Allah juga memerintahkan kepada manusia agar tidak berbuat kerusakan di muka bumi, seperti menebang hutan tanpa perhitungan, mencemari air maupun udara, bahkan terhadap sesama manusia saling menfitnah, adu domba, permusuhan dan pembunuhan. Semua itu sangat di benci Allah, karena akan berakibat kerusakan alam dan hancurnya kedamaian makhluk hidup.

3. HAL-HAL YANG MENUNJUKKAN DAN MENERAPKAN PRILAKU BERETOS KERJA

i. Allah SWT memerintahkan kepada orang mukmin agar mengupayakan keseimbangan dalam memenuhi kepentingan duniawi dan ukhrawi.

ii. Allah SWT memerintahkan agar selalu berbuat baik terhadap diri dan sesamanya sebagaimana dia teah berbuat baik kepada manusia.

(19)

iii. Allah memerintahkan kepada manusia agar tidak berbuat kerusakan dimuka bumi, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang demikian itu.

4. QS. AL-MUJADALAH: 11

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” • Asbabu Nuzul QS. Al-Mujadalah: 11

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hati dari Muqatil bin Hibban, bahwa pada suatu hari, yaitu hari Jum’at para pahlawan perang Badar datang ketempat pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang pada tidak mau memberi tempat kepada yang baru datang itu, sehingga terpaksa mereka berdiri. Rasulullah menyuruh berdiri pada orang-orang yang lebih dahulu duduk. Sedang para pahlawan Badar disuruh duduk ditempat mereka. Orang-orang yang disuruh pindah tempat merasa tersinggung perasaannya. Kemudian turunlah ayat ini sebagai perintah kaum Muslimin untuk menaati perintah Rasulullah dan memberi kesempatan duduk kepada sesama mukmin.[3]

• Analisis QS. Al-Mujadalah ayat 11

Pada bagian akhir dari ayat 11 di atas menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat tinggi-tinggi kedudukan orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu. Orang-orang mukmin diangkat oleh Allah dan Rasul-Nya, sedangkan orang-orang berilmu diangkat kedudukannya karena mereka dapat memberi banyak manfaat kepada orang lain. Ilmu disini tidak terbatas pada ilmu agama atau keakheratan saja, tetapi menyangkut ilmu-ilmu keduniawian. Apapun ilmu-ilmu yang dimiliki seseorang bila ilmu-ilmu itu bermanfaat bagi dirinya dan orang lain maka akan mejadi pusaka bagi pemiliknya, selain amal jariyah dan anak shaleh.[4]

(20)

5. HAL-HAL YANG MENUNJUKKAN DAN MENERAPKAN PERILAKU BERETOS KERJA

a. Sesama mukmin hendaknya saling memberi kelapangan atau berlapang-lapang dada terutama didalam majlis, sebagai bentuk penghargaan, penghormatan dan kepedulian terhadap sesama saudara.

b. Allah mengangkat derajat kepada orang-orang yang beriman dan orang-orang yang menuntut ilmu beberapa derjat. Dan dengan ilmunya itu mereka bisa mengamalkan ilmunya di sekolah-sekolah atau di perguruan tinggi.

c. Allah dan Rasulnya sangat menghormati orang-orang yang berilmu, karena jasanya umat terbimbing menuju kehidupan yang benar dan pada kehidupan yang lebih baik.

6. CIRI - CIRI ETOS KERJA ISLAMI

Dan dalam batas-batas tertentu, ciri-ciri etos kerja islami dan ciri-ciri etos kerja tinggi pada umumnya banyak keserupaannya, utamanya pada dataran lahiriahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain :

a. Baik dan Bermanfaat

Islam hanya memerintahkan atau menganjurkan pekerjaan yang baik dan bermanfaat bagi kemanusiaan, agar setiap pekerjaan mampu memberi nilai tambah dan mengangkat derajat manusia baik secara individu maupun kelompok.

b. Kemantapan atau perfectness

Kualitas kerja yang mantap atau perfect merupakan sifat pekerjaan Tuhan (baca: Rabbani), kemudian menjadi kualitas pekerjaan yang islami yang berarti pekerjaan mencapai standar ideal secara teknis. Untuk itu, diperlukan dukungan pengetahuan danskill yang optimal. Dalam konteks ini, Islam mewajibkan umatnya agar terus menambahatau mengembangkan ilmunya dan tetap berlatih.

c. Kerja Keras, Tekun dan Kreatif.

Kerja keras, yang dalam Islam diistilahkan dengan mujahadah dalam maknanya yang luas seperti yang didefinisikan oleh Ulama adalah ”istifragh ma fil wus’i”, yakni mengerahkan segenap daya dan kemampuan yang ada dalam merealisasikan setiap pekerjaan yang baik. Dapat juga diartikan sebagai mobilisasi serta optimalisasi sumber

(21)

daya. Sebab, sesungguhnya Allah SWT telah menyediakan fasilitas segala sumber daya yang diperlukan, tinggal peran manusia sendiri dalam memobilisasi serta mendaya gunakannya secara optimal, dalam rangka melaksanakan apa yang Allah ridhai.

d. Berkompetisi dan Tolong-menolong

Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyerukan persaingan dalam kualitas amal shalih. Pesan persaingan ini kita dapati dalam beberapa ungkapan Qur’ani yang bersifat “amar” atau perintah, seperti “fastabiqul khairat” (maka, berlomba-lombalah kamu sekalian dalam kebaikan. Oleh karena dasar semangat dalam kompetisi islami adalah ketaatan kepada Allah dan ibadah serta amal shalih, maka wajah persaingan itu tidaklah seram; saling mengalahkan atau mengorbankan. Akan tetapi, untuk saling membantu (ta’awun).

e. Objektif (Jujur)

Sikap ini dalam Islam diistilahkan dengan shidiq, artinya mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan dan amal perbuatan dengan nilai-nilai yang benar dalam Islam. Tidak ada kontradiksi antara realita dilapangan dengan konsep kerja yang ada. Dalam dunia kerja dan usaha kejujuran ditampilakan dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan, baik ketepatan waktu, janji, pelayanan, mengakui kekurangan, dan kekurangan tersebut diperbaiki secara terus-menerus, serta menjauhi dari berbuat bohong atau menipu. f. Disiplin atau Konsekuen

Selanjutnya sehubungan dengan ciri-ciri etos kerja tinggi yang berhubungan dengan sikap moral yaitu disiplin dan konsekuen, atau dalam Islam disebut dengan amanah. Sikap bertanggung jawab terhadap amanah merupakan salah satu bentuk akhlaq bermasyarakat secara umum, dalam konteks ini adalah dunia kerja. Allah memerintahkan untuk menepati janji adalah bagian dari dasar pentingnya sikap amanah. Janji atau uqud dalam ayat tersebut mencakup seluruh hubungan, baik dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain dan alam semesta, atau bisa dikatakan mencakup seluruh wilayah tanggung jawab moral dan sosial manusia. Untuk menepati amanah tersebut dituntut kedisiplinan yang sungguh-sungguh terutama yang berhubungan dengan waktu serta kualitas suatu pekerjaan yang semestinya dipenuhi. g. Konsisten dan Istiqamah

Istiqamah dalam kebaikan ditampilkan dalam keteguhan dan kesabaran sehingga menghasilkan sesuatu yang maksimal. Istiqamah merupakan hasil dari suatu proses yang dilakukan secara terus-menerus. Proses itu akan menumbuh-kembangkan suatu sistem

(22)

yang baik, jujur dan terbuka, dan sebaliknya keburukan dan ketidakjujuran akan tereduksi secara nyata. Orang atau lembaga yang istiqamah dalam kebaikan akan mendapatkan ketenangan dan sekaligus akan mendapatkan solusi daris segala persoalan yang ada. Inilah janji Allah kepadahamba-Nya yang konsisten/istiqamah.

h. Percaya diri dan Kemandirian

Sesungguhnya daya inovasi dan kreativitas hanyalah terdapat pada jiwa yang merdeka, karena jiwa yang terjajah akan terpuruk dalam penjara nafsunya sendiri, sehingga dia tidak pernah mampu mengaktualisasikan aset dan kemampuan serta potensi ilahiyah yang ia miliki yang sungguh sangat besar nilainya. Semangat berusaha dengan jerih payah diri sendiri merupakan hal sangat mulia posisi keberhasilannya dalam usaha pekerjaan. i. Efisien dan Hemat

Agama Islam sangat menghargai harta dan kekayaan. Jika orang mengatakan bahwa agama Islam membenci harta, adalah tidak benar. Yang dibenci itu ialah mempergunakan harta atau mencari harta dan mengumpulkannya untuk jalan-jalan yang tidak mendatangkan maslahat, atau tidak pada tempatnya, serta tidak sesuai dengan ketentuan agama, akal yang sehat dan ‘urf (kebiasaan yang baik). Demi kemaslahatan harta tersebut, maka sangat dianjurkan untuk berperilaku hemat dan efisien dalam pemanfaatannya, agar hasil yang dicapai juga maksimal. Namun sifat hemat di sini tidak sampai kepada kerendahan sifat yaitu kikir atau bakhil. Sebagian ulama membatasi sikap hemat yang dibenarkan kepada perilaku yang berada antara sifat boros dan kikir, maksudnya hemat itu berada di tengah kedua sifat tersebut. Kedua sifat tersebut akan berdampak negatif dalam kerja dan kehidupan, serta tidak memiliki kemanfaatan sedikit pun, padahal Islam melarang sesorang untuk berlaku yang tidak bermanfaat

7. ETIKA KERJA DALAM ISLAM

Dalam memilih seseorang ketika akan diserahkan tugas, rasulullah melakukannya dengan selektif. Diantaranya dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) dan kedalaman ilmunya. Beliau senantiasa mengajak mereka agar itqon dalam bekerja. Sebagaimana dalam awal tulisan ini dikatakan bahwa banyak ayat al-Qur’an menyatakan kata-kata iman yang diikuti oleh amal saleh yang orientasinya kerja dengan muatan ketaqwaan.

(23)

Pandangan Islam tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas dengan usaha sedalam-dalamnya. Sabda Nabi SAW yang amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk kerja tergantung pada niat pelakunya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda bahwa “sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu tergantung pada apa yang diniatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang tergantung dari tinggi rendahnya niat. Niat juga merupakan dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu. Nilai suatu pekerjaan tergantung kepada niat pelakunya yang tergambar pada firman Allah SWT agar kita tidak membatalkan sedekah (amal kebajikan) dan menyebut-nyebutnya sehingga mengakibatkan penerima merasa tersakiti hatinya. Adapun hal-hal yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Adanya keterkaitan individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol dalam kondisi apapun dan akan menghisab seluruh amal perbuatan secara adil kelak di akhirat. Kesadaran inilah yang menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. Dalam sebuah hadis rasulullah bersabda, “sebaik-baiknya pekerjaan adalah usaha seorang pekerja yang dilakukannya secara tulus.” (HR Hambali)

b. Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. Firman Allah SWT : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. al-Baqarah: 172)

c. Dilarang memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar.

d. Islam tidak membolehkan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah.

e. Professionalisme yaitu kemampuan untuk memahami dan melakukan pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip keahlian. Pekerja tidak cukup hanya memegang teguh sifat amanah, kuat dan kreatif serta bertaqwa tetapi dia juga mengerti dan benar-benar menguasai pekerjaannya. Tanpa professionalisme suatu pekerjaan akan mengalami

(24)

kerusakan dan kebangkrutan juga menyebabkan menurunnya produktivitas bahkan sampai kepada kesemrautan manajemen serta kerusakanalat-alat produksi.

8. DALIL AL-QUR’AN TENTANG ETIKA KERJA DALAM ISLAM • QS. Al-Jumu’ah ayat 9-11

Artinya:

9.) Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli [1475] yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui.

10.) Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

11.) Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah sebaik-baik pemberi rezki.

[1475] Maksudnya: apabila imam Telah naik mimbar dan muazzin Telah azan di hari Jum'at, Maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalakan semua pekerjaannya.

• Asbabun Nuzul

Di dalam suatu hadis diriwayatkan oleh Jabir disebutkan sebagai berikut: “ketika Rasulullah Saw berkhutbah pada hari Jumat, tiba-tiba datanglah rombongan unta (pembawa dagangan), maka cepat-cepatlah sahabat Rasulullah Swt. mengunjunginya sehingga tidak tersisa lagi (sahabat yang mendengarkan khutbah) kecuali 12 orang. Yaitu Saya (Jabir), Abu Bakar dan Umar termasuk mereka yang tinggal. Maka Allah Swt. pun

(25)

menurunkan ayat: wa iza ra'au tijaratan au lahwan sampai akhir surat. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad dan Turmuzi dari Jabir bin Abdullah)

• Penjelasan Ayat

Ayat 9 ini berkenaan dengan seruan Allah subḥānahū wa taʻālā kepada orang-orang yang beriman agar mendirikan salat Jum’at. ‘Abdullāh bin ‘Umar, Anas bin Mālik dan Abū Hurairah radliyallahu ‘anhum berpendapat bahwa dalam suatu kota batas 6 mil wajib bersegera pergi menunaikan salat Jum’at. Menurut Rabi‘ah batas wajib salat Jum’at adalah 4 mil. Menurut Imām Mālik dan Laiṡ adalah 3 mil, menurut Imām Syā􀏐i‘ı̄ ukurannya adalah muażżin yang amat lantang suaranya, keadaan angin tenang dan muazin berdiri di atas dinding kota. Sedangkan menurut hadis ṣaḥiḥ yang diriwayatkan al-Bukhārı̄ yang berasal dari ‘Α􀏐 isyah bahwa penduduk kampung ketinggian (‘awali) di Madinah datang pergi salat Jum’at dari kampung mereka dari luar kota Madinah yang jauh sekitar 3 mil. Sementara Imām Abū Ḥanı̄ fah dan murid-muridnya berpendapat bahwa wajib hukumnya salat Jum’at bagi penduduk luar kota, apakah mendengar azan atau tidak, maka tidak wajib salat Jum’at. Pendapat ini dapat ditafsirkan bahwa setiap kota harus didirikan salat Jum’at. Pada ayat 10 surat al-Jum’ah, Allah subḥānahū wa taʻālā melanjutkan seruannya, yaitu apabila telah melaksanakan salat segeralah mencari karunia Allah boleh kembali bertebaran di muka bumi, mengerjakan urusan duniawi, dan berusaha mencari rezeki yang baik dan halal.

Ayat 11 isinya diawali dengan pernyataan Allah tentang sikap sebagian orang orang mukmin yang masih silau dengan perniagaan, dengan duniawi padahal mereka sedang mendengarkan khutbah Nabi Muhammad ṣallāllāhu ʻalaihi wasallam. Diceritakan pada waktu Nabi sedang khutbah Jum’at datang rombangan unta. Yaitu kafilah dagang dan diadakan penyambutan secara beramai-ramai, termasuk orangorang mukmin yang sedang mendengarkan khutbah Nabi. Mereka keluar dari masjid, asbābun-nuzūl dari ayat ini berkenaan peristiwa tersebut, yaitu waktu rombongan Dihyah al-Kalby tiba di Syām (Suriah) dengan membawa dagangannya seperti tepung, gandum, minyak dan lain-lain. Sebagai kebiasaan apabila rombongan unta dagangan tiba, wanita-wanita juga ikut menyambutnya dengan menabuh gendanggendang, sebagai pemberitahuan atas kedatangan rombongan itu, supaya orangorang datang belanja membeli dagangan yang dibawanya.

(26)

9. DALIL HADITS TENTANG ETIKA KERJA DALAM ISLAM

Artinya : Dari al Miqdām bin Ma’dikarib az-Zubaidi dari Rasūlullāh, beliau bersabda: “Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya sendiri. Dan apa-apa yang diinfakkan oleh seorang laki-laki kepada diri, istri, anak dan pembantunya adalah sedekah (HR. Ibnu Mājah).

• Penjelasan hadis

Hadis di atas merupakan motivasi dari Nabi kepada kaum muslimin untuk memiliki etos kerja yang tinggi. Kita dilarang oleh Nabi hanya bertopang dagu dan berpangku tangan mengharap rezeki datang dari langit. Kita harus giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga. Bahkan dikatakan oleh Nabi bahwa tidak ada yang lebih baik dari usaha seseorang kecuali hasi kerjanya sendiri. Hal ini tentunya juga bukan sembarang kerja tetapi pekerjaan yang halal dan tidak bertentangan deng syari’at agama Islam. Nilai mulia bukan hanya dari sisi memerolehnya saja, membelanjakannyapun untuk anak, istri, dan pembantu dinilai sedekah oleh Allah. Betapa luhur ajaran Islam yang mendukung betul bagi para pemeluknya untuk giat bekerja.

D. HIDUP LEBIH SEHAT DENGAN MAKANAN YANG HALAL DAN BAIK

1. QS. AL-BAQARAH [2]: 168-169

Artinya : “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu (QS. al-Baqarah [2]: 168). Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat dan keji, dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah. (QS. al-Baqarah [2]: 169).

(27)

• Penjelasan Ayat

Kata seruan “wahai manusia” di awal ayat 168 menunjukkan, bahwa ayat ini bersifat umum yang maksudnya ditujukan kepada segenap manusia. Ibnu Abbas mengatakan, bahwa ayat 168 turun berkenaan dengan kebiasaan suatu kaum yang terdiri atas Banı̄ Saqi, Banı̄ Amir bin Ṣa‘ṣa‘ah, Khuza‘ah dan Banı̄ Muḍid. Mereka mengharamkan beberapa jenis binatang menurut kemauan mereka sendiri, diantaranya: baḥirah, yaitu unta betina yang telah beranak lima kali dan anak ke lima jantan, lalu dipotong telinganya. Dan waṣilah yaitu domba yang beranak dua ekor, satu jantan dan satu betina, lalu anak yang jantan tidak boleh dimakan melainkan harus diserahkan kepada berhala. Padahal Allah tidak mengharamkan binatang jenis itu.

Allah menyuruh manusia untuk memakan makanan yang halal dan baik. Yang dimaksud makanan yang halal adalah makanan yang dibolehkan secara agama dari segi hukumnya baik halal dari segi zatnya maupun hakikatnya. Sebagai lawannya adalah makanan yang haram dari segi hukum agama, baik haram secara zat maupun hakikat. Makanan yang halal dari segi dzatnya seperti telor, buah-buahan, sayursayuran, daging sapi, kambing dan lain-lain. Sedang makanan yang halal dari segi hakikatnya adalah makanan yang didapat ataupun diolah dengan cara yang benar menurut agama. Sebaliknya makanan yang haram adalah makanan yang secara zatnya dilarang oleh agama untuk dimakan, misalnya: daging babi, daging anjing, darah, dan bangkai. Sedang yang haram karena hakikatnya yaitu haram untuk dimakan karena cara memperoleh atau mengolahnya. Misalnya telor hasil mencuri, daging ayam hasil mencuri, uang dari hasil korupsi dan lain-lain. Telor, daging ayam itu dalal zatnya, namun karena cara mendapatkannya dilarang agama, maka menjadi haram untuk dimakan. Demikian juga untuk makanan yang lain.

Adapun makanan yang baik dapat dipertimbangkan dengan akal dan ukurannya adalah kesehatan. Artinya makanan yang baik itu adalah yang berguna dan tidak bersifat kondisional, tergantung situasi dan kondisi manusia itu sendiri. Misalnya, daging kambing baik untuk penderita darah rendah, namun tidak baik untuk penderita darah tinggi. Dan disisi lain makanan tersebut juga harus diolah dengan benar dan dibuat sesuai dengan yang memakannya.

(28)

Makanan yang baik juga tidak mengandung zat yang membahayakan tubuh manusia sehingga tidak merusak jaringan tubuhnya. Di akhir ayat ini Allah mengingatkan kepada manusia agar tidak mengikuti langkah-langkah syaitan. Syaitan adalah musuh manusia, yang menginginkan manusia tidak taat kepada Allah subḥānahū wa taʻālā. Jiwanya keras, dan makanan yang dimakan yang tidak halal. Orang yang memasukkan kedalam perutnya makanan yang haram akan berdampak tidak baik dalam ibadahnya.

Dalam riwayat al-Hāiẓ Abū Bakar bin Murdawaih dari Ibnu Abbas, Rasūlullāh pernah bersabda: “Demi zat yang diri Muhammad ṣallāllāhu ʻalaihi wasallam ada dalam kekuasaanNya, sesungguhnya yang memasukkan sesuap makanan haram kedalam perutnya, ibadahnya tidak akan diterima Allah selama 40 hari. Hamba mana saja yang dagingnya tumbuh dari barang haram dan riba, api neraka lebih layak untuk melahapnya.” Dalam ayat 169 Allah menegaskan bahwa syaitan selalu menyuruh manusia untuk melakukan kejahatan, dan perbuatan keji serta yang mungkar. Syaitan tidak rela bila seseorang itu beriman kepada Allah dan menaati segala perintah serta menjauhi larangan-Nya. Syaitan selalu membujuk manusia ingkar kepada Allah subḥānahū wa taʻālā.

Ayat ini berkaitan erat dengan ayat sebelumnya, yang mana manusia dibujuk dalam hal makanan, baik cara mendapatkan maupun cara memakannya. Semua terlihat enak agar manusia terperangkap dalm perangkap syaitan yang menjerumuskan. Paling akhir syaitan berusaha agar manusia mengatakan terhadap Allah apa yang mereka tidak mengetahuinya. Artinya manusia akan menjadi mabuk oleh kebiasaan syaitan. Mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan agama, Tuhan tidak adil, apa itu agama, apa itu puasa, jilbab dan lain-lain. Manusia menjadi corong syaitan, mengikuti jejak syaitan sehingga perbuatannya tidak terkontrol dan hatinya membatu yang akhirnya sesatlah ia, dan siksa neraka balasannya.

(29)

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya (QS. al-Baqarah [2]: 172). Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi barang siapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS. al-Baqarah [2]: 173).

• Penjelasan Ayat

Di dalam ayat 172 Allah mengulangi kembali agar memakan makanan yang baik baik, sebagaimana telah ditegaskan dalam ayat 168. Akan tetapi dalam ayat ini Allah secara khusus menyerukan hanya kepada orang-orang yang beriman. Selanjutnya dalam ayat ini Allah menyuruh orang-orang beriman agar selalu mensyukuri nikmat-Nya jika benar-benar mereka beribadah atau menghambakan diri kepada-Nya.

Bersyukur artinya menggunakan nikmat Allah untuk mengabdi kepada-Nya, atau menggunakan nikmat Allah sesuai yang dikehendaki oleh-Nya. Antara bersyukur dan beribadah erat sekali kaitannya, sebab manifestasi syukur hakikatnya adalah beribadah kepada Allah, misalnya nikmat makanan atau harta. Maka bersyukur yaitu membangun sarana agama, menolong orang yang kelaparan, membangun jalan umum dan lain-lain, bersyukur yang demikian itu berarti beribadah kepada Allah subḥānahū wa taʻālā. Sedangkan dalam ayat 173 Allah menjelaskan jenis-jenis makanan yang diharamkan, yaitu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain nama Allah.

Bangkai adalah binatang yang benyawa yang mati karena tidak disembelih, apakah mati karena penyakit, terjatuh, terhimpit, tertabrak atau karena sebab-sebab yang lainnya. Semuanya diharamkan kecuali bangkai ikan dan belalang. Akal nuranipun dapat menerima bahwa bangkai itu menjijikkan dan kotor. Maka dari sudut kesehatanpun bangkai adalah makanan yang tidak baik, apalagi penyebabnya adalah penyakit, yang bisa saja penyakit tersebut akan menular kepada pemakannya. Demikian pula darah yang mengalir diharamkan untuk dimakan. Ibnu Abbas pernah ditanya tentang limpa (ṭinal) maka jawab beliau makanlah. Orang-orang kemudian berkata disembelih bukan karena Allah disini ialah semata-mata ‘illat agama. Dengan demikian itukah darah?, jawab Ibnu

(30)

Abbas, darah yang diharamkan atas kamu adalah darah yang mengalir. Makanan yang diharamkan lainnya adalah daging babi, Allah tidak menyebutkan alasan-alasan mengapa daging babi diharamkan. Tetapi sebagai orang yang beriman kita harus menerimanya dengan penuh keyakinan.

Jika kita mencari-cari hikmahnya bukan karena hendak mengubah hukum, tetapi untuk menguatkan hukum tersebut. Hikmah daging babi diharamkan antara lain kita akan terhindar dari kotoran dan penyakit yang ada pada daging babi. Babi adalah binatang yang sangat jorok dan kotor, maka orang yang beriman akan terhindar dari karakter babi yang kotor tersebut. Binatang yang diharamkan lainnya adalah binatang yang disembelih bukan karena Allah, yaitu binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, misalnya nama berhala. Kaum penyembah berhala (waṡā niyyin) apabila hendak menyembelih binatang mereka sebut-sebut nama berhala seperti, Lattā, Uzza dan lain-lain ini berarti suatu taqqarub kepada selain-lain Allah dan menyembahnya.

Semua makanan yang diharamkan sebagaimana dijelaskan di atas berlaku ketika dalam keadaan normal. Sedangkan dalam keadaan darurat maka hukumnya halal. Darurat dalam masalah ini misalnya apabila tidak memakannya bisa menimbulkan kematian, karena tidak ada lagi makanan selain itu, atau karena diintimidasi jika tidak memakannya akan dibunuh. Lamanya boleh makan dalam keadaan darurat sebagian ulama berpendapat sehari semalan. Imām Mālik memberikan suatu pembatas yaitu sekedar kenyang dan boleh menyimpannya sehingga mendapatkan makanan yang lain . Ahli iqih yang lain berpendapat tidak boleh makan melainkan sekedar dapat mempertahankan sisa hidupnya. Yang disebut gaira bāgin yaitu tidak mencari-cari alasan karena untuk memenuhi keinginannya (seleranya). Sedangkan yang dimaksud dengan walā‘ādin adalah tidak melewati batas ketentuan darurat, seperti yang terkandung dalam QS. al-Māidah [5]: 3 Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. al-Māidah [5] : 3).

(31)

Artinya : Dari al-Miqdām bin Ma’dikarib dari Rasūlullāh, beliau bersabda: “Ketahuilah, tidak halal hewan buas yang memiliki taring, keledai jinak, barang temuan dari harta orang kafir Mu’āhad (yang menjalin perjanjian dengan negara Islam) kecuali ia tidak membutuhkannya. Dan siapapun laki-laki yang bertamu kepada suatu kaum dan mereka tidak menjamunya, maka baginya untuk menuntut ganti yang seperti jamuan untuknya” (HR. Abū Dāwud).

• Penjelasan Hadis

Hadis tersebut menjelaskan mengenai salah satu ciri atau karakteristik hewan yang tidak halal untuk dikonsumsi yakni hewan buas yang bertaring. Selain itu Rasūlullāh juga menyebutkan secara spesifik yang diharamkan Allah yakni keledai jinak, barang temuan dari orang kafir mu‘āhad.

Imām Ibnu ‘abdil Barr dalam at-Tamhīd dan Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam I’lamul Muwaqqi’in kemudian merinci ketentuan tersebut. Menurut kedua ulama tersebut, binatang haram yang dimaksudkan Rasūlullāh termasuk dalam istilah żīnāb. Ini adalah binatang yang memiliki taring atau kuku tajam untuk melawan manusia. Termasuk di dalamnya serigala, singa, macan tutul, harimau, beruang, kera dan sejenisnya. ‘’Semua itu haram dimakan,’’ papar kedua ulama. Imām Ibnu ‘Abdil Barr menambahkan beberapa jenis hewan yang termasuk pada kriteria ini, yakni gajah dan anjing. Ulama ini bahkan tidak sekadar melarang untuk mengonsumsi, melainkan juga menganjurkan agar tidak memperjualbelikan daging hewan itu sebab tidak ada manfaatnya.

4. HADIS 2

Artinya : Dari Abū Hurairah ia berkata; Rasūlullāh bersabda: Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik dan hanya menerima yang baik, sesungguhnya Allah

(32)

memerintahkan kaum mukminin seperti yang diperintahkan kepada para rasul, Dia berfirman: “Wahai para rasul, Makanlah dari yang baik-baik dan berbuatlah kebaikan, sesungguhnya Aku mengetahui yang kalian lakukan.” Dia juga berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari rezeki yang Ku berikan padamu.” Lalu beliau menyebutkan tentang orang yang memperlama perjalanannya, rambutnya acak-acakan dan berdebu, ia membentangkan tangannya ke langit sambil berdo’a; “Ya Rabb, ya Rabbi,” sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diliputi dengan yang haram, lalu bagaimana akan dikabulkan do’anya” (HR. at-Tirmiżı̄).

• Penjelasan Hadis

Hadis tersebut menjelaskan bahwa salah satu kriteria sesuatu dikategorikan halal adalah sesuatu tersebut baik. Mengkonsumsi dan menggunakan barang-barang yang baik dan halal adalah penyebab dikabulkannya keinginan-keinginan kita dan diangkatnya amalan-amalan kita, sebab Allah ta’āla selamanya tidak akan menyatukan yang baik dan yang jelek, walaupun kebanyakan manusia lebih cenderung kepada yang jelek-jelek.

E. BETAPA BESAR SYUKURKU KEPADA-MU

1. QS. AZ-ZUKHRUF [43] AYAT 9 – 13

Artinya : “Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab: “Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (QS. az- Zukhruf [43]: 9). Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk (QS. az-Zukhruf [43]:10). Dan yang menurunkan

(33)

air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur) (QS. az-Zukhruf [43]: 11). Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi (QS.az-Zukhruf [43]: 12). Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat ni’mat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: “Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya” (QS. az- Zukhruf [43]: 13).

• Penjelasan Ayat

Semua sumber daya alam yang ada merupakan rezeki dan nikmat dari Allah yang tak terhitung nilainya dan dikaruniakan Allah kepada manusia, oleh karena itu manusia seharusnya pandai-pandai mensyukurinya dan salah satu bentuk mensyukuri nikmat Allah adalah dengan beribadah kepada-Nya, memelihara Alam dan tidak merusaknya. Pada ayat 9 Allah menerangkan kepada nabi bahwa jika orang-orang musyrik ditanya, siapakah yang menjadikan langit dan bumi? Mereka pasti akan menjawab: Allah lah yang menciptakan langit dan bumi, mereka sebenarnya mengakui Allah, tetapi karena sombong, hasud dan dengki mereka tetap musyrik kepada Allah. Kalau ayat 9 Allah menyebut secara umum penciptaan-Nya yaitu langit dan bumi, pada ayat 10 Allah merinci sebagian dari kehebatan ciptaan-Nya itu sambil mengarahkan pembicaraan secara langsung kepada manusia, khususnya mereka yang mengingkari-Nya.

Firman Allah : Dia lah yang menciptakan bumi itu dan menjadikan untuk kamu, bumi sebagai tempat yang mantap dan nyaman, tidak goyang atau oleng, agar kamu dapat tinggal menetap, dengan aneka kemudahan yang dapat mengantar kepada kenyamanan hidup kamu, dan Dia menjadikan untuk kamu yakni membuat dan menganugerahkan kamu potensi untuk membuat jalan-jalan di bumi ini supaya kamu mengetahui arah dan mendapat petunjuk menuju arah yang kamu kehendaki, baik untuk kepentingan hidup, ekonomi, dan perdagangan.

Allah subḥānahū wa taʻālā Yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahui itu yang menurunkan secara berangsur dan sedikit demi sedikit air hujan dari langit menurut kadar yang diperlukan untuk minuman kamu dan binatang serta pengairan tumbuh-tumbuhan, lalu Kami hidupkan dengannya yakni dengan air itu negeri (daerah) tandus yang mati

(34)

yang sebelumnya tidak ditumbuhi pepohonan, seperti itulah Allah kuasa menghidupkan sesuatu yang mati dan mengeluarkan kamu dari dalam kubur dengan amat mudah. Air hujan terjadi karena tidak samanya tekanan udara di permukaan bumi akibat adanya gunung-gunung. Hal ini menyebabkan aliran udara berupa tiupan angin membawa kabut gas (awan) ke tempat-tempat yang tekanan udaranya lebih rendah. Kumpulan awan akan terus memadat dan suatu saat mengalami kondensasi (pengembunan) dan akhirnya jika mencapai titik jenuh maka menjadi apa yang disebut dengan hujan. Turunnya hujan ke permukaan bumi berlangsung jutaan tahun dan terbentuklah sungai-sungai, danau-danau dan lautan yang merupakan reservoir air. Disamping unsur-unsur gas yang mencair menjadi air hujan, terkikis atau terlarut pula garam-garam dan mineral bersama air hujan, dan akhirnya terkumpul di lautan. Gas yang terlarut dalam air di laut antara lain CH4, NH3, CO2, dan HCN serta ditambah dengan garam-garam tanah dan mineral yang konsentrasinya makin meningkat dalam air laut. Air laut yang mengandung bahan-bahan kimia dalam konsentrasi tinggi itu terjadi reaksi-reaksi kimia membentuk berbagai senyawa antara lain, karbonat, asam amino, asam lemak, gliserin, basa nitrogen (purin dan pirimidin) adenosine posfat polisakaraida, lemak dan asam nukleat. Air yang mengandung senyawa tersebut ternyata dibutuhkan oleh tumbuhan. Pembentukan senyawa-senyawa tersebut berlangsung sesuai dengan hukum alam atau sunnatullah. Pada ayat 12 dan 13 masih merupakan lanjutan dari bukti-bukti kekuasaan Allah. Pada ayat tersebut diuraikan penciptaan segala macam pasangan. Ayat ini seolah-olah menyatakan: Allah juga yang menciptakan makhluk semuanya berpasangpasangan. Tidak ada ciptaan-Nya yang tidak berpasang-pasangan.

Itu karena semua terdapat kekurangan dan hanya dapat mencapai kesempurnaan jika menemukan pasangannya. Hanya Allah sang Pencipta itu Yang Maha Esa tanpa pasangan. Allah menundukkan untuk kamu semua kapal di lautan dan semua binatang ternak yang kamu kendarai dan nikmati di daratan. Itu dilakukan-Nya supaya kamu selalu dapat mengendarai dan duduk di atas punggung-punggungnya dengan tenang dan mantap, lalu kamu mengingat dengan pikiran sehat dan hati nurani kamu atas nikmat Tuhan, zat yang menundukan kendaraan itu dan Pemelihara kamu, apabila kamu telah mantap berada diatasnya; dan supaya kamu mengucapkan dengan lidah kamu – sehingga bergabung hati, pikiran dan lidah memuji kepada-Nya, sebagai pengakuan atas kelemahan kamu

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu untuk mengangkat pemanfaatan potensi aliran sungai Deme di kecamatan sumalata kabupaten Gorontalo Utara provinsi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividen, pertumbuhan perusahaan, free cash flow dan

Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa karakter visual arsitektur pada fasade atau tampak luar bangunan rumah tinggal yang ada dikampung Kulitan dan

UJI EFEKTIVITAS REBUSAN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi) SEBAGAI PENGAWET ALAMI PADA IKAN TERI JENGKI (Stolephorus heterolobus) ASIN KERING.. Lilla Puji Lestari 1) , Evy

bivirkningene fra IVF medisin (7, kap. Forsknings-studiene i denne oppgaven gir et ganske annet inntrykk en TKM-litteraturen brukt i oppgaven. Forsknings-studiet til Craig

Fenita (2010) melaporkan bahwa suplementasi tepung buah mengkudu menurunkan konsentrasi kolesterol dan trigliserida dalam darah pada ayam broiler. Hasil penelitian di

Bank Kustodian akan menerbitkan dan mengirimkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali

Lama perendaman natrium metabisuifit (NazSzOs) memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<O,Ol) terhadap rendemen tepung sukun yang dihasilkan.. Rendemen tertinggi diperoleh