PROJECT
PROJECT
MECHANICA
MECHANICAL
L CONSTRUCTION DESIGN
CONSTRUCTION DESIGN
“Belt Conveyor”
“Belt Conveyor”
Kelompok : II
Kelompok : II
Hariyono (1007113536)
Hariyono (1007113536)
DickyIkhwandi (1007113574)
DickyIkhwandi (1007113574)
TaufikHidayat
TaufikHidayat
IkhlashSyukran
IkhlashSyukran
STUDY PROGRAM S1 MECHANICAL ENGINEERING
STUDY PROGRAM S1 MECHANICAL ENGINEERING
FACULTY OF ENGINEERING
FACULTY OF ENGINEERING
UNIVERSITY OF RIAU
UNIVERSITY OF RIAU
2013
2013
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang MahaEsa, Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang MahaEsa, atas segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis atas segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
dapat menyelesaikan makalah yang mengenai “Perancanganmengenai “Perancangan Konstruksi Konstruksi Mesin”.Mesin”. Adapun penulisan laporan ini untuk mengetahui perancangan belt Adapun penulisan laporan ini untuk mengetahui perancangan belt covenyor, prinsip kerja belt conveyor, berserta perhitungan belt conveyor, covenyor, prinsip kerja belt conveyor, berserta perhitungan belt conveyor, pengolahan
pengolahan data data serta serta analisis analisis dan dan kesimpulan kesimpulan setelah setelah melakukan melakukan perancanganperancangan conveyor.
conveyor.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari pengetahuan dan Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari pengetahuan dan pengalaman penulis masih terbatas. Oleh karena itu, penulis
pengalaman penulis masih terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkansangat mengharapkan adanya kritik dan saran bagi pembaca dan pihak lainnya agar makalah ini lebih adanya kritik dan saran bagi pembaca dan pihak lainnya agar makalah ini lebih baik.
baik.
Adapun penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembaca, semoga Adapun penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembaca, semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Pekanbaru, 21 Maret 2013 Pekanbaru, 21 Maret 2013
Penulis Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belt conveyor digunakan pada berbagai industri sebagai transportasi berbagai material dalam lingkungan industri tersebut. Material yang diangkut mulai dari raw material hingga hasil produksi, termasuk memindahkan material antar work stasion. Dengan menggunakan belt conveyor dapat menghemat biaya produksi
serta meningkatkan laju produksi.
Di dalam makalah ini, penulis ingin merancang suatu sistem konveyor yang akan digunakan untuk mentransfer semen dari stockpile menuju kapal pengangkut yang berjarak 250m dengan kapasitas 2000 ton per jam.
Sistem konveyor adalah suatu cara memindahkan, memproses, dan membawa semen dari stockpile menuju alat transportasi, untuk mendistribusikan semen dengan waktu yang relatif lebih cepat meskipun dari tempat jauh.
1.2 Tujuan
Karena suatu perancangan konstruksi mesin haruslah benar-benar akurat atau teliti, maka khusus dalam perancangan konstruksi mesin ini terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai, antara lain :
a. Dapat merancang belt conveyor berdasarkan buku pegangan. b. Dapat mengetahui cara kerja belt conveyor .
c. Dapat menggambarkan belt conveyor dengan AutoCAD. 1.3 Manfaat
Ada pun manfaat yang didapatkan mahasiswa dalam tugas Perancangan Konstruksi Mesin ini adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa dapat merancang belt conveyor dengan tepat.
b. Mahasiswa dapat melakukan perancangan menggunakan tahap-tahap yang baik.
c. Mahasiswa mampu menerapkan ilmu perancangan secara baik, aman, dan handal serta hasil rancangan disesuaikan dengan standar.
d. Mengembangkan ilmu yang dipelajari agar dapat di terapkan dalam keahlian.
1.4 Batasan Masalah
Dalam melakukan perancangan (design) kali ini, penulis merancang Belt Conveyor . Hal-hal yang dibahas adalah perhitungan kecepatan, berat material, pemilihan idler, tegangan dan daya belt, dan daya motor.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan Perancangan Konstruksi Mesin disajikan dalam bentuk Bab per Bab yang kemudian diuraikan dalam sub Bab. Adapun Bab-Bab yang ada
secara garis besar adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan, manfaat, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II : TEORI DASAR
Berisi tentang konstruksi belt conveyor, profil conveyor, metode discharger belt conveyor, karakteristik material angkut, kecepatan belt, daya belt, pemilihan pulley, pemilihan belt, pemilihan idler dan teknik splice.
BAB III : METODOLOGI
Berisi flow chart perencanaan dan perhitungan perencanaan konstruksi meliputi perencanaan belt conveyor dan pemilihan materialnya.
BAB IV : ANALISIS
Berisi tentang menganalisis hasil perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Konstruksi Belt Conveyor
Gambar 2. 1 Skematik Komponen Belt Conveyor
Berdasarkan standar dari Conveyor Equipment Manufacturers Association (CEMA) konstruksi dasar conveyor secara umum terdiri dari :
1. Tail Pulley (dalam kasus tertentu dapat sebagai drive pulley dengan drive-unit yang dipasangkan padanya).
2. Snub Pulley (pada head-end dan tail-end) 3. Internal belt cleaner (internal belt scrape) 4. Impact idlers (impact roller)
5. Return idlers (return roller) 6. Belt 7. Bend pulleys 8. Take-up pulley 9. Take-up unit 10. Carrying idlers 11. Pulley cleaner
13. Head pulley (biasanya sebagai discharge pulley dan juga drive pulley)
2.2 Profil Conveyor
Profil dasar conveyor secara umum adalah :
Gambar 2. 2 Profil Belt Conveyor 2.3 Metode Discharge Pada Belt Conveyor
Metode penumpahan material pada conveyor secara umum antara lain : 1. Head Pulley Discharge.
Metode ini yang paling banyak digunakan dalam penumpahan material.
2. Both end Discharge.
Penumpahan material dapat dilakukan pada dua arah yaitu pada head atau tail.
Gambar 2. 4 Both End Discharge 2.4 Karakteristik Material Angkut
Belt conveyor digunakan untuk menghantarkan material angkut. Material angkut dikirimkan bersama dengan material lain yang tercampur selama proses pengiriman. Material angkut memiliki karakteristik yang berbeda, sebagian diantaranya berbentuk halus dan sebagian lainnya berbentuk kasar, dan lain-lainnya. Bentuk luar dari material tersebut memiliki pengaruh yang besar dalam mendesain conveyor. Oleh sebab itu, awalnya sangat dibutuhkan pemahaman dan pengertian tentang sifat-sifat asli dari material angkut yang akan dikirim.
Pengetahuan ini dapat membantu dalam mendesain conveyor yang tepat, ekonomis dan optimal dengan minimal masalah dalam pengoperasian.
Beberapa informasi penting tentang material angkut yang perlu diketahui dalam perhitungan desain conveyor, antara lain :
a. Ukuran lump, grain dan powder.
b. Distribusi lump, grain, dan powder (%).
c. Densitas material angkut (berat volume) (t/m3).
d. Angle of repose (keadaan standstill) material setelah penjatuhan).
e. Angle of surcharge (sudut ketika material pada keadaan istirahat selama pergerakan conveyor).
f. Moisture content (%). g. Temperature (°C).
h. Karakteristik khusus : kekerasan, debu, kelengketan, racun, bubuk, kerapuhan.
i. Kondisi yang dibutuhkan selama diangkut. j. Nama material yang dibawa.
Tabel 2. 2 Menunjukkan karakteristik dan kode dari material yang diangkut berdasarkan standar internasional
Tabel 2. 3 Menunjukkan berbagai jenis material angkut dan data yang saling berhubungan
2.5 Kapasitas
Rumus kapasitas yaitu :
Q = A . v . γ . 60 (horizontal) Q = k . A . v . γ . 60 (inklinasi) Keterangan :
A : Total cross-sectional area yang terbentuk pada belt akibat penopangan idler dan angle of surcharge (m)
V : Kecepatan belt (m/min) γ : Densitas material (t/m3) k : Faktor pengurangan inklinasi Q : Kapasitas angkut (tph)
Tabel 2. 4 Inclination Reduction Faktor (K)
2.6 Luas Penampang Beban
Gambar 2.5 memperlihatkan luas cross-section beban pada belt yang dibentuk oleh idler dengan sudut troughing (ß) tertentu. Untuk mempercepat pencarian luas daerah tersebut, tabel 2.5 dapat langsung digunakan.
2.7 Kecepatan Belt
Kecepatan conveyor dapat dicari juga dengan rumus kapasitas setelah diketahui lebar belt, karakteristik material, dan penentuan kapasitas. Kecepatan belt dapat meningkat sebanding dengan lebar belt dan kecocokkan kecepatan yang
tergantung pada karakteristik material, khususnya ukuran lumpmaterial.
Tabel 2. 7 Belt Width Berdasarkan Kapasitas Pada Kecepatan 100 FPM
2.8 Perhitungan Tegangan dan Daya Belt 2.8.1 Tegangan Efektif, Te
Komponen rumus tegangan efektif belt adalah :
Tx = Tahanan akibat gesekan pada idler (lbs) = L x K x x K t
Tyc = Tahanan belt flexure pada carrying idler (lbs) = L x K y x W b x K t
Tyr = Tahanan belt flexure pada return idler (lbs) = L x 0,015 x W b x K t
Tym = Tahanan material flexure (lbs) = L x K y x Wm
Tm = Tahanan material lift (+) atau lower (-) (lbs) = ± H x Wm
T p = Tahanan pulley (lbs) = ((Nts x Pt) + (Nss x Pt)) x 0,445
Tam = Tahanan percepatan material (lbs) = 2,8755 x 10-4 x Q x (v ± v0)
Tac = Tahanan dari aksesoris (lbs) = T bc + T pc
Maka rumus tegangan efektif adalah
Te= Tx + Tyc + Tyr+ Tym + Tm + T p + Tam + Tac (lbs)
Dimana :
L = panjang conveyor (ft)
K = faktor koreksi ambient temperature K t = faktor gesekan idler (lbs/ft)
K y = faktor untuk menghitung gaya belt dan beban flexure pada idler
W b = berat belt (lbs/ft)
Wm = berat material = (33,33 x Q) / v (lbs/ft)
Q = kapasitas konveyor v = kecepatan belt (fpm)
v0 = kecepatan initial material saat penjatuhan didaerah loading (fpm)
H = jarak vertical material lift atau lower (ft) 2.8.2 Faktor Koreksi Ambient Temperatur, K t
Tahanan putaran idler dan tahanan flexure pada belt meningkat pada operasi cuaca dingin. Pada cuaca dingin yang ekstrim diperlukan pelumasan lebih pada idler untuk mencegah peningkatan tahanan putaran idler. Gambar 2.6 menunjukkan hubungan niklai K t dengan temperatur.
Gambar 2. 6 Variation Of Temperature Factor, Kt With Temperature 2.8.3 Faktor Gesekan Idler, Kt
Rumus Kx dapat dihiutng dengan rumus : K x= 0,00068 (W b + Wm) +
(lbs/ft)Dimana nilai
Ai = 1,5 untuk 6-inch dia. Idler roll
Ai = 1,8 untuk 5-inch dia. Idler roll
Ai = 2,3 untuk 4-inch dia. Idler roll
Ai = 2,4 untuk 7-inch dia. Idler roll
Ai = 2,8 untuk 8-inch dia. Idler roll
2.8.4 Faktor Perhitungan Gaya Belt dan Beban Flexure Pada Idler, K y
Kedua tahanan belt terhadap flexure yang bergerak diatas idler dan tahanan beban flexure material diatas belt yang bertumpu pada idler menghasilkan gaya tegangan belt k y adalah faktor perkalian untuk
Tabel 1 Faktor Ky, Values
2.8.5. Tahanan Pulley, Tap
Tahanan belt permukaan pulley dan tahanan pulley untuk berputar pada bearingnya. Besarnya nilai tahanan pulley dapat dilihat pada tabel 2-10
Tabel 2 Belt Tension To Rotate Pilleys
Aksesoris conveyor antara lain : triper,stacker, plows, belt-cleaning equipment/scraper, dan skirtbord
Ttr Tahanan tripper berasal dari pulley tripper
Ttr = T ptr + H . W b
T bc tahanan plows dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 3 Discharge Plow Allowance
T pl Tahanan dari peralatan belt-cleaning/scraper
Scraper biasanya lebih dari satu dan bekerja menekan belt
Tahanan yang dibutuhkan sekitar 2 sampai 3lbs/inch dari lebar belt T pc = n . 3 . b (lbs)
Dimana, b = lebar belt (inch) Tahanan gesek pada karet skirtboard
Tsb = (2 . Cs . L b . hs) + ( 6 . L b) (lbs)
Dimana, Cs = Faktor dari beberapa material pada tabel 12 Lb = panjang skirtboard (ft)
Hs = kedalaman material mengenai skirtboard =0,1 x lebar belt (in)
Tabel 4 Skirtboard Friction Factor, Cs
Sehingga tahanan aksesoris Tac = Ttr + T pl T bc + Tsb
2.8.7.Daya Belt
Daya yang dibutuhkan belt cnveyor yang memiliki tegangan efektif, Te pada drive pulley adalah
(lbs)Dimana, P = Daya belt (hp) Tc = Tension belt (lbs) v = Kecepatan belt (fpm) 2.8.8.Wrap Factor, Cw
Wrap factor adalah nilai yang digunakan untuk perhitungan efektif belt, Tc, yang dapat tergantung dari penempatan drive pulley. Tc dipengaruhi
oleh koefisien gesekan yang terjadi antara pilley dan belt, wrap, dan nilai T1
dan T2
Gambar 1 Incline Or Horizontal C onveyor, Pulley Driving Belt
Gambar 2 Decline Conveyor, Lowering Load With Regeneration, Belt Driving Pulley
Tc = T1-T2
T1 = tegangan maksimum/tight-side pada pulley (lbs)
T2 = tegangan slack-side pada pulley (lbs)
e = dasar logaritma naperian = 2,718
f = koefisien gesekan antara permukaan pulley dan permukaan belt (0,25 untuk bare pulley dan 0,35 untuk lagged pulley)
ɵ factor wrap (lihat tabel 13) =
Tabel 5 Wrap Factore, Cw
2.8.9.Belt sag antara idler
Untuk belt conveyor jarak jauh, sag belt antara idler harus dibatasi untuk menccegah material tumpah pada tepi belt dan material, jarak idler dan tegangan belt
Sag
=
Tegangan minimum untuk menghasilkan persentase sag sebagai berikut : Untuk 3% sag T0 = 4,2 Si ( W b + Wm)
Untuk 2% sag T0 = 6,25 Si ( W b + Wm)
Untuk 11/2%sag T0 = 8,4 Si ( W b + Wm)
2.8.10. Tegangan Belt Pada Titk X Sepanjang Conveyor
Gambar 3 Horizontal Belt Conveyor with Vertical curve and Head Pulley Drive
Lx = jarak titik X dari tali pulley
Hx = jarak vertikal titik X pada sisi carrying
Tex = tegangan belt titik X pada sisi carrying
Trr = tegangan belt titik X pada sisi return
Tyr = tegangan belt pada sisi return akibat gesekan
Tt = tegangan belt pada tail pulley
T b = tegangan berat sisi carrying atau return pada belt untuk
kemiringan conveyor
Thp = tegangan belt pada head pulley
Twcx = tegangan titik X pada sisi carrying hasil dari berat belt dan
material yang dibawa
Tfcx = tegangan titik X pada sisi carrying hasil dari gesekan
Twrx = tegangan titik X pada sisi return hasil dari berat kosong belt
Tfrx = tegangan titik X pada sisi return hasil dari gesekan
Tyr = 0,015L W b K t Tt = T2 + Tyr+ T p - T b T b = H . W b Twcx = Hx W b Tfcx = Lx {K t(K x + K y)} + Lx K y Wm Twrx = Hx W b Tfrx = 0,015 Lx W b K t Tcx =Tt + Twcx + Tfcx Trx = Tt + Twrx + Tfrx
2.8.11. Berat take-up gravity, TTU
Rumus untuk mencari berat take-up : TTU = (
) Dimana : T2 = T1 - T2 Tyr = 0,015 L W b T p = lihat bab 2.8.5 T b = H . W bGambar 4 Take - Up Gravity
2.9.PEMILIHAN PULLEY
Pulley dipilih untuk dapat mengatasi tegangan belt yang tertinggi yang bekerja padanya. Pulley pada perancangan menggunakan produk dari perusahaan PT. KHARISMA MITRA MANDIRI
Tabel 7 Non-Drive Pulley Dimension
2.10. PEMILIHAN BELT
Belt adalah merupakan komponen utama dalam desein sistem belt conveyor, karena :
Belt merupakan komponen yang membawa material
Belt merupakan komponen yang bersentuhan langsung dengan material dan menerima segala perlakuan dari material conthnya impact, abrasi dan lainnya.
Belt adalah komponen yang akan aus. Desein yang tidak baik akan mengakibatkan belt cepat aus dan sobek dan akan menyebabkan biaya yang sangat mahal dalam perawatan
Dalam meerancang sebuah sistem conveyor pernacang harus menggunakan standard lebar belt yang digunakan secure internationa. Standard lebar belt dalam milimeter adalah 400, 500, 650, 800, 1200, 1400, 1600, 1800, 2000, 2200, 2400, 2600, 2800, 3000, 3200. Dalam inchi 18, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 72, 84, dan 96.
Belt terbuat dari carcass karet, seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 5 Potongan Belt Menurut Skematik
Top cover thickness : tt
Carcass thickness : t2
Bottom cover thickness : t3
Belt total thickness : t4 = t1 + t2 + t3
2.10.1. Tipe Belt
Jenis textile belt terdiri dari : camel hair, cotton (woven atau sewed), duck cotton dan rubber textile belt. Belt conveyor harus memenuhi persyaratan : tidak menyerap air (low hygroscopicity), kekuatan tinggi, ringan, pertambahan panjang spesifik reandah (low spesifik eongation), fleksibel tinggi, lapisan tidak mudah lepas (high resistivity to ply separation) dan tahan lama (long service long)
Ada 2 tipe dari carcass. Textile fabric dan steel cord. Berdasarkan hal tersebut ada 2 tipe belt yang penamaanya dihubungkan dengan jenis carcass pada belt. 2 tipe dari belt itu adalah 1. Textile fabric belt 2. steel cord belt.
1) TEXTILE FABRIC BELTS
Belt tipe ini mempunyai carcass pabrikan. Pada umumnya cover tersebut dari rubber (karet). Cover dapat juga terbuat dari bahan PVC belt, dan lainnya. Carcass textile fabric terdiri dari satu lapisan khusus
atau lebih dari plies.
Gambar 6 Multi-Ply Belt Section
2) STEEL CORD BELTS
Belt tipe steel cord memiliki carcass (terisi bearing), terbuat dari steel cord (kadang-kadang ini disebut sebagai sling atau anel baja). Steel cord diletakkan paralel dalam satuan lapisan dan dilapisi karet untuk membentuk permukaan belt yang menyambung. Tipe belt ditunjkkan seperti pada gambar
Gambar 7 Belt Cross Section Dari Steel Cord Belts
2.11.PEMILIHAN IDLER
Konveyor belt membutuhkan penopang antara head dan tail pulley yang berada berdekatan. Saat belt bergerak, penopang ini harus berada
dalam bentuk roller unutk menghindari belt keluar jalur dari penopangnya. Pergerakan belt sama dengan pergerakan berputar roller pada kecepatan yang sama, sehingga belt bergerak diatas roller penopang tanpa keluar jalur. Pada dasarnya roller sangat penting bagi belt conveyor.
Roller menopag belt tanpa memiliki daya dan berputar didasari karena pergerakan dari belt. Leh karena itu roller ini disebt idler roller
Penopang yang menopang belt memiliki satu atau lebih roller dan juga frame untuk dudukan roller-roller ini. Umumnya mereka dinamakan
„idler‟ atau „set idler‟ yang artinya penopang sempurna berdasarkan pada
unit roller bersama dengan mounting frame nya atau sambungan mounting
Roll atau roller atau idler rller sebenarnya yang bersentuhan dengan belt.
Kejelasan mengenai nama nama ini sangat penting unutk menggambarkan idler dan untuk menghindari kebinggungan saat bekerja dengan menggunakan idler.
Fungsi dari idler :
Untuk menoang belt sekaligus bersama material yang dibawanya, tanpa
memperlambat pergerakan belt.
Untuk menopang belt pada saat kembali, tanpa memperlambat
pergerakan belt.
Untuk membentuk belt dengan bentuk tertentu, agar memudahkan belt
membawa material yang dibawanya.
Menyediakan penopang khusus pada belt saat loadinng point, bertujuan
memberikan penempatan yang tepat bagi material diatas belt, dengan resiko kerusakan yang minimum pada belt.
Belt merupakan bentuk dari rata-rata menjadi sesuai dengan bentuk tail
pulley, dan berubah lagi menjadi rata di head pulley. Transition idler adalah yangmerubah bentuk belt pada pada loasi-lokasi ini dengan perganngan minimal pada belt
Idler dibutuhkan untuk memperbaiki kesejajaran belt, contohnya, idler
centerline. Ini sangat penting karena kesejajaran yang dilakukan oleh head dan tail pulley hanya berjarak kurang dari 10 meter dari head dan tail end
2.11.1. Frame Idler
Pada dasarnya ada 2 tipe idler, yaitu tipe Fixed Frame dan tipe garland. Idler fixed frame memiliki roller yang diletakkan diatas frame baja. Idler-idler ini sangat sering digunakan secara luas untuk seluruh jenis konveyor. Idler Garland, atau yang biasa disebut idler catenary, memiliki roller fleksibel yang tersambung.
Ada beberapa tipe dari fixed frame idler berdasarkan pada fungsi khusus. Dibawah ini ada beberapa macam idler yang biasanya digunakan dan namanya terkenal didunia indutri.
1) Troughing Idler
Baiasanya „troughing idler‟ berisi 3 roller tipe trough idler unutk menahan belt yang bergerak. Central roller ditempatkan horizontal, smentara side roller diposisikan pada sudut 200, 250, 300, 350, 400, atau 450. Inklinasi side roller dari garis horizontal dikenal sebagai sudut troughing.
Gambar 8 Trough Carrying Idler
2) V-Trough carrying idler
Idler ini digunakan ditempat yang biasanya menggunakan 3 roller. Iler-idler seperti ini berbiaya lebih rendah karena tipikal, termasuk hanya menggunakan 4 bearing daripada 6 bearing,
bagaimanapun juga, kelebihannya akan terlihat apabila ukuran bearing tidak berubah dari ukuran minimum yang digunakan.
Idler ini tidak menyediakan penopang untuk bongkahan material, yang berakibat terpusatnya tekanan ada belt, yang menyebabkan cepatnya belt menjadi terkikis. Idler ini menggunakan sudut 200 inklinasi. Idler ini biasanya digunakan untuk belt dengan ukuran yang kecil, dan untuk menghantarkan material dengan ukuran yang terbatas.
Gambar 9 V-Type Carrying Idler
3) Impact Idler
Imact idler umumnya terdiri dari 3 roller yang bending. Sudut bending impact idler, panjang roller, atau kuantitas rller noormalnya
sama dengan idler-idler lain yang dibending dalam conveyor.
Impact idler digunakan untuk menopang belt pada zona penerimaan material. Impac idler dapat diandalkan saat menangani
tumpahan dari material berat dengan merayap daya benturan yang dihasilkan dari material yang jatuh dan untuk melindungi belt dari kerusakan
Idler ini terdiri dari 3 nos roller dan penopang frame baja. Roller-roller ini standard dengan konstruksi tubular, akan tetapi memiliki komponen yang lebih kuat untuk menyamai kapasitas loading. Roller ini dipasang pada frame baja yang terukur untuk menyediakan sudut bending dari 200, 250, 300, 350, 400, atau 450.
Gambar 10 Trough Impact Idler
4) Flat Returns Idler (Single roll returns idler)
Flat returns idler memiliki single roller untuk memberisupport pada saat belt conveyor berjalan kembali. Idler ini terdiri dair single roller dan 2 nos bracket yang dipasang dibawah conveyor stinger. Idler ini sangat luas dipakai untuk belt dengan jangkauan randah dan juga murah.
Gambar 11 Flat Returns Idler
5) Self-Aligning Carrying Idlers (S.A Carrying idlers)
S.A carrying digunakan pada belt yang bergerak dengan interval antara 15 sampai 21 meter berdsarkan lieu standard untuk idler conveyor
Idler ini menggunakan 3 roller, 2 roller atau single roller yang sangat tepat untuk idler carrying. Idler ini memiliki roller atas yang dipasang diatas frame swiveling, yang tentunya berputar pada frame stationary. Roller pengarah berbentuk vertical disediakan pada tiap ujung swiveling-frame, yang akan mendoorong belt kearah conveyor center line
Gambar 12 Self-Aligning Carrying Idler
6) Self-aligning returns idler (S.A returns idler)
Idler ini digunakan pada belt bergerak dengan interval antara 21 sampai 30 meter, pada tempat yang biasanya return idler berada. Idler ini menggunakan kekuatannya pada returns belt yang bergerak pada saat belt keluar dari garis pusat conveyor
Idler ini menggunakan single roller atau dua roller yang standard dengan yang digunakan pada conveyr umumnya. Roller atas dipasang pada swiveling-frame, yang tentunya bergerak pada frame stationary di mur dengan kuat pada badan conveyor. Roller pengarah yang berbentuk vertikal dipasang pada tiap sisi swiveling frame, untuk mendorong belt untuk mencapai kesejajaran.
Gambar 13 Self Aligning Returns Idler
2.11.2. Roller
Roller adalah komponen paling penting dari konveyor, sama seperti komponen lain yang bersentuhan langsung dengan belt dan kegunaannya pada konveyor. Konstruksi tipikal dari roller seperti ditunjukkan pada
Gambar 14 Detail Of Roller Internal Construction (Typical)
2.11.3. Pemilihan Idler
Untuk pemilihan idler, penulis mengambil produk dari PT. KHARISMA REKAYASA GLOBAL dimana data ukuran idler dan perhitungan idler berasal dari catalog perusahaan tersebut. Rumus yang digunakan adalah:
Wc =
W1 =
W2 =
WR=
Lah = 500.a1.a2.a3.
{
}*
+
3 n = 1000 y / (πD)Dimana Lah = umur pakai
a1 = veliablility factor (90%) = 1 a2 = factor material = 3
a3 = kondisi operasi = 1
n = jumlah revolusi pada roller (rpm) C = basic dynamic load rating (kg) W = radial load (kg) = Wc atau WR
Wc = radial load pada bearing dari carrying roller (kg) W1 = berat material pada center roller (kg)
W2 = berat belt pada center roller (kg) W3 = berat rotating part pada roller (kg)
P = jarak antar idler (m) Q = kapsitas conveyor (tph)
WR = radial load pada bearing dari return roller (kg)
Tabel 8 Arragment Of Idler Spacing
Tabel 9 Roller Diameter & Bearing Number
Tabel 11 Wb & W roller
Tabel 13 Belt Training Carrying Idler
Tabel 15 Impct Carrying Idler & Impact Return Idler
2.11.4. Jarak Idler Dengan Pulley
Belt conveyor menerima tegangan tidak normal pada bagian antara head/tail pulley dengan idler pertama. Ini tidak diabaikan, posisi idler pertama terhadap pulley ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 17 Transitional Spacing
2.12. TEKNIK SPLICE
Teknik splice adalah teknik untuk menymbung belt conveyor. Proses penyambungan menggunakan penyambungan dingin (cold spilicing), berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penyambungan belt conver :
1) Menggambar sambungan.
Bias (Sudut Sambungan)
0,3 x lebar belt + 1200 =1200 x EP / 4p 1200 x 0,3 = 360
Menggambar sambungan sesuai ukuran belt / standard BANDO
2) Menghapus perstep dari pernukaan sambugan pakai pisau cutter / pisau potong
3) Penggerindaan.
Menggerinda semua permukaan sambungan sampai bekas potongan
pisau kena gerinda semua
Kwalitas : gerinda tidak boleh mengenai permukaan canvas 4) Pembersihan
Mebersihkan semua permukaan sambungan dari sisa-sisa bekas
gerida
Dibersihkan pakai cleaning solven pakai majun
5) Pengeleman
Pengeleman dilakukan dua kali
Pengeleman pertama tipis dan merata, setelah kering kir-kira 10 menit baru dilakukan pengelemenan kedua
Pengeleman kedua tebal dan merata
6) Penyambungan
Setelah lem kkering di lap pakai cleaning solven pakai lap bersih (majun bersih)
7) Pengerolan
Pengerolan pakai hand roll
Pengerolan harus merata supay tidak ada angin yang tertinggal 8) Finising
Ujung sambungan top dan bottom dan pinggir sambungan kanan kiri
pakai buffing
Setelah di finishing di lem lagi
2.13.PERPINDAHAN TAKE UP
Perpindahan take-up harus dirancang sesuai dengan penambahan untuk peyerapan permanent elongation pada belt. Variasi elastis dan permanent elongation belt dapat dilihat pada tabel. Perpidahan efekti
Tabel 18 Elastic Variation And Permanent Elongation
BAB III METODOLOGI
3.1 Flow Chart
Ketinggian vertikal (H), sudut kemiringan (δ), wrap drive pulley (θ), faktor wrap
dan (Cw) Faktor K t Kx K Te dan P Berat material (Wm) W b, d, C dan Si Carrying idler W1, W2, W3, Wc, n dan Lah W3, d dan Si Return idler Wr dan Lah
Kece atan belt v Kapasitas (Q), lebar belt,
sudut repose (α), sudut surcharge (β), massa jenis(γ)
3.2 Data Informasi Awal Perancangan
Spesikasi awal yang ditetapkan oleh perancang
Kapasitas yang diinginkan : 2000 ton/jam
Lokasi dan temperatur
Lokasi : Outdoor Temperatur : 23oC-37oC Jarak stockpile ke pelabuhan : 200 m
Spesifikasi material angkut (lihat tabel 2-3, hal 10)
Nama : Cement, Porland Massa jenis : 1,50 t/m3 Sudut repose : 30o Sudut surcharge : 25o Inklinasi maksimum : 20o 3.3 Kecepatan Belt Diketahui : Lebar Belt : 1200 mm
A (area cross-section) : 0,17242 m2 (lihat tabel 2-5, hal 12) Angle of Surcharge (α) : 25o
Through Angle (β) : 30o Q ( kapasitas) : 2000 t/h
3.4 Berat Material Dan Belt
3.4.2 Berat Belt (Wb)
3.5 Pemilihan Idler
Berdasarkan bab 2.11, pemilihan idler untuk lebar belt 1200 mm, adalah :
3.5.1 Carrying Idler d = 139 mm (tabel 2-18, hal 31) Si = 1,2 m (tabel 2-14, hal 13)
(tabel 2-16)
Bearing dipilih No 6205 dengan C = 1.120 kg (tabel 2-15, hal 30)
(
)(
)
(
)(
)
Conveyor beroperasi 16 jam/hari dan 1 tahun = 355 hariUmur bearing Lah/(16 x 355) = 25,69 tahun 3.5.2 Return Idler d = 139 mm (tabel 2-18,hal 31) Si = 2,4 m (tabel 2-18,hal 31) W3 = 16,1 kg (tabel 2-16)
Bearing yang dipilih 6205 dengan C=1.120 kg (tabel 2-15)
(
)(
)
(
)(
)
Conveyor beroperasi 16 jam/hari dan 1 tahun = 355 hari Umur bearing Lah/(16 x 355) = 682,22 tahun3.6 Perhitungan Tegangan Dan Daya Belt
Profil perancangan konveyor Barge Loading seperti yang ditunjukkan pada gambar 3-1 di bawah ini.
3.6.1 Data Yang Diketahui
B = Lebar Belt = 1200 mm = 48 in W b = Berat Belt = 26 kg/m = 17,42 lbs/ft
Wm = Berat material = 254,998 kg/m = 170,85 lbs/ft
Si = Jarak antar idler untuk carrying run = 1,2 m = 3,94 ft
Jarak antar idler untuk return run = 2,4 m = 7,88 ft L = panjang conveyor = 200 m = 656,20 ft
H = Ketinggian vertical = 20 m = 65,62 ft δ = sudut kemitringan = 20o
v = Kecepatan conveyor = 130,72 m/min = 428,89 fpm Q = Kapasitas coveyor = 2000 tph
θ = Wrap drive pulley = 210o (tabel 2-11)
Cw = Faktor wrap untuk lagged pulley = 0,38 (tabel 2-11)
3.6.2 Faktor Kt (faktor koreksi temperature lingkungan)
T = 23oC - 37oC = 44,78oF – 52,56oF Kt = 1 ( lihat bab 2.8.2, gbr 2-6, hal 14)
3.6.3 Faktor K x (faktor gesekan idler)
Diameter roller = 139 mm = 5,5 inch Dengan interpolasi,
3.6.4 Faktor Ky (factor perhitungan gaya belt dan beban flexure pada idler)
Untuk L = 656,20 ft
W = W b + Wm = 17,42 lbs/ft + 170,85 lbs/ft = 188,27 lbs/ft
Berdasarkan tabel 2-7 hal 15, Ky terletak antara 600 ft dan 800 ft
Untuk 600 ft W b + Wm terletak antara 150 – 200 lbs/ft dengan nilai K y =
0,035
Untuk 800 ft W b + Wm terletak antara 150 – 200 lbs/ft
Dengan interpolasi,
Jadi, interpolasi terakhir untuk L = 656,20 ft di dapat
3.6.5 Tegangan EfektifTe = Tx + Tyc + Tyr+ Tym + Tm + T p + Tam + Tac (lbs)
Tahanan akibat gesekan pada idler (lbs) Tx = L x K x x K t
Tx = 656,20 x 0,547 x 1
Tx = 358,94 lbs
Tahanan belt flexure pada carrying idler (lbs) Tyc = L x K y x W b x K t
Tyc = 656,20 x 0,0349340 x 17,42 x 1
Tahanan belt flexure pada return idler (lbs) Tyr = L x 0,015 x W b x K t
Tyr = 656,20 x 0,015 x 17,42 x 1
Tyr = 171,47 lbs
Tahanan material flexure (lbs) Tym = L x K y x Wm
Tym = 656,20 x 0,0349340 x 170,85
Tym = 3.916,51 lbs
Tahanan material lift (+) atau lower (-) (lbs) Tm = ± H x Wm Tm = ± 65,62 x 170,85 Tm = ± 11.211,18 lbs Tahanan pulley (lbs) T p = ((Nts x Pt) + (Nss x Pt)) x 0,445 T p = ((4 x 200)) + (5 x 150)) x 0,445 T p = 689,75 lbs
Tahanan percepatan material (lbs) Tam = 2,8755 x 10-4 x Q x (v ± v0)
Tam = 2,8755 x 10-4 x 2000 x (428,89 ± 0)
Tam= 246,66 lbs
Tahanan dari aksesoris (lbs) Tac = T bc + T pc
Tahanan plows T bc = 5 x B
Tahanan dari peralatan belt-cleaning/scraper T pc = n x 3 x B T pc = 5 x 3 x 48 = 720 lbs Tac = 240 + 720 = 960 lbs Maka, Te= 358,94 + 399,33 + 171,47 + 3.916,51 + 11.211,18 + 689,75 + 246,66 + 960 (lbs) Te = 17.953,84 lbs = 8.143,72 kg
3.6.6 Perhitungan Daya Motor
Daya yang dibutuhkan belt conveyor yang memiliki tegangan efektif , Te
pada drive pulley adalah :
P = 233,34 hpP = 174,07 kW
3.6.7 Pemilihan Pulley Konveyor
Pemilihan pulley dilakukan berdasarkan belt tension pada pulley. Tegangan yang terjadi pada pulley tersebut antara lain :
Te = 17.953,84 lbs dan Belt width = 1200 mm
Drive pulley = Ø 600 mm, dengan diameter bearing Ø 125 mm Tail pulley = Ø 506 mm, dengan diameter bearing Ø 110 mm Head pulley = Ø 506 mm, dengan diameter bearing Ø 110 mm Snub tail pulley = Ø 318 mm, dengan diameter bearing Ø 75 mm Snub head pulley = Ø 406 mm, dengan diameter bearing Ø 90 mm