• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ilustrasi 1. Itik Cihateup. Itik merupakan salah satu unggas air, ternak ini memiliki kulit yang tebal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ilustrasi 1. Itik Cihateup. Itik merupakan salah satu unggas air, ternak ini memiliki kulit yang tebal"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Itik Cihateup

Ilustrasi 1. Itik Cihateup

Itik merupakan salah satu unggas air, ternak ini memiliki kulit yang tebal yang disebabkan oleh adanya lapisan lemak tebal yang terdapat di lapisan bawah kulit yang biasa disebut dengan lemak abdominal. Daging itik dibanding spesies unggas lainnya (itik, ayam, kalkun) mengandung lemak yang lebih tinggi. Lemak unggas, pada umumnya sebagian besar terdiri atas asam lemak tidak jenuh (Pisulewski, 2005).

Secara taksonomi Itik Cihateup sebagai berikut (Susilorini, 2010) Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Anseriformis Famili : Anatidae Genus : Anas

Spesies : Anas platyrhynchos javanica

Warna bulu bagian leher Itik Cihateup jantan memiliki ciri khas yang dapat terlihat, yaitu didominasi warna penciled dan ekor warna polos, sedangkan paruh dan shank didominasi warna hitam. Pada itik betina warna bulu bagian leher, dada,

(2)

shank dan ekor sedikit berbeda dengan jantan yakni warna laced dan buttercup, sementara pada shank dan paruh tetap didominasi warna hitam (Wulandari dkk., 2005). Ukuran-ukuran tubuh Itik Cihateup jantan maupun betina pada relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan ukuran-ukuran tubuh Itik Mojosari, Alabio, Bali, Pagagan dan Khaki Campbell (Brahmantiyo dkk., 2003).

2.2 Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr)

Ilustrasi 2. Brucea javanica (L.) Merr

Buah Makasar merupakan tanaman yang tergolong pada famili Simaroubaceae, divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), ordo Sapindales, kelas Magnoliopsida (Dikotil), bangsa Geraniales, serta marga Brucea (Kumala dkk., 2007). Penyebaran tanaman obat buah makasar di Indonesia masih tergolong jarang dan banyak ditemukan di pulau Jawa dan Madura.

Buah makasar terdiri atas batang, daun, bunga, biji dan akar. Batang buah makasar memiliki berkayu, bulat dan berbintik-bintik, sedangkan daunnya berbentuk majemuk lonjong tepi bergerigi, ujung runcing dan lebar daun sekitar 1.5-5 cm, dan buahnya yang umumnya digunakan sebagai obat tradisional

(3)

berbentuk bulat, berwarna hijau hingga kehitaman. Tanaman tersebut dapat tumbuh pada ketinggian 0,05-550 meter di atas permukaan laut, dapat ditemukan dalam hutan jati, belukar, hutan sekunder, maupun pada tepi sungai (Kumala dkk., 2007).

Ilustrasi 3. Struktur Kimia Asam Linoleat

Buah makasar memiliki asam linoleat dengan persentase 52,89%. Asam lemak linoleat adalah asam lemak tidak jenuh berantai banyak yang tergolong asam lemak esensial. Asam linoleat penting untuk tubuh dan tidak dapat disintesis sendiri dalam tubuh, oleh karena itu harus diperoleh dari pakan. Pakan yang sumber asam linoleat antara lain minyak jagung, kacang tanah, biji kapas, dan kacang kedelai.

Asam linoleat (Linoleic acid) tergolong kedalam asam lemak tidak jenuh ikatan ganda (Polyunsaturated Fatty Acid) yang esensial untuk tubuh. Asam linoleat berperan dalam pertumbuhan, pemeliharaan membran sel, pengaturan metabolisme kolesterol, menurunkan tekanan darah, menghambat lipogenesis hepatik, transport lipid, prekursor dalam sintesis prostaglandin, membentuk arakhidonat dan dalam proses reproduksi (Pudjiadi, 1997).

(4)

2.3 Stres

Itik merupakan salah satu ternak yang tergolong hewan berdarah panas dengan ciri spesifik tidak memiliki kelenjar keringat serta hampir semua bagian tubuhnya tertutup bulu. Kondisi biologis seperti ini menyebabkan itik dalam kondisi panas mengalami kesulitan membuang panas tubuhnya ke lingkungan. Akibatnya itik yang dipelihara di daerah tropis rentan terhadap bahaya stres panas. Stres dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi pada ternak yang menyebabkan meningkatnya suhu atau stresor lain yang berasal dari luar ataupun dari dalam tubuh itik (Ewing dkk., 1999). Stres sebagai merupakan respon biologis dari itik yang dapat menimbulkan ancaman dan mengganggu homeostasis pada itik, bahkan setiap stresor yang menyebabkan dampak negatif pada itik dapat dikategorikan sebagai stres (Moberg, 2000).

Bila pemeliharaan itik dilakukan di atas kisaran suhu nyaman, ternak akan mengalami stres karena kesulitan membuang suhu tubuhnya ke lingkungan (Austic, 2000). Aksi katekolamin yang dapat merangsang CRF untuk di sekresikan dari hipotalamus, sedangkan ACTH dibebaskan dari pituitary anterior, sementara kortikosteroid dibebaskan dari korteks adrenal (Siegel, 1995). Distribusi dan pengiriman kortikosteroid ke jaringan, setidaknya dikontrol oleh corticosteroid-binding globulins. Kortisol adalah kortikosteroid yang paling utama pada mamalia, sedangkan kortikosteron adalah kortikosteroid utama pada bangsa burung (Virden dan Kidd, 2009). Kortisol dan kortikosteron merupakan salah satu dari adrenal cortical hormone major yang tergolong glukokortikoid yang berfungsi dalam proses glikolisis, gukoneogenesis dan lipolysis (Ewing dkk., 1999).

Selama fase alarm, hormon yang berasal dari hipotalamus ikut berperan. Hipotalamus mensekresikan CRF ke hipofisa anterior. Selanjutnya, hipofisa

(5)

anterior mensintesis ACTH dan selanjutnya disekresikan ke seluruh pembuluh darah. Jaringan kortikoadrenal bertanggung jawab atas sintesis ACTH dengan peningkatan dan pelepasan hormon steroid (Virden dan Kidd, 2009).

2.4 Kolesterol

Ilustrasi 4. Struktur Kimia Kolesterol (Berg dan Scherer, 2012)

Kolesterol disebut sebagai 3-hidroksil-5.6-kolesten yang merupakan salah satu lipida struktural penyusun membran plasma sel, yang menyerupai lilin yang banyak diproduksi didalam hati dan sebagian dari asupakan pakan yang kaya mengandung kolesterol. Kolesterol dalam tubuh selain selain fungsinya sebagai penyusun membrane plasma sel, juga sebagai prekursor hormon-hormon steroid (hormon reproduksi), sebagai cadangan energi, sebagai pelindung jaringan saraf, sebagai bahan sintesis dalam garam empedu dan pelarut vitamin (A, D, E, K). Tanpa adanya kolesterol di dalam tubuh maka fungsi-fungsi tubuh tidak berjalan dengan baik.

Kolesterol diabsorbsi setiap hari dari saluran pencernaan yang berasal dari nutrien dalam pakan yang di konsumsi, yang disebut kolesterol eksogen, sedangkan kolesterol endogen terbentuk dalam sel tubuh. Kolesterol endogen yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi semua sel tubuh lain setidaknya membentuk sedikit kolesterol, yang sesuai dengan kenyataan bahwa banyak

(6)

struktur membran dari seluruh sel sebagian disusun dari zat yang berstruktur dasar inti sterol ini (Guyton dan Hall, 2006).

Kolesterol yang terdapat dalam tubuh berupa kolesterol eksogen yang berasal dari pakan yang di konsumsi dan kolesterol endogen yang disintesis oleh sel-sel tubuh terutama dalam hati. Kolesterol yang telah berada dalam tubuh baik berasal dari jalur eksogen maupun endogen tidak ada bedanya. Sintesis kolesterol yang paling aktif terjadi dalam hati, usus halus, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (Mayes dkk., 1983).

Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi 5 tahap, yaitu: (a) Sintesis mevalonat dari asetil-KoA mengikuti rangkaian reaksi sintesis badan keton dalam mitokondria. Namun sintesis kolesterol diluar badan mitokondria, 2-molekul asetil Ko-A akan berkondensasi menjadi asetoasetil Ko-A, reaksi ini dikatalis salah satu enzim sitosol tiolase. Reaksi lainnya berlangsung di hati, yaitu senyawa asetoasetat yang dibentuk di dalam mitokondria pada lintasan ketogenesis berdifusi ke dalam sitosol dan dapat diaktifkan membentuk asetoasetil Ko-A oleh enzim asetoasetil Ko-A sintase, membutuhkan ATP dan Ko-A. Asetoasetil Ko-A berkondensasi dengan molekul asetil Ko-A menjadi HMG Ko-A. HMG Ko-A dikonversi menjadi mevalonat pada proses reduksi oleh (Nicotinamide Adenin Dinucleotide Phospat Hydrolase) NADPH dengan dikatalisis enzim HMG Ko-A reduktase, yaitu enzim yang membatasi kecepatan reaksi di dalam lintasan sintesis kolesterol. (b) Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat melalui pelepasan CO2. (c) Proses ini terjadi lewat isomerasi senyawa isopentenil disfosfat pergeseran ikatan rangkap untuk membentuk dimetilalil difosfat kemudian diikuti kondensasi dengan molekul isopentenil difosfat lainnya membentuk intermediat dengan 10 C, yaitu geranil difosfat. Kondensasi lebih lanjut dengan isopentenil difosfat membentuk farnesil

(7)

difosfat. Senyawa farsenil difosfat berkondensasi menjadi preskualen difosfat dan kemudian mengalami reduksi dengan NADPH, senyawa yang dihasilkan adalah skualen. (d) Skualen mengalami siklisasi gugus dimetil C14 dipindahkan kepada C13 dan gugus metil pada C8 ke C14 untuk menghasilkan senyawa steroid induk, yaitu lanosterol. (e) Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melewati beberapa tahap lebih lanjut, termasuk pelepasan tiga gugus metil (Murray dan Robert, 2003).

Kolesterol diabsorpsi di usus halus dan ditransport dalam bentuk kilomikron menuju hati, kolesterol dibawa oleh VLDL (Very Low Density Lipoprotein) untuk membentuk LDL melalui perantara IDL (Intermediate Density Lipoprotein). LDL merupakan alat transfortasi yang membawa kolesterol ke seluruh jaringan perifer sesuai dengan kebutuhan. Sisa kolesterol di perifer akan berikatan dengan HDL dan dibawa kembali ke hati agar tidak terjadi penumpukan di jaringan. Kolesterol yang ada di hati diekskresikan menjadi asam empedu yang sebagian dikeluarkan melalui feses, sebagian asam empedu diabsorpsi oleh usus melalui vena porta hepatik yang disebut dengan siklus enterohepatik (Widman, 1995).

(8)

2.5 Trigliserida

Ilustrasi 5. Struktur Kimia Trigliserida (Berg dan Scherer, 2012)

Trigliserida tersusun dari tiga molekul asam lemak yang teresterifikasi menjadi satu dengan gliserol, sebagai bagian dari lemak netral. Jaringan adiposa memiliki simpanan trigliserida yang berfungsi sebagai gudang lemak. Trigliserida penyimpan lipid yang terdapat dijaringan adiposa, bentuk lipid ini akan terlepas setelah di hidrolisis oleh enzim lipase menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Albumin serum mengikat asam lemak bebas untuk pengangkutannya ke jaringan yang akan dipakai menjadi sumber bahan bakar yang penting (Mayes dan Peter A, 2003).

Trigliserida berfungsi sebagai cadangan energi, apabila sel membutuhkan maka enzim lipase dalam sel akan memecahkan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak yang akan dilepaskan kedalam pembuluh darah untuk mensubtitusi kekurangan energy pada sel. Sel-sel yang membutuhkan komponen tersebut akan mengalami proses oksidasi yang menghasilkan energi, karbohidrat CO2 dan air H2O.

Lemak pada pakan salah satunya mengandung trigliserida harus dihidrolisis terlebih dahulu agar mempermudah proses reabsorbsi dalam tubuh. Lemak bersifat netral dan hidrofobik, apabila dicampur dengan air, lemak akan memisah. Enzim bersifat hidrofilik, yaitu dapat bercampur baik dengan air karena bersifat polar. Agar lemak dapat bercampur baik dengan air, dan enzim dapat bekerja untuk

(9)

mencerna lemak, terlebih dahulu harus mengalami proses emulsifikasi. Emulsifikasi adalah proses dimana terjadi pengikatan lemak oleh garam empedu, sehingga nantinya dalam bentuk emulsi ini dapat mempermudah proses penyerapan dan pencernaannnya. Emulsi lemak terjadi di dalam usus halus dengan bantuan garam empedu yang disekresikan oleh kantong empedu. Asam empedu dapat menarik molekul lemak yang sudah dipecah menjadi bagian-bagian kecil ini ke dalam cairan tubuh. Enzim lipase yang bersal dari dinding usus halus dan pankreas kemudian mencerna lemak dalam bentuk emulsi. Lipase sebagian besar dibentuk oleh pankreas dan selebihnya oleh dinding usus halus. Hampir semua trigliserida berasal dari makanan yang dihidrolisis secara sempurna oleh enzim ini menjadi asam lemak dan gliserol. Selebihnya dipecah menjadi digliserida, monodigliserida dan asam lemak (Wirahadikusumah, 1985).

Gambar

Ilustrasi 2. Brucea javanica (L.) Merr
Ilustrasi 3. Struktur Kimia Asam Linoleat
Ilustrasi 4. Struktur Kimia Kolesterol (Berg dan Scherer, 2012)
Ilustrasi 5. Struktur Kimia Trigliserida (Berg dan Scherer, 2012)

Referensi

Dokumen terkait