FAKTOR-FAKTOR PENENTU
KINERJA PEREKONOMIAN
DAERAH, TANTANGAN &
HAMBATANNYA
Oleh:
Himawan Hariyoga
Direktur Otonomi Daerah, BAPPENAS
Disampaikan dalam Focus Group Discussion “Tata Kelola Ekonomi Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi” di Kemenko Perekonomian, 12
PENDAHULUAN
• BELUM ADA KAJIAN KOMPREHENSIF (?)
– MULTI ASPEK, MULTI DIMENSI, MULTI
KONSEP/TEORI, HUBUNGAN KETERKAITAN YANG
KOMPLEKS
– KETERBATASAN DATA DISAGREGATIF YG MEMADAI
– HETEROGENITAS YG TINGGI DLM KARAKTERISTIK
WILAYAH & DAERAH DI INDONESIA
• KPPOD TERMASUK YG MENCOBA KAJIAN
(SURVEY) KOMPREHENSIF
– TETAP TERBATAS: CAKUPAN DRH, METODOLOGI,
LINGKUP SUBSTANSI
– SANGAT DIBUTUHKAN & PATUT DIAPRESIASI DAN
DIDUKUNG
• PRAKARSA KEMENKO PEREKONOMIAN SANGAT
DIAPRESIASI & PERLU DIDUKUNG BERSAMA
3
PEMBANGUNAN DAERAH DALAM
KERANGKA PEMBANGUNAN NASIONAL
integral dari pembangunan nasional dalam
rangka pencapaian sasaran nasional yang
disesuaikan dengan potensi, aspirasi, dan
permasalahan pembangunan di daerah.
merupakan
tanggung jawab bersama
antara pemerintah pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota.
agregasi sinergis dari kinerja pembangunan
Sejak Desentralisasi & Otda peningkatan pertumbuhan
Sejak Desentralisasi & Otda peningkatan pertumbuhan
ekonomi dibarengi dengan peningkatan kesenjangan
ekonomi dibarengi dengan peningkatan kesenjangan
pembangunan antar wilayah
pembangunan antar wilayah
Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Kesenjangan Indonesia Tahun 1994-2006 -15% -10% -5% 0% 5% 10% 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun P e rt um buha n E k onomi ( d a la m %) 1.2 1.25 1.3 1.35 1.4 1.45 1.5 Ko v a ri a n s P D RB P rov in s i s e -I ndone s ia
5
Matriks Sebaran Propinsi
Menurut Rata-rata Kontribusi PDRB Provinsi Terhadap PDB Dan Rata-rata Pertumbuhan PDRB Provinsi, 2001-2005
Tingkat Pertumbuhan Kontribusi PDRB PDRB Provinsi Thd PDB K P K P K P
1. Maluku Utara 0,1 3,55 1. NTB 1,1 4,58 1. Gorontalo 0,1 6,57 2. Maluku 0,2 4,88 2. DI Yoya 1,0 4,67 2. Irian Jaya Barat 0,3 7,43 3. NTT 0,6 3,88 3. Kalsel 1,2 4,60 3. Bengkulu 0,4 5,09 4. Sulut 0,7 4,41 4. Lampung 1,6 4,74 4. Sulawesi Tenggara 0,5 6,81 5. Bali 1,3 3,82 5. Bangka Belitung 0,5 7,93 6. Kalbar 1,3 4,07 6. Sulteng 0,7 6,28 7. Papua 1,4 3,96 7. Kalteng 0,8 4,90 8. Sulsel 2,2 1,88 8. Jambi 0,8 5,69 9. NAD 2,3 3,48 9. Kep. Riau 1,6 6,52 10. Sumsel 3,0 3,74 10. Sumbar 1,7 4,96 11. Banten 3,4 5,10 K P K P 1. Kaltim 5,9 2,57 1. Sumut 5,2 5,32 2. Jateng 8,8 4,52 3. Riau 5,8 -2,80 K P K P
1. Jawa Barat 14,1 4,66 1. DKI Jakarta 17,0 5,32 2. Jawa Timur 15,3 4,80
Sumber : diolah dari publikasi BPS
Rendah ( < 4,58 % ) Tinggi ( > 10% ) Rendah ( < 5% ) Sedang ( 5% - 10%) Sedang ( 4,59% - 4,82% ) Tinggi ( > 4,82% )
Kondisi Fiskal Daerah
Kondisi Fiskal Daerah
Rasio PAD thd total Penerimaan APBD
kab/kota sangat rendah.
Rata-rata nasional: 5,9% (Realisasi APBD 2006)
Terendah: 0,36% (Kab. Seram Bagian Barat)
Tertinggi: 54,6% (Kab. Badung)
Kontribusi terbesar PAD Kab/kota:
Jawa-Bali: retribusi (43,6%, 2004), pajak (33,3%)
Luar Jawa-Bali: hasil pengelolaan kekayaan drh dll
(33,3%, 2004), retribusi (31,2%)
Sumber: Dit. Perekonomian Daerah, Bappenas, 2006, Kajian Implementasi
7
Fiskal Daerah dan Kinerja Ekonomi
Fiskal Daerah dan Kinerja Ekonomi
Lokal/Daerah
Lokal/Daerah
Tidak ada pola hubungan yang jelas antara kemampuan
keuangan pemda dgn kinerja perekonomian daerah/
kesejahteraan masyarakat.
2001-2004: APBD (per kapita) berkorelasi positif thd
pertumbuhan ekonomi (per kapita) melalui peningkatan
konsumsi masyarakat (per kapita)
yang kurang sehat dan tidak
sustainable
(Brodjonegoro,
B.P.S, 2006).
Dana bagi hasil (DBH) SDA berkorelasi positif thd
pertumbuhan ekon di drh penghasil SDA; kontribusi DAU
tidak nyata thd pertumbuhan ekonomi daerah (Dit.
Perekonomian Daerah, 2006 – laporan sementara)
potensi berlanjutnya ketimpangan antardaerah
“kaya” vs.”miskin” SDA.
Desentralisasi & Otda
PP 38/2007
pemerintahan
Belum dipahami dengan benar oleh banyak pihak termasuk K/L di Pusat.
Pengelolaan ekonomi daerah/lokal merupakan Urusan
Pilihan bagi Daerah.
Urusan pemerintahan di bidang ekonomi & SDA (pertanian, kelautan & perikanan, kehutanan, energi & SD mineral, industri, perdagangan, pariwisata) “
secara nyata ada dan berpotensi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah ybs
” (Pasal 14 Ayat 2 UU 32/2004 & Pasal 7 Ayat 4 PP 38/2007)Peran umum Pemerintah Pusat: Standard, Norma,
Pedoman, Kriteria.
9
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
(UU 3 (UU 322/2004)/2004) URUSAN PEMERINTAHAN Urusan yg sepenuhnya mnjd. Wewenang Pemerintah: {Psl 10 (1) & (3)}
Urusan di luar Psl 10 (3) dikelola
bersama (Pemerintah, Prov, Kab/Kota)
Dibagi dgn kriteria Psl 11 (1):
• Politik Luar Negeri • Pertahanan
• Keamanan • Yustisi
• Moneter & Fiskal Nasional • Agama • Eksternalitas • Akuntabilitas • Efisiensi Urusan Pemerintah Urusan Pemerintahan Daerah WAJIB Pelayanan Dasar {Psl 11 (3)} PILIHAN Sektor Unggulan {Psl 11 (3)} {Psl 10 (5)} • Menyelengga-rakan sendiri • Melimpahkan sebagian ur kpd Gub. • Menugaskan sebagian urusan kepada Pemda dan/atau Pemdes Standar Pelayanan Minimal {Psl 11 (4)} Menyelenggarakan sendiri atau dpt melimpahkan sebagian ur kpd perangkat Pemrinth atau Wkl Pmrth di drh atau dpt menugaskan kpd Pemda dan/atau Pemdes {Psl 10 (4)}
Diselenggarakan berdasarkan asas otonomi & tugas pembantuan {Psl 10 (2)}
Mengapa PEL Penting?
Mengapa PEL Penting?
Sambutan Presiden SBY dalam acara Silaknas ICMI tgl
8 Desember 2006 (sebagaimana ditulis Harian Republika,
9 Desember 2006 dgn judul “Tinjau Ulang Ideologi
Pembangunan)
”Dimensi kewilayahan, desentralisasi, pemberdayaan
potensi lokal, harus menjadi cara berfikir, ’ideologi’,
dan langkah pembangunan kita.”
”Kita harus lebih peduli pada
local economic
development
daripada yang serba global, serba
nasional.”
11
Mengapa PEL Penting? (2)
Perekonomian daerah adalah bagian integral dari perekonomian nasional
Dlm kerangka Kebijakan Desentralisasi & Otda, PEL = urusan pilihan
daerah
Wilayah Indonesia luas dengan kondisi & potensi unggulan daerah yang beragam
potensi ekonomi lokal akan lebih efektif & efisien jika dikelola oleh Daerah. Keberagaman dapat menciptakan “mozaik” yang indah bila dikelola dg baik
PEL merupakan kebutuhan/strategi nasional dlm rangka
meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi nasional.
PEL menggunakan pendekatan kewilayahan & bottom-up menjadi koreksi atas pendekatan sektoral.
Mayoritas pelaku usahanya adalah UMKM (44,7 juta = 99,9%, 2005) yang berbasis sumber daya lokal
ketenagakerjaan & kemiskinan, serta meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
FAKTOR LOKASI KELOMPOK SASARAN PROSES MANAJEMEN TATA PEMERINTAHAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KESINERGIAN DAN FOKUS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH BERKELANJUTAN
ASPEK UTAMA (HEKSAGONAL)
ASPEK UTAMA (HEKSAGONAL)
PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL)*
13
Investor Luar Pelaku usaha baru
Pelaku usaha lokal
Kelompok Sasaran
• Investor luar:
– Peraturan tentang kemudahan investasi, informasi
prospek bisnis, kapasitas berusaha dan hukum,
keamanan, kampanye peluang usaha, pusat pelayanan
investasi & konsultasi
• Pelaku Usaha Lokal:
– Fasilitasi permodalan, promosi produk UKM utk perluas
pasar, peningkatan teknologi, manajemen dan
kelembagaan usaha lokal
• Pelaku Usaha Baru:
– Fasilitasi pelatihan kewirausahaan, pendampingan dan
monitoring, insentif, kecepatan pengurusan ijin
15 Faktor Lokasi intangible Individual Faktor Lokasi Tangible
Faktor Lokasi
Faktor Lokasi intangible Pelaku UsahaFAKTOR LOKASI
• Faktor lokasi tangible:
– Kondisi jaringan jalan, akses ke pelabuhan laut dan udara, sarana transportasi, infrstruktur komunikasi, infrastruktur energi, upah, tenaga kerja trampil, tenaga kerja terdidik, Lembaga Keuangan lokal, kredit
• Faktor lokasi intangible untuk dunia usaha:
– Peran & kebijakan pemda, citra, rantai industri, peluang kerjasama, lembaga penelitian, pelayanan perijinan terpadu satu atap, peluang bekerja TK lokal vs pendatang.
• Faktor lokasi intangible untuk individual:
– Kualitas: pemukiman, lingkungan, fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum.
17 Perluasan Ekonomi Pembangunan Wilayah Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan Komunitas
KESINERGIAN DAN
FOKUS KEBIJAKAN
Kesinergian dan Fokus Kebijakan
• Perluasan Ekonomi:
– Kebijakan: investasi, promosi daerah, persaingan usaha,
pemberdayaan UKM, peningkatan peran Perusahaan Daerah, pengembangan jaringan usaha, informasi bursa tenaga kerja, pengembangan keahlian/ketrampilan.
• Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan
Komunitas:
– Kebijakan: pemberdayaan masyarakat berbasis kemitraan dgn dunia usaha (CSR), pengurangan kemiskinan secara partisipatif.
• Pembangunan Wilayah:
– Kebijakan: kawasan industri, pusat pertumbuhan di perdesaan & perkotaan, perbaikan lingkungan permukiman, kerjasama antar
daerah, tata ruang PEL, jaringan usaha antar sentra, sistem industri berkelanjutan (keterkaitan bahan baku, produksi, pengolahan).
19
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Ekonomi
Pembangunan Berkelanjutaan
• Ekonomi:
– Pengembangan Industri pendukung, jml perusahaan
dengan Business Plan, jml perusahaan yg lakukan
inovasi pengembangan produk & pasar.
• Sosial:
– Kontribusi PEL terhadap kesejahteraan masyarakat
lokal, PEL dan adat/kelembagaan lokal.
• Lingkungan:
– Penerapan amdal, pengelolaan & daur ulang limbah,
kebijakan konservasi Sumber Daya Alam.
21
TATA KEPEMERINTAHAN
Kemitraan Pemerintah dan Dunia Usaha
Reformasi Sektor Publik
Pengembangan Organisasi
Tata Kepemerintahaan
• Kemitraan Pemerintah dan Dunia Usaha:
– Kemitraan: infrastruktur, promosi dan perdagangan,
pembiayaan usaha.
• Reformasi Sektor Publik:
– Reformasi sistem insentif aparat Pemda, restrukturisasi
organisasi pemerintahan, dan prosedur pelayanan
publik.
• Pengembangan Organisasi:
– Asosiasi industri: status, peran, dan manfaat bagi
anggota.
23
PROSES MANAJEMEN
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif Perencanaan dan Implementasi Partisipatif Diagnosis PartisipatifProses Manajemen
• Diagnosa secara partisipatif:
– Analisis dan Pemetaan potensi ekonomi, pemetaan daya saing
wilayah, pemetaan kondisi politis lokal, serta identifikasi stakeholder
• Perencanaan dan Implementasi secara partisipatif:
– Penggunaan hasil diagnosis utk perencanaan, jumlah stakeholders dlm proses perencanaan, sinkronisasi (sektoral dan spasial) dlm perencanaan PEL, kesesuaian implementasi dgn perencanaan
• Monev secara partisipatif:
– Keterlibatan stakeholders dlm penyusunan indikator dan proses monev, frekuensi self evaluation dan diskusi pemecahan masalah, penggunaan hasil monev utk perbaikan perencanaan
25
BAGAIMANA PEL SELAMA INI?
• Bab Pembangunan Perdesaan – sbg program pokok
Tujuan: (a) Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah usaha ekonomi, (b) mendorong penciptaan lapangan kerja berkualitas di perdesaan terutama di sektor non-pertanian; dan (c) meningkatkan keterkaitan antar sektor.
• Bab Revitalisasi Pertanian – sebagai program penunjang
• Belum ada konsep yang utuh & jelas ttg PEL (berdasarkan kerangka teori yg
jelas)
perbedaan pemahaman/persepsi
• Kurang melibatkan peranserta masyarakat & dunia usaha sbg stakeholders
kunci
• ketergantungan thd Pusat tinggi
KENDALA
asas kepemerintahan (desentralisasi,
dekonsentrasi, TP)
• Kemampuan keuangan negara/daerah terbatas
• PEL = urusan pilihan daerah wajib
Perlu pemikiran kreatif & inovatif (“entrepreneurial governance”)
manajerial SDM Daerah
“bermasalah” dibidang PD & RD
perencanaan pembangunan daerah.
27
Merubah pola pikir, pendekatan & orientasi:
• Top-down, sentralistik • Proyek Pusat
• Pemahaman yg benar tentang Peran Pem & Pembagian Kewenangan (Desentralisasi & Otda)
Meningkatkan koordinasi lintas sektor & sinkronisasi Pusat-Daerah
• Menko Perekonomian juga perlu koordinasikan Pemda, selain K/L • Perlu lembaga/fungsi ”Menko Perekonomian” di daerah
• Perlu memperkuat peran Pemerintah Provinsi • DPOD perlu diperkuat kedudukan & perannya
• Perlu peningkatan peran Asosiasi-asosiasi pemerintahan daerah
Merumuskan ”strategi nasional PEL/D” yg didukung oleh:
• Sistem basis data & informasi termasuk ttg ”best practices” PEL Knowledge Mngt
• sistem pengukuran kinerja PEL/D termasuk indikator kinerja (indeks?)/tolok ukur keberhasilan PEL/D.
• Sistem insentif berbasis kinerja bagi Pemda • LRED Support Facility
• Meningkatkan kapasitas daerah (CD) di bidang: (a) analisis & perencanaan pemb. ekonomi daerah, (b) pengelolaan keuangan daerah terutama agar dpt mengelola
belanja (expenditure) publik dgn efektif & efisien, (c) pengelolaan kerjasama antar
daerah & antara daerah dgn pihak ketiga dan LN.
T
PELAKU PEMBANGUNAN &
PERAN PEMERINTAH
merupakan sumber
pembiayaan utama
pembangunan, namun
peran pemerintah tetap
penting
menciptakan rambu-rambu (aturan main) yang adil
serta insentif & kemudahan bagi dunia usaha/investasi.
layanan publik: a.l.
penyediaan infrastruktur dasar (jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/ puskesmas), pelayanan umum termasuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(OSS-Permendagri 24/2006), Dasar Umum berdasarkan SPM a.l. one-stop service (OSS) Pemerintah Pusat Pemerintahan Provinsi Pemerintahan Kabupaten/Kota Pemerintahan Kecamatan, Pem.Desa
Masyarakat Perg uruan T ing gi Dunia Usaha Ekonomi UMKM Koperasi BUMD Organisasi Masyarakat Kerangka Regulasi & Kebijakan Kerangka Investasi dan Layanan Publik
Perekonomian Daerah Maju & Berkembang:
PENTINGNYA INFORMASI
• Ketidaksempurnaan informasi
kemampuan alamiah institusi dan organisasi untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
• Iklim persaingan yang sehat + informasi
organisasi secara rutin melakukan investasi di bidang
IPTEK dan pengembangan SDM.
• Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan SDM
memperluas persepsi tentang kesempatan usaha dan
pilihan-pilihan yang tersedia
arah yang lebih baik (Lihat Gambar 1).
• Pemerintah dapat berperan dalam mengatasi
kegagalan pasar (market failure). Namun perlu hati-hati
karena imperfect information di pihak Pemerintah dapat
sebabkan kegagalan pemerintah (government failure)
dalam upayanya untuk mengatasi kegagalan pasar
(Stiglitz).
Gambar 1. Institusi, Teknologi, dan Anggaran (budget)
membatasi ketersediaan pilihan bagi masyarakat, yang
pada
akhirnya menentukan kinerja ekonomi (North, 1994)
Informasi Informasi In forma si PILIHAN Individu/ Organisasi Institusi IPT E K Bu d get
PERAN PEMERINTAH DLM CIPTAKAN
IKLIM USAHA YG KONDUSIF
• Agar perekonomian dapat tumbuh dengan baik diperlukan
adanya:
– perangkat institusi dan organisasi yang lengkap dan efektif,
– kapasitas untuk melakukan penyesuaian institusi dan
organisasi.
• Informasi berpengaruh penting, tetapi umumnya imperfect.
• Peran Pemerintah dlm atasi imperfect information (i.e.,
revitalisasi pasar): fokus pada penciptaan iklim usaha yang
kondusif:
– Penyebarluasan informasi
dan akses kepada sumberdaya produktif;
– Penciptaan standard
– Penciptaan sistem insentif (”stick and carrot”);
– Penegakkan hukum
atas pelaksanaan kontrak perjanjian, perlindungan thd HAKI,
perlindungan dari praktek penipuan, dll. a.l. melalui lembaga
peradilan.
CONTOH PERAN PEMDA DALAM
MENDORONG PEREKONOMIAN DAERAH
Pasal 176 UU 32/2004: Pemberian insentif dan kemudahan investasi
“Pemerintah daerah dalam meningkatkan perekonomian daerah dapat memberikan insentif dan/atau kemudahan kepada masyarakat dan/atau investor yang diatur dalam Perda dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan”
Penjelasan Pasal 176 UU 32/2004:
“Yang dimaksud insentif dan/atau kemudahan dalam ayat ini adalah pemberian dari
Pemerintah Daerah antara lain dalam bentuk penyediaan sarana, prasarana, dana
stimulan, pemberian modal usaha, pemberian bantuan teknis, keringanan biaya dan percepatan pemberian ijin”
anggaran yang terbatas untuk
menciptakan iklim yang kondusif dan memfasilitasi dunia
usahanya, maka:
• Resiko bisnis/investasi akan
berkurang
• Penyaluran kredit Perbankan
(terutama kredit investasi)
meningkat
• Dana Pemda di Perbankan yg
dibelikan SBI berkurang
• Sektor riil bergerak
kerja bertambah berkurang
• Pajak meningkat
• PDRB meningkat
• Artinya, perekonomian daerah
33
UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS
DAERAH DLM PERENCANAAN PEL/D
Tahapan Revitalisasi PEL
1. Pengembangan dan Penguatan
Kemitraan Strategis PEL.
2. Kajian Cepat Status PEL.
3. Penyusunan Rencana dan Anggaran.
4. Pelaksanaan.
Pengembangan dan Penguatan Kemitraan Pengumpulan Data Analisis Data Pemetaan Status PEL Penetapan Faktor Pengungkit PEL Identifikasi Stakeholder Penyusunan Rencana Tindak dan Pembiayaan Penyusunan Rencana Bisnis Pelaksanaan PEL TAHAP I TAHAP II TAHAP III TAHAP IV RPJMD Adopsi dalam Dokumen Rencana Daerah RKPD APBD