PENGARUH
MEDIA
TERHADAP
PERTUMBUHAN
DARI
Salmonella
YANG
DIIRADIASI.
Harsojo*,
Suharni
Sadi*,
dan
Sri Hariani
S.*
ABSTRAK
PI!NGAHUH KI!DIA TERBADAP PERTUKBUHAN DAHl SIII.onellll YANG DIIRADIASI. Telah dilakukan peneli tian untuk mengetahui pengaruh iradiasi terhadap SlIlllOnellll yang terdapat dalam makanan. Iradiasi dilakukan dengan dosis 4 taraf: 0; 0,15; 0,30; dan 0.45 kGy, media 2 macam yai tu Nutrient Agar dan B2 Agar serta fasa pertumbuhan 2 macam yaitu fasa log dan fasa stasioner. Parameter yang diamati ialah jumlah koloni bakteri per mI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepekaan SIII.onellll tergan-tung dari spesies dan jenis, media serta fasa pertumbuhan yang digunakan.
S. parlltyphi
merupakan bakteri yang paling peka diantara ke tiga SlIlllOnellll. Pengaruh iradiasi pada pertumbuhan ke tiga Salmonella terlihat pad a dosis 0,15 kGy dalam media NA dan B2·ABSTRACT
THE EFFECT OF KEDIUK ON THE GROWTH OF IRRADIATED SIII.onella. The research on the effect of irradiation on SlIlllOnellll which usually found in food or feed had been done. SlIlllOnellll were irradiated at the dose of 0; 0.15; 0.30; and 0.45 kGy with
60 .
Co gamma rays from Gamma Cell at two kinds of growth phase, i. e log phase and stationair phase. The medium used were Nutrient Agar and B2 Agar. Parameter observed was total bacterial count. The results showed that the SlIlllOnellll radiosensitivity were depends on spesies, medium, and the growth phase.
S. parlltyphi
is the most sensitive among the others. The irradiation effect of the three SlIlllOnellll are shown at the dose of 0.30 kGy on NA and B2.PENDAHULUAN
Salmonella
merupakan bakteri yang dapat menimbulkan penyaki tgastroenteritis maupun salmonellosis. Salmonellosis adalah salah
satu penyaki t zoonosis yang di tularkan melalui makanan, air, dan
lingkungan yang tercemar. Penyakit ini dapat ditularkan ke manusia
melalui hewan piaraan seperti kucing dan anjing serta dapat pula
me-nyerang anak ayam berumur dibawah 10 hari dengan akibat kematian
\80%1 untuk ke~adian rani berat \11 21 3!, Wabab salmonellosis darat
terjadi di setiap saat, terutama didaerah beriklim tropis yang
men-stimulir pertumbuhan
Salmonella
untuk herkembang biak dengan cepat.Disamping itu biakan ini juga sebagai 'penyebab demam enterik yang
masih merupakan masalah kesehatan yang serius di Jakarta dan kota
besar lainnya di Indonesia dan menular pada golongan umur 5 - 40
tahun (4).
Pada peneli tian terdahulu (5), ted ihat bahwa pada suhu 42°C
Salmonella
masih dapat hidup dan seeara statistik pertumbuhanSalmonella
pada suhu 42°C dibandingkan dengan 3io dan 30°C tidakmenunjukkan perbedaan yang nyata. Ternyata
Sal.onella
dapat tetaptumbuh dengan kemampuan yang tidak berubah pada suhu antara
30°-42°C. Beberapa usaha telah dilakukan untuk menghambat perkembangan
bakteri ini antara lain dengan iradiasi.
Pertumbuhan suatu organisme sangat tergantung dari cepat atau
lambatnya pembelahan sel yamg terjadi dalam tubuhnya. Untuk
organis-me bersel tunggal ternyata lebih tahan dibandingkan dengan organisme
banyak. Menurut STAPLETON dkk yang dikutip oleh FREEDMAN dan BRUCE
(6), kepekaan mikroorganisme terhadap iradiasi bervariasi tergantung
pada keeepatan dan fase pertumbuhan. Selain itu kerusakan sel oleh
iradiasi juga dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adanya 02
dan radikal yang terbentuk (J). Dari hasil penelitian FREEDMAN dan
BRUCE (6), di peroleh bahwa pertumbuhan
Escherichia coli
dalam mediaNutrient Broth pada fase lag lebih tahan terhadap iradiasi
diban-dingkan dengan fase logari tme, tetapi bakteri
Micrococcus
radiodu-rans
ketahanan terhadap iradiasi paling besar didapat pada fasesta-sioner (8).
Berdasarkan penelitian tersebut maka dieari kemungkinan
pengham-bat pertumbuhan
Salmonella
pada beberapa kondisi.BAHAN DAN METODE
Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
koleksi bakteri lab. Biologi, PAIR, Batan. Percobaan dilakukan
(r) 4 taraf yaitu 0; 0,15; 0,30; dan 0,45 kGy, macam bakteri (b) 3
taraf, yaitu
S.
typhimurium,
S.
paratyphi,
danS.
heidelberg,
fasepertumbuhan (f) 2 taraf yai tu fase logari tme dan fase stasioner,
media (m) 2 taraf yaitu media Nutrient Agar dan B2 Agar.
Perhitungan
ft'aktu Generasi
Salmonella.
Perhitungan dilakukansebagai berikut, kultur diinkubasi semalam masing-masing dalam media
Nutrient Broth clan B2 Broth pada suhu 30°C dalam keadaan dikocok.
Setelah 24 jam, kultur dipindahkan ke Broth media yang baru dan
dieram kembali pada suhu 30°C sambil dikocok. Pengamatan waktu
gene-rasi dilakukan tiap jam pada kerapatan optik 660 nm dengan alat
spektrofotometer model BAUSCH
&
LOMB SPECTRONIC 70.Media dan Persiaplln
Iradillsi.
Kul tur diinkubasi semalam padasuhu 30°C masing-masing di dalam medium Nutrient Broth dan B2 Broth
dengan komposisi ekslrak daging 10 g, Bacto Pep ton 10 g, ekstrak
ragi 5 g, dan glukosa 2 g per liter air suling (pH 7,0). Semua media
yang dipakai dalam peneli tian ini adalah buatan DIFCO. Kemudian
kultur tersebut diencerkan 10 kali masing-masing dengan media
Nutrient Broth dan B2 Broth. Untuk pertumbuhan kultur ke dua,
diin-kubasikan pada suhu 30°C. Pada fase logaritme dan stasioner sel-sel
dipanen dengan cara pemusingan (10.000 x g, 10 menit) dengan alat
pemusing SORVALL RC-2B, kemudian dicuci 2 kali dengan air suling
steri 1. Konsentrasi sel bakteri dalam suspensi dibuat seki tar 3 x
108 sel/ml. Suspensi tersebut kemudian diiradiasi, dan selanjutnya
diencerkan secara bertingkat beberapa kali dan akhirnya di tanam 0,1
ml dengan cara mengoles pada permukaan media Nutrien Agar (NA) dan
B2 Agar. Kemudian diinkubasi pada suhu 30°. Perhitungan jumlah
koloni bakteri per ml dilakukan setelah 2 x 24 jam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
ft'llktu
Generllsi
Nasing-Mllsing
Saillone lla sp.J
en is med iamenunjukkan waktu generasi masing-masing
Salmonella
(Tabel 1). Padamedia NA, waktu generasi
S.
parlltyphi,S.
heidelberg,
danS.
typhimu-rium
masing-masing menunjukkan 102, 34, dan 120 menit sedang padamedia B2' waktu generasi
S.
paratyphi,
S.
heidelberg,
danS.
typhi-murium
adalah 90, 84, dan 60 menit. Hal ini disebabkan komposisimerupakan sumber karbon untuk pertumbuhan mikroba, sedang media 82
mengandung glukosa (2g! 1).
°
leh sebab itu, pertumbuhanSa11110nella
secara umum leblh baik pada media 82, Hal ini dapat dilihat dari
S.
paratyphi
danS.
typhimuri
um pada media 82 pertumbuhannya lebi hcepat dibandingkan dengan media NA.
S.
heidelberg
pertumbuhannyapada kedua macam media (NA dan 82) memberikan respon yang sarna. Hal
ini terlihat dari waktu generasinya yang sarna pada kedua macam
media.
Tabel 2 menunjukkan pengaruh iradiasi terhadap pertumbuhan
Salmonella
pada media NA. Makin besar dosis iradiasi jumlah koloniSalmonella
Makin menu run . Pada dosis 0,45 kGy jumlah koloniS.
pa-ratyphi,
S. heidelberg,
danS.
typhimurium
mengalami penurunanma-sing-masing sebesar 5, 3, dan 3 desimal pada fase logaritme serta 6,
3, dan 4 desimal pada fase stasioner. lradiasi terhadap pertumbuhan
Salmonella
pada media NA maupun media 82 terlihat besar sekalipengaruhnya (Tabel 2 dan 3). Ke 3 macam
Salmonella
dapat digolongkanke dalam bakteri yang peka terhadap iradiasi. Secara umum pada dosis
0,45 kGy han~ra 0,01 - 0,0001%
Salmonella
yang hidup. Pada media NA,S. paratyphi
mempunyai kepekaan terhadap iradiasi yang palingtinggi, kemudian diikuti oleh
S.
typhimurium,
danS.
heidelberg
baik pada rase logaritme mapun pada rase stasioner. Pada fase
logaritme dengan dosis 0,30 dan 0,45 kGy
S. paratyphi,
S. heidelberg
maupun
S.
typhimurium
cenrlerung lebih tahan terhadap iradiasi biladibandingkan terhadap fase stasioner (Tabel 2).
Tabel 3 menunjukkan pengaruh iradiasi terhadap pertumbuhan
Sal-monella
pada medium B2, PertumbuhanSa1mone.lla
di media B2 jugadipengaruhi oleh dosis yang diberikan, semakin tinggi dosis
iradia-si, semakin turun jumlah koloni yang terhi tung. Tingkat kepekaan
Salmonella
terhadap iradiasi pada media 82 antara fase logaritme danrase stasioner hampir sarna seperti pada media NA, kecuali untuk
S.
typhimurium.
Pada fase logaritmeS.
typhimurium
lebih peka terhadapiradiasi bila dibandingkan pada fase stasioner. Pertumbuhan
S.
heidelberg
pada media 82 lebih peka terhadap iradiasi baik padalogaritme maupun stasioner dibandingkan bila ditumbuhkan pada media
NA, sedang bila dilihat dari waktu generasi
S. heideiberg
tidakme-nunjukkan perbedaan di dalam ke 2 media tersebut.
S.
typhi/Duriulll
terhadap iradiasi bila dibandingkan dengan fase logari tme pada
media NA. Bila dilihat dari waktu generasinya, pada media B2
s.
typhimurium mengalami perpendekkan 2 kali dibandingkan di media NA.
Kemungkinan hal ini disebabkan perbedaan kerusakan yang terjadi
akibat iradiasi serta proses metabolisme setelah iradiasi dari
masing-masing jenis Salmonella. Pada medium B2' S. paratyphi
mempunyai kepekaan terhadap iradiasi yang sama dengan S. typhimurium
pada fase logaritme, tetapi pada fase stationer S. paratyphi
merupa-kan bakteri yang paling peka terhadap iradiasi diantara ke 3 maca~
Salmonella. Bila dibandingkan antara kedua fase 'pertumbuhan terlihat
bahwa S. paratyphi dan S. heidelberg pada fase logaritme lebih tahan
terhadap iradiasi dari pada fase strasioner, sedang S. typhimurium
pada fase logaritme ternyata lebih peka terhadap iradiasi bila
dibandingkan dengan fase stasioner. Hasil yang diperoleh ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh STAPLETON (9) yang menggunakan
Escherichia coli B/r. Menurut KRABBENHOFT dkk yang dikutip dari
SERIANNI dan BRUCE (8), kepekaan terhadap iradiasi tergantung pada
media serta jenis bakteri yang digunakan. Bakteri S. paratyphi yang
di tumbuhkan pada 2 macam media (NA dan B2) di iradiasi pada fase
logaritme, maka bakteri yang tumbuh pada media NA lebih peka dari
pada yang tumbuh pada media B2; sedang bila di iradiasi pada fase
stasioner kepekaan bakteri tersebut yang tumbuh pada media NA tidak
berbeda dengan yang tumbuh pada media B2. Pada S. typhimurium dan S.
heidelberg kepekaan bakteri ini terhadap iradiasi terlihat pada
media B2' pengaruh iradiasi pada ke 2 macam media memberikan
penurunan jumlah koloni bakteri pada dosis 0,15 kGy.
KESIMPULAN
Pengaruh iradiasi pada Salmonella, tergantung dari spesies dan
Jenis, media yang digunakan serta fase pertumbuhan pada saat
iradiasi dilakukan. Dari ketiga Salmonella yang digunakan pada
pene-litian ini S. paratyphi lebih peka terhadap iradiasi. Kepekaan ini
sudah dapat terlihat pada dosis 0,15 kGy pada medium NA maupun B2.
Meskipun waktu generasi ke 3 Salmonella mengalami perpendekan waktu
di meedium B2, namun tidak memberikan perbedaan pengaruh iradiasi
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada saudara Zulhema dan Radi
Harsono yang telah membantu penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. POENOMO, S. dan HARDJOUTOMO,S., Salmonella sp. yang diasingkan
dari unggas pada Balai Penelitian Penyakit Hewan Bogor
(1971-1981), Mikrobiologi di Indonesia, (1983) 326.
2. FARDIAZ, S. dan JENIE, B.S.L., Masalah keamanan pangan dalam
hu-bungannya dengan mikrobiologi veterinari, Mikrobiologi di
Indo-nesia, (1983) 307.
3. ISTIANA, UTORO, TARMIJI, dan ISKANDAR, T., Salmonella derby pada
kelinci, Penyakit Hewan XIX 33 (1987) 11
4. HOFFMAN, S.L. et a1., "The duodenal string capsule culture for
diagnosing acute enteric fever", Tropical Medicine (Congress
American Society Puerto Rico, 1981) American Society, Puerto
Rico (1981).
5. HARSOJO dan ANDINI, L.S., Daya tahan bakteri Salmonella
typhimu-riull1terhadap sinar gamma, (PAl RiP.
248i1987),
PAIR-BAT AN, Ja-karta (1987).6. FREEDMAN, M.L. and BRUCE, A.K., The relationship of
radioresis-tance to balanced growth rate in Micrococcuc radi odurans, Int.
J. Radiat. BioI.,
)9
2 (1971).7. GRAY, L.H., "Biological damage resulting from exposure to
ioniz-ing radiation", Proc. Int. Conf. on the Peaceful Uses of Atomic
Energy, United Nations
11
(1956) 209.8. SERIANNI, R.W., and BRUCE, A.K., Radioresistance of Micrococcus
radiodurans
during the growth cycle, Rad. Res. 36 (1968) 193.9. STAPLETON, G.E., Variations in the sensitivity of Escherichia
coli to ionizing radiation during the growth cycle, J. of
Tabel 1. Waktu generasi
Salmonella
pada redia
NA dan B2
Bakteri
NA
~dia
menit1. ~. paratyphi
90
102
2. ~. heidelberg
84 843. S. typhirnuriurn
120
60
c."
m
~
Tabel 2. Pengaruh iradiasi terhadap pertumbuhan Sal!llonella pada !IIediaNA.
Dosis
Fase logaritme
Fase stasioner (kGy)
~ paratyphi~ ~.~~~~~heidelberg!U.hi!llur iumheidelbergpara typhi koloni/ml )\ koloni/mlkoloni/ml%
~
koloni/ml% koloni/mlkolonijml%% 0 11,7614,2719,6(' x11,4372,5011,42xxxxx1071001071001071001001001071061('7 100 0,15 26,03 x 105 1,97 23,60 x 106 20,71 74,17 x 105 10,74 2,0738,67 x 105 17,30 x 106 12,37 63,67 x 105 5,96 0,30 34,00 x 103 0,03 27,93 x 105 2,44 49,83 x 104 0,690,0150,77 x 103 20,07 x 'l{)5 1,46 22,87 x 104 0,24 14,87 x 102 0,003 24,6721,33 xx14,8510104 x 103 . 4 0,14 11,50 x 103 0,45 0,00010,03 18,07 x 10 0,190,02 Tabel 3.pengaruh iradiasi terhadap pertumbuhan Salmonella pada ",edia B2•
Dosis
Fase logaritCle Fase stasioner
(kGy) ~ para typhi
~~~~~heidelbergheidelbergtyohimuriumpara typhityohimurium koloni/ml
~
koloni/mlkoloni/ml%% koloni/ml% koloni/mlkoloni/ml%% 6 10,55 x 107 100 81,53 x100106 17,73 x 107100 14,8799,60106xx107100 100 0 98,67 x 10100 52,33 x 105 5,06 15,78 x 106 96,67 x 105 14,34 36,67 23,12x 105 x 106 6 34,55 0,15 11,33 x 10 15,51 2,0214,34 0,30 35,77 x 104 0,44 14,00 x 105 1,25 46,33 x 104 0,440,0235,20 x 103 16,83 x 104 0,12 52,87 x 104 0,93 0,45 11,83 x 103 0,01 26,20 x 104 0,07 14,93 x 103 0,01 9,83 x0,000110 15,53 x 103 0,01 23,60 x 103 0,07DISKUSI
NIKHAM
1. Kepekaan salmonella, di samping dipengaruhi oleh species dan
dosis iradiasi, apakah masih ada faktor-f~ktor lain yang
mempe-ngaruhinya
?
2. Dengan grafik yang Anda buat, dapat diperki rakan penurunan daya
tahan kuman tersebut, bagaimana cara menentukannya sedangkan
grafik tersebut tidak linier.
3. Melihat grafik Anda yang tak linier, ada kemungkinan sampel
ter-sebut tidak murni atau mengapa bisa terjadi demikian.
HARSOYO
1. Ada, yaitu media yang digunakan.
2. Penurunan dapat dilihat dari data dalam tabel pada makalah
lengkap.
3. Sampel tersebut murni, sebab yang tumbuh dalam cawan petri hanya
jenis salmonella. Bila data tersebut di plot pada kertas grafik,
maka kemungkinan linier.
EDIH SUWADJI
Apakah Anda tidak membandingkan fase pertumbuhan yang berbeda dari 1
macam bakteri
?
Mungkin dapat digunakan percobaan faktorial.HARSOYO
Saya tidak membandingkan fase pertumbuhan yang berbeda dalam satu
macam petri, karena ada kesulitan untuk menghitung jumlah kolonil
membedakan koloni mana yang dari fase logaritme dan koloni mana yang
berasal dari fase stadium.
JENNY
Mengapa pertumbuhan salmonella Heidelberg pada media NA dan B2 sarna,
HARSOYO
Pertumbuhan S.
Heidelberg
pada media NA dan BZ berbeda
walaupun
waktu generasinya sama.
MARIA LINA
Selain faktor-faktor species mikroba/bakteri, jenis media dan fase
pertumbuhan, apakah waktu generasi dari mikroba akan mempengaruhi
sensitivitasnya terhadap iradiasi
?
Misalnya waktu generasi bakterisatu lebih lama dari bakteri yang lain berarti akan lebih bersifat
tahan terhadap iradiasi
?
Mohon penjelasan?HARSOYO
Menurut teori, waktu generasi yang lama akan memberikan respon tahan
terhadap radiasi. Ternyata pada penelitian ini terjadi penyimpangan
teori, ~mungkin hal