BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action reseach). Metode ini termasuk penelitian kualitatif yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif. Menurut Hopkins (1993: 44) mengemukakan bahwa penelitian ini merupakan suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Ebbutt (1985, dalam Hopkins, 1993) mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Sedangkan menurut Rochiati (2005: 13), Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana seorang guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah usaha dari pengajar,baik guru maupun dosen yang memberikan pembelajaran berdasarkan refleksi hasil
pengalaman mereka sendiri atau mencoba gagasan-gagasan baru dalam praktek pembelajaran untuk melihat pengaruhnya dari usahanya itu.
Kelebihan dari metode penelitian ini adalah
1. praktis : hasil penelitian tidak saja secara teoritik penting untuk mengembangkan ilmu yang bersangkutan dan meningkatkan praktek pembelajaran sebelum dan sesudah penelitian berlangsung.
2. partisipatif dan kolaboratif : peneliti bukan orang luar melainkan orang yang terlibat dalam pembelajaran dan memiliki andil dalam pengembangan pembelajaran dalam sebuah lembaga pendidikan. 3. emansipatoris : pendekatan tidak dilakukan dalam jalur hierarkis
melainkan dilaksanakan untuk semua partisipan dalam kedudukan yang setara.
4. interpretatif : tidak menuntut hasil pernyataan yang bersifat benar atau salah, melainkan solusi yang berdasarkan kepada pandangan dan penafsiran semua subjek yang terlibat dalam penelitian.
Sedangkan kekurangan metode penelitian ini adalah diperlukan waktu observasi dan wawancara yang lama.
Alur Penelitian
Menurut Kurt Lewin, alur dari penelitian ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
1. perencanaan
2. pelaksanaan tindakan 3. observasi (pengamatan) 4. refleksi
Pra Observasi
Sebelum melaksanakan pembelajaran, seorang pengajar yang akan mengimplementasikan multiple intelligences diharapkan untuk mengetahui kecerdasan majemuk yang ada pada diri pengajar tersebut, sehingga pengajar tersebut dapat mengoptimalkan kecerdasan majemuknya dalam praktek mengajar. Selain itu juga, pada tahap pra observasi ini, penulis juga akan mengambil data profil kecerdasan majemuk subjek penelitian.
Perencanaan tindakan
1. Pada rencana pembelajaran yang kedua ini, subjek diberikan keleluasaan untuk berekspresi dalam selembar kertas untuk menggambarkan apakah yang bisa dia berikan untuk Negaranya. Pada rencana pembelajaran ini lebih menekankan aspek kecerdasan logis.
Tujuan Pembelajaran : Dengan keterampilan mengarang mengarang
yang dimiliki mahasiswa mampu untuk menyampaikan ide dan pikirannya ke dalam bahasa Jepang tingkat mahir sesuai dengan materi yang di dapatkannya.
Tema : waga no kuni ni nani wo agerarenoka?
Kegiatan awal
Membuka pelajaran dan memotivasi mahasiswa bahwa dia memiliki kecerdasan dan keunikan masing-masing. Memperkenalkan konsep multiple intelligences.
Kegiatan inti
Seorang siswa diberikan kesempatan maju ke depan untuk membacakan falsafah hidup Deddy Mizwar (cerdas linguistic),
kemudian setiap mahasiswa diberi selembar keras, membuat kreasi khas sendiri sebagai implementasi dari kecerdasan untuk membuat sebuah karya. (cerdas visual, kinestetik, logis)
Menceritakan pengalamannya . (cerdas linguistic)
Mempersilahkan untuk menulis sesuai dengan kecerdasan majemuk yang dimiliki (sesuai dengan kecenderungan)
Kegiatan akhir
Menutup pelajaran
2. Pada rencana pembelajaran kedua ini, subjek diperkenalkan dengan pembelajaran sakubun yang berbeda dari sebelumnya. Yaitu membuat majalah yang didalamnya memuat karya-karya mereka sesuai dengan kecerdasan yang mereka miliki. Berikut adalah rencana pembelajaran tindakan pertama. Tema kali ini lebih ditekankan pada kecerdasan interpersonal
Tujuan Pembelajaran : Dengan keterampilan mengarang mengarang
yang dimiliki mahasiswa mampu untuk menyampaikan ide dan pikirannya ke dalam bahasa Jepang tingkat mahir sesuai dengan materi yang di dapatkannya.
Tema : Anata no chikaku ni aru koto
Kegiatan awal
Membuka pelajaran
Kegiatan inti
Membagi kelompok ke depan kelas dengan memilih warna kesukaan (cerdas visual, kinestetik)
Mempersilahkan untuk menulis sesuai dengan kecerdasan majemuk yang dimiliki (sesuai dengan kecenderungan)
Kegiatan akhir
Memberikan angket harian sebagai refleksi pembelajaran hari itu.
3. Pada kegiatan belajar kali ini, mahasiswa diberikan kesempatan untuk menuliskan harapannya, kemudian dimasukkan ke dalam time kapsul. Pembelajaran kali ini menitikberatkan pada latihan kecerdasan visual dan intrapersonal.
Tujuan Pembelajaran : Dengan keterampilan mengarang mengarang
yang dimiliki mahasiswa mampu untuk menyampaikan ide dan pikirannya ke dalam bahasa Jepang tingkat mahir sesuai dengan materi yang di dapatkannya.
Tema : 2013nen ni nani ni narunoka?
Kegiatan awal
Membuka pelajaran, menjelaskan fungsi time kapsul.
Kegiatan inti
Setiap mahasiswa diberikan kesempatan untuk menuliskan harapan-harapannya 5 tahun ke depan, kemudian memasukkannya ke dalam time kapsul. (cerdas logis, visual, kinestetis)
Menceritakan pengalamannya (cerdas linguistic)
Mempersilahkan untuk menulis sesuai dengan kecerdasan majemuk yang dimiliki (sesuai dengan kecenderungan)
Kegiatan akhir
B. Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian adalah mahasiswa tingkat III kelas B jurusan pendidikan bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia. Mahasiswa yang mengikuti kelas sakubun berjumlah 41 orang. Namun sampel yang diambil adalah mahasiswa yang hadir dari awal penelitian dan terus hadir sampai akhir penelitian. Sehingga, jumlah subjek penelitian berjumlah 8 orang. Data subjek penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1
Data Sampel Penelitian
No Nama Nim 1. Ape 054946 2. Hadi 055176 3. Dim 054619 4. Iru 054426 5. Nur 055158 6. Mei 054542 7. Tia 055107 8. Ria 050092
Alasan mengapa penulis memilih sampel dari mahasiswa tingkat III kelas B, adalah sebagai berikut:
1. mahasiswa tingkat III dianggap sudah memiliki kemampuan sakubun tingkat mahir sehingga sudah lancar dalam mengungkapkan kalimat dalam bahasa Jepang.
2. mahasiswa tingkat III kelas B memiliki antusiasme dan sangat membuka peluang untuk melakukan penelitian di kelas mereka. Dan atas kerja sama dosen mata kuliah, penulis dapat masuk ke kelas sakubun dan sangat menerima ide-ide pembelajaran yang baru dan konstruktif. Hal ini sejalan dengan pembelajaran multiple intelligences yang menawarkan teknik-teknik pembelajaran yang segar.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Pra observasi :
Wawancara praktisi ahli
Wawancara subjek penelitian
Memberikan Tes Multiple Intelligences untuk mengetahui kecenderungan dari kecerdasan yang dimiliki pembelajar.
2. Melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Dalam hal ini peneliti akan berusaha memberikan tindakan penerapan Multiple Intelligences kepada pembelajar. Tindakan akan dilakukan sebanyak dua kali dan di akhir pembelajaran, pembelajar akan di minta mengisi angket tentang pembelajarannya hari itu.
Sumber data yang menunjang dalam penelitian ini diantaranya adalah : 1. hasil tulisan berupa karangan pengalaman mahasiswa tingkat III kelas
B selama penelitian.
2. hasil karya cipta yang di kreasi selama penelitian berupa zasshi, dan karya untuk Negara, time capsul.
D. Teknik Pengolahan Data
1. Pengolahan data tes multiple intelligences.
Pengolahan data tes multiple intelligences diukur dengan centang kecerdasan. Centang ini diinterpretasikan berdasarkan kecenderungan subjek terhadap pernyataan-pernyataan yang disediakan. Setiap tipe kecerdasan terdapat delapan pernyataan. Setiap centang pernyataan di nilai satu poin. Semakin banyak poin dari setiap pernyataan, maka semakin besar kecenderungan subjek terhadap tipe kecerdasan tersebut. 2. Pengolahan data tes sakubun.
Pengolahan data sakubun dilakukan dengan mengukur melalui komponen atau unsur-unsur karangan. Menurut Yasato Kikuchi dalam Journal Language Teaching membagi unsur-unsur karangan menjadi lima poin, diantaranya adalah
ketepatan tujuan dan maksud = maksimal 10 poin
isi = maksimal 50 poin
ketepatan tata bahasa, gaya bahasa, kokasakata, huruf, dan penulisan = maksimal 40 poin
Penilaian karangan ini akan dijabarkan melalui penilaian secara autentik. Yaitu dengan observasi dan pendokumentasian karya subjek penelitian. Sedangkan untuk skor karangan dalam penelitian ini mengikuti skala Kikuchi dengan format holistic, di tambah penilaian perkembangan kecerdasan majemuk yang kemudian penulis jabarkan dalam beberapa format penilaian seperti dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.2
Format Penilaian Keterkaitan Tema dan Judul dalam Karangan
Tabel 3.3
Format Penilaian Pengembangan Isi Karangan Pertemuan Pertama skor
Indikator
10
Siswa mampu menulis karangan sesuai dengan tema, arahan, maksud dan tujuan pembelajaran
9
Siswa menulis karangan 20% tidak sesuai dengan tema, arahan, maksud dan tujuan pembelajaran
8
Siswa menulis karangan 30% tidak sesuai dengan tema, arahan, maksud dan tujuan pembelajaran.
7
Siswa menulis karangan 50 % tidak sesuai dengan tema, arahan, maksud dan tujuan pembelajaran
6
Siswa menulis karangan 60 % tidak sesuai dengan tema, arahan, maksud dan tujuan pembelajaran
5
Siswa menulis karangan 70% tidak sesuai dengan tema, arahan, maksud dan tujuan pembelajaran
4
Siswa menulis karangan 80% tidak sesuai dengan tema, arahan, maksud dan tujuan pembelajaran
3
Siswa menulis karangan 90% tidak sesuai dengan tema, arahan, maksud dan tujuan pembelajaran
2
Siswa menulis karangan sama sekali tidak sesuai dengan tema, arahan, maksud dan tujuan pembelajaran
skor
Indikator
10
1. Siswa menjelaskan apa yang ingin dan bisa diberikan untuk Indonesia dengan kalimat singkat dan tidak teratur 2. pesan yang ingin disampaikan tidak jelas3. urutan cerita tidak runtut
20
1. Siswa menjelaskan apa yang ingin dan bisa diberikan untuk Indonesia dengan kalimat yang lebih luas, tapi tidak teratur.2. pesan yang ingin disampaikan tidak jelas 3. urutan cerita tidak runtut
30
1. Siswa menjelaskan apa yang ingin dan bisa diberikan untuk Indonesia dalam kalimat yang lebih luas, tapi teratur. 2. pesan yang ingin disampaikan tidak jelas3. urutan cerita runtut
40
1. Siswa menjelaskan apa yang ingin dan bisa diberikan untuk Indonesia dalam kalimat yang luas dan teratur2. pesan yang ingin disampaikan jelas 3. urutan cerita runtut
50
1. Siswa menjelaskan apa yang ingin dan bisa diberikan untuk Indonesia dalam kalimat yang luas dan teratur.2. pesan yang ingin disampaikan jelas 3. urutan cerita runtut
Tabel 3.4
Format Penilaian Pengembangan Isi Pertemuan Kedua
Skor
Indikator
10
1. Siswa menjelaskan apa yang dekat dengan dirinya dalam kalimat singkat dan tidak teratur 2. pesan yang ingin disampaikan tidak jelas3. urutan cerita tidak runtut
20
1. Siswa menjelaskan apa yang dekat dengan dirinya dalam kalimat yang lebih luas, tapi tidak teratur.2. pesan yang ingin disampaikan tidak jelas 3. urutan cerita tidak runut
30
1. Siswa menjelaskan apa yang dekat dengan dirinya dalam kalimat yang lebih luas, tapi teratur. 2. pesan yang ingin disampaikan tidak jelas3. urutan cerita runtut
40
1. Siswa menjelaskan apa yang dekat dengannya dalam kalimat yang luas dan teratur 2. pesan yang ingin disampaikan jelas3. urutan cerita runtut
50
1. Siswa menjelaskan apa yang dekat dengannya dalam kalimat yang luas dan teratur.2. pesan yang ingin disampaikan jelas 3. urutan cerita runtut
Tabel 3.5
Format Penilaian Pengembangan Isi Pertemuan Ketiga
Skor
Indikator
10
1. Siswa menjelaskan harapannya dalam kalimat singkat dan tidak teratur2. pesan yang ingin disampaikan tidak jelas 3. urutan cerita tidak runtut
20
1. Siswa menjelaskan harapannya dalam kalimat yang lebih luas, tapi tidak teratur.2. pesan yang ingin disampaikan tidak jelas 3. urutan cerita tidak runtut
30
1. Siswa menjelaskan harapannya dalam kalimat yang lebih luas, tapi teratur. 2. pesan yang ingin disampaikan tidak jelas3. urutan cerita runtut
40
1. Siswa menjelaskan harapannya dalam kalimat yang luas dan teratur2. pesan yang ingin disampaikan jelas 3. urutan cerita runtut
50
1. Siswa menjelaskan harapannya dalam kalimat yang luas dan teratur.2. pesan yang ingin disampaikan jelas 3. urutan cerita runtut
Tabel 3.6
Format Penilaian Tata Bahasa, Gaya Bahasa, Kosakata, Huruf, dan Penulisan Tindakan 1,2 dan 3
skor
Indikator
10
Kesalahan tata bahasa, gaya bahasa, kosakata, huruf, dan penulisan lebih dari 61 % jumlah kalimat dalam karangan.
20
Kesalahan tata bahasa, gaya bahasa, kosakata, huruf, dan penulisan lebih 61 - 41 % jumlah kalimat dalam karangan.
30
Kesalahan tata bahasa, gaya bahasa, kosakata, huruf, dan penulisan lebih 41 - 21 % jumlah kalimat dalam karangan.
40
Kesalahan tata bahasa, gaya bahasa, kosakata, huruf, dan penulisan lebih kurang dari 20 % jumlah kalimat dalam karangan.
Sedangkan format penilaian pengembangan kecerdasan majemuk dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.7
Format Penilaian Kecerdasan Majemuk Pertemuan 1, 2, 3
Bintang
Indikator
Siswa mengemukakan kecerdasan majemuk mereka melalui hal-hal yang mereka sukai dan inginkan dalam kalimat yang singkat.
Siswa mengemukakan kecerdasan majemuk mereka melalui hal-hal yang mereka sukai dan kegiatan sehari-hari mereka dalam kalimat yang singkat.
Siswa mengemukakan kecerdasan majemuk mereka melalui kegiatan sehari-hari mereka dalam kalimat yang lugas dan luas.
Siswa mengemukakan kecerdasan majemuk mereka melalui hobi, kegiatan sehari-hari, cita-cita, harapan, dan sebagainya dalam kalimat luas dan lugas.
3. Pengolahan data angket dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut: Prosentase = N F x 100% Keterangan:
F = frekuensi jawaban respon N = jumlah responden
Pedoman untuk mengambil kesimpulan menurut Sugihartono, (1987:70)
0% = tak seorangpun 1% - 5% = hampir tak ada 6% -25% = sebagian kecil 26% – 49% = hampir setengahnya 50% = setengahnya
51% - 75% = lebih dari setengahnya 76% - 95% = sebagian besar
96% - 99% = hampir seluruhnya 100% = seluruhnya