• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebangkitan Ekonomi Islam I.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kebangkitan Ekonomi Islam I.docx"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Ekonomi Islam

Ekonomi Islam

KEBANGKITAN EKONOMI ISLAM

KEBANGKITAN EKONOMI ISLAM

Oleh :

Oleh :

Angga P. Ziaul Haqie

Angga P. Ziaul Haqie

 (11402693)

 (11402693)

Dosen Pembimbing :

Dosen Pembimbing :

Aji S.E

Aji S.E

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN

TAHUN 2012/2013

TAHUN 2012/2013

(2)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.

1. Latar BelakangLatar Belakang

Sudah dari beberapa dasawarsa yang lalu, dunia telah mengalami Sudah dari beberapa dasawarsa yang lalu, dunia telah mengalami  polarisasi

 polarisasi dari dari dua dua kekuatan kekuatan sistem sistem ekonomi, ekonomi, ditandai ditandai dengan dengan adanya adanya duadua negara adidaya sebagai representasi dua system ekonomi tersebut, Amerika negara adidaya sebagai representasi dua system ekonomi tersebut, Amerika dan sekutu Eropa baratnya merupakan bagian kekuatan dari sistem ekonomi dan sekutu Eropa baratnya merupakan bagian kekuatan dari sistem ekonomi kapitalis, sedangkan ekonomi sosisalis diwakili oleh Uni Soviet dan Eropa kapitalis, sedangkan ekonomi sosisalis diwakili oleh Uni Soviet dan Eropa Timur serta negara China dan Indochina seperti Vietnam dan Kamboja. Dua Timur serta negara China dan Indochina seperti Vietnam dan Kamboja. Dua sistem ekonomi ini lahir dari dua muara idiologi yang berbeda sehingga sistem ekonomi ini lahir dari dua muara idiologi yang berbeda sehingga  persaingan

 persaingan dua dua sistem sistem ekonomi ekonomi tersebut tersebut hakikatnya hakikatnya merupakan merupakan pertentanganpertentangan dua idiologi politik dan pembangunan. Posisi negara muslim pasca dua idiologi politik dan pembangunan. Posisi negara muslim pasca  berakhirnya

 berakhirnya perang perang dunia dunia kedua kedua menjadi menjadi objek objek tarik tarik menarik menarik dua dua kekuatankekuatan idiologi tersebut. Hal ini disebabkan tidak adanya visi konstruksi idiologi tersebut. Hal ini disebabkan tidak adanya visi konstruksi  pembangunan

 pembangunan ekonomi ekonomi yang yang dimiliki dimiliki para para pemimpin pemimpin negara negara muslim muslim daridari sumber Islami orisinil pasca lahirnya negara bangsa sebagai akibat dari sumber Islami orisinil pasca lahirnya negara bangsa sebagai akibat dari  pengaruh penjajahan dan kolonialisme barat.

 pengaruh penjajahan dan kolonialisme barat.

Dan di dalam suasana tarik-menarik tersebut lahirlah ide untuk Dan di dalam suasana tarik-menarik tersebut lahirlah ide untuk kembali pada sistem yang orisinal di dua dasawarsa terakhir ini. Gerakan kembali pada sistem yang orisinal di dua dasawarsa terakhir ini. Gerakan Islamisasi ekonomi ini kemudian menjelma menjadi suatu gerakan yang Islamisasi ekonomi ini kemudian menjelma menjadi suatu gerakan yang sangat menarik hingga kini. Dari sinilah timbul perntanyaan mendasar yang sangat menarik hingga kini. Dari sinilah timbul perntanyaan mendasar yang membutuhkan jawaban yaitu tentang apa sesungguhnya keunggulan sistem membutuhkan jawaban yaitu tentang apa sesungguhnya keunggulan sistem ekonomi Islam jika dibandingkan dengan sistem ekonomi lainnya, dan ekonomi Islam jika dibandingkan dengan sistem ekonomi lainnya, dan  bagaimana cara membuatnya bertahan bahkan terus berkembang deng

(3)

2. Tujuan

a. Ditujukan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Ekonomi Islam dan menambah nilai pada mata kuliah tersebut.

 b. Untuk menambah pengetahuan tentang perkembangan kebangkitan ekonomi Islam di dunia dan terutama di Indonesia dari masa lalu hingga kini.

c. Membangkitkan kembali semangat membangun Ekonomi Islam agar bisa terus bersaing dengan Ekonomi modern saat ini.

d. Agar kita semua dapat melaksanakan Ekonomi Islam dengan baik dan  benar dan sesuai dengan Syariah.

e. Menjalankan kegiatan Ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam.

3. Masalah

a. Adanya kekurangan bahan tulisan bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

 b. Kurangnya referensi dari penulis tentang kebangkitan Ekonomi Islam yg terjadi dari dulu hingga sekarang.

c. Ekonomi Islam masih relatif belum dipahami dengan baik oleh masyarakat saat ini.

(4)

BAB II

LANDASAN TEORI

Perkembangan teori ekonomi Islam telah dimulai dari diturunkannya ayat-ayat tentang ekonomi dalam al-Qur‟an, seperti: QS. Al-Baqarah ayat-ayat ke 275 dan 279 tetang jual-beli dan riba; QS. Al-Baqarah ayat 282 tentang pembukuan transaksi; QS. Al-Maidah ayat 1 tentang akad; QS. Al-A‟raf ayat 31, An- Nisa‟ ayat 5 dan 10 tentang pengaturan pencarian, penitipan dan membelanjakan harta. Ayat-ayat ini, menurut At-Tariqi[3] menunjukkan bahwa Islam telah menetapkan  pokok ekonomi sejak pensyariatan Islam (Masa Rasulullah SAW) dan dilanjutkan

secara metodis oleh para penggantinya (Khulafaur Rosyidin). Pada masa ini  bentuk permasalaan perokonomian belum sangat variatif, sehingga teori-teori yang muncul pun belum beragam. Hanya saja yang sangat subtansial dari  perkembangan pemikiran ini adalah adanya wujud komitmen terhadap realisasi

visi Islam rahmatan lil „alamin. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam dari sejak masa nabi sampai sekarang dapat dibagi menjadi 6 tahapan.[4]

1) Tahap Pertama (632-656M), Masa Rasulullah SAW.

2) Tahap Kedua (656-661M), pemikiran ekonomi Islam di Masa Khulafaur Rosyidin.

3) Tahap Ketiga  atau Periode Awal   (738-1037), Pemikir Ekonomi Islam  periode ini diwakili Zayd bin Ali (738M), Abu Hanifa (787 M), Awzai (774), Malik (798), Abu Yusuf (798 M), Muhammad bin Hasan Al Syaibani (804), Yahya bin Dam (818 M), Syafi‟I (820 M), Abu Ubayd (838 M), Amad bin Hambal (855 M), Yahya bin Hambal (855 M), Yahya  bin Umar (902 M), Qudama bin Jafar (948 M), Abu Jafar al Dawudi (1012 M), Mawardi (1058 M), Hasan Al Basri (728 M), Ibrahim bin Dam (874 M) Fudayl bin Ayad (802 M), Makruf Karkhi (815 M), Dzun Nun Al Misri (859), Ibn Maskawih (1030 M), Al Kindi (1873 M), Al Farabi (950 M), Ibnu Sina (1037).

(5)

4) Tahap Keempat   atau Periode Kedua  (1058-1448 M). Pemikir Ekonomi Islam Periode ini Al Gazali (1111 M), Ibnu Taymiyah (1328 M), Ibnu Khaldun (1040 M), Syamsuddin Al Sarakhsi (1090 M), Nizamu Mulk Tusi (1093 M), Ibnu Masud Al kasani (1182 M), Al-Saizari (1993), fakhruddin Al Razi (1210 M), Najnudin Al Razi (1256 M), Ibnul Ukhuwa (1329 M), Ibnul Qoyyim (1350 M), Muhammad bin Abdul rahman Al Habshi (1300 M), Abu Ishaq Al Shatibi (1388 M), Al Maqrizi (1441 M), Al Qusyairi (857), Al Hujwary (1096), Abdul Qadir Al Jailani (1169 M), Al Attar (1252 M), Ibnu Arabi (1240), Jalaluddin Rumi (1274 M), Ibnu Baja (1138 M), Ibnulk Tufayl (1185 M), Ibnu Rusyd (1198 M).

5) Tahap Kelima  atau Periode Ketiga  (1446-1931 M). Shah Walilullah Al Delhi (1762 M), Muhammad bin Abdul Wahab (1787 M), Jamaluddin Al Afghani (1897 M), Mufti Muhammad Abduh (1905 M), Muhammad Iqbal (1938 M), Ibnu Nujaym (1562 M), Ibnu Abidin (1836), Syeh Ahmad Sirhindi (1524M).

6) Tahap Keenam  atau Periode Lanjut (1931 M –   Sekarang). Muhammad Abdul Mannan (1938), Muhammad Najatullah Siddiqi (1931 M), Syed  Nawad Haider Naqvi (1935), Monzer Kahf, Sayyid Mahmud Taleghani,

Muhammad Baqir as Sadr, Umer Chapra.

Banyak sekali keterangan dari Al-Qur‟an yang menyinggung masalah ekonomi, baik secara eksplisit maupun implisit. Bagaimana jual-beli yang baik dan sah menurut Islam, pinjam meminjam dengan akad-akad yang sah sampai dengan pelarangan riba dalam perekonomian. Walaupun pada kitab suci sebelumnya juga pernah disebutkan, dimana perbuatan riba itu dibenci Tuhan. Sedangkan pada tatanan teknisnya diperjelas dengan hadis serta teladan dari Rasulullah dan para alim ulama.

Dari namanya sudah dapat dipastikan bahwa secara ideologi sistem ekonomi Islam kental dengan nuansa keislaman. Sistem ekonomi Islam memberikan tuntunan pada manusia dalam perilakunya untuk memenuhi segala kebutuhannya dengan keterbatasan alat pemuas dengsn jalan yang baik dan alat  pemuas yang tentunya halal, secara dzatnya maupun secara perolehannya.

(6)

Objek kajian sistem ekonomi Islam adalah homo-economy-religius, dimana secara fitrah manusia membutuhkan pengejewantahan rasa berkeTuhanan dengan melakukan nilai-nilai syariat Islam. Tanpa harus memandang sisi sistem ekonomi Islam sebagai ekonomi posistif dan normatif. Sedangkan objek kajian yang lain adalah sebagai bagian dari manusia yang belum menerima hidayah dan tengah tenggelam dalam kehidupan parsial. Sebuah derivisi dari kesejatian dalam  ber-Islam diharapkan bisa memberikan kesejahteraan bagi semua manusia,

(7)

BAB III PEMBAHASAN

A. Sejarah Kebangkitan Ekonomi Islam

Sesungguhnya telah sepuluh abad sebelum orang-orang Eropa menyusun teori-teori tentang ekonomi, telah diturunkan oleh Allah Swt sebuah analisa tentang ekonomi yang khas di daerah Arab. Hal yang lebih menarik adalah bahwa analisa ekonomi tersebut tidak mencerminkan keadaan  bangsa Arab pada waktu itu, tetapi adalah untuk seluruh dunia. Jadi sesungguhnya hal tersebut merupakan hidayah dari Allah Swt, Tuhan yang mengetahui sedalam-dalamnya akan isi dan hakikat dari segala sesuatu. Kemudian struktur ekonomi yang ada dalam firman Allah dan sudah sangat  jelas aturan-aturannya tersebut, pernah dan telah dilaksanakan dengan baik

oleh umat pada waktu itu. Sistem ekonomi tersebut adalah susatu susunan  baru yang bersifat universal, bukan merupakan ekonomi nasional bangsa

Arab. Sistem ekonomi tersebut dinamakan ekonomi Islam.

Berbagai pemikiran dari para sarjana ataupun filosof-filosof zaman dahulu mengenai ekonomi tersebut juga sudah ada. Diantaranya adalah  pemikiran Abu Yusuf (731-798 M), Yahya Ibnu adam (wafat 818 M), Al-Farabi (870-950 M), Ibnu Sina (980-1037 M), el-Hariri (1054-1122 M), Imam al-Ghozali (1058-1111 M), Tusi (1201-1274 M), Ibnu Taimiyah (1262-1328 M), Ibnu Khaldun (1332-1406 M) dan lain-lain . Barangkali tidaklah pada tempatnya untuk menyebut secara singkat sumbangan dari beberapa diantara mereka itu. Sumbangan Abu Yusuf terhadap keuangan umum adalah tekanannya terhadap peranan negara, pekerjaan umum dan perkembangan  pertanian yang bahkan masih berlaku sampai sekarang ini.

Gagasan Ibnu Taimiyah tentang harga ekuivalen, pengertiannya terhadap ketidaksempurnaan pasar dan pengendalian harga, tekanan terhadap  peranan negara untuk menjamin dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok

(8)

rakyat dan gagasannya terhadap hak milik. Memberikan sejumlah petunjuk  penting bagi perkembangan ekonomi dunia sekarang ini. Ibnu Khaldun telah memberikan definisi ekonomi yang lebih luas dari Tusi. Dia menganggap  bahwa ilmu ekonomi merupakan ilmu pengetahuan yang positif maupun normatif. Maksudnya mempelajari ekonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan bukan kesejahteraan individu. Ibnu Khaldun yang telah melihat adanya hubungan timbale balik antara factor-faktor ekonomi, politik, sosial, etika dan pendidikan. Dia memperkenalkan sejumlah gagasan ekonomi yang mendasar seperti pentingnya pembagian kerja,  pengakuan terhadap sumbangan kerja dalam teori nilai, teori mengenai  pertumbuhan penduduk, pembentukan modal, lintas perdagangan, sistem

harga dan sebagainya.

Secara keseluruhan para cendekiawan tersebut pada umumnya dan Ibnu Khaldun pada khususnya dapat dianggap sebagai pelopor perdagangan fisiokrat dan klasik (misalnya Adam Smith, Ricardo dan Malthus) dan neo klasik (misalnya Keynes).

Sebutan ekonomi Islam melahirkan kesan beragam. Bagi sebagian kalangan, kata “Islam” memposisikan Ekonomi Islam pada tempat yang sangat ekslusif, sehingga menghilangkan nilai kefitrahannya sebagai tatanan  bagi semua manusia. Bagi lainnya, ekonomi Islam digambarkan sebagai ekonomi hasil racikan antara aliran kapitalis dan sosialis, sehingga ciri hal khusus yang dimiliki oleh ekonomi Islam itu sendiri hilang.

Sebenarnya ekonomi Islam adalah satu sistem yang mencerminkan fitrah dan ciri khasnya sekaligus. Dengan fitrahnya ekonomi Islam merupakan satu sistem yang dapat mewujudkan keadilan ekonomi bagi seluruh umat. Sedangkan dengan cirri khasnya, ekonomi Islam dapat menunjukan jati dirinya-dengan segala kelebihannya pada setiap sistem yang dimilikinya.

Ekonomi Rabbani menjadi ciri khas utama dari model Ekonomi Islam. Chapra menyebutnya dengan Ekonomi Tauhid. Tapi secara umum dapat dikatakan sebagai divine economics. Cerminan watak “ketuhanan” ekonomi

(9)

Islam bukan aspek pelaku ekonominya - sebab pelakunya pasti manusia  –  tetapi pada aspek aturan atau sistem yang harus dipedomani oleh pelaku ekonomi. Ini didasarkan pada keyakinan bahwa semua factor ekonomi termasuk diri manusia pada dasarnya adalah milik Allah, dan kepadaNya (kepada aturanNya) dikembalikan segala urusan (QS 3:109). Melalui aktivitas ekonomi, manusia dapat mengumpulkan nafkah sebanyak mungkin, tetapi tetap dalam batas koridor aturan main. “Dialah yang memberi kelapangan atau membatasi rezeki orang yang Dia kehendaki” (QS. 42:12,13, 26). Atas hikmah Ilahiah, untuk setiap makhluk hidup telah Dia sediakan rezekinya selama ia tidak menolak untuk mendapatkannya (QS 11:6) Namun Allah tak pernah menjamin kesejahteraan ekonomi tanpa manusia tadi melakukan usaha.

Sebagai ekonomi yang ber-Tuhan maka ekonomi Islam  –   meminjam istilah dari Ismail al-faruqi  –   mempunyai sumber “nilai-nilai normative-imperatif”, sebagaim acuan yang mengikat. Dengan mengakses kepada aturan Ilahiah, setiap perbuatan manusia mempunyai nilai moral dan ibadah. Setiap tindakan manusia tidak boleh lepas dari nilai yang secara vertical merefleksikan moral yang baik, dan secara horizontal memberi manfaat bagi manusia dan makhluk lainnya.

Sistem ekonomi Islam mengalami perkembangan sejarah baru pada era modern. Menurut Khurshid Ahmad, yang dikenal sebagai bapak ekonomi Islam, ada tiga tahapan perkembangan dalam wacana pemikiran ekonomi Islam, yaitu :

1) Tahapan Pertama, dimulai ketika sebagian ulama, yang tidak memiliki  pendidikan formal dalam bidang ilmu ekonomi namun memiliki  pemahaman terhadap persoalan-persoalan sosio-ekonomi pada masa itu, mencoba untuk menuntaskan persoalan bunga. Mereka  berpendapat bahwa bunga bank itu haram dan kaum muslimin harus meninggalkan hubungan apapun dengan perbankan konvensional. Mereka mengundang para ekonom dan banker untuk saling bahu membahu mendirikan lembaga keuangan yang didasarkan pada  prinsip-prinsip syariah dan bukan pada bunga. Masa ini dimulai

(10)

kira-kira pada pertengahan decade 1930-an dan mengalami puncak kemajuannya pada akhir decade 1950-an dan awal decade 1960-an. Pada masa itu di Pakistan didirikan Bank Islam local yang beroperasi  bukan pada bunga, lembaga keuangan ini diberi nama Mit Ghomr

Local Saving Bank yang berlokasi di delta sungai Nil, Mesir.

2) Tahapan Kedua, dimulai pada akhir dasa warsa 1960-an. Pada tahapan ini para ekonom muslim yang pada umumnya dididik dan dilatih di  perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat dan Eropa mulai

mencoba mengembangkan aspek-aspek tertentu dari sistem moneter Islam. Mereka melakukan analisis ekonomi terhadap larangan riba (bunga) dan mengajukan alternatif perbankan yang tidak berbasis  bunga. Serangkaian konferensi dan seminar tentang ekonomi Islam digelar dengan mengundang para pakar, ulama, ekonom baik muslim dan nonmuslim. Konfrensi internasional pertama tentang ekonomi Islam pertama diadakan di Makkah al-Mukaromah pada tahun 1976 yang disusul kemudian dengan konferensi internasional tentang Islam dan Tata Ekonomi internasional yang baru di London pada tahun 1977. Pada tahapan ini muncul nama-nama ekonom muslim terkenal diseluruh dunia Islam antara lain : Prof. Dr. Khurshid Ahmad yang dinobatkan sebagai bapak ekonomi Islam, Dr. M. Umer Chapra, Dr. MA. Mannan, Dr. Omar Zubair, Dr. Ahmad An-Najjar, Dr. M.  Nezatullha Siddiqi, Dr. Fahim Khan, Dr. Munawwar Iqbal, Dr.

Muhammad Ariff, Dr. Anas Zarqa dan lain-lain. Mereka adalah ekonom-ekonom yang didik di barat tetapi memahami sekali bahwa Islam sebagai way of live yang integral dan komprehenshif memiliki sistem ekonomi tersendiri dan jika diterapkan dengan baik akan mampu membawa umat Islam kepada kedudukan yang berwibawa dimata dunia.

3) Tahapan ketiga  ditandai dengan upaya-upaya konkrit untuk mengembangkan perbankan dan lembaga-lembaga non-riba baik dalam sektor swasta maupun dalam sektor pemerintah. Tahapan ini merupakan sinergi konkrit antara usaha intelektual dan material para

(11)

ekonom, pakar, banker, para pengusaha dan para hartawan muslim yang memiliki kepedulian kepada perkembangan ekonomi Islam. Pada tahapan ini sudah mulai didirikan bank-bank Islam dan lembaga investasi berbasis non-riba dengan konsep yang lebih jelas dan  pemahaman ekonomi yang lebih mapan. Bank Islam pertama yang

didirikan adalah Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975 di Jeddah, Saudi Arabia. Bank Islam ini merupakan kerjasama antara negara-negara Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI). Selanjutnya bermunculan bank-bank syariah di mayoritas negara-negara Islam termasuk di Indonesia.

B. Pengertian & Prinsip Dasar Ekonomi Islam

Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah SWT memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat 105 :

“Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan itu. Karena kerja membawa pada keampunan”, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW :

“Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore itu ia mendapat ampunan.”(HR.Thabrani dan Baihaqi)

Para pakar ekonomi Islam memberikan definisi ekonomi Islam yang  berbeda-beda akan tetapi semuanya bermuara pada pengertian yang relatif

sama yaitu; suatu ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang , meninjau, meneliti dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi secara Islami (berdasarkan ajaran-ajaran Islam).

(12)

Sedangkan prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam menurut Umer Chapra adalah sebagai berikut :

a)  Prinsip Tauhid , ini bermakna bahwa segala apa yang di alam semesta ini didesain dan dicipta dengan sengaja oleh Allah SWT. Bukan kebetulan, dan semuanya pasti memiliki tujuan. Tujuan inilah yang memberikan signifikansi dan makna pada eksistensi jagat raya, termasuk manusia yang menjadi salah satu penghuni di dalamnya.  b)  Prinsip Khilafah, Manusia adalah khilafah Allah SWT. Di muka bumi.

Ia dibekali dengan perangkat baik jasmaniah maupun rohaniah untuk dapat berperan secara efektif sebagai khilafah-Nya.

c)  Prinsip Keadilan, Keadilan adalah salah satu misi utama ajaran Islam.

C. Tujuan Ekonomi Islam

Segala aturan yang diturunkan Allah SWT dalam sistem Islam mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan- Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia

mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat.

Seorang Fuqaha asal Mesir bernama Prof.Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu:

a) Penyucian jiwa, agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan lingkungannya.

 b) Tegaknya keadilan dalam masyarakat, Keadilan yang dimaksud mencakup aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.

c) Tercapainya Maslahah (Inti), Para ulama menyepakati bahwa maslahah yang menjadi puncak sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar :

(13)

 keselamatan keyakinan agama ( ad din)  kesalamatan jiwa (an nafs)

 keselamatan akal (al aql)

 keselamatan keluarga dan keturunan (an nasl)  keselamatan harta benda (al mal)

D. Kebangkitan Ekonomi Islam di Indonesia

Kebangkitan ekonomi umat Islam di Indonesia bersamaan dengan kebangkitan umat Islam secara global. Ada sedikit perbedaan wacana antara  perkembangan pemikiran ekonomi Islam di Indonesia dengan yang terjadi di  berbagai belahan dunia Islam lainnya terutama di Timur Tengah. Lebih dari separuh pertama abad dua puluh ini para ulama dan tokoh masyarakat Islam di Indonesia lebih memikirkan bagaimana nasib ekonomi umat Islam yang dari dulu tidak pernah dibenahi dan selalu dipinggirkan oleh penjajah Belanda.

Karena itu mereka agaknya kurang waktu untuk memikirkan dan menggali sistem ekonomi Islam tersendiri yang rohnya diambil dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Rasanya kita belum menemukan tulisan-tulisan dari para tokoh Islam sendiri yang mencoba menjelaskan Islam secara komplit dan integratif dibarengi dengan pengajuan Islam sebagai sistem kehidupan bukan saja dalam bidang keagamaan melainkan juga dalam bidang sosial, ekonomi,  pendidikan, ilmu pengetahuan dan lain-lain.

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya umat Islam, sistem ekonomi syariah harus dilaksanakan sebagai sistem ekonomi yang universal, yang mengedepankan transparansi, keadilan dan (Good governance) dalam  pengelolaan usaha dan aset-aset negara. Di mana praktik ekonomi yang

(14)

Perjalanan waktu menunjukkan, bahwa ekonomi syariah bisa menjadi  pilihan untuk mengatasi masalah umat yang saat ini masih mengalami krisis ekonomi. Adalah menjadi tantangan bagi para pelaku ekonomi syariah untuk lebih meningkatkan pemahaman umat soal prinsip ekonomi syariah, karena mereka akan menjadi pasar potensial bagi penerapan ekonomi syariah yang  bukan tidak mungkin akan menjadi batu loncatan bagi penerapan hukum syariah di semua aspek kehidupan yang menjadi impian banyak umat Islam di negeri ini.

Di Indonesia, praktek ekonomi Islam, khususnya perbankan syariah sudah ada sejak 1992. Diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank-bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Namun, pada decade hingga tahun 1998, perkembangan bank syariah boleh dibilang agak lambat. Pasalnya, sebelum terbitnya UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, tidak ada perangkat hokum yang mendukung sistem operasional  bank syariah kecuali UU No. 7 Tahun 1992 dan PP No. 72 Tahun 1992.

Berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 itu bank syariah dipahami sebagai  bank bagi hasil. Selebihnya bank syariah harus tunduk kepada peraturan  perbankan umum yang berbasis konvensional. Karenanya manajemen bank- bank syariah cenderung mengadopsi produk-produk perbankan konvensional yang “disyariatkan”. Dengan variasi produk yang terbatas. Akibatnya tidak semua keperluan masyarakat terakomodasi dan produk yang ada tidak kompetitif terhadap semua produk bank konvensional. Peraturan itu menjadi  penghalang bagi berkembangnya bank syariah, karena jalur pertumbuhan  jaringan kantor bank syariah yang telah ada.

(15)

E. Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia

Semua akar sejarah pemikiran dan aktivits ekonomi Islam Indonesia tak bisa lepas dari awal sejarah masuknya Islam di negeri ini. Bahkan aktivitas ekonomi syariah di tanah air tak terpisahkan dari konsepsi lingua franca. Menurut para pakar, mengapa bahasa Melayu menjadi bahasa Nusantara, ialah karena bahasa Melayu adalah bahasa yang populer dan digunakan dalam  berbagai transaksi perdagangan di kawasan ini. Para pelaku ekonomi pun didominasi oleh orang Melayu yang identik dengan orang Islam. Bahasa Melayu memiliki banyak kosa kata yang berasal dari bahasa Arab. Ini berarti  banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep Islam dalam kegiatan ekonomi. Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas ekonomi syariah tidak dalam bentuk formal melainkan telah berdifusi dengan kebudayaan Melayu sebagaimana terceriman dalam bahasanya. Namun demikian, penelitian khusus tentang institusi dan  pemikiran ekonomi syariah nampaknya belum ada yang meminatinya secara khusus dan serius. Oleh karena itu, nampak kepada kita adalah upaya dan gerakan yang dominan untuk penegakan syariah Islam dalam kontek kehidupan politik dan hukum. Walaupun pernah lahir Piagam Jakarta dan gagal dilaksanakan, akan tetapi upaya Islamisasi dalam pengertian penegakan syariat Islam di Indonesia tak pernah surut.

Pemikiran dan aktivitas ekonomi syariah di Indonesia akhir abad ke-20 lebih diorientasikan pada pendirian lembaga keuangan dan perbankan syariah. Salah satu pilihanya adalah gerakan koperasi yang dianggap sejalan atau tidak  bertentangan dengan syariah Islam. Oleh karena itu, gerakan koperasi mendapat sambutan baik oleh kalangan santri dan pondok pesantren.[28] Gerakan koperasi yang belum sukses disusul dengan pendirian bank syariah yang relatif sukses.[29] Walaupun lahirnya kedahuluan oleh Philipina[30], Denmark[31], Luxemburgdan AS[32], akhirnya Bank Islam pertama di Indonesia lahir dengan nama Bank Mu‟amalat (1992). Kelahiran bank Islam di Indonesia hari demi hari semakin kuat karena beberapa faktor: 1) adanya kepastian hukum perbankan yang melindunginya; 2) tumbuhnya kesadaran masayarakat manfaatnya lembaga keuangandanperbankan syariah; 3)

(16)

dukungan politik atau political will dari pemerintah. Akan tetapi, kelahiran  bank syariah di Indonesia tidak diimbangi dengan pendirian lembaga-lembaga  pendidikan perbankan syariah. Sejak tahun 1990-an ketika Dirjen Bimbaga Islam Depag RI melakukan posisioning jurusan-jurusan di lingkungan IAIN,  penulis pernah mengusulkan kepada Menteri Agama dan para petinggi di Depag RI agar mempersiapkan institusi untuk mengkaji kecenderungan dan  perkembangan ekonomi syariah di tanah air. Usaha maksimal saat itu ialah memilah jurusan Muamalat/Jinayat pada Fakultas syariah IAIN menjadi dua, yakni Jurusan Muamalat dan Jurusan Jinayah-Siyasah.

Maraknya perbankan syariah di tanah air tidak diimbangi dengan lembaga pendidikan yang memadai. Akibatnya, perbankan syariah di Indonesia baru pada Islamisasi nama kelembagaanya. Belum Islamisasi para  pelakunya secara individual dan secara material. Maka tidak heran jika transaksi perbankan syariah tidak terlalu beda dengan transaksi bank konvensional hanya saja ada konkordansi antra nilaisuku bungan dengan nisbah bagihasil. Bahkan terkadang para pejabat bank tidak mau tahu jika nasabahnya mengalami kerugian atau menurunya keuntungan. Mereka

“mematok” bagi hasil dengan rate yang benar-benar menguntungkan bagi  pihak bank secara sepihak. Di lain pihak, kadangkala ada nasabah yang  bersedia mendepositkan dananya di bank syariah dengan syarat meminta bagi hasilnya minimal sama dengan bank konvensional milik pemerintah.[33] Terlepas dari kekurangan dan kelebihan perbankan syariah, yang pasti dan faktual adalah bahwa ia telah memberikan konstribusi yang berarti dan meaningfull bagi pergerakan roda perekonomian Indonesia dan mengatasi krisis moneter.

Munculnya praktek ekonomi Islam di Indonesia pada tahun 1990-an yang dimulai dengan lahirnya Undang-undang No. 10 Tahun 1992 yang mengandung ketentuan bolehnya bank konvensional beroperasi dengan sistem  bagi hasil. Kemudian pada saat bergulirnya era reformasi timbul amandemen

yang melahirkan UU No 7 Tahun 1998 yang memuat lebih rinci tentang  perbankan syariah. Undang-undang ini mengawali era baru perbankan syari‟ah

(17)

di Indonesia, yang ditandai dengan tumbuh pesatnya bank- bank syari‟ah baru atau cabank syari‟ah pada bank konvensional. Maka  praktek keuangan syari‟ah di Indonesia memerlukan panduan hukum Islam guna mengawal  pelaku ekonomi sesuai dengan tuntunan syari‟at Islam. Perkembangan  berikutnya, MUI sebagai payung dari lembaga-lembaga organisasi keagamaan (Islam) di Tanah Air menganggap perlu dibentuknya satu badan dewan syariah yang bersifat nasional (DSN) dan membawahi seluruh lembaga keuangan, termasuk di dalamnya bank-bank syariah. Hal ini untuk memberi kepastian dan jaminan hukum Islam dalam masalah perbankan syariah sejak diberlakukannya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang memberikan peluang didirikannya bank syariah.

DSN-MUI sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2005 telah banyak mengeluarkan fatwa-fatwa tentang ekonomi Islam (mu‟amalah maliyah) untuk menjadi pedoman bagi para pelaku ekonomi Islam khususnya perbankan syari‟ah. Dalam metode penerbitan fatwa dalam bidang mu‟amalah maliyah diyakini menggunakan kempat sumber hukum yang disepakati oleh ulama suni; yaitu Al-Quran al Karim, Hadis Nabawi, Ijma‟ dan Qiyas, serta menggunakan salah satu sumber hukum yang masih diperselisihkan oleh ulama; yaitu istihsan, istishab, dzari‟ah, dan „urf.

Dalam proses penerbitan fatwa diperkirakan mempelajari empat mazhab suni, yaitu imam mazhab yang empat: Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hambali disamping pertimbangan lain yang bersifat temporal dan kondisional. Oleh karena itu, perlu mengkaji secara seksama dan perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sifat fatwa-fatwa MUI dalam bidang ekonomi Islam dari segi metode perumusannya, sisi ekonomi di sekelilingnya dan respons masyarakat terhadap fatwa-fatwa itu.[34]

Di Indonesia, atas prakarsa Majelis Ulama Indonesia bersama kalangan  pengusaha muslim sejak 1992 telah beroperasi sebuah bank syari‟ah, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang sistem operasionalnya mengacu pada  No. 72 tahun 1992 tentang bank bagi Hasil. Pada tahun 1998, disahkan Undang-undang RI No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun

(18)

1992 tentang perbankan. Secara legal, perbankan syari‟ah telah diakui sebagai

subsistem perbankan nasional.

Di tengah dinamika tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan

syari‟ah, pada tahun 1997 krisis ekonomi datang menerjang memporak  - porandakan sistem perbankan nasional. Sebagaimana diungkap oleh Warkum, mulai bulan Juli 1997 sampai dengan 13 Maret 1999 pemerintah menutup 55  bank, mengambil alih 11 bank (BTO) dan 9 bank lainnya dibantu melakukan rekapitalisasi. Pada Oktober 2001, sebagaimana laporan Majalah Investasi[1][1] terjadi lagi satu bank konvensional yang dibekukan atau Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU). Dari 240 bank sebelum krisis, kini hanya tinggal 73 bank swasta yang dapat bertahan tanpa bantuan pemerintah.[1][2]

Di antara lembaga keuangan syari‟ah yang berkembang secara pesat di

tengah sistem perbankan yang sedang sakit adalah antara lain bank syari‟ah, BPRS dan BMT. Bank Syari‟ah berkembang berdampingan dengan bank -bank

konvensional. Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya Bank BNI Syari‟ah, Bank Mandiri Syari‟ah, Bank Bukopin Syari‟ah, Bank Danamon Syari‟ah, BII

Syariah. Di samping itu berkembang juga lembaga keuangan syari‟ah yang

 bersifat mikro, yang bergerak di kalangan ekonomi bawah, yaitu BMT (Baitul Maal wat-Tamwil).

(19)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Islam sebagai agama yang Allah turunkan melalui Nabi Muhammad SAW bukan saja untuk ummat Islam saja, akan tetapi untuk seluruh ummat di dunia ini (rahmatan lil „alamin) yang bersipat universal dan multikomplek, Islam dapat menjawab seluruh problematika dunia bukanlah hal utopis atau sesuatu yang ada dalam wacana saja, masalah ekonomi yang merupakan hajat hidup manusia juga tidak lepas dari ajaran Islam. Jauh sebelum bangsa-bangsa merumuskan ekonomi, Islam sudah lebih dahulu. Banyak sekali keterangan dari Al-Qur‟an yang menyinggung masalah ekonomi, baik secara eksplisit maupun implisit. Bagaimana jual-beli yang baik dan sah menurut Islam,  pinjam meminjam dengan akad-akad yang sah sampai dengan pelarangan riba dalam perekonomian. Walaupun pada kitab suci sebelumnya juga pernah disebutkan, dimana perbuatan riba itu dibenci Tuhan. Sedangkan pada tatanan teknisnya diperjelas dengan hadis serta teladan dari Rasulullah dan para alim ulama.

Sistem ekonomi Islam memberikan tuntunan pada manusia dalam  perilakunya untuk memenuhi segala kebutuhannya dengan keterbatasan alat  pemuas dengsn jalan yang baik dan alat pemuas yang tentunya halal, secara

dzatnya maupun secara perolehannya.

Itulah sebabnya ketika system ekonomi lain sedang terpuruk, sementara ekonomi Islam berdiri dengan tegarnya ditengah-tengah hempasan krisis ekonomi dunia mendera. Sehingga meninggalkan hal yang positif yakni dengan dibukanya bisnis-bisnis yang berbasis syariah, disinilah saatnya para  pakar ekonomi syariah (para ulama, cendekiawan muslim) perlu menggali kembali kaidah-kaidah hukum ekonomi syariah karena akan menjadi rujukan dari pelaku bisnis syariah. Bisnis Syariah yang berkembang sekarang ini apakah benar-benar sesuai dengan kaidah syariah atau belum adalah tanggung  jawab kita bersama.

(20)

B. Saran

1) Pemerintah Indonesia harus segera merambah pada upaya menguatkan  peran ekonomi Islam dalam perekonomian nasional melalui strategi  jangka panjang yang mencakup lebih banyak aspek kehidupan  bersama.

2) Praktisi dalam Lembaga ekonomi Syariah sudah saatnya meninggalkanparadigma lama, paradigma konvensional, serta menyatukan shof (barisan) dalam paradigma baru yang membangun ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang nyata dalam implementasi dan bukan hanya sekedar pada tataran simbol-simbol dan MoU semata.

3) Para pakar ekonomi syariah (para ulama, cendekiawan muslim) perlu menggali kembali kaidah-kaidah hukum ekonomi syariah secara mendalam karena akan menjadi rujukan dari pelaku bisnis syariah. 4) Mulai diajarkanya pendidikan tentang Ekonomi Islam, mengetahui

 bagaimana pentingnya, mengembangkan, serta manjalankannya dengan baik dan benar serta sesuai dengan Ajaran agama Islam yang semuanya itu harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

5) Masyarakat seyogyanya sudah mulai beralih menggunakan jasa dari  bank/lembaga keuangan yang berbasis syariah.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

 http://research.mercubuana.ac.id/proceeding/EKONOMI-ISLAM-SEBUAH-ALTERNATIF.doc, Ekonomi Islam Sebuah Alternatif.

 http://islampeace.clubdiscussion.net/t13-pengertian-tujuan-prinsip- prinsip-ekonomi-islam,  Pengertian,Tujuan,dan Prinsip-prinsip  Ekonomi Islam.

 http://master.islamic.uii.ac.id/index.php?option=com_content&task=vi ew&id=94&Itemid=57 , Sejarah Ekonomi Islam: Perkembangan  Panjang Realitas Ekonomi Islam.

 http://vhara.wordpress.com/perkembangan-ekonomi-islam-di-indonesia/, Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis dari pearson correlation di atas menunjukkan nilai signifikansi pada kedua variabel yaitu 0,000 yang dimana nilai p kurang dari 0,05 (p<0,05) yang dapat

1) Penerapan media permainan bingo dalam pembelajaran menyusun kalimat bahasa Mandarin pada peserta didik kelas X MIPA 1 SMAN 2 Sidoarjo memberikan pengaruh yang baik

3.1 Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional ( to get things done ) dan interpersonal (bersosialisasi) pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara

Terkait dengan pendekatan Quantum Working ini melalui pengembangan pembelajaran dalam mata kuliah praktik (seperti pada: Pembelajaran Desain.. Lansekap), menurut

Dengan kegiatan membaca teks, siswa dapat menyebutkan perkiraan informasi dari teks nonfiksi berdasarkan kata kunci yang ditemukan pada judul.. Dengan

Halaman ini digunakan untuk mengelola data waktu yang digunakan untuk setiap tahap pengerjaan berdasar jenis kendaraan dan jenis layanan. Halaman ini terdiri dari

Sumber data sekunder adalah sumber data yang merupakan data-data penunjang bagi penelitian yang sedang dihadapi, yang diperoleh dari buku- buku perpustakaan dan

Berawal dari ide pendirian pendirian Monumen Resolusi Jihad sebenarnya telah dicetuskan sejak tahun 2008, Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi sangat mersepon dari apa