• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI KAWASAN HUTAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA, MANOKWARI, PAPUA BARAT RAWATI PANJAITAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMUNITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI KAWASAN HUTAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA, MANOKWARI, PAPUA BARAT RAWATI PANJAITAN"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI

PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI KAWASAN HUTAN

WISATA ALAM GUNUNG MEJA, MANOKWARI,

PAPUA BARAT

RAWATI PANJAITAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2011 Rawati Panjaitan NRP G352090051

(3)

3

ABSTRACT

RAWATI PANJAITAN. Butterfly Community of Superfamily Papilionoidea (Lepidoptera) at Gunung Meja Recreational Forest Area, Manokwari, Papua Barat. Supervised by TRI ATMOWIDI and DJUNIJANTI PEGGIE.

Gunung Meja, one of the forest areas in Manokwari, West Papua province, has been designated as a recreational forest since 1980. Gunung Meja covers 460.25 ha and is located at 75 – 175 m asl. Gunung Meja is directly adjacent to residential areas, so that the community activities, such as felling trees and gardening are often conducted in the area. These can interfere with the existence of flora and fauna inside, including butterflies. To know the impact of intrusive human activities on the forest area, it is necessary to obtain basic information about what flora and fauna are present there. This study aims to record the butterfly community in the area. Observations of butterflies were done by scan sampling on primary forest, secondary forest, gardens and settlements. Sampling and measurement of environmental parameters were performed in the morning and afternoon for seven weeks. This study recorded 113 species and 4.049 individuals of butterflies. There were 75 species in primary forest, 77 species in secondary forest, and 63 species in gardens and settlements. The number of species found was still increasing until the last day of the observation. Shannon-Wiener index (H’) calculation showed that diversity in primary and secondary forests were 3.48 and 3.50, respectively, thus classified as high (H’ > 3). Sorensen index calculation (CN) showed high value reaching 0.5 quantitatively. The numbers of butterflies both species number and individual number, observed in the morning were higher than those in the afternoon. There was significant effect (P < 0.05) of temperature, RH, light intensity, and canopy coverage to the number of individual butterflies. The result of PCA analysis showed that the environmental parameters in primary forest, secondary forest, gardens and settlements influenced the number of species and number of individuals.

(4)

RINGKASAN

RAWATI PANJAITAN. Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan DJUNIJANTI PEGGIE.

Kupu-kupu Papilionoidea merupakan anggota dari ordo Lepidoptera, yang mempunyai keunikan dan ciri khas corak warna sayap yang indah. Salah satu kelompok kupu-kupu yang bernilai ekonomi tinggi di Papua adalah kupu-kupu sayap burung (Ornithoptera spp.) yang beberapa diantaranya berstatus endemik.

Papua mempunyai keragaman serangga yang tinggi, yaitu sekitar 300.000 spesies sudah diidentifikasi dan 960 spesies merupakan kelompok Lepidoptera. Kupu-kupu Papilionoidea yang sudah didata di Papua New Guinea sebanyak 568 spesies, 60% diantaranya merupakan spesies endemik di Kepulauan Papua. Di Papua khususnya, penelitian keanekaragaman spesies dan distribusi kupu-kupu masih kurang. Gunung Meja merupakan salah satu hutan di Manokwari, Provinsi Papua Barat yang belum terdata keragaman spesies kupu-kupunya.

Pengamatan kupu-kupu dilakukan dengan survei menggunakan metode scan sampling. Scan sampling dilakukan di sepanjang jalur yang sudah ada di tiga tipe habitat, yaitu hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman. Penelitian diawali dengan mengukur titik koordinat dengan menggunakan GPS pada setiap tipe habitat penelitian. Pada saat pengamatan kupu-kupu, dilakukan juga pengukuran parameter lingkungan, yaitu suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, tutupan kanopi, dan curah hujan setiap satu jam di setiap tipe habitat yang diamati. Di sepanjang jalur pengamatan dilakukan penghitungan dan identifikasi spesies kupu-kupu yang ditemukan. Kupu-kupu yang tidak dapat diidentifikasi langsung pada saat pengamatan di lapangan, diambil sampelnya dengan menggunakan jaring serangga dan pinset serangga, kemudian dimasukkan dalam amplop spesimen untuk diidentifikasi di laboratorium. Pengamatan keragaman kupu-kupu dilakukan sebanyak 11 kali ulangan pada setiap tipe habitat dalam dua periode, yaitu pagi (pukul 08.00 – 12.00 WIT) dan siang hari (pukul 12.00 – 16.00 WIT).

Keragaman kupu-kupu dihitung dengan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan nilai evenness. Kesamaan spesies kupu-kupu antar lokasi penelitian, dianalisis dengan indeks kesamaan Sorensen kuantitatif (CN). Jumlah spesies dan jumlah individu pada pagi dan siang hari ditampilkan dengan grafik batang dengan error bar menggunakan program Sigmaplot 2001. Hubungan antara parameter lingkungan dengan jumlah individu kupu-kupu ditampilkan dalam bentuk scatter plot. Analisis PCA (Principle Component Analysis) digunakan untuk mengetahui pengaruh parameter lingkungan terhadap keragaman spesies dan jumlah individu kupu-kupu pada setiap tipe habitat, dengan program R 2.10.0.

(5)

5 Di kawasan hutan wisata alam Gunung Meja, ditemukan 113 spesies kupu-kupu dari 4.049 individu kupu-kupu dalam kurun waktu penelitian ini. Kupu-kupu yang ditemukan termasuk dalam lima famili, yaitu Papilionidae (14 spesies), Pieridae (13 spesies), Riodinidae (1 spesies), Lycaenidae (29 spesies), dan Nymphalidae (55 spesies). Keragaman spesies kupu-kupu tinggi di kawasan Gunung Meja (H’ = 4.08). Di hutan primer, keragaman spesies (H’ = 3.50) lebih tinggi dibandingkan dengan di kebun dan pemukiman (H’ = 2.83). Hal ini disebabkan di Gunung Meja terdapat hutan heterogen, hutan homogen, dan ada juga kebun dan pemukiman yang memungkinkan sebagai habitat untuk komunitas kupu-kupu. Nilai evenness (E) data kupu-kupu di Gunung Meja tergolong tinggi (E = 0.86). Di hutan primer dan hutan sekunder, nilai evennessnya, masing-masing E = 0.81, sedangkan di kebun dan pemukiman adalah E = 0.68.

Di kawasan Gunung Meja ditemukan lima famili dan 14 subfamili kupu-kupu. Subfamili yang paling banyak ditemukan dari famili Nymphalidae, yaitu 9 subfamili. Jumlah spesies paling tinggi dari subfamili Polyommatinae, yaitu 19 spesies. Kupu-kupu yang paling banyak ditemukan dari famili Nymphalidae. Hal ini disebabkan jumlah anggota famili Nymphalidae lebih banyak dibandingkan dengan famili lainnya. Jumlah spesies paling rendah, yaitu subfamili Apaturinae (1 spesies dengan 1 individu) dan subfamili Riodininae (1 spesies dengan 2 individu).

Jumlah spesies kupu-kupu di hutan primer dan di hutan sekunder (75 dan 77 spesies) lebih tinggi, dibandingkan di kebun dan pemukiman (63 spesies). Jumlah individu kupu-kupu paling banyak ditemukan di kebun dan pemukiman (1931 individu). Hal ini karena kupu-kupu yang ditemukan adalah spesies yang umum, yang mempunyai kelimpahan tinggi. Kupu-kupu yang paling banyak ditemukan di kebun dan pemukiman adalah Junonia hedonia (264 individu), Mycalesis terminus (231 individu), M. phidon (204 individu), Eurema hecabe (157 individu), dan Catopsilia pomona (102 individu). Di hutan sekunder, ditemukan 1119 individu dan di hutan primer ditemukan 999 individu. Di hutan primer, akses masuk ke dalamnya sulit akibat rapatnya tumbuhan, sehingga mengurangi jarak pandang pada saat pengamatan, dibandingkan di hutan sekunder, kebun dan pemukiman. Spesies yang ditemukan di hutan primer (18/ 16% spesies) kupu-kupu yang hanya ditemukan di hutan tersebut dan jarang ditemukan di hutan sekunder atau di kebun dan pemukiman.

Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesamaan Sorensen kuantitatif (CN), kesamaan kupu-kupu antara hutan primer dengan hutan sekunder tinggi (CN = 0.50), antara hutan primer dengan kebun dan pemukiman rendah (CN = 0.22). Jumlah spesies dan jumlah individu kupu-kupu penyusun komunitas di hutan primer dengan hutan sekunder tergolong tinggi. Vegetasi dan kondisi lingkungan antara hutan primer dan hutan sekunder tidak terlalu jauh berbeda, sehingga memungkinkan spesies dapat hidup di kedua lokasi tersebut.

Di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman ditemukan sebanyak 37 spesies yang sama. Kupu-kupu Ornithoptera priamus ditemukan di ketiga tipe habitat. Tumbuhan inang larva O. priamus, yaitu Aristolochia tagala (Aristochiaceae) ditemukan di ketiga tipe habitat. Spesies yang hanya ditemukan di hutan primer sebanyak 18 spesies, di hutan sekunder sebanyak 10 spesies, dan di kebun dan pemukiman sebanyak 11 spesies.

(6)

Kupu-kupu yang ditemukan pagi hari (pukul 08.00 – 12.00 WIT) lebih banyak dibandingkan pada siang hari (pukul 12.00 – 16.00 WIT). Tingginya jumlah spesies dan jumlah individu yang ditemukan pada pagi hari, dipengaruhi oleh ketersediaan pakan. Selain itu, kemungkinan disebabkan pada saat pengamatan pada sore hari (mulai pukul 15.00 WIT) sering gerimis hingga hujan deras, sehingga kupu-kupu menjadi kurang aktif.

Kondisi lingkungan pada saat pengamatan di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman bervariasi. Suhu rata-rata pada hutan primer dan hutan sekunder tidak menunjukkan perbedaan yang tinggi. Suhu rata-rata saat penelitian berkisar antara 24 – 26oC. Kelembapan, suhu udara, intensitas cahaya, dan tutupan kanopi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah individu kupu-kupu (nilai r2 dan p berturut-turut: r2 = 0.18, p = 0.02; r2 = 0.51, p = 0.00004; r2 = 0.31, p = 0.04, dan r2 = 0.33, p = 0.0005 ). Kecepatan angin dan curah hujan tidak memberikan pengaruh yang signifikan (p = 0.78, dan p = 0.41) terhadap komunitas kupu-kupu. Hasil analisis PCA menunjukkan jumlah individu kupu-kupu dipengaruhi oleh kecepatan angin, intensitas cahaya, suhu dan curah hujan di habitat kebun dan pemukiman. Sedangkan jumlah spesies dipengaruhi oleh kelembaban dan tutupan kanopi di hutan sekunder.

(7)

7

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(8)
(9)

9

KOMUNITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI

PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI KAWASAN HUTAN

WISATA ALAM GUNUNG MEJA, MANOKWARI,

PAPUA BARAT

RAWATI PANJAITAN

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(10)

Judul Tesis : Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat

Nama : Rawati Panjaitan NIM : G352090051

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Tri Atmowidi, M.Si Djunijanti Peggie, M.Sc, Ph.D

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Biosains Hewan

Dr. Bambang Suryobroto Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 15 Juli 2011 Tanggal Lulus:

(11)

11

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2010 adalah kupu-kupu, dengan judul Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Tri Atmowidi, M.Si dan Ibu Djunijanti Peggie, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc sebagai penguji luar komisi pada ujian tesis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Eronika Harianja beserta staf Stasiun Meteorologi Manokwari, serta kepada saudara Arman, Harapan, Agus dan Harun dari mahasiswa UNIPA Manokwari, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dowansiba dan masyarakat Anggori yang sudah membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu, suami serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2011 Rawati Panjaitan

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lumban Baringin pada tanggal 7 Juni 1982 dari ayah Selamat Panjaitan (alm) dan ibu Rusti Siagian. Penulis merupakan putri keenam dari delapan bersaudara.

Tahun 2000 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Jayapura dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Cenderawasih Jayapura melalui jalur Ujian Lokal Masuk UNCEN. Penulis memilih Jurusan Biologi, Fakultas MIPA lulus pada Tahun 2004. Pada Tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan sekolah Pascasarjana (S2) di Biosains Hewan IPB dengan sponsor BPPS.

Penulis bekerja sebagai staf dosen di Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Negeri Papua Manokwari sejak tahun 2005 hingga sekarang. Bidang mata kuliah yang diasuh adalah Biologi Umum, Taksonomi Hewan, Ekologi Hewan, Evolusi, dan Entomologi.

(13)

13

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR TABEL ... 14 DAFTAR GAMBAR ... 14 PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 3 Kontribusi Penelitian ... 3

Bagan Alur Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Biologi Kupu-Kupu ... 5

Klasifikasi Kupu-kupu ... 6

Penyebaran Kupu-kupu ... 8

Keragaman Kupu-kupu di Papua ... 9

Deskripsi Hutan Primer, Hutan Sekunder, Kebun dan Pemukiman ... 10

BAHAN DAN METODE ... 11

Waktu dan Tempat ... 11

Alat dan Bahan ... 11

Metode ... 12

Preservasi dan Identifikasi Spesimen Kupu-kupu... 13

Analisis Data ... 14

HASIL ... 15

PEMBAHASAN ... 35

SIMPULAN DAN SARAN ... 40

Simpulan ... 40

Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jumlah famili, subfamili, genus, spesies, individu, indeks keragaman, dan

evenness kupu-kupu di Gunung Meja ... 18

2 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu di Gunung Meja ... 19

3 Spesies kupu-kupu yang ditemukan di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman di Gunung Meja ... 20

4 Indeks Sorensen kuantitatif (CN) kupu-kupu di habitat hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman ... 27

5 Rata-rata nilai parameter lingkungan di hutan primer, hutan sekunder dengan kebun dan pemukiman di Gunung Meja ... 30

6 Korelasi Pearson, nilai p, dan persamaan regresi antara jumlah individu kupu-kupu dengan parameter lingkungan di Gunung Meja ... 30

7 Tumbuhan pakan larva kupu-kupu yang ditemukan pada lokasi pengamatan di Gunung Meja ... 33

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Bagan alur penelitian. ... 4 

2 Alat-alat yang digunakan pada penelitian kupu-kupu ... 11 

3 Tipe habitat di kawasan Gunung Meja ... 17 

4 Kupu-kupu famili Papilionidae yang sering ditemukan di Gunung Meja ... 24 

5 Kupu-kupu famili Pieridae yang sering ditemukan di Gunung Meja ... 25 

6 Kupu-kupu famili Lycaenidae yang sering ditemukan di Gunung Meja ... 25 

7 Kupu-kupu famili Nymphalidae yang sering ditemukan di Gunung Meja ... 26 

8 Jumlah spesies kupu-kupu di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman pada pengamatan pagi dan siang... 27 

9 Jumlah individu kupu-kupu di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman pada pengamatan pagi dan siang ... 28 

10 Kurva akumulasi penambahan jumlah spesies kupu-kupu per hari di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman. ... 29 

11 Scatter plot antara jumlah individu dengan parameter lingkungan di Gunung Meja ... 31 

12 Hasil analisis PCA antara jumlah individu dan jumlah spesies dengan parameter lingkungan di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman ... 32

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Papua merupakan salah satu kawasan di Indonesia yang mempunyai keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi dengan tipe ekosistem yang beragam serangga adalah salah satu kelompok fauna yang keragamannya tinggi. Di Papua, jumlahnya mencapai 300.000 spesies, 960 spesies diantaranya adalah Lepidoptera (Muller 2005).

Lepidoptera terdiri dari 45 superfamili dan satu di antaranya adalah superfamili Papilionoidea yang mencakup kupu-kupu. Superfamili Papilionoidea terdiri dari famili Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae, dan Nymphalidae (Kristensen 2007).

Kupu-kupu Papilionoidea yang sudah dilaporkan di Papua sebanyak 507 spesies (Barano 2000 dalam Muller 2005). Penelitian keanekaragaman spesies dan distribusi kupu-kupu di Papua, masih kurang. Penelitian yang sudah dilakukan yaitu masih terbatas di sebelah utara Kepulauan Papua, yaitu Sarmi, Memberamo, Biak, Jayapura, dan Habema (Mastrigt & Sibatani 1991). Di daerah kepala burung Papua sebelah barat yaitu Pegunungan Arfak dilaporkan terdapat 113 spesies (Panjaitan 2008), dan di Fakfak. Di kepulauan Moor dan Mambor juga telah dilakukan survei (Panjaitan, belum dipublikasikan). Penelitian yang telah dilakukan belum menjangkau semua wilayah yang ada di Papua, termasuk Gunung Meja.

Gunung Meja merupakan salah satu hutan tropis di Manokwari, Propinsi Papua Barat yang ditetapkan sebagai hutan wisata melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No.19/kpts/UM/I/1980 pada tanggal 12 Januari 1980 (Lekitoo et al. 2008a). Luas kawasan Gunung Meja mencapai 460.25 ha dengan ketinggian 75 – 175 m dpl. Hutan Wisata Gunung Meja merupakan hutan dataran rendah yang termasuk dalam formasi hutan hujan tropik basah yang mempunyai keragaman biologi yang tinggi. Secara geografi, kawasan ini berada pada koordinat 134º04’30’’ – 134º05’32” Bujur Timur dan 0º50’25” – 0º51’55” Lintang Selatan. Hutan Wisata Gunung Meja berbatasan langsung dengan perumahan penduduk, kebun pertanian, jalan raya dan perkantoran (Balai Litbang

(16)

Kehutanan Papua dan Maluku dan Universitas Negeri Papua). Letaknya yang strategis ini membuat peranannya sangat penting bagi masyarakat Manokwari. Fungsi utama Gunung Meja adalah sebagai sumber air. Selain itu, kawasan hutan ini juga berfungsi sebagai laboratorium hidup, tempat pendidikan dan pelatihan, dan salah satu sumber plasma nuftah.

Letak Gunung Meja yang strategis juga mengakibatkan tekanan dan ancaman terhadap flora dan fauna termasuk kupu-kupu semakin meningkat. Laju pembangunan di Manokwari sebagai ibu kota Propinsi Papua Barat yang didukung oleh program percepatan pembangunan Indonesia Timur dan pemberian otonomi khusus (Undang-Undang No.21 Tahun 2001), secara langsung ataupun tidak langsung berdampak juga pada pembukaan lahan, termasuk di kawasan Gunung Meja. Perladangan berpindah oleh masyarakat lokal di Gunung meja, juga mengakibatkan kerusakan hutan. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian terhadap komunitas flora dan fauna yang terdapat di kawasan ini. Salah satunya adalah komunitas kupu-kupu dan keragaman kupu-kupu yang hingga saat ini belum teridentifikasi seluruhnya. Sebagai areal hutan wisata, maka komunitas flora dan fauna yang ada di kawasan Gunung Meja harus dijaga kelestariannya dengan baik untuk memelihara keseimbangan dan keserasian ekosistem alami, termasuk di dalamnya komunitas kupu-kupu.

Kupu-kupu mempunyai keindahan warna dan corak sayap yang bervariasi sehingga banyak digemari oleh kolektor dan penggemar kupu-kupu, baik di dalam maupun di luar negeri. Salah satu kelompok kupu-kupu yang bernilai ekonomi tinggi adalah kupu-kupu sayap burung (Ornithoptera spp.), yang beberapa di antaranya merupakan kupu-kupu endemik di Papua. Budidaya kupu-kupu sayap burung oleh masyarakat lokal Manokwari dilakukan dengan menanam jenis tanaman yang menjadi makanannya. Budidaya kupu-kupu ini dapat membantu perekonomian masyarakat setempat dan secara tidak langsung menjaga keberlangsungan populasi kupu-kupu. Kupu-kupu juga mempunyai nilai estetika yang dapat dijadikan sebagai objek wisata dan objek studi yang menarik untuk dikunjungi oleh masyarakat umum dan pelajar di Papua serta sekaligus dapat menambah penghasilan masyarakat lokal.

(17)

3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari komunitas dan keragaman kupu-kupu berdasarkan tipe habitat di kawasan hutan wisata Gunung Meja, Kabupaten Manokwari. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mempelajari pengaruh parameter lingkungan (suhu, kelembaban, intensitas cahaya, curah ujan, kecepatan angin, dan tutupan kanopi) terhadap keragaman kupu-kupu di Gunung Meja.

Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan data atau informasi baru tentang komunitas dan keragaman kupu-kupu di kawasan Hutan Wisata Gunung Meja, Kabupaten Manokwari. Penelitian ini akan menambah informasi baru tentang penyebaran kupu-kupu di Papua, yang dapat digunakan untuk mendukung upaya konservasi kupu-kupu di kawasan Hutan Wisata Gunung Meja dan Papua pada umumnya.

(18)

Bagan Alur Penelitian

Bagan alur penelitian komunitas kupu-kupu di Gunung Meja adalah sebagai berikut (Gambar 1):

Gambar 1 Bagan alur penelitian. Faktor biotik:  Tanaman inang  Tanaman sumber nektar  Predator  Musuh alami Keragaman kupu-kupu Faktor lingkungan :  Kanopi  Kelembaban  Suhu  Ketinggian  Musim Karakter morfologi : Identifikasi spesies berdasarkan karakter morfologi sayap Analisis data Rekomendasi :  Pemerintah (Litbang Kehutanan Papua dan Maluku)

 Universitas terkait

 Masyarakat Hasil

(19)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Kupu-Kupu

Kupu-kupu termasuk dalam ordo Lepidoptera yang memiliki ciri bentuk dewasanya mempunyai dua pasang sayap yang ditutupi dengan bulu-bulu atau sisik. Bentuk tubuh kupu-kupu memanjang seperti tabung dengan simetri bilateral yakni, tubuh bagian sebelah kiri dan kanan sama. Tubuh kupu-kupu terbagi atas tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada bagian kepala dilengkapi dengan antena, mulut, dan mata. Antena berjumlah satu pasang yang tergulung di bawah kepala yang berfungsi sebagai alat penciuman. Bentuk antena panjang, ramping, dan membongkol pada ujungnya. Tipe alat mulut kupu-kupu dewasa adalah mengisap, yang dilengkapi dengan probosis. Probosis biasanya panjang dan melingkar yang terbentuk dari dua galea maksila dan saluran makanan di antara galea. Pada mulut juga terdapat labrum dan palpus labium. Mata majemuk sepasang dan kadang-kadang ada oceli atau mata tunggal. Toraks terbagi tiga bagian, yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Pada toraks terdapat tiga pasang tungkai dan dua pasang sayap. Pada sisik sayap, terdapat corak warna yang unik dan umumnya sayap belakang lebih kecil dari pada sayap depan. Bagian abdomen terdapat sistem pencernaan, ekskretori, dan reproduksi (Triplehorn & Johnson 2005).

Kupu-kupu mempunyai saluran pencernaan memanjang dari mulut (probosis) hingga anus. Saluran pencernaan terdiri dari tiga bagian, yaitu usus depan (stomodeum), usus tengah (mesenteron), dan usus belakang (proktodeum). Usus depan berfungsi untuk mengatur jalannya makanan menuju usus tengah. Usus tengah berfungsi untuk sekresi enzim-enzim pencernaan ke dalam lumen penyerapan makanan ke dalam tubuh. Usus belakang berfungsi sebagai alat pengeluaran feses (Triplehorn & Johnson 2005). Sistem ekskresi kupu-kupu berupa tubulus Malphigi. Sistem peredaran darahnya adalah sistem peredaran terbuka. Darah pada kupu-kupu disebut hemolimfe yang berwarna kekuningan atau kehijauan. Pada sistem peredaran darah terbuka, darah dari jantung dipompa ke aorta dan keluar ke hemosoel dan mengalir, menggenangi jaringan dan alat-alat tubuh lainnya. Sistem pernafasan kupu-kupu menggunakan sistem trakea, yaitu

(20)

sistem pernafasan terbuka (open respiratory system). Sistem trakea adalah suatu sistem saluran kutikula yang bermuara dari luar tubuh hingga ke spirakel, yang terletak pada bagian lateral tubuh. Sistem reproduksinya bersifat gonokoristik, yaitu alat kelamin pada individu jantan dan betina terpisah. Sistem saraf berupa sistem saraf tangga tali yang terdiri dari ganglion-ganglion pada setiap ruas tubuh. Kupu-kupu merupakan salah satu hewan berdarah dingin atau poikilotermik, yaitu suhu tubuh dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh kupu-kupu yang optimal pada saat terbang adalah berkisar antara 20 – 30oC (Triplehorn & Johnson 2005).

Kupu-kupu mengalami metamorfosis sempurna, yang dimulai dari telur – larva (ulat) – pupa (kepompong) – imago (dewasa). Larva terdiri dari kepala dan 13 segmen tubuh (3 segmen toraks dan 10 segmen abdomen). Kupu-kupu yang keluar dari kepompong siap untuk kawin dan bertelur. Pada umumnya kupu-kupu mempunyai siklus hidup 29-51 hari, bergantung pada spesies (Jumar 1997).

Klasifikasi Kupu-kupu

Kupu-kupu termasuk dalam Ordo Lepidoptera. Lepidoptera berasal dari kata lepido = sisik, dan ptera = sayap (Triplehorn & Johnson 2005). Lepidoptera terdiri dari 45 superfamili dan salah satunya adalah superfamili Papilionoidea, yang mencakup kupu-kupu (Kristensen 2007). Superfamili Papilionoidea terdiri dari lima famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae dan Nymphalidae. Famili Papilionidae terdiri dari dua subfamili, yaitu Papilioninae dan Parnassiinae. Parnassiinae hanya terdapat di Eropa. Famili Pieridae terdiri dari empat subfamili yaitu, Pierinae, Anthocharinae, Coliadinae, dan Dismorphinae. Famili Riodinidae terdiri dari satu subfamili, yaitu Riodininae. Famili Lycaenidae terdiri dari delapan subfamili, yaitu Curetinae, Lycaeninae, Theclinae, Poritiinae, Curetinae, Miletinae, Aphnaeinae, dan Polyommatinae. Famili Nymphalidae terdiri dari 12 subfamili, yaitu Limentitidinae, Heliconiinae, Apaturinae, Biblidinae, Cyrestinae, Nymphalinae, Pseudergolinae, Charaxinae, Satyrinae, Calinaginae, Danainae, dan Libytheinae (Brower 2008).

(21)

7

Ciri-ciri khas famili kupu-kupu dari Superfamili Papilionoidea adalah sebagai berikut :

Famili Papilionidae. Famili ini memiliki sayap belakang dengan perpanjangan

seperti ekor burung walet, sehingga sering disebut “swallowtails”. Tubuh umumnya berukuran besar, panjang sayap dapat mencapai 255 mm, berwarna gelap, putih atau abu-abu dengan bagia-bagian tertentu berwarna gelap. Ujung antena berbongkol tetapi tidak melekuk, pangkalnya berdekatan. Genus Ornithoptera memiliki corak warna hijau, kuning dan hitam. Larvanya gemuk, bertubuh halus, memiliki bintik-bintik mata pada ujung anterior, dan toraks melebar (Triplehorn & Johnson 2005).

Famili Pieridae. Famili ini dengan sayap biasanya berwarna orange, putih,

kuning, dan terkadang terdapat bercak hitam atau garis hitam pada tepi sayap. Sayap belakang agak bulat dan tidak memiliki ekor, umumnya sayap depan berukuran 22 – 35 mm, kecuali pada Delias aruna yang memiliki panjang sayap depan sekitar 44 mm. Larva umumnya berwarna hijau dan berbentuk silindris (Mastrigt & Rosariyanto 2005).

Famili Riodinidae. Famili ini dengan corak warna sayap coklat kemerahan, dan

terkadang berwarna gelap. Ukuran bentangan sayap sekitar 25 – 30 mm. Umumnya kupu-kupu ini hidup di daerah tropik bagian selatan Amerika (Triplehorn & Johnson 2005).

Famili Lycaenidae. Ukuran tubuh kecil dengan warna sayap yang beragam.

Corak warna sayap abu-abu gelap atau kecoklatan dengan garis halus pada permukaan bawah sayap dan juga terkadang bintik-bintik kemerahan pada bagian posterior sayap, merupakan ciri khas dari subfamili Theclinae. Sayap berwarna tembaga, corak warna umumnya putih dengan titik hitam pada tengah sayap adalah ciri dari subfamili Curetinae. Corak warna sayap atas biru dan terkadang dibatasi dengan warna hitam adalah ciri dari subfamili Lycaeninae. Subfamili Polyommatinae memiliki ciri khas dengan corak warna sayap atas biru dan terkadang terdapat perpanjangan seperti ekor pada sayap belakang. Sayap belakang dengan vena humeral yang menunjang ke depan atau membengkok.

(22)

Sayap terkadang terdapat bintik mata (eye spot) yang besar melebar (Triplehorn & Johnson 2005).

Famili Nymphalidae. Kupu-kupu dari famili ini sering disebut dengan

kupu-kupu bertungkai sikat, karena tungkainya memiliki bulu seperti sikat. Famili ini memiliki jumlah spesies yang cukup besar dibandingkan dengan anggota famili lainnya. Posisi tubuh pada saat hinggap, tungkainya melipat ke badan dan hanya menggunakan empat dari enam tungkainya. Warna dasar sayap umumnya coklat, orange dan hitam yang disertai dengan bintik-bintik pada pinggiran sayap, pada sayap bawah terkadang berwarna biru. Corak warna sayap hitam dengan garis kuning, dan juga berwarna coklat dan orange merupakan ciri subfamili Heliconiinae. Subfamili Limenitidinae memiliki garis hitam yang sempit pada sayap belakang dan terdapat sederet bintik-bintik putih pada tepi sayap. Subfamili Nymphalinae terkadang terlihat seperti daun mati dengan warna coklat hingga kehitaman, bagian tepi sayap terlihat berlekuk. Subfamili Danainae dicirikan dengan corak warna sayap transparan sampai kuning, abu-abu dan coklat dengan venasi sayap hitam. Pada beberapa jenis ada yang berwarna coklat hingga hitam dengan bercak putih. Ukuran sayap depan famili Nymphalidae bervariasi dari ukuran 25 – 80 mm (Mastrigt & Rosariyanto 2005; Triplehorn & Johnson 2005).

Penyebaran Kupu-kupu

Kupu-kupu memiliki penyebaran yang sangat luas. Penyebarannya tergantung pada iklim dan kondisi fisik yang mempengaruhi distribusi dan perkembangan tumbuhan. Kupu-kupu dapat hidup pada berbagai kondisi lingkungan, tetapi pada umumnya, sebagian besar kupu-kupu hidup pada daerah hutan hujan tropis (D’Abrera 1990). Cranston & Nauman (1994) membagi penyebaran serangga menjadi enam region yaitu, (i) Australian Region: Kep. Maluku, New Guinea, Australia, Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik; (ii) Oriental Region: Asia Selatan (Nepal, Tibet, India, Burma, Srilanka), Cina Selatan, Jepang, Korea, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia; (iii) Holarctic Region: Eropa, Sahara di Afrika, Asia Tengah dan Utara dan Asia Kecil; (iv)

(23)

9 Afrotropikal Region: Ethiopia, Afrika Selatan, Madagaskar; (v) Neotropical Region: Meksiko, Amerika Tengah, Kepulauan Hindia Barat dan Amerika Selatan; (vi) Neartik Region: Amerika Utara dari Greenland hingga ke dataran tinggi Meksiko.

Penyebaran kupu-kupu di suatu kawasan dipengaruhi oleh keadaan geografis, kemampuan spesies untuk menyebar dan preferensi habitat yang berbeda. Umumnya, kupu-kupu lebih menyukai daerah yang terbuka atau tipe habitat dengan tutupan kanopi yang tidak rapat. Kupu-kupu membutuhkan cahaya matahari untuk membantu pergerakan sayap.

Perpindahan (migrasi) populasi kupu-kupu dari suatu tempat ke tempat yang lain dapat disebabkan oleh faktor iklim yang kurang sesuai di habitat lama atau jumlah makanan yang berkurang pada musim tertentu. Perpindahan ini tidak selalu berhasil dalam sekali perjalanan. Beberapa spesies dapat berkembang biak selama dalam perjalanan (Whalley 1992).

Keragaman Kupu-kupu di Papua

Keragaman kupu-kupu di Papua tergolong tinggi, akan tetapi masih banyak daerah yang belum didata keragaman spesies kupu-kupunya. Kupu-kupu superfamili Papilionoidea yang sudah ditemukan di Papua, terdapat 507 spesies (Barano 2000 dalam Muller 2005) yang terdiri dari famili Papilionidae (27 spesies), Pieridae (110 spesies), Lycaenidae termasuk Riodinidae (250 spesies), dan famili Nymphalidae (120 spesies). Di sebelah utara Kepulauan Papua yaitu Sarmi, dilaporkan 94 spesies, Memberamo (130 spesies), Supiori (96 spesies), Jayapura (154 spesies), dan Habema (54 spesies) (Mastrigt & Sibatani 1991). Di daerah Kepala Burung Papua sebelah barat, yaitu Pegunungan Arfak, dilaporkan 113 spesies (Panjaitan 2008). Di daerah Fakfak dilaporkan 94 spesies (Panjaitan 2005, belum dipublikasikan), di kepulauan Moor dan Mambor dilaporkan 111 spesies (Panjaitan 2003, belum dipublikasikan), dan di Merauke dilaporkan 70 spesies (Panjaitan 2009, belum dipublikasikan).

(24)

Deskripsi Hutan Primer, Hutan Sekunder, Kebun dan Pemukiman

Hutan primer adalah hutan yang masih alami dan belum ada gangguan atau aktivitas manusia di dalamnya. Hutan primer dicirikan dengan adanya tegakan pohon-pohon besar yang sudah memiliki umur yang tua, dan lapisan tajuk atau tutupan kanopi pohon yang rapat. Hutan primer merupakan habitat bagi spesies tumbuhan dan hewan yang endemik, langka, dan rentan terancam punah, yang menjadikan hutan primer penting secara ekologi. Hutan primer terancam kelestariannya oleh sebab kerusakan habitat yang diakibatkan pembalakan atau pembukaan hutan. Kerusakan habitat hutan primer mengakibatkan penurunan tingkat keanekaragaman hayati, yang mempengaruhi spesies-spesies asli yang kehidupannya bergantung pada lingkungan yang disediakan oleh hutan primer (Smith et al. 1997).

Hutan sekunder merupakan hutan yang sebelumnya sudah ada gangguan atau aktivitas manusia di dalamnya dan sedang mengalami regenerasi atau pemulihan akibat kerusakan ekologis. Hutan sekunder terbentuk setelah adanya perladangan berpindah dan penebangan pohon. Ciri-ciri dari hutan sekunder, yaitu terjadinya interupsi dari tutupan pohon yang berkelanjutan, terdapat formasi vegetasi padang rumput, tanaman bekas pertanian, dan terdapat lahan kosong. Hutan sekunder umumnya dapat pulih kembali menjadi hutan primer apabila tidak terjadi lagi gangguan, namun hal ini memerlukan waktu yang lama (Irwanto 2006).

Kebun dan pemukiman merupakan lahan yang dikelola oleh perorangan atau kelompok masyarakat sebagai tempat tinggal dan kebun campuran. Kebun campuran terdiri atas campuran yang tidak teratur antara tanaman tahunan yang menghasilkan buah-buahan dan sayuran serta tanaman semusim yang terletak di sekitar rumah. Tumbuhan yang umumnya ditemukan termasuk pohon-pohon, tanaman merambat, sayuran dan herba sepanjang tahun. Di kebun dan pemukiman terdapat variasi yang besar dalam jenis tanaman dan intensitas penanaman yang ditentukan oleh jenis tanah, musim, kebutuhan, dan kebiasaan penduduk (Arsyad 2006).

(25)

11

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Wisata Gunung Meja, Kabupaten Manokwari, Papua Barat (Lampiran 1) pada bulan Maret 2010 sampai Januari 2011. Identifikasi dan preservasi spesimen dilakukan di Laboratorium Terpadu dan di Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi FMIPA IPB Bogor.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah jaring serangga, pinset, kertas papilot, altimeter, GPS (Global Position System), thermohygrometer, luxmeter, anemometer, jarum suntik, jarum pentul, jarum serangga, kotak spesimen, amplop spesimen, papan perentang, oven, kamera, alat tulis, buku identifikasi kupu-kupu (Gambar 2). Bahan yang digunakan adalah etanol 70 % dan kapur barus.

f

a b c

d e

Gambar 2 Alat-alat yang digunakan pada penelitian kupu-kupu: jaring serangga (a), amplop spesimen (b), thermohygrometer (c), anemometer (d), luxmeter (e), kotak spesimen (f).

(26)

Metode

Koleksi dan pengamatan keragaman kupu-kupu dilakukan dengan survei langsung dan menggunakan metode scan sampling (Martin & Bateson 1993). Metode scan sampling, yaitu mendata langsung spesies di sepanjang jalur yang sudah ada pada tiga habitat, yaitu hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman. Penelitian diawali dengan mengukur titik koordinat dengan menggunakan GPS untuk menentukan koordinat lokasi penelitian pada setiap tipe habitat. Setelah itu, ditentukan jalur pengamatan pada setiap tipe habitat, dengan mengikuti jalan setapak yang sudah ada. Pengamatan kupu-kupu dilakukan dengan berhenti sekitar 5 menit pada titik pengamatan sambil menghitung jumlah individu dan spesies kupu-kupu yang terlihat pada titik-titik pengamatan (mengamati 10 m ke arah kiri dan ke kanan atau disesuaikan dengan jarak pandang sesuai keadaan lokasi pengamatan). Kemudian berjalan lagi sekitar 10 m dan melakukan pengamatan yang sama, dan diulangi lagi hingga batas jalur yang sudah ditentukan.

Kupu-kupu yang tidak dapat diidentifikasi langsung pada saat pengamatan, diambil sampelnya dengan menggunakan jaring serangga dan dimasukkan ke dalam amplop spesimen dengan menggunakan pinset setelah dimatikan dengan memencet toraks kupu-kupu. Kupu-kupu yang berukuran besar (genus Ornithoptera) disuntik dengan etanol 70% pada bagian abdomennya untuk mencegah pembusukan. Sampel digunakan untuk identifikasi lebih lanjut. Pada saat pengamatan kupu-kupu, dilakukan juga pengukuran parameter lingkungan, yang diukur setiap 1 jam sekali di setiap tipe habitat. Selain itu, dilakukan juga identifikasi beberapa tumbuhan yang menjadi pakan larva kupu-kupu.

(27)

13

Pengamatan keragaman kupu-kupu dilakukan sebanyak 11 hari di setiap tipe habitat, dalam dua periode, yaitu pagi dan siang hari. Periode pagi dilakukan pada pukul 08.00 – 12.00 WIT dan siang dilakukan pada pukul 12.00 – 16.00 WIT. Pengamatan di hutan primer dilakukan pada bulan Juli 2010, yaitu tanggal 14, 16, 17, 22, 27, 29, 30, dan bulan Agustus 2010, yaitu tanggal 5, 7, 14, 17. Pengamatan di hutan sekunder dilakukan pada bulan Juli 2010, yaitu tanggal 15, 19, 21, 24, 28 dan bulan Agustus 2010, yaitu tanggal 3, 4, 6, 11, 13, 16. Pengamatan di kebun-pemukiman dilakukan pada bulan Juli 2010, yaitu tanggal 13, 20, 23, 26, 31, dan pada bulan Agustus 2010, yaitu tanggal 2, 9, 10, 12, 15, 18.

Preservasi dan Identifikasi Spesimen Kupu-kupu

Preservasi kupu-kupu dilakukan di Bagian Biosistematik dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB. Spesimen yang sudah dikoleksi dari lapangan dikeluarkan dari amplop, kemudian ditusuk pada bagian torak dengan menggunakan jarum pentul dengan posisi kupu-kupu tegak lurus dengan jarum. Jarum ditusuk kembali ke celah papan perentang dengan posisi sayap sejajar dengan kiri dan kanan papan perentang kemudian sayap, kepala, dan abdomen ditata sejajar dengan papan perentang dibantu dengan kertas papilot dan jarum pentul. Spesimen dan papan perentang dimasukkan ke dalam oven pada suhu 370C sampai spesimen kering sekitar satu minggu. Kemudian spesimen dikeluarkan dan dibuka dari papan perentang dan dimasukkan ke dalam kotak spesimen atau lemari penyimpanan spesimen. Spesimen kupu-kupu hasil penelitian disimpan di Bagian Biosistematik dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB Bogor dan di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi, FMIPA UNIPA Manokwari. Jumlah total kupu-kupu yang tertangkap sebanyak 216 individu.

Identifikasi spesimen kupu-kupu dilakukan berdasarkan Parsons (1999), D’Abrera (1990), Mastrigt & Rosariyanto (2005), dan Brower (2008). Identifikasi tumbuhan pakan kupu-kupu berdasarkan Lekitoo et al. 2008a dan Lekitoo et al. 2008b.

(28)

Analisis Data

Kupu-kupu yang sudah diidentifikasi dikelompokkan berdasarkan tipe habitat dan dihitung keragamannya. Keragaman kupu-kupu dikaitkan dengan faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Keragaman kupu-kupu dihitung dengan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan nilai evenness (Krebs 1988). Kesamaan spesies kupu-kupu antara dua habitat yang berbeda dihitung dengan indeks Sorensen kuantitatif (Magurran 1988).

Rumus yang digunakan yaitu: H’ = - ∑ Pi ln Pi; Pi = ni/N

max

' H H E , Hmax = Ln S

aN bN

C jN N 2

Keterangan: H’ : Indeks Shannon - Wiener

ni : Jumlah individu untuk spesies yang diamati N : Jumlah total individu

E : Nilai Evenness

S : Jumlah spesies pada habitat CN : Indeks Sorensen kuantitatif

jN : Jumlah individu terendah pada habitat A dan B aN : Jumlah individu pada habitat A

bN : Jumlah individu pada habitat B

Analisis PCA (Principle Component Analysis) digunakan untuk menggambarkan kaitan antara keragaman kupu-kupu dengan faktor lingkungan (suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, tutupan kanopi dan curah hujan) dengan menggunakan program R (Everitt & Hothorn 2006). Data individu kupu-kupu dan parameter lingkungan juga ditampilkan dalam bentuk scatter plot. Data jumlah spesies dan individu kupu-kupu yang ditampilkan dengan grafik batang dengan error bar menggunakan program Sigmaplot 2001.

(29)

15

HASIL

Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan hutan wisata alam Gunung Meja, pada tiga tipe habitat yaitu, hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman (Gambar 3). Deskripsi lokasi penelitian adalah sebagai berikut :

Hutan Primer (Gambar 3a). Secara geografis hutan ini berada pada koordinat

134º05’11” sampai 134º05’58” Bujur Timur dan 0º51’22” sampai 0º51’51” Lintang Selatan, dengan luas kawasan sekitar 100 ha dan ketinggian 177 m dpl. Suhu udara di hutan primer selama penelitian, berkisar antara 24 – 25oC (pengukuran dilakukan di bawah tegakan dengan kondisi musim kemarau) dengan tutupan kanopi 90 – 100%. Kelembaban udara berkisar antara 88 – 98%, kecepatan angin berkisar antara 0.1 – 0.35 knot. Tumbuhan yang dominan di lokasi ini, adalah Cerbera floribunda, Lepiniopsis ternatensis (Apocynaceae), Aristolochia tagala (Aristochiaceae), Areca macrocalyx (Arecaceae), Cynanchum ovalifolium, Heterostemma papuana (Asclepiadaceae), Terminalia catappa (Combretaceae), Flacourtia zippelii (Flacourtiaceae), Gnetum gnemon (Gnetaceae), Bambusa vulgaris, Grammatophyllum speciosum, G. papuanum, Imperata sp. (Gramineae), Litsea irianensis (Lauraceae), Sida rhombifolia (Malvaceae), Ficus benyamina, Ficus sp. (Moraceae), Syzygium sp. (Myrtaceae), Pandanus conoideus (Pandanaceae), Mucuna novoguinensis (Papilionaceae), Piper aduncum (Piperaceae), Pometia pinnata (Sapindaceae), Elatostema sp. (Urticaceae), dan Amomum aculeatum (Zingiberaceae).

Hutan sekunder (Gambar 3b). Secara geografis hutan ini berada pada

koordinat 134º04’17” sampai 134º05’57” Bujur Timur dan 0º50’47” sampai 0º51’53” Lintang Selatan dengan luas kawasan sekitar 360 ha dan ketinggian 16 – 177 m dpl. Suhu udara di hutan sekunder selama penelitian berkisar antara 22 – 26oC (pengukuran dilakukan di bawah tegakan dengan kondisi musim kemarau) dengan tutupan kanopi 30 – 85%. Kelembaban udara berkisar antara 83 – 90%, kecepatan angin berkisar antara 0.1 – 0.93 knot. Tumbuhan yang dominan di lokasi ini, adalah Annona muricata (Annonaceae), Aristolochia tagala (Aristochiaceae), Areca macrocalyx (Arecaceae), Cynanchum ovalifolium,

(30)

Heterostemma papuana (Asclepiadaceae), Ananas comosus (Bromeliaceae), Adiantum cuneatum (Ceratopteridaceae), Terminalia catappa (Combretaceae), Spathiostemon javansis (Euphorbiaceae), Flacourtia zippelii (Flacourtiaceae), Medusantera laxiflora (Icacinaceae), Cassia alata, Desmodium laxum, Intsia bijuga, Leucaena leucocephala, Pueraria sp, (Fabaceae), Bambusa vulgaris, Grammatophyllum scriptum, Imperata sp. (Gramineae), Litsea irianensis (Lauraceae), Sida rhombifolia (Malvaceae), Artocarpus altilis, Ficus benyamina, Ficus sp. (Moraceae), Musa paradisiaca (Musaceae), Pandanus conoideus (Pandanaceae), Passiflora foetida (Passifloraceae), Piper aduncum (Piperaceae), Asplenium nidus, Neprolepis bisserate (Polypodiaceae), Citrus spp., Euodia elleryana (Rutaceae), Pometia pinnata (Sapindaceae), Palaquium amboinensis (Sapotaceae), Elatostema sp. (Urticaceae), dan Lantana camara (Verbenaceae).

Kebun dan Pemukiman (Gambar 3c). Secara geografis berada pada

koordinat 134º04’10” sampai 134º05’38” Bujur Timur dan 0º50’08” sampai 0º51’11” Lintang Selatan dengan luas kawasan sekitar 360 ha dan ketinggian 16 – 90 m dpl. Suhu udara di kebun dan pemkiman selama penelitian, berkisar antara 23 – 32oC (pengukuran dilakukan dibawah tegakan dengan kondisi musim kemarau) dengan tutupan kanopi 0 – 68%. Kelembaban udara berkisar antara 55 – 80%, kecepatan angin berkisar antara 0.2 – 51.49 knot. Tumbuhan yang dominan di lokasi ini, adalah Ixora sp. (Acanthaceae), Mangifera indica (Anacardiaceae), Annona muricata (Annonaceae), Colocasia esculentum (Araceae), Aristolochia tagala (Aristochiaceae), Cynanchum ovalifolium, Heterostemma papuana (Asclepiadaceae), Durio zibethinus (Bombaceae), Ananas comosus (Bromeliaceae), Carica papaya (Caricaceae), Ipomoea batatas (Convolvulaceae), Aleurites moluccana, Manihot uttilisima (Euphorbiaceae), Cassia alata, C. spectabilis, Desmodium laxum, Pueraria sp. (Fabaceae), Flacourtia zippelii (Flacourtiaceae), Zea mays, Imperata sp. (Gramineae), Litsea irianensis (Lauraceae), Hibiscus rosa-sinensis, Sida rhombifolia (Malvaceae), Lansium demesticum (Meliaceae), Artocarpus altilis, Artocarpus heterophyllus (Moraceae), Musa paradisiaca (Musaceae), Syzygium aromaticum, Syzygium polyanthum (Myrtaceae), Myristica sp. (Myristicaceae), Dendrobium sp.

(31)

17 (Orchidaceae), Metroxylon sagu (Palmae), Piper aduncum (Piperaceae), Asplenium nidus, Neprolepis bisserate, (Polypodiaceae), Rubus moluccanus (Rosaceae), Morinda citrifolia (Rubiaceae), Citrus spp., Euodia elleryana (Rutaceae), Nephelium lappaceum, Pometia sp. (Sapindaceae), Capsicum frutencens (Solanaceae), dan Lantana camara (Verbenaceae).

Kupu-kupu di kawasan hutan wisata alam Gunung Meja ditemukan 113 spesies dari 4049 individu kupu-kupu, yang termasuk dalam lima famili, yaitu Papilionidae (14 spesies), Pieridae (13 spesies), Riodinidae (1 spesies), Lycaenidae (29 spesies), dan Nymphalidae (55 spesies). Keragaman spesies kupu-kupu tinggi di hutan primer (H’ = 3.50) dan hutan sekunder (H’ = 3.48), sedangkan di kebun dan pemukiman tergolong sedang (H’ = 2.83). Nilai evenness

a

b

c

Gambar 3 Tipe habitat di kawasan Gunung Meja: hutan primer (a), hutan sekunder (b), kebun dan pemukiman (c).

(32)

kupu-kupu tinggi di hutan primer dan hutan sekunder (E = 0.81) sedangkan pada kebun dan pemukiman lebih rendah (E = 0.68) (Tabel 1).

Tabel 1 Jumlah famili, subfamili, genus, spesies, individu, indeks keragaman, dan evenness kupu-kupu di Gunung Meja

Takson/ Keragaman

Tipe Habitat

Hutan Primer Hutan Sekunder Pemukiman Kebun & Total

∑Famili 5 4 4 5 ∑Subfamili 12 10 10 14 ∑Genus 45 47 34 60 ∑Spesies 75 77 63 113 ∑Individu 999 1119 1931 4049 Nilai H' 3.48 3.5 2.83 4.08 Nilai E 0.81 0.81 0.68 0.86

Keterangan: H'=Index Shanon Wiener, E= Nilai evenness

Di kawasan Gunung Meja ditemukan 14 subfamili dari lima famili kupu-kupu. Papilionidae ditemukan satu subfamili yaitu subfamili Papilioninae yang terdiri dari 14 spesies. Pieridae yang ditemukan dua subfamili, yaitu subfamili Coliadinae enam spesies dan Pierinae tujuh spesies. Subfamili Riodininae dari famili Riodinidae ditemukan satu spesies dengan dua individu. Lycaenidae ditemukan dua subfamili, yaitu subfamili Theclinae (9 spesies) dan Polyommatinae ditemukan 19 spesies. Nymphalidae ditemukan delapan subfamili. Di antara subfamili Nymphalidae, spesies terbanyak dari subfamili Satyrinae 17 spesies dan yang paling sedikit dari subfamili Apaturinae ditemukan satu spesies dan satu individu yang ditemukan sedang hinggap pada pohon durian di hutan sekunder (Tabel 2).

(33)

19 Tabel 2 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu di Gunung Meja

Famili/  Hutan 

Primer  Hutan Sekunder 

Kebun & 

Pemukiman  Total 

Subfamili  ∑Sp  ∑ indv  ∑Sp  ∑Indv  ∑Sp  ∑Indv  Sp  Indv 

Papilionidae                               Papilioninae  13 158 11  142 11 192  14  492 Pieridae                          Coliadinae 1 102 3  149 6 343  6  594 Pierinae 6 89 6  89 6 54  7  232 Riodinidae                          Riodininae 1 2 ‐  ‐ ‐ ‐  1  2 Lycaenidae Theclinae 5 43 9  57 4 29  9  129 Polyommatinae 10 57 14  154 13 312  19  523 Nymphalidae                         Danainae 7 28 9  40 4 134  8  202 Satyrinae 14 281 11  269 8 509  17  1059 Charaxinae 2 24 1  2 ‐ ‐  2  26 Apaturinae ‐ ‐ 1  1 1  1 Cyrestinae 1 42 2  38 1 1  2  81 Lymenitidinae 8 61 6  48 2 29  9  138 Nymphalinae 5 25 6  38 5 306  10  369 Heliconiinae 5 62 5  92 2 22  5  176

Jumlah spesies yang ditemukan pada tiga lokasi pengamatan berbeda-beda. Di hutan primer ditemukan 75 spesies, di hutan sekunder ditemukan 77 spesies, kebun dan pemukiman ditemukan 63 spesies. Jumlah individu paling banyak ditemukan di lokasi kebun dan pemukiman (1.931 individu), hutan sekunder (1.119 individu), dan hutan primer (999 individu). Spesies yang paling banyak dan sering ditemukan adalah Mycalesis terminus (362 individu) dan M. phidon (300 individu).

Spesies yang hanya ditemukan satu kali dalam pengamatan adalah Graphium thule, Delias aruna, Nacaduba cyanea, Psychonotis caelius, Tellervo assarica, Taenaris dimona, Morphopsis albertisi, Polyura jupiter, Euthaliopsis aconthea, Doleschallia hexophtalmos, dan D. noorna. Kesebelas spesies tersebut hanya ditemukan di hutan primer. Di hutan sekunder juga ditemukan satu spesies, yaitu Philiris harterti, Arhopala admete, Melanitis amabilis, Apaturina erminea

(34)

dan Pantoporia consimilis. Di kebun dan pemukiman, spesies yang ditemukan sekali adalah Catopyrops ancyra, C. panormus dan Junonia vilida (Tabel 3). Tabel 3 Spesies kupu-kupu yang ditemukan di hutan primer, hutan sekunder,

kebun dan pemukiman di Gunung Meja Famili

Subfamili Jumlah Individu

Spesies Primer Hutan Sekunder Hutan Pemukiman Kebun & Total

Papilionidae

Papilioninae

Pachliopta polydorus Linnaeus 8 - - 8

Ornithoptera priamus Linnaeus 16 4 10 30

Graphium agamemnon Linnaeus 19 25 26 70

Graphium macfarlanei Butler 4 1 - 5

Graphium codrus Cramer 1 1 1 3

Graphium sarpedon Linnaeus 4 9 20 33

Graphium thule Wallace 1 - - 1

Papilio demoleus Linnaeus - - 11 11 Papilio aegeus Donovan 64 54 72 190 Papilio ambrax Boisduval 31 22 25 78

Papilio fuscus Goeze 2 3 1 6

Papilio albinus Wallace 1 3 4 8

Papilio ulysses Linnaeus 11 10 19 40 Papilio euchenor Guerin & Meneville 7 10 3 20

Pieridae Coliadinae

Catopsilia pomona Fabricius - - 102 102

Catopsilia scylla Linnaeus - - 30 30 Catopsilia pyranthe Linnaeus - - 17 17

Eurema hecabe Linnaeus - 81 157 238

Eurema blanda Boisduval - 5 17 22

Eurema puella Boisduval 102 63 20 185

Pierinae

Elodina andropis Butler 14 9 7 30

Appias paulina Cramer 1 1 3 5

Appias ada Stoll 5 14 5 24

Pareronia jobaea Bingham 57 59 28 144

Delias aruna Boisduval 1 - - 1

Cepora abnormis Wallace - 5 2 7

(35)

21

Lanjutan tabel 3 Famili

Subfamili Jumlah Individu

Spesies PrimerHutan SekunderHutan Pemukiman Kebun & Total

Riodinidae

Dicallaneura decorata Hewitson 2 - - 2

Lycaenidae Theclinae

Hypochrysops polycletus Linnaeus - 2 - 2 Philiris harterti Grose & Smith - 1 - 1 Philiris helena Snellen 2 2 6 10 Arhopala madytus Fruhstorfer 32 19 7 58 Arhopala admete Hewitson - 1 - 1 Arhopala micale Boisduval 4 12 12 28 Rapala varuna Horsfield - 15 - 15 Hypolycaena phorbas Fabricius 1 1 4 6 Hypolycaena erylus Godart 4 4 - 8 Polyommatinae

Nacaduba berenice Herrich & Schaffer 2 3 4 9

Nacaduba cyanea Cramer 1 - - 1

Danis phroso Grose&Smith 1 20 - 21 Psychonotis caelius Felder 1 - - 1 Catopyrops ancyra Felder - - 1 1 Catochrysops panormus Felder - - 1 1 Erysichton lineata Fruhstorfer - 3 - 3 Ionolyce helicon Felder - 20 - 20

Jamides celeno Cramer 3 2 5 10

Jamides aetherialis Butler 2 3 2 7

Jamides aleuas Felder 1 1 6 8

Jamides bochus Stoll 4 40 9 53

Jamides coritus Guerin & Meneville 3 2 1 6 Lampides boeticus Linnaeus - 1 28 29 Pithecops dionisius Boisduval 39 45 26 110

Polyommatinae

Zizula hylax Fabricius - - 56 56

Zizina labradus Godart - 3 - 3

Everes lacturnus Godart - 4 67 71 Euchrysops cnejus Fabricius - 7 106 113

(36)

Lanjutan tabel 3 Famili

Subfamili Jumlah Individu

Spesies Primer Hutan Sekunder Hutan Pemukiman Kebun & Total

Nymphalidae Danainae

Tellervo assarica Stoll 1 - - 1

Ideopsis juventa Cramer 1 6 11 18 Ideopsis vitrea onina Horsfield 8 8 1 17 Tirumala hamata Macleay - 21 59 80 Danaus affinis Fabricius - - 63 63 Euploea phaenareta Schaller 3 - - 3 Euploea leucostictos Gmelin 5 3 - 8 Euploea treitschkei Boisduval 2 - - 2 Euploea tulliolus Fabricius 8 2 - 10

Satyrinae

Taenaris catops Westwood 38 13 3 54 Taenaris hyperbolus Kirsch 1 1 - 2

Taenaris dimona Hewitson 1 - - 1

Taenaris myops Felder 12 1 - 13

Morphopsis albertisi Oberthur 1 - - 1 Mycalesis duponchelii

Guerin&Meneville 101 - 4 105

Mycalesis phidon Hewitson 1 95 204 300 Mycalesis durga Smith & Kirby 2 - - 2 Mycalesis mahadeva Boisduval 101 - - 101 Mycalesis elia Grose&Smith - - 2 2 Mycalesis terminus Fabricius - 131 231 362 Mycalesis shiva Boisduval 1 6 54 61 Mycalesis comes Grose & Smith 2 - - 2 Harsiesis yolanthe Fruhstorfer 4 13 1 18 Melanitis leda Linnaeus 10 7 10 27 Melanitis constantia Cramer 6 1 - 7 Melanitis amabilis Boisduval - 1 - 1

Charaxinae

Prothoe australis Guerin & Meneville 23 2 - 25

Polyura jupiter Butler 1 - - 1

Apaturinae

(37)

23

Lanjutan tabel 3 Famili

Subfamili Jumlah Individu

Spesies Primer Hutan Sekunder Hutan Pemukiman Kebun & Total Cyrestinae

Cyrestis acilia Godart 42 36 - 78

Cyrestis achates Butler - 2 1 3

Limenitidinae

Lexias aerope Linnaeus 21 10 - 31

Parthenos aspila Honrath 4 1 - 5

Euthaliopsis aetion Hewitson 3 - - 3 Euthaliopsis aconthea Cramer 1 - - 1 Pantoporia consimilis Boisduval - 1 - 1 Pantoporia venilia Linnaeus 10 20 17 47 Neptis praslini Boisduval 18 14 12 44 Neptis satina Grose & Smith 2 2 - 4

Phaedyma shepherdi Moore 2 - - 2

Nymphalinae

Doleschallia hexophthalmos Gmelin 1 - - 1 Doleschallia noorna Grose & Smith 1 - - 1 Mynes geoffroyi Guerin &

Meneville - 2 - 2

Hypolimnas alimena Linnaeus 1 10 28 39

Hypolimnas bolina Linnaeus - - 12 12

Hypolimnas deois Hewitson 11 5 - 16

Yoma algina Boisduval 11 8 - 19

Junonia hedonia Linnaeus - 12 264 276 Junonia villida Fabricius - - 1 1

Junonia erigone Cramer - 1 1 2

Heliconiinae

Cethosia cydippe Linnaeus 14 11 5 30

Vindula arsinoe Cramer 4 2 - 6

Cirrochroa regina Felder 2 1 - 3 Cupha prosope Fabricius 21 44 17 82 Cupha crameri Billberg 21 34 - 55

Total 999 1119 1931 4049

(38)

Kupu-kupu dari famili Papilionidae yang ditemukan di Gunung Meja terdapat 14 spesies. Papilionidae yang paling sering ditemukan adalah Ornithoptera priamus, Graphium agamemnon, Papilio ambrax, P. aegeus, dan P. demoleus (Gambar 4).

Gambar 4 Kupu-kupu famili Papilionidae yang sering ditemukan di Gunung Meja: Ornithoptera priamus♂ (a), Ornithoptera priamus♀ (b), Graphium agamemnon♂ (c), Graphium agamemnon♀ (d), Papilio ambrax ♂ (e), Papilio ambrax♀ (f), Papilio aegeus♂ (g), dan Papilio demoleus♂ (h). g h e c d f b a 1 cm 1 cm 1cm 1cm 1cm 1cm 1cm 1cm

(39)

25 Famili Pieridae yang ditemukan di Gunung Meja terdapat 13 spesies dan tersebar di semua tipe habitat pengamatan. Kupu - kupu dari Pieridae yang paling sering ditemukan, yaitu C. pomona, C. pyranthe, C. scylla, E. hecabe, E. puella, dan P. zeboae (Gambar 5).

Famili Lycaenidae yang paling banyak ditemukan di kawasan Gunung Meja, yaitu A. madytus, P. helena, dan J. celeno (Gambar 6). Jenis-jenis kupu-kupu tersebut tersebar pada ketiga lokasi pengamatan.

Gambar 5 Kupu-kupu famili Pieridae yang sering ditemukan di Gunung Meja: Catopsilia pomona ♂ (a), Catopsilia pyranthe ♀ (b), Catopsilia scylla

♂ (c), Eurema puella♀ (d), dan Pareronia zeboae ♂ (e).

a b c

d e

1cm  1cm 1cm 

1cm  1cm

Gambar 6 Kupu-kupu famili Lycaenidae yang sering ditemukan di Gunung Meja: Arhopala madytus (a), Philiris helena (b), dan Jamides celeno (c).

(40)

Kupu-kupu dari famili Nymphalidae yang banyak ditemukan pada lokasi pengamatan, yaitu M. terminus, M. phidon, dan M. duphonchelii (Gambar 7). Genus ini umumnya terbang rendah dan tersebar pada lokasi pengamatan. T. catops ditemukan pada ketiga tipe habitat dengan tumbuhan yang menjadi makanan utamanya adalah pakis yang juga terdapat pada ketiga tipe habitat.

Gambar 7 Kupu-kupu famili Nymphalidae yang sering ditemukan di Gunung Meja: Ideopsis vitrea onina (a), Tirumala hamata (b), Danaus affinis (c), Euploea tulliolus (d), Hypolimnas alimena (e), Taenaris catops (f), Mycalesis duponchelii (g), Mycalesis terminus (h), Mycalesis phidon (i), Cethosia cydippe (j), Cyrestis acilia (k), Neptis praslini (l), dan Junonia hedonia (m).

a b c d f g h i k l e m j 1cm  1cm 1cm  1cm  1cm  1cm  1cm  1cm  1cm 1cm  1cm  1cm  1cm 

(41)

27 Berdasarkan perhitungan indeks Sorensens kuantitatif (CN), kesamaan spesies antara hutan primer dengan hutan sekunder tinggi (CN = 0.50). Kesamaan spesies antara hutan primer dengan kebun - pemukiman tergolong rendah (CN = 0.22) (Tabel 4).

Tabel 4 Indeks Sorensen kuantitatif (CN) kupu-kupu di habitat hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman

Tipe habitat Hutan Primer Hutan Sekunder Kebun & Pemukiman

Hutan Primer Hutan Sekunder Kebun & Pemukiman

1 0,50

1

0,22 0,46 1

Berdasarkan waktu pengamatan, jumlah spesies yang ditemukan pada pagi hari lebih banyak dibandingkan siang hari (Gambar 8). Pengamatan di hutan primer ditemukan 75 spesies pada pagi hari dan 45 spesies pada siang hari. Pengamatan di hutan sekunder ditemukan 65 spesies pada pagi hari dan 48 spesies pada siang hari. Pengamatan di kebun dan pemukiman ditemukan 57 spesies pada pagi hari dan 45 spesies di siang hari.

Gambar 8 Jumlah spesies kupu-kupu di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan

pemukiman pada pengamatan pagi dan siang. Standard error ditunjukkan pada setiap bar.

2 3 1 2 3 1 1. Hutan primer 2. Hutan sekunder 3. Kebun & pemukiman

(42)

Jumlah individu kupu-kupu yang ditemukan pada pagi hari lebih banyak dibandingkan dengan pengamatan pada siang hari. Di hutan primer ditemukan 666 individu pada pagi hari dan 333 individu pada siang hari. Di hutan sekunder ditemukan 696 individu pada pagi hari dan ditemukan 423 individu pada siang hari. Di kebun dan pemukiman ditemukan 1152 individu pada pagi hari dan ditemukan 779 individu pada siang hari (Gambar 9). Jumlah individu kupu-kupu yang paling tinggi ditemukan di kebun dan pemukiman. Spesies yang paling banyak jumlah individu yang ditemukan di kebun dan pemukiman dibandingkan di lokasi lainnya, adalah Catopsilia pomona (102 individu), Eurema hecabe (157 individu), Mycalesis terminus (362 individu) dan M. phidon (300 individu).

Gambar 9 Jumlah individu kupu-kupu di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman pada pengamatan pagi dan siang. Standard error ditunjukkan pada setiap bar.

1. Hutan primer 2. Hutan sekunder 3. Kebun & pemukiman 1 2 3

1 2 3

(43)

29

Selama 33 hari pengamatan di tiga lokasi, yaitu 11 hari di hutan primer, 11 hari di hutan sekunder, 11 hari pengamatan di kebun dan pemukiman. Di hutan primer dan hutan sekunder jumlah kupu-kupu masih terus bertambah hingga hari terakhir, sehingga kurva belum mencapai titik stasioner (Gambar 10). Jika dilakukan penambahan hari pengamatan, kemungkinan terjadi penambahan jumlah spesies. Di kebun dan pemukiman terlihat sudah stabil, kemungkinan tidak ada lagi penambahan spesies.

Keragaman Kupu-kupu dalam Kaitannya dengan Faktor Lingkungan

Parameter lingkangan pada saat pengamatan di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman berbeda-beda. Suhu rata-rata di hutan primer dan hutan sekunder tidak menujukkan perbedaan. Curah hujan tertinggi terjadi pada saat pengamatan di lokasi kebun dan pemukiman (Tabel 5).

Gambar 10 Kurva akumulasi penambahan jumlah spesies kupu-kupu per hari di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman.

(44)

Tabel 5 Rata-rata nilai parameter lingkungan di hutan primer, hutan sekunder dengan kebun dan pemukiman di Gunung Meja

Suhu (C) RH (%) IC (Lux) KA (knot) Kanopi (%) CH (mm) Habitat Hutan Primer 24.85 93.03 625.89 0.25 96.04 2.15 Hutan Sekunder 24.95 88.39 1000.8 0.76 69.15 1.65 Kebun & Pemukiman 26.91 73.29 1513.3 5.95 14.95 5.1

Keterangan RH: kelembaban; IC: Intensitas Cahaya matahari; KA: Kecepatan Angin; CH: Curah Hujan; nilai= rata-rata/hari; sumber data CH dari BMG Rendani Manokwari

Juli – Agustus 2010.

Berdasarkan analisis regresi antara parameter lingkungan dengan jumlah individu kupu-kupu terdapat respon yang berbeda-beda. Suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan tutupan kanopi memberikan pengaruh yang signifikan (p = 0.02, p = 0.0004, p = 0.04, 0.0005) terhadap jumlah kupu-kupu. Kecepatan angin dan curah hujan tidak memberikan pengaruh yang signifikan (p = 0.78, p = 0.41) (Tabel 6). Bentuk scatter plot antara parameter lingkungan dengan jumlah individu kupu-kupu yang diamati menunjukkan sebaran data yang berbeda. Sebaran data kelembaban (RH), suhu, intensitas cahaya (IC), dan kanopi terhadap jumlah individu kupu-kupu terlihat secara merata. Kecepatan angin (KA) dan curah hujan (CH) dengan sebaran data yang acak (Gambar 11).

Tabel 6 Korelasi Pearson, nilai p, dan persamaan regresi antara jumlah individu kupu-kupu dengan parameter lingkungan di Gunung Meja

Parameter Jumlah individu kupu-kupu

r2 R p value Persamaan regresi

Suhu 0,18 0,15 0,02 y = -317,12+17,28x Kelembaban 0,51 0,48 0,00004 y = 440,08-3,74x Intesitas cahaya 0,31 0,11 0,04 y = 86,75+0,03x Kecepatan angin 0,009 0,68 0,78 y = 103.96+22,5x Kanopi 0,33 0,31 0,0005 y = 191,24-1,08x Curah hujan 0,02 0,009 0,41 y = 130,92-4,95x Keterangan : r = Korelasi Pearson, p value = nilai signifikansi

(45)

31

Hasil analisis PCA menunjukkan adanya pengaruh parameter lingkungan terhadap jumlah spesies dan jumlah individu pada tipe habitat yang berbeda. Jumlah individu dipengaruhi oleh kecepatan angin (KA), intensitas cahaya (IC), suhu dan curah hujan (CH) pada habitat kebun dan pemukiman. Sedangkan jumlah spesies dipengaruhi oleh kelembaban (RH) dan tutupan kanopi di hutan sekunder (Gambar 12).

Gambar 11 Scatter plot antara jumlah individu dengan parameter lingkungan di Gunung Meja (keterangan gambar merujuk ke Tabel 6).

23 25 27 29 50 100 200 300 Suhu (oC) Jum la h i ndi vi du 60 70 80 90 50 100 200 300 Kelembaban (%) Jum la h i ndi vi du 500 1500 3000 50 100 200 300

Intensitas cahaya (Lux)

Jum la h i ndi vi du 0.0 1.0 2.0 3.0 50 100 200 300

Kecepatan angin (Knot)

Jum lah in di vi du 20 40 60 80 50 100 200 300 Tutupan kanopi (%) Jum lah in di vi du 0 1 2 3 4 5 50 100 200 300 Curah hujan (mm) Jum lah in di vi du Suhu (oC)

(46)

Keberadaan kupu-kupu di suatu habitat dipengaruhi oleh ketersedian pakan pada larva dan imago. Hasil pengamatan di lapangan, menunjukkan terdapatnya pakan larva kupu-kupu pada lokasi hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman (Tabel 7).

Gambar 12 Hasil analisis PCA antara jumlah individu dan jumlah spesies dengan parameter lingkungan di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman (Keterangan gambar merujuk ke Tabel 6).

(47)

33 Tabel 7 Tumbuhan pakan larva kupu-kupu yang ditemukan pada lokasi

pengamatan di Gunung Meja

Tumbuhan Pakan Larva Spesies kupu-kupu Lokasi ditemukan Aristochiaceae Aristolochia tagala Ornithoptera priamus HP, HS, KP Annonaceae Annona muricata Graphium agamemnon HS, KP Lauraceae Litsea irianensis G. sarpedon HP, HS, KP Rutaceae Citrus spp. Papilio demoleus KP P. aegeus HP, HS, KP P. ambrax HP, HS, KP

Euodia elleryana P.ulysses HP, HS, KP Fabaceae

Cassia alata

Catopsilia pomona KP Cassia spectabilis C. scylla KP Cassia alata, C. tora Eurema hecabe HS, KP

C. alata E. puella HP, HS, KP

Desmodium laxum Pithecops dionisius HP, HS, KP Pueraria sp. Euchrysops cnejus HS, KP Combretaceae Terminalia seriocarpa Arhopala madytus HP, HS, KP Asclepiadaceae Cynanchum ovalifolium Heterostemma papuana Ideopsis juventa HP, HS, KP Heterostemma papuana Apocynaceae Parsonsia velutina Tirumala hamata HS, KP Pandanaceae Pandanus sp. Morphopsis albertisi HP Musaceae Musa paradisiaca Arecaceae Areca catechu Taenaris catops HP, HS, KP Piperaceae Piper sp. Mycalesis duponchelii HP Poaceae Imperata sp. M. phidon HP, HS, KP Imperata sp. M. terminus HS, KP Moraceae Ficus spp. Cyrestis acilia HP, HS Malvaceae Sida rhombifolia Acanthaceae Ruellia repens Hypolimnas alimena HP, HS, KP Junonia hedonia HS, KP

(48)

Lanjutan tabel 7

Tumbuhan Pakan Larva Spesies kupu-kupu Lokasi ditemukan Convolvulaceae Ipomea batatas Portulacaceae Portulaca oleracea Acanthaceae Thunbergia alata Junonia vilida HS, KP Urticaceae Elatostema sp. H. deois HP, HS Flacourtiaceae Flacourtia zippelii Cupha prosope HP, HS, KP

Keterangan: HP = hutan primer, HS = hutan sekunder, KP = kebun dan pemukiman, penentuan jenis pakan berdasarkan Mastrigt & Rosariyanto (2005).

Gambar

Gambar 1 Bagan alur penelitian.
Gambar 2 Alat-alat yang digunakan pada penelitian kupu-kupu: jaring serangga  (a), amplop spesimen (b), thermohygrometer (c), anemometer (d),  luxmeter (e), kotak spesimen (f)
Gambar 3 Tipe habitat di kawasan Gunung Meja: hutan primer (a), hutan sekunder  (b), kebun dan pemukiman (c)
Tabel 1 Jumlah famili, subfamili, genus, spesies, individu, indeks keragaman, dan  evenness kupu-kupu di Gunung Meja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk hal tersebut, PMI Pusat memandang perlu menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Posko Penanggulangan Bencana (PB) PMI yang selanjutnya diharapkan mampu menjadikan

Pada perencanaan bendung tetap Gunung Nago tersebut dilakukan perhitungan seperti analisa hidrologi menggunakan metode aritmatik, perhitungan debit banjir rencana

Ada 5 bentuk dasar dari alat musik Chordophone yaitu Bows (berbentuk busur), Lyra, Harp, Lute dan Zithers. Di sini, alat musik Bows adalah yang tertua dan paling

[r]

Dan pendekatan yang vulgar kepada arti modernitas, di mana penonjolan segi-segi kehidupan material merupakan gejala yang amat umum, akan senantiasa merongrong atau memperlemah

Oleh karena itu penting sekali motivasi orang tua terhadap peningkatan belajar anak, karena motivasi dari orang tua juga merupakan sesuatu yang menunjang terhadap

Pada penelitian ini uji heteroskedastisitas di lakukan dengan uji glejser dan menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari masing-masing variabel profitabilitas,

Hasil uji hipotesis pada tabel 7 dapat dimaknai antara lain apabila seluruh varia- bel profitabilitas, likuiditas, risiko bisnis, dividen, kepemilikan manajerial,