31 BAB III.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini pengukuran tingkat pengungkapan risiko akan dilakukan dengan menggunakan content analysis. Content analisis sering digunakan dalam berbagai penelitian di bidang disclosure (Lindsley & Shrives, 2006; Deumes, 2008; Miihkinen, 2013; Hildebrandt & Snyder, 1981; Dobler et al., 2011). Content analisis dapat digunakan untuk mengetahui makna dari kalimat ataupun isi dari berita yang disampaikan. Krippendorf mendefinisikan content analysis sebagai penggunaan instrumen yang valid dan replicable untuk mendapatkan sebuah inferensi dari sebuah sumber informasi (Krippendorf dalam Mayring, 2000). Sementara menurut (Neuendorf, 2002) content analysis adalah sebuah teknik kuantitatif untuk analisis pesan secara sistematik dan objektif. Hal ini membuat teknik ini cocok untuk digunakan dalam penelitian mengenai tingkat pelaporan risiko. Hal ini diperkuat dengan pendapat dari Cavanagh (1997) yang menyatakan bahwa content analysis membantu peneliti untuk memperdalam pemahaman mengenai data penelitian.
Terdapat dua jenis content analysis yaitu conceptual content analysis dan relational content analysis. Conceptual content analysis berfokus pada keterjadian dari kata atau item yang terpilih. Sementara relational content analysis bersifat lebih mendalam dengan melihat pada hubungan antar konsep yang telah ditetapkan. Teknik content analysis yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui tipe
32
pengungkapan dan tingkat pengungkapan. Oleh karena itu, pendekatan pada kalimat akan digunakan. Teknik ini sama dengan teknik yang digunakan oleh Lindsley & Shrives (2006). Pendekatan ini dinilai lebih baik untuk mengetahui makna dari laporan yang diberikan oleh perusahaan.
Proses koding dalam content analysis pada penelitian ini akan dilakukan oleh satu koder yaitu peneliti. Namun, untuk perhitungan reliabilitas instrumen koding, seorang asisten koder akan diperbantukan untuk mengukur tingkat persentase agreement yang digunakan sebagai dasar pengukuran reliabilitas. Proses koding dalam content analysis dapat dilakukan secara manual seperti yang dilakukan oleh Lindsley & Shrives (2006) atau dengan bantuan software. Dalam penelitian ini proses koding akan dilakukan dengan menggunakan bantuan software yang disebut ATLAS.ti (Mayring, 2000).
Sebagai dasar koding dalam content analysis, pengertian umum mengenai penungkapan risiko menurut Linsley & Shrives (2006) diadopsi dalam penelitian ini. Dalam melakukan content analysis, sebuah kalimat dapat dianggap sebagai pengungkapan risiko apabila “kalimat tersebut memberikan informasi kepada pembaca mengenai kesempatan yang dimiliki oleh perusahaan, atau ancaman, bahaya, ataupun kemungkinan terjadinya kegagalan, yang telah ataupun akan mempengaruhi perusahaan, maupun manajemen dari ancaman, bahaya, ataupun kemungkinan terjadinya kegagalan tersebut”. Selain itu, prosedur koding dalam
33
Tabel 3.1
Instrumen Koding Content Analysis
NO PANDUAN
1 Sebuah kalimat dapat dikategorikan sebagai pengungkapan risiko apabila kalimat tersebut memberikan informasi kepada pembaca mengenai kesempatan yang dimiliki oleh perusahaan, atau ancaman, bahaya, ataupun kemungkinan terjadinya kegagalan, yang telah ataupun akan mempengaruhi perusahaan, maupun manajemen dari ancaman, bahaya, ataupun kemungkinan terjadinya kegagalan tersebut.
2 Definisi pada nomer satu dapat di tafsirkan sedemikian rupa sehingga kata-kata seperti 'baik' dan 'buruk' 'risiko' dan 'ketidakpastian' dapat terkandung dalam definisi tersebut
3 Meskipun risiko memiliki definisi yang sangat luas tetapi pengungkapan harus dilakukan secara eksplisit
4 Pengungkapan risiko (sebuah kalimat risiko) harus di kategorikan sesuai dengan karakteristik dan jenis risiko pada tabel 3.2
5 Sebuah kalimat pengungkapan risiko harus dicatat sebagai kalimat risiko setiap kali kalimat tersebut diungkapkan berulang
6 Apabila sebuah kalimat pengungkapan risiko terlalu ambigu maka kalimat tersebut tidak boleh dikategorikan sebagai pengungkapan risiko 7 Apabila sebuah pengungkapan risiko dapat dikategorikan ke lebih dari
satu klasifikasi jenis risiko, maka pengungkapan tersebut harus dikategorikan ke jenis risiko yang paling memungkinkan atau yang paling dekat
8 Sebuah kalimat pengungkapan risiko dikategorikan sebagai salah satu jenis risiko sesuai dengan definisi jenis risiko menurut Cabedo & Tirado (2004)
9 Tabel, gambar, ataupun figur yang memuat informasi mengenai risiko harus dikategorikan ke dalam jenis pengungkapan risiko yang setara dengan satu kalimat pengungkapan risiko
34
Tabel 3.2
Contoh Koding Kalimat Pengungkapan Risiko
Tipe risiko Contoh Pengungkapan Risiko Karakteristik Risiko pasar Thus, Thai AirAsia implements various fuel
management strategies to manage the risk of rising fuel prices, including hedging
Future, kualitatif, netral
Risiko kredit Typically, if the lease agreement is made for a long duration, the agreement is likely to be more in favor of the lessee
Future, kualitatif, positif
Risiko bisnis Thai AirAsia’s website and online ticket
reservation system must be able to accommodate a high volume of traffic and to show important flight information
Future, kualitatif, netral
Risiko strategis
The challenge of 2014 to the overall tourism situation was the impacts of the nation’s political turmoil.
Past, kualitatif, negatif
Risiko operasional
Thai AirAsia is aware of the possible risks from Internet security for online transactions related to the data privacy that may create more restrictions in ticket purchase; therefore, the Company has put in place a privacy policy for customers and safety measures to prevent the illegitimate access to the private information
Past, kualitatif, netral
Setiap variabel independen dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan item yang berbeda. Berikut ini adalah tabel pengukuran tiap variabel:
35
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel Penelitian
No Variabel Pengukuran Sumber Data 1 Size (ukuran
perusahaan)
Log natural total aset perusahaan
Database Orbis Bvd
2 Tingkat risiko Rasio Gearing dan Beta factor
Database Orbis Bvd
3 Board size Jumlah anggota BOD Laporan Tahunan
Perusahaan
4 Board independence Jumlah Direktur
Non-eksekutif Independen
Database Orbis Bvd
5 Block ownership
Dummy variabel 1 jika terdapat kepemilikan diatas atau sama dengan 25% dan 0 jika tidak
Database Orbis Bvd
6 Profitabilitas (variabel kontrol)
Nilai ROA dan ROE dari database Orbis Bvd
Database Orbis Bvd
7 Auditor (variabel kontrol)
Dummy variabel 1 jika perusahaan diudit oleh big 4 auditor, 0 jika bukan big 4
Database Orbis Bvd
8 Tipe industri (variabel kontrol)
Dummy variabel 1 jika merupakan perusahaan manufaktur dan
pertambangan, 0 jika merupakan perusahaan jasa perdagangan.
Database Orbis Bvd
Data mengenai Block ownership di dasarkan pada rating independensi dari Orbis Bvd. Rating tersebut terdiri dari 5 tingkatan dari huruf A hingga E. Rating
36
ini menunjukkan ada atau tidaknya concentrated ownership. Perusahaan dengan rating A hingga B dikategorikan sebagai perusahaan tanpa block ownership. Sementara perusahaan dengan rating C hingga E dikategorikan sebagai perusahaan dengan block ownership.
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek ataupun yang terdaftar (tercatat aktif di database ORBIS Bvd dan minimum masih aktif pada 2014) sebagai perusahaan aktif pada ORBIS, yang berasal dari tiga negara yaitu Singapore, Indonesia, dan Thailand. Pemilihan awal sampel dilakukan secara purposive dengan beberapa syarat antara lain: perusahaan menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2014, terdapat translasi bahasa inggris dalam laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan, perusahaan tidak dalam proses likuidasi, merger, ataupun diakuisisi oleh perusahaan lain.
Dalam proses penentuan populasi melalui database Orbis Bvd, dibutuhkan beberapa kriteria pencarian (search strategy) dalam database. Proses pengambilan data dari database dilakukan pada hari yang sama dengan menggunakan kriteria pencarian antara lain: perusahaan dalam status aktif dalam database, terdaftar dalam bursa efek, berasal dari tipe industri non-keuangan, dan berasal dari region yang ditentukan (Indonesia, Singapura, dan Thailand).
37
3.2. Sumber Data
Sebelum melaksanakan content analysis, peneliti perlu mempersiapkan beberapa hal (Rajjab & Handley-Schachler, 2008) yang meliputi:
a. Research question: dalam penelitian ini pertanyaan yang akan dijawab
berkaitan dengan tingkat pengungkapan risiko (jumlah kalimat risiko).
b. Codeable document: annual report perusahaan sampel yang diperoleh
dari website perusahaan ataupun website bursa efek negara sampel.
c. Coding unit: adalah kalimat.
d. Disclosure categories: pengungkapan risiko di bagi menjadi 5 jenis
pengungkapan risiko yaitu: risiko pasar, risiko kredit, risiko bisnis, risiko strategis, dan risiko operasional.
Terdapat dua jenis sumber data dalam penelitian ini. Sumber pertama adalah annual report perusahaan sampel yang akan digunakan dalam content analysis dalam menentukan tingkat pengungkapan risiko dan pendekatan yang digunakan. Sumber data yang kedua adalah database Orbis Bvd, yang akan digunakan untuk mendapatkan data mengenai nilai gearing, beta factor, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, auditor, dan tipe perusahaan.