• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3 URAIAN MATERI III : KARAKTERISTIK MATERIAL BETON PERKERASAN KAKU ( RIGIT PAVEMENT) JALAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4.3 URAIAN MATERI III : KARAKTERISTIK MATERIAL BETON PERKERASAN KAKU ( RIGIT PAVEMENT) JALAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

4.3 URAIAN MATERI III : KARAKTERISTIK MATERIAL BETON PERKERASAN KAKU ( RIGIT PAVEMENT) JALAN

Beton adalah suatu komposit dari beberapa material semen, agregat kasar dan halus dari bahan batu-batuan alam dan buatan yang ditambahkan aie sebagai agar dapat mengikat menjadi mortal basah. Beton yang dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan pasta semen. ( Gideon Kusuma, hal 143). Beberapa sifat beton yang timbul jika telah mengeras antara lain :

a. Getas, artinya mudah retak atau patah disatu penampang dan bersifat liat.

b. Mengalami penyusutan yang cukup besar jika saat pelaksanaan cuaca udara kering c. Sehingga terjadi kecenderung cacat seperti retak-retak halus pada permukaan yang

berhubungan dengan cuaca kering.

d. Hasil yang didapat dipengaruhi oleh kemampuan saat pelaksanaan beton . Kelebihan atau keuntungan beton antara lain :

a. Mempunyai kekuatan tekan yang relatif tinggi

b. Beton segar mudah diangkut dalam proses pembuatan dan pelaksanaan c. Dapat dialirkan melalui pemompakan ke tempat-tempat yang dikerjakant d. Tahan keausan akibat gesekan

Kekurangan atau kejelekan dari beton antara lain : a. Mempunyai kuat tarik yang rendah (mudah retak). b. Beton segar akan mengerut saat pengeringan berlebihan.

c. Beton segar akan mengembang dan menyusut ketika terjadi perubahan suhu.

4.3.1 Karakteristik Beton a) Sifat-sifat Beton basah

Selama proses pelaksanaan beton basah akan ditentukan oleh antara lain : 1) Stabilitas/kekentalan

Kekentalan campuran yang tidak mengalami pemisahan atau segregasi selama proses pengangkutan dan pemadatan, biasanya ditentukan oleh nilai slump test campuran.

2) Mobilitas

Kemudahan bergerak suatu campuran beton mengalir ke dalam cetakan, serta sampai penuh.

(2)

3) Kompaktibilitas menunjukkan mudah atau tidaknya campuran beton dipadatkan saat campuran beton muda dimasukkan dalam cetakan dengan cara proses mengeluarkan udara yang terkandung.

b) Faktor yang mempengaruhi kekuatan beton

Kekuatan beton yang mempengaruhi antara lain : 1) Kekuatan tekan beton

Kekuatan tekan beton adalah kemampuan tekan maksimum yang dapat dipikul oleh beton. Kekuatan beton akan mencapi tinggi jika material yang digunakan mutunya bagus, perbandingan bahan campuran dan cara pemadatan serta peralatan yang baik, serta perawatan

2) Kekuatan tarik beton

Kekuatan tarik beton sangat penting dalam perencanaan jalan raya. Komponen beton disyaratkan untuk menahan tegangan tarik yang ditimbulkan perlawanan beban bagian bawah terhadap konstruksi plat.

4.3.2 Pemasangan Tulangan

Pemasangan penulangan besi pada lapisan perkerasan beton dilakukan antara lain berguna:

a) Membatasi lebar retakan, agar kekuatan pelat tetap dapat dipertahankan.

b) Memungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat mengurangi jumlah sambungan melintang sehingga dapat meningkakan kenyamanan.

c) Mengurangi biaya pemeliharaan akibat keretakan, jumlah tulangan yang diperlukan dipengaruhi posisi jarak sambungan susut, sedangkan pada posisi beton bertulang menerus, diperlukan jumlah tulangan yang sesuai (As min) mengurangi sambungan susut.

1) Pemasangan penulangan perkerasan kaku

Menurut pedoman dalam NAASRA (National Association of Austalian State Road Authorities) ada jenis perkerasan kaku, yaitu :

a). Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan (jointed plain concrete pavement). Pada perkerasan betonn semen bersambung tanpa tulangan, kemungkinan pemasangan penulangan diperlukan guna mengendalikan retak. Bagian-bagian pelat yang diperkirakan akan mengalami retak akibat konsentrasi

(3)

tegangan yang tidak dapat dihindari dengan pengaturan pola sambungan, maka pelat harus diberi tulangan.

Penerapan tulangan umumnya dilaksanakan pada: a. Pelat dengan bentuk tak lazim (odd-shaped slabs).

Pelat tersebut tidak lazim bila perbandingan antara panjang dengan lebar lebih besar dari 1,25 atau bila pola sambungan pada pelat tidak benar-benar berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang.

b. Pelat dengan sambungan tak sejalur (mismatched joints).

c. Pelat berlubang karena ada saluran pemisah (pits or structures).

Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan (jointed reinforced concrete pavement).Luas penampang tulangan dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Dengan ketentuan:

As : luas penampang tulangan baja (mm²/m lebar pelat)

Fs : kuat tarik ijin tulangan (Mpa). Biasanya 0,6 kali tegangan leleh. g : gravitasi (m/detik²)

h : tebal pelat beton (m)

L : jarak antara sambungan yang tidak diikat dan/atau tepi bebas pelat (m) M : berat satuan per volume pelat (kg/m³)

μ : koefisien gesek antara pelat beton dan pondasi bawah sebagaimana pada tabel.

b). Perkerasan beton menerus dengan tulangan (continuosly reinforced concrete pavement).

Pemakaian penulangan memanjang , pemakaian tulangan memanjang yang dibutuhkan pada perkerasan beton semen bertulang menerus dengan tulangan dihitung dari persamaan berikut:

(4)

Ps : presentase luas tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap luas penampang beton (%)

fct : kuat tarik langsung beton = (0,4 – 0,5 fcf) (kg/cm²) fy : tegangan leleh rencana baja (kg/cm²)

n : angka ekivalensi antara baja dan beton (Es/Ec), dapat dilihat pada tabel 2. μ : koefisien gesekan antara pelat beton dengan jenis lapisan pondasi.

Es : modulus elastisitas baja = 2,1 x (kg/cm²)

Ec : modulus elastisitas beton = 1485 akar f‟c (kg/cm²)

Hubungan kuat tekan beton dengan baja memperoleh angka ekivalen seperti pada table 4.3

Tabel 4. 1 Hubungan Kuat Tekan Beton Angka Dan Baja Memperoleh Ekivalensi (N)

f’c kekuatan beton N

175-225 10

235-285 8

20-k3 atas 6

Persentase minimum dari tulangan memanjang pada perkerasan beton menerus adalah 0,6% luas penampang beton. Jumlah optimum tulangan memanjang perlu dipasang agar jarak dan lebar retakan dapat dikendalikan. Secara teoritis jarak antara retakan pada perkerasan beton menerus dengan tulangan dihitung menggunakan persamaan berikut.

Dengan ketentuan:

Lcr : jarak teoritis antara retakan (cm)

P : perbandingan luas tulangan memanjang dengan luas penampang beton U : perbandingan keliling terhadap luas tulangan = 4/d

Fb : tegangan lekat antara tulangan dengan beton = (1,97 akar f‟c)/d. (kg/cm²) : koefisien susut beton = 400.

Fct : kuat tarik langsung beton = (0,4 – 0,5 fcf) (kg/cm²) n : angka eivalensi antara baja dan beton = (Es/Ec) Es : modulus elastisitas baja = 2,1 x (kg/cm²)

(5)

Ec : modulus elastisitas beton = 1485 akar f‟c (kg/cm²)

Untuk menjamin agar tidak diperoleh retakan-retakan yang halus dan jarak antara tulangan yang optimum, maka diperlukan:

a. Persentase tulangan dan perbandingan antara keliling dan luas tulangan harus besar.

b. Perlu menggunakan tulangan ulir (deformed bars) untuk memperoleh tegangan lekat yang lebih tinggi.

c. Jarak retakan teoritis yang dihitung dengan persamaan di atas harus memberikan hasil antara 100 dan 250 cm.

d. Jarak antara tulangan 100 mm-225 mm. Diameter batang tulangan memanjang berkisar antara 12 mm dan 20 mm.

c). Penulangan melintang

Pemakaian Luas tulangan melintang (As) yang diperlukan pada perkerasan beton menerus dengan tulangan dihitung menggunakan persamaan seperti penulangan memanjang. Tulangan melintang dapat direkomendasikan sebagai berikut.

a) Diameter batang ulir lebih kecil dari 12 mm b) Jarak maksimum tulangan sumbu ke sumbu 75 cm

d). Penempatan tulangan

Penulangan melintang pada perkerasan beton semen harus ditempatkan pada ketinggian atau kedalaman lebih besar dari 65 mm dari permukaan untu tebal pelat < atau sama dengan 20 cm dan maksimum sampai sepertiga tebal pelat untuk tebal pelat > 20 cm. Tulangan arah memanjang dipasang di atas tulangan arah melintang.

a) Perkerasan beton semen dengan tulangan serat baja (fiber reinforced concrete pavement).

(6)

Gambar 4. 1 Macam-Macam Perkerasan Beton Semen.

4.3.2 Kekuatan Beton Semen

Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (Flexural, strenght) umur 28 hari, yang didapat dari hasil penhujian balok pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya mencapai tipikal sekitar 3-5 Mpa (30-50 kg/cm²)

Kuat tarik lentur beton, harus mencapai kuat tarik lentur 5 - 5,5 Mpa (50 - 55 kg/cm²). Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 Mpa (25 kg/cm²) terdekat.

Hubungan antara kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik lentur beton dapat didekati dengan rumus berikut:

Fcf = K (fc’) dalam Mpa atau Fcf = 3,13 K (fc’) dalam kg/cm Dengan pengertian:

Fcf‟ : kuat tekan beton karakteristik 28 hari (kg/cm²) Fcf : kuat tarik lentur beton 28 hari kg/cm²)

K : konstanta, 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75 untuk agregat pecah.

Kuat tarik lentur dapat juga ditentukan dari hasil uji kuat tarik belah beton yang dilakukan menurut SNI 03-2491-1991:

(7)

Fcf = 13,44 dalam kg/cm²

Dengan pengertian bahwa bahan beton : Fcs : kuat tarik belah beton 28 hari.

Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel-fibre) untuk meningkatkan kuat tarik lenturnya dan mengendalikan retak pada pelat khususnya untuk bentuk tidak lazim. Serat baja dapat digunakan pada campuran beton, untuk jalan plazza tol, putaran dan perhentian bus. Panjang serat baja antara 15 mm dan 50 mm yang bagian ujungnya melebar sebagai angker dan/atau sekrup penguat untuk meningkatkan ikatan. Secara tipikal serat dengan panjang antara 15 dan 50 mm dapat ditambahkan ke dalam adukan beton, masing-masing sebanyak 75 dan 45 kg/cm³.Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton harus dipilih dan sesuai dengan lingkungan dimana perkerasan akan dilaksanakan.

4.3.3 Penulangan dan Susunan Perkerasan Kaku

Faktor lain yang mempengaruhi susunan perkerasan kaku pada saat proses perkerasan beton semen, pemasangan jenis tulangan, yaitu tulangan yang dipasangkan pada ketinggian pelat beton untuk memperkuat posisi pelat beton tersebut dan tulangan sambungan antara lapisan perkerasan.

untuk menyambung kembali bagian – bagian pelat beton yang telah diputus. Jenis dari tulangan tersebut memiliki bentuk, lokasi serta fungsi yang berbeda satu sama lain. tulangan tersebut terdiri dari :

a) Jenis Tulangan Pelat

Tulangan pelat pada perkerasan beton semen mempunyai bentuk, lokasi dan fungsi yang berbeda dengan tulangan pelat pada konstruksi beton yang lain seperti gedung, balok dan sebagainya. Tebal pelat taksiran dipilih dan nilai total fatik pembebanan serta kerusakan erosi dihitung berdasarkan komposisi lalu lintas selama umur encana. Jika kerusakan fatik atau erosi lebih dari 100%, tebal plat beton taksiran dinaikkan dan proses perencanaan diulangi.

Tebal rencana dari beton taksiran yang paling kecil yang mempunyai total akibat fatik dan atau total kerusakan erosi lebih kecil atau sama dengan 100%. Adapun karakteristik dari tulangan pelat pada perkerasan beton semen.

(8)

b) Bentuk Tulangan pada umumnya berupa Lembaran .

Pada pelaksanaan di lapangan tulangan yang berbentuk lembaran lebih baik daripada tulangan yang berbentuk gulungan. Kedua bentuk tulangan ini dibuat oleh pabrik. Pemasangan tulangan pelat beton terletak ¼ tebal pelat di sebelah atas. Fungsi dari tulangan beton ini yaitu untuk “memegang beton” agar tidak retak (retak beton tidak terbuka), bukan untuk menahan momen ataupun gaya lintang. Oleh karena itu tulangan pelat beton tidak mengurangi tebal perkerasan beton semen.

4.3.4 Tegangan Yang Timbul Pada Pelat Beton Perkerasan Kaku.

Tegangan yang timbul akibat proses pembebanan pada lapisan perkersan kaku

a) Tegangan akibat pembebanan oleh roda (lali lintas): dapat menimbulkan pada permukaan beton terjadi pembebanan ujung, pembebanan pinggirdan,pembebanan tengah

b) Tegangan akibat perubahan temperatur dan kadar air pada lapisan dibawah perkerasan menimbulkan Tegangan ini mengakibatkan pengembangan pada plat, penyusutan plat dan lipatan pada plat

c) Tegangan akibat perubahan volume lapisan pondasi mengakibatkan frost action.

Pada diagram alur dibawah ini mengambarkan proses alur kerja rancangan tebal pekerasan pada jenis pekerasan kaku, sebagai penuntun agar memperoleh hasil analisis dan pekerjaan yang sesuai dengan standart yang disesuaikan dengan peratran dan ketentuan yang berlaku dalam mendesain perkerasan kaku.

Langkah langkah rancangan tebal pelat ditunjukkan pada diagram alur dibawah ini, yang utama dari perencanaan adalah data data tanah dan kondisi lapisan tanah disepanjang jalan, jumlah kendaraan jenis angkutan berat atau niaga yang dijadikan dalam pedoman pembebanan

Langkah dan prosedur menentukan menghitung tebal rencana perkerasan beton bentuk plat

(9)

Gambar 4. 2 Diagram Alur Sistem Rancangan Perkerasan Beton Semen

Langkah sederhana dapat disajikan dalam bentuk uraian tahapan dari langkah no 1 beserta uraian yang dipersiapkan dan direncanakan agar tidak mengalami kesalahan dalam melakukan analisis pada langkah prosedur sesuai table 4

(10)

Tabel 4. 2 Langkah- Langkah Rancangan Tebal Perkerasan Beton Semen

4.3.5 Posisi Tulangan Sambungan

Posisi penempatan tulangan pada plat beton ada dua macam yaitu tulangan sambungan arah melintang dan arah memanjang perkerasan beton. Sambungan melintang merupakan sambungan berguna untuk mengakomodir kembang susut ke arah memanjang pelat. Sedangkan tulangan sambungan memanjang merupakan sambungan untuk mengakomodir gerakan lenting pelat beton pada arah pendek melintang. Jenis sambungan dapat disajikan pada gambar 9

(11)

Gambar 4. 3Sambungan Pada Konstruksi Perkerasan Kaku

Ciri dan fungsi dari masing – masing penempatan tulangan sambungan antara lain, sebagai berikut :

1) Tulangan melintang antara lain:

- Tulangan sambungan melintang disebut juga dowel

- Berfungsi sebagai „sliding device‟ dan „load transfer device’. - Berbentuk polos, bekas potongan rapi dan berukuran besar.

- Satu sisi dari tulangan melekat pada pelat beton, sedangkan satu sisi yang lain tidak lekat pada pelat beton

- Lokasi di tengah tebal pelat dan sejajar dengan sumbu jalan. 2) Tulangan memanjang, antar lain:

- Tulangan sambungan memanjang disebut juga Tie Bar. - Berfungsi sebagai unsliding devices dan rotation devices. - Berbentuk deformed / ulir dan berbentuk kecil.

- Lekat di kedua sisi pelat beton.

- Lokasi di tengah tebal pelat beton dan tegak lurus sumbu jalan.

- perolehan Luas tulangan memanjang dihitung dengan rumus seperti pada tulangan melintang.

4.3.6 Model Sambungan perkerasan kaku

Fungsi dari sambungan pada perkerasan atau joint pavement antara lain mengendalikan atau mengarahkan retak pelat beton akibat shrinkage (susut) maupun wrapping (lenting) agar teratur baik bentuk maupun lokasinya sesuai yang kita kehendaki (sesuai desain). Dengan terkontrolnya retak tersebut, mka retak akan tepat

(12)

terjadi pada lokasi yang teratur dimana pada lokasi tersebut telah dipasang tulangan sambungan.

Sambungan pada perkerasan beton semen digunakan antara lain, untuk:

1) Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh penyusutan, pengaruh lenting serta bahan lalu lintas

2) Memudahkan pelaksanaan

3) Mengakomodasi gerakan pelat akibat perubahan volume lapisan pondasi.

Pada perkerasan kaku (beton semen) terdapat beberapa jens sambungan antara lain : 1) Sambungan melintang 2) Sambungan memanjang 3) Sambungan isolasi

a) Persyaratan Sambungan Melintang

Pada sambungan melintang terdapat 2 jenis sambungan yaitu: 1) sambungan susut, sambungan susut diadakan dengan cara memasangbekisting melintang dan posisi dowel dipasangkan antara pelat pengecoran yang akan dilaksanakan pengecoran dan lapisan pengecoran berikutnya. 2) Sedangkan sambungan lenting diadakan dengan cara memasang bekisting memanjang dan tie bar pada sisi tengah penampang.

Pada setiap celah sambungan harus diisi dengan joint sealent dari bahan bitumen khusus yang bersifat thermoplastic antara lain rubber aspalt, coal tars ataupun rubber tars. Sebelum joint sealent dicor/dituang, maka celah harus dibersihkan terlebih dahulu dari segala kotoran.

Sambungan melintang dengan batang pengikat (tie bars)Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang antara pelat perkerasan sekitar 3 – 4 m. Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU- 24 dan berdiamater 16 mm.

Ukuran batang pengikat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: At = 204 x b x h dan

l = (38,3 x Ɵ) + 75 Dengan notasi:

At : Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan (mm²).

b : jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan tepi perkerasan (m) h : tebal pelat (m)

(13)

l : panjang batang pengikat (mm)

Ɵ: diameter batang pengikat yang dipilih (mm)

Jarak batang pengikat yang digunakan antara berjarak 75 cm.

Tipikal sambungan memanjang dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4. 4 Tipikal Sambungan Melintang Dan Memanjang.

b) Persyaratan Sambungan Memanjang

Pelaksanan sambungan memanjang umunya dilakukan dengan cara teknik penguncian. Bentuk dan ukuran penguncian dapat berbentuk trapesium atau setengah lingkaran sebagaimana pada gambar 11 berikut.

Gambar 4. 5 Ukuran Standar Penguncian Sambungan Memanjang Dan Melintang.

Sebelum penghamparan campuran untuk pelat beton di sisi sebelahnya, maka permukaan sambungan harus dilapisi, permukaan pelaksanaan harus dicat dengan aspal atau kapur tembok untuk mencegah terjadinya ikatan beton lama dengan yang baru agar tidak menyatu dan ada kelonggaran atau bagian ujung tulangan diberi penutup berongga tidak lekat.

(14)

c) Sambungan susut memanjang

Sambungan susut memanjang dapat dilakukan dengan model cara yaitu : 1) dilakukan dengan alat menggergaji atau membentuk pada permukaan bidang atas beton, saat masih plastis dengan kedalaman sepertiga dari tebal pelat.

d) Sambungan susut dan sambungan pelaksanaan melintang

Ujung sambungan ini harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang jalan dan tepi perkerasan. Untuk mengurangi beban dinamis, sambungan melintang harus dipasang dengan kemiringan 1:10 searah perputaran jarum jam.

e) Sambungan susut melintang

Dilakukan melalui membuat bentuk alur dummy yang berfungsi untuk memotong panjang perkerasan beton yang dapat memudakan susut, melalui membuat alur dengan kedalaman sambungan kurang lebih mencapai seperempat dari tebal pelat untuk perkerasan dengan lapis pindasi berbutir atau sepertiga dari tebal pelat untuk lapis pondasi diberi stabilisasi semen seperti gambar 4.24

(15)

Gambar 4. 7 Sambungan Susut Melintang Dengan Uji

Jarak sambungan tulangan susut melintang untuk perkerasan beton bersambung tanpa tulangan sekitar 4 – 5 m, sedangkan untuk perkerasan beton bersambung dengan tulangan 8 – 15 m dan untuk sambungan perkerasan beton menerus dengan tulangan sesuai dengan kemampuan hasil perencanaan dan syarat pelaksanaan.

Sambungan ini harus dilengkapi dengan ruji polos panjang 45 cm, jarak antara ruji berkisar antara 30 cm, lurus dan bebas dari tonjolan tajam akan mempengaruhi gerakan bebas pada saat pelat beton menyusut.

Setengah panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan bahan anti lengket untuk menjamin tidak ada ikatan dengan beton. Diameter ruji tergantung pada tebal pelat beton pada tabel 4 berikut.

Tabel 4. 3 Spesifikasi Diameter Tulangan

Sumber : SNI

f) Sambungan pelaksanaan melintang

Sambungan tulangan pada pelaksanaan melintang perkerasan yang tidak direncanakan (darurat) harus menggunakan batang pengikat berulir, sedangkan pada sambungan yang direncanakan sesuai analisis harus menggunakan batang bisa tulangan polos yang diletakkan di tengah tebal pelat. Tipikal sambungan

(16)

pelaksanaan melintang pada gambar 14 dan 15

Gambar 4. 8 Tipical Sambungan Pelaksanaan Yang Direncanakan dan yang Tidak Direncanakan Untuk Pengecoran Per Lajur Perkerasan

Gambar 4. 9 Type Sambungan Pelaksanaan Yang Direncanakan dan yang Tidak Direncanakan Untuk Pengecoran Seluruh Lebar Perkerasan

Pelaksanaan sambungan harus dilengkapi dengan batang pengikat besi berdiameter 16 mm, panjang 69 cm, dan jarak tulangan antara 60 cm, untuk ketebalan pelat beton sampai 17 cm. Untuk ketebalan lebih dari 17 cm, ukuran batang pengikat berdiamter 20 mm, panjang 84 cm, dan jarak antara 60 cm.

g) Sambungan isolasi

Sambungan isolasi ditempatkan pada posisi memisahkan perkerasan dengan bangunan yang lain, misalnya manchole, jembatan, tiang listrik, jalan lama, persimpangan, dan lain sebagainya. Contoh typikal persimpangan yang membutuhkan sambungan isolasi seperti ditunjukkan pada gambar 4.28

(17)

Gambar 4. 10 Contoh Persimpangan Yang Membutuhkan Sambungan Isolasi.

Sambungan isolasi harus dilengkapi dengan bahan penutup (joint sealer) setebal 5- 7 mm dan sisanya diisi dengan bahan pengisi (joint filter) sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.29.

Gambar 4. 11 Sambungan Isolasi

Peruntukan sambungan isolasi yang digunakan pada bangunan, seperti jembatan perlu pemasangan ruji sebagai transfer beban. Pada ujung ruji harus dipasang pelindung muai gar ruji dapat bergerak bebas. Pelindung muai harus cukup panjang

(18)

posisinya sehingga menutup ruji sambungan isolasi ditambah rongga 6 mm seperti diperlihatkan pada gambar18 . ukuran ruji dapat dilihat pada table gambar 4.30.

Gambar 4. 12 Sambungan Isolasi Dengan Ruji Dan Diameter Ukuran Ruji

Sambungan isolasi pada persimpangan dan ram tidak perlu diberi ruji tetapi diberikan penebalan tepi pada plat beton untuk mereduksi tegangan. Setiap tepi sambungan ditebalkan penambahan dari tebal plat tengah beton 20% dari tebal perkerasan sepanjang 1,5 meter seperti diperlihatkan. Sambungan isolasi pada persimpangan dan ram tidak perlu diberi ruji tetapi diberikan penebalan tepi untuk mereduksi tegangan. Setiap tepi sambungan ditebalkan 20% dari tebal perkerasan sepanjang 1,5 meter seperti diperlihatkan pada gambar 4.31.

(19)

Gambar 4. 13Sambungan Isolasi Dengan Penebalan Tepi

Sambungan isolasi yang digunakan pada lubang masuk ke saluran, manhole, tiang listrik, dan sambungan lain yang tidak memerlukan penebalan tepi dan ruji ditempatkan di sekeliling bangunan tersebut sebagaimana diperlihatkan pada gambar. 4.32

(20)

Gambar 4. 15 Tampak Atas Penempatan Sambungan Isolasi Pada Lubang Masuk Saluran

4.3.7 Pola Sambungan

Pola sambungan pada perkerasan beton semen harus mengikuti batasan-batasan sebagai berikut.

1) Hindari bentuk panel yang tidak teratur. Usahakan bentuk panel spersegi mungkin.

2) Jarak maksimum sambungan memanjang 3-4 meter.

3) Jarak maksimum sambungan melintang 25 kali tebal pelat, maksimum 5,0 meter.

4) Semua sambungan susut harus menerus sampai kerb dan mempunyai kedalaman seperempat dan sepertiga dari tebal perkerasan masing- masing untuk lapis pondasi berbutir dan lapis stabilisasi semen.

5) Antar sambungan harus bertemu pada satu tiitik untuk menghindri terjadinya retak refleksi pada lajur yang bersebelahan.

6) Sudut antar sambungan yang lebih kecil dari 60 derajat harus dihindari dengan mengatur 0,5 m panjang terakhir dibuat tegak lurus terhadap tepi perkerasan. 7) Apabila sambungan berada dalam area ,5 meter dengan manhole atau

bangunan yang lain, jarak sambungan harus diatur sedemikian rupa sehingga antara sambungan dengan manhole atau bangunan yang lain tersebut membentuk sudut tegak lurus. Hal tersebut berlaku untuk bangunan yang berbentuk bundar. Untuk bangunan berbentuk segiempat, sambungan harus berada pada sudutnya atau di antara dua sudut.

(21)

8) Semua bangunan lain seperti manhole harus dipisahkan dari perkerasan dengan smbungan muai selebar 12 mm yang meliputi keseluruhan tebal pelat. 9) Perkerasan yang berdekatan dengan bangunan lain atau manhole hars

ditebalkan 20% dari keetbalan normal dan berangsur-angsur berkurang sampai ketebalan normal sepanjang 1,5 meter seperti ditunjukkan pada gambar b. 10)Panel yang tidak persegi empat dan yang mengelilingi manhole harus diberi

tulangan berbentuk anyaman sebesar 0,15% terhadap penampang beton semen dan dipasang 5 cm di bawah permukaan atas. Tulangan harus dihentikan 7,5 cm dari sambungan.

Tipikal pola sambungan pada perkerasan kaku dapat ditunjukkan seperti gambar 4.34 dan 4.35

(22)

Gambar 4. 17 Detail Potongan Melintang Sambungan Perkerasan.

Keterangan:

A : sambungan isolasi

B : sambungan pelaksanaan melintang C : Sambungan susut memanjang D : sambungan susut melintang

E : sambungan susut melintang yang direncanakan

F : sambungan pelaksanaan melinttang yang tidak direncanakan

4.3.8 Perkerasan Beton Semen Untuk Kelandaian Jalan Yang Curam

Untuk jalan dengan kemiringan memanjang yang lebih besar dari 3%, perencanaan serta prosedur mengacu pada persyaratan umum perkerasan beton dan harus ditambah dengan angker panel (panel anchored) dan angker blok (anchor block). Jalan dengan kondisi ini harus dilengkapi dengan angker yang melintang untuk keseluruhan lebar pelat sebagaimana diuraikan pada tabel 4.6 dan gambar 4.36 .

Tabel 4. 4 Penggunaan Angker Panel Dan Angker Blok Pada Jalan Dengan Kemiringan Memanjang Yang Curam

Kemiringan (%) Angker Panel Angker Blok

3-6 Setiap panel ketiga Pada bagian awal kemiringan

6-10 Setiap panel kedua Pada bagian awal kemiringan

>10 Setiap panel Pada bagian awal kemiringan dan pada

(23)

Gambar 4. 18 Angker Panel (Kiri) Dan Angker Blok (Kanan)

4.3.9 Penutup Sambungan

Penutup sambungan dimaksudkan untuk mencegah masuknya air dan atau benda lain ke dalam sambungan perkerasan. Benda-benda lain yang masuk ke dalam sambungan dapat menyebabkan kerusakan berupa gompal dan atau pelat beton yang saling menekan ke atas (blow up).

4.3.10 Bound Breaker di Atas Subbase

Bound breaker adalah plastik tipis yang diletakan di atas subbase agar tidak terjadi bounding antara subbase dengan pelat beton di atasnya. Selain itu,permukaan subbase juga tidak boleh di - groove atau di - brush. Alur Permukaan atau Grooving/Brushing , agar permukaan tidak licin maka pada permukaan beton dibuat alur-alur disemprot curing compound, sebelum beton ditutupi wet burlap dan sebelum beton mengeras. Arah alur bisa memanjang ataupun melintang.

4.3.11 Perencanaan Lapis Tambah

Pelapisan tambahan pada perkerasan beton semen dibedakan atas: 1. Pelapisan tambahan perkerasan beton semen di atas perkerasan lentur 2. Pelapisan tambahan perkerasan beton semen di atas perkerasan beton semen 3. Pelapisan tambahan perkerasan lentur di atas perkerasan beton semen.

Gambar

Tabel 4. 1 Hubungan Kuat Tekan Beton Angka Dan Baja Memperoleh Ekivalensi  (N)
Gambar 4. 1 Macam-Macam Perkerasan Beton Semen.
Gambar 4. 2 Diagram Alur Sistem Rancangan Perkerasan Beton Semen
Tabel 4. 2 Langkah- Langkah Rancangan Tebal Perkerasan Beton Semen
+7

Referensi

Dokumen terkait