• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL DAN TEKNOLOGI UNTUK PENGEIVYBANGAN TERNAK KAMBING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL DAN TEKNOLOGI UNTUK PENGEIVYBANGAN TERNAK KAMBING"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar NasionalPeternakan dan Veteriner 1997

MODEL DAN TEKNOLOGI UNTUK PENGEIVYBANGAN

TERNAK KAMBING

SRIWAHYUNI, WAHYUNINc,K.S .

Clan

A. WILSON

Balai Penelition Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002

RINGKASAN

Penelitian tentang eksistensi kambing Kacang perlu dilakukan untuk memperoleh model sekaligus alternatif teknologi bagi pengembangannya. Dari wawancara pada bulan November 1996 dengan 30 peternak dan beberapa informan kunci di desa Ngadirejo-Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri telah diperoleh informasi tentang, karakteristik peternak dan manajemen ternak : peternak dalam usia produktif, pendidikan SD 5 tahun, mats pencaharian utama sebagai petani dengan pemilikan lahan 4.853 m-. Berdasarkan pemilikan ternak, 94% memiliki kambing sendiri dan lainnya (6%) menggaduh dari program II)T dengan rata-rata pemilikan 5 ekor. Tentang pengelolaan ternak, kandang unmmnya berlantai tanah, pakan disediakan . Satu-satunya Kelembagaan yang diikuti petani adalah sebagai anggota warga dusun, yang mengadakan pertemuan rutin "Selapanan" . Implikasinya (1) walaupun usaha ternak dilakukan secara tradisional, dari segi populasi cukup berkembang sehingga besar kemungkinannya untuk dikembangkan di wilayah kering lainnya, (2) Teknologi perkandangan menlpakan kebutuhan utama disamping teknologi lain yaitu breeding/reproduksi clan kesehatan.

Kata kunci :Kambing Kacang, agrosistem Wonogiri PENDAHULUAN

Ternak kambing yang mempunyai adaptasi tinggi terhadap lingkungan, hanya memerlukan lahan marginal dalam pemeliharaannya serta modal yang relatif kecil untuk memulai berternak dan bahkan peternak yang tidak mampu bisa memulainya dengan sistem menggaduh. Hal ini menyebabkan wilayah penyebaran kambing yang cukup luas. Berdasarkan data Statistik Peternakan Indonesia (DuuENN PETERNAKAN, 1995), Pulau Jawa mempunyai populasi tertinggi yaitu 6.584.607 ekor

(55%) dimana Jawa Tengah populasinya tertinggi 2 .600.293 ekor (40%), dibanding Jawa Barat dan Timur yang masing-masing 1 .888.964 ekor (29%) dan 1.811.777 ekor (28%) selebihnya adalah DIY 274.600 ekor (4%). Di Jawa Tengah, Wonogiri yang termasuk wilayah kering ternyata

populasi kambingnya (kambing Kacang) tertinggi yaitu 327.425 ekor. Kenyataan ini penting untuk diteliti agar diketalud eksistensinya pada agrosistem yang ada di lingkungannya. Informasi yang diperoleh kiranya merupakan dasar bagi pengembangan usaha ternak di wilayah bersangkutan sekaligus dapat dijadikan model yang selanjutnya bisa diterapkan di wilayah kering lainnya di Indonesia. Pengembangan usaha ternak kambing sangat penting mengingat pentingnya komoditi tersebut untuk memenuhi kebutuhan nasional akan daging serta sebagai hewan korban di hari Raya Idul Adha. Disamping itu kambing mempunyai peranan yang berarti bagi kesejahteraan keluarga petani seperti yang dilaporkan oleh SABRANi (1982) dimana ternak ruminansia kecil berfungsi

sebagai penyelamat kebutuhan ekonomi sekaligus efisiensi penggunaan tenaga kerja keluarga. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang alternatif teknologi bagi pengembangan usaha ternak kambing di Wonogiri clan memperoleh model usaha bagi pengembangan ternak kambing di wilayah kering lainnya di Indonesia.

(2)

SeminarNastonaf Peternakan dan Veteriner 1997

METODOLOGI

Lokasi penelitian ditentukan secara multi stage sampling berdasarkan populasi ternak di tingkat Propinsi, Kabupaten, kecamatan-dan desa, maka terpilih propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Wonogiri; .Kecamatan Eromoko, desa Ngadirejo, dusun Siyono.

Sampel peternak sebanyak 30 keluarga ditentukan secara acak .dengan ketentuan minimal mempunyai 2 ekor induk kambing yang sudah dipelihara 1 tahun atau lebih.

Data sekunder tentang agrosistem (ekosistem dan sistem sosial) diperoleh dari Dinas Peternakan, kantor kecamatan dan desa. Data primer diperoleh melalui wawancara terhadap beberapa infornan kunci (Kepala Dinas Peternakan Kabupaten, Sekretaris Kecamatan, aparat Desa dan Kepala Dusun) clan keluarga peternak dengan pedoman pertanyaan yang meiiputi karakteristik keluarga, sistem pengelolaan ternak, dan kelembagaan-yang berhubungan dengan usaha ternak kambing. Selanjutnya data ditabulasi dan disajikan secara deskriptif.

Agroekosistem

HASIL PENELITIAN

Secara umum keadaan alam Kecamatan Eromoko sama dengan keadaan alam Kabupaten Wonogiri, yaitu lahan berbatu gamping clan tennasuk jajaran pegunungan seribu. Ketinggian tanah dari permukaan air adalah 92 m dengan suhu udara rata-rata 23°C. Jarak dari kecamatan 1 Km sedangkan dari ibu kota Kbupaten 22 Km (MONOGRAM KECAMATAN EROMOKO, 1995). Luas desa

2.593 Ha(MONOGRAM DESA NGADIREIO, 1995) dengan pemanfaatan lahan seperti pada Tabel 1 .

Tanah kas desa adalah bagian terluas, merupakan Wran pasang am yang terletak di sekeliling waduk Gajah mungkur. Para petani boleh menyewa lahan ini dengan harga yang sangat murah yaitu seharga Rp 1000,-/tahun per 1000 m. Mereka biasa menanam palawija (jagung, kedele dan Kacang tanah) dan rumput gajah di lahan ini, dan hanya mengandalkan pengairan tadah hujan. Tabel 1. Pemanfaatan lahan di Desa Ngadirejo

Kriteria Luas (Ha) Produksi (Ton) Tanah Kas Desa 1 .578

Tanah Pertanian

- Padi dan palawija - 337 24,37

- Sayuran 50 2,25 - Buah-buahan 150 1,87 Lainnya 478 - Perumahan - Sarana sosial - Jalan Total 2.593

(3)

Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1997

Ilustrasi 1 . Kalender musim di Desa Ngadirejo, Kecamatan Eromoko - Wonogiri

Tanah sawah mendapatkan pengairan dari irigasi teknis dengan kalender musim seperti yang disajikan pada Ilustrasi 1, dimana palawija biasanya ditanam secara tumpang sari. Jenis palawija yang ditanam adalah kedele, jagung dan kacang tanah. Masyarakat Wonogiri mempunyai cara tersendiri dalam menanam jagung yaitu sewaktu menanam mereka memasukkan 5 butir biji jagung namun setelah benih tersebut berumur 1 sampai 2 bulan, 3 dari 5 benih yang tumbuh diambil untuk dijadikan pakan ternak sedangkan sisanya dibiarkan tumbuh sampai masa panen dimana hasiljagung yang utama untuk dijadikan benih kembali dan jika ada sisa untuk konsumsi keluarga. Dengan kondisi lahan dan kalender musim seperti di atas, sebagian besar masyarakat bermata-pencaharian sebagai petani (90%), selebihnya adalah pedagang dan jasa.

Tabel 2. Populasi ternak di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa

Usaha ternak merupakan bagian penting dari usahatani di Wonogiri. Sejauh ini pembangunan peternakan di Wonogiri diutamakan pada usaha ternak sapi potong sehingga populasinya menduduki ranking III di Jawa Tengah (JATENG DALAm ANGKA, 1995) yaitu 111.197 ekor (87.869

AU), sedangkan usaha ternak kambing baru mulai ditangani secara khusus namun demikian ternyata polulasi kambing di Wonogiri menduduki ranking 1, dengan populasi 327.425 ekor (label 2). Data khusus di tingkat desa untuk masing-masing komoditi belum tersedia, yang ada adalah jumlah seluruh ternak sapi dan kambing yaitu 7.500 ekor. Berdasarkan hasil wawancara dengan

Musim Hu'an I M. Kerin 1. HU , n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Padi

xxx

XXX X?00 agung

xxx xxx xxx xxx

edele

xxx xxx xxx

X700 tang tanah 7000 X300 7000

xxx

ntel

xxx

XXX X300 ingkong

xxx xxx

7000 X300

xxx xxx xxx

XXX XXX XXX XXX XXX i XXX XXX XXX XXX

Lokasi Sapi Kerbau Domba Kambing

Kabupaten Wonogiri 111.197 4.193 48.246 327.425 Kecamatan Eromoko 15 .372 674 5 .186 24.628 Desa Ngadirejo 2 .793'` 0 0 2.793* `= angka perkiraan

(4)

Sistern sosial

Desa Ngadirejo termasuk desa IDT, pada tahun 1994 mendapatkan dana IDT Rp 1 .840.000,-dana ini diberikan kepada 23 KK dimana masing-masing KK mendapatkan 1 ekor kambing yang harganya Rp 80.000,-. Namun demikian setelah dipelihara sekitar 2 bulan kambing tersebut terserang penyakit scabies. Berdasarkan pengalaman mereka scabies timbul selama musim hujan dan karena penyakit ini menurut peternak sulit disembulikan dan mudah menular maka mereka cepat-cepat menjualnya. Tentang scabies ini MANURUNG et al. (1992) inelaporkan bahwa jika

penyakit scabies dibiarkan kambing akan mati dalam 3 bulan. Hasil penjualan kambing hanya separuh dari nilai awal sehingga hanya bisa dibelikan satu ekor sapi yang kemudian dipelihara oleh seorang anggota yang ditentukan berdasarkan undian (dikocok). Setelah dipelihara beberapa waktu dan mencapai harga jual, sapi tersebut dijual. Uang hasil penjualan dibelikan pedet lagi (yang selanjutnya dipelihara oleh anggota lain yang belum mendapat kesempatan) dimana keuntungannya dibagi 2:1 untuk pemelihara dan anggota. Berdasarkan pengalaman di atas maka dana IDT 11 dan III dibelikan sapi semuanya dan dipelihara dengan sistem yang sama. Berdasarkan kasus di atas maka pada scat penelitian diamati dan ditanyakan apakah masih ada kasus scabies ? Ternyata tidak ditemukan lagi . Dari hasil diskusi dengan petani dan informan kunci diperoleh informasi bahwa scabies timbul pada saat musim hujan, sedangkan saat penelitian adalah musim kemarau. Berdasarkan laporan ini maka perlu diberikan penyuluhan tentang kesehatan ternak kambing kepada peternak. Faktor lain yang menyebabkan scabies adalah seluruh kandang peternak berlantaikan tanah dan umumnya merupakan bagian dari kandang sapi atau perluasan dapur dan teras sehingga pada musim hujan kotoran di lantai menjadi basah dan memudahkan timbulnya scabies. Maka penyuluhan tentang sistem perkandangan yang balk untuk kambing seperti yang dikemukakan olehMARTAWIJAYA(1989) sangat diperlukan agar kesehatan ternak terjamin.

Kelembagaan yang berkaitan dengan usaltia ternak kanibing secara klutsus belum ada, pada tahun 1982 ada kelompok tani "Magi Rahayu" namun sekarang sudah bubar karena kesibukan anggota. Saat ini para petani tergabung dalam 1 wadah sebagai warga dusun yang dikepalai oleh kepada dusun (Kadus). Seluruh kepala keluarga (KK) warga dusun diwajibkan nadir dalam pertemuan selapanan (setiap 35 hari). Pertemuan ini merupakan ajang penyampaian infonaasi dari atas (tingkat desa) dan dari masyarakat ke tingkat desa sekaligus sebagai kesempatan

Seminar NasionalPeternakon don

Tabel 3 . Karakteristik keluarga responden Uraian

Fetertner 1997

Kriteria Rata-rata umur (tahun)

Suami 51

Istri 43

Rata-rata pendidikan (tahun)

Suami 5 Istri 5 Anggota keluarga (%) Laki-laki > 10 th 70 Laki-laki < 10 th 13 Perempuan > 10 th 27 Perempuan < 10 th 3

(5)

Seminar NasionalPeternakandan Veteriner 1997

berdiskusi clan musyawarah dalam mengatasi masalah yang dihadapi petani . Dalam perternuan ini yang hadir biasanya aparat desa dan wakil dari -instansi yang berkaitan dengan topik yang disampaikan kepada petani atau masalah yang dihadapi petani. Dalam setiap pertemuan tersebut, tidak l.upa Pak Kadus mengajak seluruh anggota untuk mengucapkan bersama semboyan Kabupaten Wonogiri "SUKSES" . Kepanjangan semboyan tersebut (S = Stabilitas, U = Undang-undang, K = Koordinasi, S = Sasaran, E = Evaluasi, dan S = Semangat juang). Dengan semboyan ini masyarakat berharap selalu sukses dalam setiap usahanya. Kelembagaan ini dianggap paling efektif clan efisien bagi warga, karena tidak menyita waktu bekerja secara berlebihan.

Perktunpulan lain adalah bersifat keagamaan, yaitu pengajian setiap malam Jumat, membaca Al Qur'an setiap malam Kamis clan Yasinan setiap malam selasa.

Sarana Paw He-wan t9dak ada di desa maupun kecamatan, yang ada adalah "Bakul dusun" yang datang untuk mencari ternak yang akan dijual atau sebaliknya peternak yang akan menjual ternaknya bisa menghubunginya. Hari pasaran, hewan setiap kliwon, ada di Kecamatan Wuryantoro dimana peternak bisa menjangkaunya dengan kendaraan umum .

Karakteristik responden

Keluarga petani tergolong dalam usia produktif, anggota keluarga sebagian besar lebih dari 10 tahun sehingga bisa membantu pekerjaan orang tua. Sebagaimana umumnya petani di pedesaan, pendidikan mereka rendah yaitu rata-rata Sekolah Dasar 5 tahun (Tabel 3).

Bertani merupakan matapencaharian utama responden, dengan rata-rata pemilikan lahan 4 .853 m, hanya 6 keluarga yang membudidayakan rumput gajah di lahan sendiri,-selebihnya menanam dengan memanfaatkan lahan di pinggiran sungai atau waduk "Gajah mungkur". Untuk kebutuhan pakan ternak selain dengan cara membudidayakan rumput gajah mereka juga memanfaatkan galengan sawah, ladang, clan memanfaatkan limbali pertanian terutama jagtmg dengan metode

"Lima-dua", seperti yangtelah dikemukakan.

Ternak kambing sebagian besar (94%) merupakan milik sendiri sisanya menggaduh dari program IDT sedangkan jumlah kambing yang dipelihara rata-rata 5 ekor/peternak (Tabel 6). Jumlah kambing ini kiranya merupakan jumlah optimal yang dipelihara peternak karena menurut laporan peternak dan wawancara dengan informan kunci, kalau jumlah kambing sudah mencapai 7 dan maksimal 10 ekor kambing tersebut akan dijual seluruhnya untuk selanjutnya dibelikan sapi bakalan.

Tabel 4. Mata pencaharian responden

Mata-pencaharian Suami Istri

harian n % n

Utama

Petani 27 90 20 66

Sambilan

Butuh tani 4 13 4 13

Buruh non pertanian 2 7 -

(6)

Tabel 5. Rata-rata penguasaan lahan pertanian (meter)

Pengelolaan ternak Perkandangan

Sebagian besar ternak dikandangkan baik pada musim kemarau maupun musim hujan (Tabel 7). Hanya sebagian kecil peternak yang juga menggembalakan ternaknya disamping diberikan pakan dengan sistem cut and carry. Penggembataan itu pun hanya dilakukan saat-scat tertentu misalnya saat panen, dan digembalakannya di lokasi sekitar lahan usahatani yang sedang dipanen . Pakan

Jenis pakan yang diberikan disajikan pada Tabel 8, yaitu terdiri dari rumput alam maupun nntput gajah, leguminosa dan hasil samping usahatani . Walaupun pada musim kemarau dilaporkan tidak ada kesulitan pakan, karena ada lahan di sekitar waduk yang boleh disewa dimana petani menanam rumput gajah di lahan tersebut . Pakan tambahan seperti konsentrat tidak disediakan khusus untuk kambing, namun karena sebagian besar peternak kambing jugs memelihara sapi dan mereka selalu memberikan "komboran" maka secara tidak langsung ternak kambing juga diberi konsentrat.

Tabel 6. Rata-rata pemilikan Trnak kambing

SeminarNamianal Aeternakan dan Peteriner1997

Kriteria Niilik Sendiri Menyewa Bggi'Hasil Dibasibasilkan

n

-

Jml

_

_Rata

n

-

Jrn1

_

Rata2 n -JrM n

Jml:

V$te2

Sawah Tadah Hujan 18 25500 4750 1 `10000 10000 _ .

Sawah lrigasi 2 4000 2000 1 1000 1000 Tegalan 6 17350 2891 1 2500 2500 1 ISM 1500 Pekwangen Rumah 18 32350 1797 1 1500 1500 - - - - -Kebun HMT 6 6400 1066 - - - - 1 IM 1000 Total 145600 Rata-rata 4853

Jenis Ternak Rata-rata pemeliharaan ternak (ekor)

Dewasa (>12 bl) 2,29 53,3 Jantan 0,27 13,2 Betina 2,17 39,9 Muda (<12 bl) 1,03 18,9 Jantan 0,31 5,7 Betina 0,72 13,2 Anak (<7 bl) 1,52 28,0 Total 5,43 100,0

(7)

Seminar Nasional Peternakan don Yeteriner 1997

Alokasi tenaga kerja

Usaha ternak kambing adalah usaha sambilan/sampingan milik keluarga. Sambilan karena diusahakan disamping usaha utama, sebagai petani, maka pengunusan ternak pun disesuaikan dengan kegiatan bertani . Kegiatan rutin seperti mencari atau menyiapkan pakan tidak khusus dikerjakan untuk ternak kambing tetapi dengan membersihkan galengan lahan sawah atau tegal diperoleh hijauan yang bisa dimanfaatkan untuk pakan kambing. Di sepanjang jalan menuju dan pulang dari tegalan pun petani bisa mendapatkan hijauan dari lahan milik umum . Bagi yang memiliki lahan'dan menanaminya dengan rumput Gaah, sebetulnya tujuan utamanya adalah untuk Tabel 8. Jenis pakan yang diberikan,

Jenis pakan Pengguna (%) Frekuensi/bln Rumput - Alam 90 30 - Gajah 81 30 Leguminosa - Lamtoro 20 7 - Glirisidia 50 . 13 - Turi 10 4 Limbah Pertanian - Daun singkong 4 -- Daun jagung 77 12 - Daun Kacang 47 G - Daun nangka 17 4 - Daun pisang 50 3 - Daun ubi 20 7 Pakan tambahan Dedak padi 50 20 Gaplek 13 - - 21 Total hijauan/peternak/hari (Kg) 27,0 Rata-rata/ekor/hari (kg) 5,0

Tabel 7. Tata laksana pemeliharaan Kriteria

ternak Musim

n kemaraupersen nMusimhujanpersen

Dikandangkan 23 77,0 29 97,0

Digembalakan dan diaritkan 7 23,0 1 3,0

(8)

-Tabel 9. Alokasi tenaga kerja dalain pemeliharaan ternak Kriteria

Penghasilan dari usaha ternak kambing

SeminarNosional Peternakan dan Veteriner 1997

sapi dan menyisihkan sebagian kecil untuk kambingnya . Mernberi pakan, minurn clan membersihkan kandang dilakukan bersamaan dengan pemberian pada ternak sapi: Dengan pola kerja dernikian maka yang terlibat dalam kegiatan pencarian/penyediaan pakan adalah selunih anggota keluarga. Tabel 9 menggambarkan bahwa suami memegang peranan penting sedangkan istri dan anak berslfat membantu terutama jika suami harus mengerjakan pekerjaan lain. Pekerjaan non-rutin seperti memandikan clan mengawinkan ternak, memotong kuku dan memperbaiki kandang merupakan tanggung jawab suami dimana pekerjaan non-rutin ini waktu pengerjaannya disesuaikan dengan waktu yang dimiliki suami .

Suami Istri Anak

Mengingat kambing diusahakan secara sambilan, maka tidak mullah untuk menghitung keuntungan dari usaha tersebut, namun demikian berikut ini dikemukakan gambaran keuntungan yang diperoleh peternak kambing dibandingkan dengan peternak sapi dari hasil kasus 2 peternak.

Seorang peternak sapi, 5 tahun yang lalu membeli 1 ekor pellet seharga Rp 270.000,-, harga taksiran saat wawancara sekirat Rp 1.500.000,-. Selama 5 tahun ini sapi tersebut beranak 2 kali, anak pertama dijual Rp 800.000 sedangkan anak kedua sekarang sudah berumur sekitar 1 tahun clan perkiraan harga jual Rp 1 .000.000 - keuntungan usaha, selama 5 tahun, tanpa menghitung biaya pemeliharaan (Rp 1 .500.000,- - Rp 270.000,-) + Rp 800.000,- + Rp 1:000.000,- _ Rp.3.030.000,-.

Seorang peternak kambing, 5 tahun yang lain membeli 2 ekor induk kambing seharga Rp60.000;. Saat wawancara harga taksiran kedua induk Rp 150.000,-. Selama 5 tahun, Satu induk beranak 5 kali sedangkan seekor lagi beranak 6 kali seperti tenera pada Tabel 10. Dari tabel tersebut ternyata keuntungan dari ternak kambing adalah : Nilai 2 ekor induk - harga beli, + penerimaan uang dari penjualan induk (I clan In + nilai ternak ketumnan (7 ekor betina + 3 jantan) = (Rp 150.000; -Rp60.000;) + Rp 125.000,- + Rp 440.000,- + Rp 600.000, - = Rp 1 .255.000,-. n % n % n Kegiatan Rutin - Memgambil rumput 21 70 8 27 6 20 - Memberi makan 18 60 11 37 5 17 - Memberi minum 12 40 . 11 37 3 10 - Bersihkan kandang 16 53 - - - -Kegiatan Non Rutin

- Memandikan ternak 13 43 - - - -- Mengawinkan ternak 10 33

- Potong kuku

- Perbaiki kandang 14 47 - - 1 3 - Angkut kotoran 17 57 2 7

(9)

Seminar Nasional Peternakandan Veteriner 1997

Tabel 10. Keuntungan usaha ternak 2 ekor kambing selama 5 tahun Induk pertama Mati

*)yang dijua1

Tabel 11. Keuntungan usaha tenak 2 ekor kambing selama 5 tahun Induk kedua

Mati

Dari kams di atas, dari segi junilah memang pendapatan dan tenak sapi lebih besar dibandingkan dengan kambing namun jika dilihat dan jumiah modal usaha (sapi :kambing = Rp 270.000; Rp60.000,-) atau (4,5 : 1) sedangkan keuntungannya (Rp 3.030.000; : Rp 1 .225.000;) atau (2,4 : 1) maka sebenamya kambing membenkan keuntungan yang lebih besar. Keuntungan dari kambing akan lebih besar lagi jtka diusahakan secara semi mtensif misalnya dilalcukan pencatatan selungga dapat diketahui jaralc beranak, kapan hares dikawmkan seperti yang dikemukakan oleh SE77AD1 dan

MtrnYAxro (1989). Maka pengetahuan petemak tentang pemuliabiakan perlu ditingkatkan melalui penyuluhan.

KESIMPULAN

1 . Usaha tenak kambing merupakan bagian dari usaha tenak sapi, ditinjau dari perkandangan, pakan dan tenaga kerja. Bagi yang belum memiliki sapi, kambing Kacang merupakan modal usaha tenak sapi potong.

2. Teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan produksi, terutama tentang perkandangan karena perkandangan ini erat kaitannya dengan keseliatan kemudian pemuhabiakan yang erat kaitannya dengan peningkatan produksi .

Beranak Ke Jumlah anak/kelahiran Dijual Betina Jantan I 1 1 semua = Rp.60.000,-II 1 = Rp.35 .000,-III 1 1*) 1 ekor = Rp.30.000,-IV 1 1 V 1 1

Total sisa ternak 3 2

Uang yang diterima

Rp.125.000,-Beranak Ke Jumlah anak/kelahiran Dijual Betina Jantan I 2 semua = Rp.260 .000,-II 2 = Rp.150.000,-III 1 IV 1 = Rp.30.000,-V 2 VI 2

Total sisa tenak 4 I

(10)

Rp.440.000,-Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997 SARAN

1. Penyuluhan tentang perkandangan dan pemuliabiakan lendaknya dilakukan melalui demonstrasi plot dan pertemuan pada saat pertemuan "selapanan" .

2. Program penyuluhan hendaknya dikaitkan dengan "penelitian aksi" sehingga hasilnya dapat dimonitor dan dijadikan dasar pengambilan kebijaksanaan .

3 . Perlu dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih mewakili untuk mengetahui status ternak kambing sebagai bagian dari usaha ternak sapi potong .

DAFTAR PUSTAKA

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. 1995. Statistik Peternakan Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan . Departemen Pertanian . Jakarta .

DIVAS PETERNAKAN KABUPATEN WONOGIRL 1995. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Kabupaten Wonogiri . KELuRAHANNGADIREJO. 1995. Monografi Desa Ngadirejo .

Buffo PUSAT STATISTIK. 1995. Jateng Dalam Angka. BPS JATENG.

MANURUNG, J., SOEPENO dan ARJviiADI SEMALL 1992. Penganth Cacing dan Kudis terhadap Produktifitas Domba Kambing di Desa Cimarga dan Sudamanik. Domba dan Kambing untuk Kesejahteraan Masyarakat. Pros. Saresehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II.

MARTAWIJAYA, M. 1989. Tata Cara Pangupacara Wedus. dalam Patrick, J . Ludgate (Ed). Kumpulan Peragaan Ivlinangka Penelitian Tani wedus ing Padesaan. Balitnak/SR-CRSP. Puslitbangnak, Badan Litbang Pertanian - Deptan.

SETIADI, B. dan MURYANTO. 1989. Pemuliabiakan (Bibit Ian tata cara panangkaran wedus. Dalam Patrick, J. Ludgate (Ed). Kumpulan Peragaan Minangka penelitian Tani wedus ing Padesaan. Balitnak/SR-CRSP. Puslitbangnak, Badan Litbang Pertanian - Deptan.

SABRAm, M., A. MULYATI and A.J. DE BOER. 1982. Small Ruminants on Small Facet in West Java, Indonesia . Preliminary results ofa baseline survey of upland and lowland fanning systems. SR-CRSP, Balitnak Bogor, Indonesia.

TANYA JAWAB

Agus Gunawan : Judul makalah ini Model dan Teknologi, namun dalam presentasi tidak ada perubahan model yang akan diciptakan sehingga tercapai teknologi yang diharapkan.

Referensi

Dokumen terkait

Menambah titik lain dan dihubungkan juga dengan 2 titik yang berdekatan sampai membentuk graf Piramida Prn 3.1.1 Pewarnaan Titik pada Graf Piramida Dalam pewarnaan titik pada

Guru ( review ) materi bersama siswa membuat kesimpulan serta melakukan refleksi. Refleksi hasilnya: siswa kelihatan merasa senang dan gembira saat menggunakan jari

“Hukum materiil sipil dan untuk sementara waktupun hukum materiil pidana sipil yang sampai kini berlaku untuk kaula-kaula daerah Swapraja dan orang-orang yang dahulu

2.1.12 Dalam hal Penyedia Barang/Jasa yang sudah ditunjuk menjadi pemenang dalam Pelelangan Umum ini dan tidak bersedia menandatangani Surat Perjanjian atau menolak penunjukan PT

Kedua, penerimaan perilaku disfungsional mempunyai perbedaan dalam pengambilan audit judgment, artinya jika auditor menerima perilaku disfungsional maka audit judgment

Nilai bantuan yang diserahkan khususnya kepada kelompok nelayan penangkap lobster untuk beralih ke perikanan budidaya di Propinsi NTB pada tahun 2015 ini adalah 80 paket

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody, aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum pasien demam typoid pada orang yang

The results from the two computation result (logistic regression and Bayesian methods) will be compared for predicting the risk level of diabetes and for classification