• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. beralamat di Jln. Raya Pelabuhan Gabion No. 1A Belawan Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. beralamat di Jln. Raya Pelabuhan Gabion No. 1A Belawan Medan."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. Masaji Tatanan Container Medan, yang beralamat di Jln. Raya Pelabuhan Gabion No. 1A Belawan Medan.

B. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama yang masih memerlukan pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis, misalnya hasil wawancara.

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari perusahaan sebagai objek penelitian yang sudah diolah dan terdokumentasi di dalam perusahaan, misalnya mengenai sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

(2)

1. Teknik Observasi

Teknik ini merupakan pengumpulan data yang dilakuakn dengan pengamatan langsung terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan analisis perhitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai. 2. Teknik Wawancara

Teknik ini dilakukan dengan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait yang dibutuhkan.

3. Studi Literatur

Teknik ini dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari teori-teori dan literatur yang berkaitan dengan penelitian.

D. Metode Penganalisaan Data

Penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu data yang diperoleh diikhtisarkan, dianalisis, dan diinterpretasikan sehingga memberikan informasi yang lengkap tentang objek yang diteliti. Selanjutnya hasil yang diperoleh tersebut dibandingkan dengan teori-teori yang berlaku untuk kemudian dapat dijadikan sebagai pengambilan keputusan dan saran.

(3)

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian

1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Masaji Tatanan Container (MTCon) merupakan salah satu unit bisnis di lingkungan Samudera Indonesia Group di bawah Corporate Managing

Director (CMD) Forwarding & Warehouse Group, yang bergerak di bidang depo

petikemas.

Cikal bakal MTCon dimulai tahun 1987 dimana salah satu divisi di PT. Masaji Prayasa Cargo (MPC) yang khusus menangani forwarding dan

warehousing diijinkan membuka lahan penumpukan petikemas. Divisi inilah yang

selanjutnya menjelma menjadi MTCon seturut perkembangan bisnis depo yang semakin lama memberikan peluang profit yang besar.

MTCon resmi berdiri sebagai badan usaha yang otonom pada tanggal 10 Desember 1991. Hingga saat ini MTCon memiliki 6 cabang yaitu Jakarta, Surabaya, Semarang, Belawan, Panjang dan Makasar. MTCon sempat memiliki cabang di Bandung akan tetapi kemudian ditutup karena beberapa alasan.

MTCon cabang Belawan didirikan pada tahun 1995 dimana pada awal berdirinya MTCon cabang Belawan masih terintegrasi secara penuh di bawah PT. Samudera Indonesia cabang Medan. Awalnya kegiatan depo petikemas berada di bawah salah satu divisi yang dikenal dengan nama ISTA Division, dimana divisi ini membawahi seluruh kegiatan SIG baik bongkar muat, pergudangan, konsolidasi maupun penumpukan petikemas di pelabuhan Belawan, itulah

(4)

sebabnya mengapa hingga saat ini masih banyak pihak yang menyebut MTCon sebagai ISTA 1.

Selanjutnya sejalan dengan perkembangan organisasi perusahaan akhirnya MTCon cabang Belawan bisa berdiri dengan management sendiri. Dimana MTCon cabang Belawan dipimpin oleh seorang Kepala Cabang yang bertanggung jawab kepada MTCOn pusat. Hal ini tentu membawa dampak positif bagi perkembangan MTCon cabang Belawan terutama dalam efektifitas pengelolaan bisnis guna meningkatkan profitabilitas perusahaan.

2. Visi dan Misi Organisasi

Adapun Visi MTCon adalah ”To become a leader in country and as

market leader in area of South East Asia”. Sedangkan Misi MTCon adalah “To provide high quality services by increase customer satisfaction to give benefit for stakeholder and shareholder”

Visi dan misi tersebut mencerminkan bahwa MTCon selalu berusaha memberikan yang terbaik serta menjadi yang terbaik di bidangnya, hal ini sejalan dengan visi dan misi Samudera Indonesia Group.

3. Struktur Organisasi

Sama halnya dengan unit-unit bisnis lain di lingkungan Samudera Indonesia Group dimana struktur organisasi umumnya dibagi atas 3 bagian yaitu Marketing, Operation dan Finance and Administration (F&A), MTCon juga menjalankan 3 fungsi pokok tersebut dalam kegiatannya.

Kegiatan di kantor pusat MTCon hanya bersifat cost centre karena tidak melakukan aktivitas produksi jasa, melainkan hanya menjalankan fungsi

(5)

managerial, menyiapkan pengembangan dan memonitor kegiatan depo seluruh cabang MTCon baik dari sisi SDM, laporan keuangan, perpajakan, dll.

Adapun gambaran tugas (job description) dari tiap-tiap fungsi di atas antara lain:

a. Account Officer (AO) bertugas sebagai agent MTCon untuk menangani kebutuhan-kebutuhan principal yang ditanganinya. Seorang Account Officer bertugas melakukan report kepada principal (mengenai stock container di depo, movement, repair, dan informasi lain yang dibutuhkan oleh principal), serta menyampaikan informasi-informasi dari principal kepada petugas lainnya sehingga kebutuhan principal bisa sejalan dengan kegiatan lainnya (misalnya kegiatan repo in/out, paket import dan paket free use).

b. Customer Service Officer (CS) bertugas melayani kebutuhan customer pihak ketiga (EMKL dan Trucker) yaitu melakukan counter check terhadap D/O container, mengeluarkan release order (bon muat) dan

receiving order (bon bongkar), memeriksa dokumen seperti SP2, surat

jalan dan copy D/O pelayaran dan berkoordinasi dengan AO untuk memastikan kegiatan releasing dan receiving order apabila ada data yang meragukan.

c. Gate Officer terbagi atas gate in (GI) dan gate out (GO) officer. Tugasnya adalah mengeluarkan Equipment Interchage Receipt (EIR)

in/out serta melakukan penginputan data ke IDMS (Integrated Depot Management System).

(6)

d. Sales Officer bertugas melakukan penjualan side business service MTCon seperti gen-set rental, sale unit, portacamp modification, dan peluang bisnis lainnya.

e. Handling Operator bertugas menjalankan dan mengoperasikan alat

handling (Side Loader, Top Loader dan Forklift) sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan. Handling operator juga harus mampu memaintenance alat handling sehingga tidak terjadi kerusakan.

f. Yardman atau sering disebut Krani, bertugas menerima serta

menandatangani release dan receiving order dari trucker untuk selanjutnya menentukan kemana dan darimana kontainer akan

distacking atau diambil. Krani bertugas mengarahkan handling operator

sesuai dengan layout design yang sudah ditetapkan.

g. Surveyor bertugas melakukan inspeksi terhadap kontainer, dan menentukan status kontainer tersebut apakah available clean, available

unclean atau damage. Setiap kerusakan yang terjadi harus diidentifikasi

secara rinci menurut ketentuan IICL dan Cargoworthy. Hasil survey selanjutnya diberikan kepada estimator.

h. Estimator bertugas mengestimasikan biaya repair yang terjadi akibat kerusakan kontainer. Selanjutnya estimasi tersebut diserahkan kepada AO untuk diinfomasikan kepada principal agar di-approve perbaikannya. Perbaikan hanya dilakukan apabila sudah mendapat

approval dari principal. Selanjutnya jika sudah diapprove dikeluarkanlah Estimate of Repair (EOR) yang baku yang selanjutnya

(7)

dijadikan acuan tagihan kepada customer pihak ketiga.

i. GA dan Personalia mempunyai 2 fungsi pokok yaitu fungsi personalia (SDM) dan fungsi umum (G&A). Fungsi personalia meliputi kegiatan pemantauan dan peningkatan kualitas SDM, kompensasi dan kehadiran serta membuat program-program pengembangan yang diperlukan dalam rangka meningkatkan mutu SDM. Fungsi umum (G&A) mencakup fungsi maintenance alat, store, pengadaan alat kantor dan peralatan lain yang diperlukan, memanajemen penggunaan mobil dinas, melakukan pengarsiban (filing) serta mengatur pemanfaatan seluruh aset-aset cabang yang bersangkutan.

j. Controller bertugas mencatat seluruh transaksi keuangan, membuat

laporan keuangan dan mengkoordinasikan kegiatan pencatatan di cabang dengan controller pusat terutama dalam hal pembuatan laporan konsolidasi.

k. Billing bertugas mengeluarkan tagihan/invoice dan mencatat laporan piutang customer.

l. Cashier bertugas menerima pembayaran dan mengeluarkan kwitansi

pembayaran.

Sementara tugas dari masing-masing supervisor adalah memanajemen aktivitas-aktivitas bawahannya dan membuat report aktivitas serta merencanakan program kegiatan dan SOP (Standard Operational Procedure) serta selanjutnya melaporkannya kepajda Depo Manager.

(8)

4. Lingkup Bisnis MTCon

Lingkup bisnis MTCon awalnya adalah kegiatan depo petikemas. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan penggunaan petikemas dan aspek-aspek lain yang menyertai penggunaan petikemas tersebut maka lingkup bisnis MTCon dibagi atas 2 yaitu:

a. Main Business yaitu Empty Container Depot melingkupi kegiatan menerima, mensurvey, membersihkan, memperbaiki, menyimpan dan mengeluarkan kontainer milik pelayaran maupun leasing company. b. Side Business yaitu kegiatan-kegiatan lain yang masih berkaitan dengan

petikemas di antaranya garment on hanger (GOH), portacamp

modification, gen-set rental, CFS, dan sale container unit.

Adapun kegiatan bisnis MTCon dapat dijabarkan dalam beberapa service yang diberikan, yang merupakan komponen-komponen revenue dari MTCon, yaitu:

a. Storage yaitu kegiatan menyimpan kontainer di area depo MTCon. b. LO/LO (lift on/lift off) yaitu kegiatan handling container. Lift on adalah

kegiatan memindahkan container dari yard (tempat penumpukan) ke truck. Sedangkan lift off adalah kegiatan memindahkan container dari truck ke tempat penumpukan.

c. M&R (maintenance & repair) yaitu kegiatan memperbaiki kerusakan kontainer berdasarkan standard yang ditetapkan dalam IICL maupun

cargo worthy.

(9)

layak digunakan untuk pelayaran. Bila diperlukan dilakukan chemical

washing maupun fumigasi, terutama untuk kontainer yang baru

digunakan untuk ekspor/impor cargo yang meninggalkan bau maupun tumpahan bahan kimia atau cairan yang mengganggu.

e. Reposition (in/out) yaitu kegiatan memindahkan kontainer dari depo ke

depo lain, atau dari dan ke pelabuhan. Kegiatan repo in/out bisa hanya menyediakan trucking only atau include kegiatan custom clearance. f. Reefer Service yaitu kegiatan memonitor kontainer reefer, melakukan

recooling dan precooling serta kegiatan gen-set rental.

g. CFS yaitu kegiatan menyusun cargo ke dalam kontainer, haulage ke pelabuhan. Service yang ditagihkan dari kegiatan ini adalah stuffing

cost dan OPP/OPT (Ongkos pelabuhan permuatan/ongkos pelabuhan

tujuan).

h. Project yaitu kegiatan-kegiatan lain seperti sale unit dan portacamp

(10)

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Permasalahan yang dihadapi PT. Masaji Tatanan Container Medan dalam Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai

PT. Masaji Tatanan Container merupakan Pengusaha Kena Pajak. MTCon resmi berdiri sebagai badan usaha yang otonom pada tanggal 10 Desember 1991. Hingga saat ini MTCon memiliki 6 cabang yaitu Jakarta, Surabaya, Semarang, Belawan, Panjang dan Makasar. MTCon sempat memiliki cabang di Bandung akan tetapi kemudian ditutup.

Objek –objek yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai oleh PT. Masaji Tatanan Container yaitu :

a. Storage, (penyimpanan container di area depo MTCon).

b. LO/LO (lift on/lift off) (pemindahan container dari yard (tempat penumpukan) ke truck atau sebaliknya.

c. M&R (maintenance & repair) (perbaikan kerusakan container berdasarkan standard yang ditetapkan dalam IICL maupun cargo

worthy).

d. Cleaning & Washing, (pembersihan container sehingga layak digunakan untuk pelayaran. Bila diperlukan dilakukan chemical

washing maupun fumigasi).

e. Reposition (in/out), ( pemindahan container dari depo ke depo lain, atau dari dan ke pelabuhan.

f. Reefer Service, (kegiatan memonitor container reefer, melakukan

(11)

g. CFS ( penyusunan cargo ke dalam container, haulage ke pelabuhan. Service yang ditagihkan dari kegiatan ini adalah stuffing cost dan OPP/OPT (Ongkos pelabuhan permuatan/ongkos pelabuhan tujuan). h. Project (kegiatan-kegiatan lain seperti sale unit dan portacamp

modification)

Dasar Pengenaan Pajak pada PT. Masaji Tatanan Container adalah berdasarkan harga jual jasa dikurangi potongan harga. Harga jual yang menjadi dasar pengenaan pajak adalah harga pokok barang ditambah biaya – biaya yang berkaitan dengan proses penyerahan barang/jasa kena pajak.

Permasalahan yang sering terjadi dalam perhitungan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Masaji Tatanan Container dikarenakan oleh adanya data –data yang kurang valid yang mengakibatkan terjadinya perbaikkan terhadap perhitungan PPN. Jika sering terjadi pembetulan atau perbaikkan, akan memacu terjadinya pemeriksaan. Kurang valid atau kurang akuratnya data – data tersebut dapat diminimalisir dengan kedisiplinan yang tinggi untuk memberikan batas waktu yang secepatnya untuk hal konfirmasi, approval, terhadap tagihan yang diajukan kepada customer, jadi jika ada perbaikkan dapat segera dilakukan. Sehingga angka atau jumlah yang ditagihkan adalah benar berdasarkan perhitungan yang akurat.

2. Permasalahan yang dihadapi PT. Masaji Tatanan Container dalam Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai

Permasalahan lain yang dihadapi perusahaan adalah membandingkan antara Pajak Masukan yang merupakan kredit pajak dengan Pajak Keluaran

(12)

yang merupakan hutang pajak. PT. Masaji Tatanan Container pada umumnya. Pajak Masukan berupa nota pelayanan jasa pelabuhan dari perusahaan penjual BKP/JKP. Nota pelayanan dibayarkan oleh pegawai operasional ekspor dan impor Belawan, tetapi perincian biaya yang merupakan Pajak Masukan tersebut tidak langsung dikirimkan ke kantor pusat, tetapi menunggu barang selesai dikirim dan sampai ke gudang customer. Keterlambatan pengiriman perincian ke divisi keuangan juga disebabkan bagian operasional menunggu mengirimkan perincian bersama-sama dengan perincian customer yang lainnya. Keterlambatan bukti Pajak Masukan sampai di kantor pusat sehingga terjadi pelaporan pajak masukan tidak pada masa pajak yang bersangkutan. Sehingga menyebabkan tagihan baru dapat dibuat kepada customer satu bulan ataupun lebih dari saat penyerahan jasa. Hal ini dapat berlangsung melebihi batas waktu yang ditetapkan Undang-Undang nomor 18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM yaitu 30 hari setelah tanggal penyerahan jasa kena pajak. Keterlambatan tersebut mengakibatkan pelaporan Pajak Keluaran tidak pada masa pajak yang bersangkutan.

PT. Masaji Tatanan Container juga tidak melaporkan semua penerimaan jasa yang dipungut pajak masukan bukti pungutannya berupa faktur pajak sederhana, tetapi langsung membiayakannya. Menurut undang-undang no.17 tahun 2000 pasal 9 ayat 8, salah satu syarat pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan, pajak masukan tersebut harus dilaporkan pada SPT Masa yang bersangkutan, sehingga tampak jelas jumlah Pajak masukan

(13)

yang dibayar oleh PT. Masaji Tatanan Container, baik yang dapat dikreditkan maupun yang tidak dapat dikreditkan.

3. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai

PT. Masaji Tatanan Container menghitung Pajak Pertambahan Nilai dengan metode Pajak Masukan dan Pajak Keluaran. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut oleh perusahaan pada saat melakukan penyerahan barang/jasa kena pajak, sedangkan pajak masukan adalah pajak pertambahan nilai yang dibayar oleh perusahaan atas pembelian barang/jasa kena pajak. Dalam melakukan perghitungan besarnya PPN yang harus disetor serta PPN yang harus dipungut adalah berdasarkan rumus

Berikut ini adalah contoh penghitungan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan oleh PT. Masaji Tatanan Container :

a. Transaksi pembelian sebagai Pajak Masukan

PT. Masaji Tatanan Container pada tanggal 31 Juli 2010 melakukan pembelian jasa penumpukan dengan harga beli Rp. 163.713,00 dari PT. Pelindo I Medan. (lampiran i)

Penggantian : Rp. 163.713,00

Perhitungan:

DPP ( 100/110 x Rp.163.713,00) : Rp. 148.830,00

PPN Masukan : Rp. 14.883,00

(14)

b. Transaksi Penjualan sebagai Pajak Keluaran

Pada tanggal 20 November 2010 PT. Masaji Tatanan Container menjual AMPRAH kepada PT. Surya Kencana Mahkota dengan penggantian sebesar Rp. 50.000,00. ( Lampiran ii)

DPP : Rp. 50.000,00 Perhitungan :

Pajak Keluaran : Rp. 5.000,00

4. Prosedur perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran untuk menghasilkan Jumlah Pajak Pertambahan Nilai

Komponen yang digunakan untuk menghasilkan jumlah PPN adalah Pajak Keluaran dan Pajak Masukan. Pajak Keluaran yang terutang dalam suatu masa pajak dihitung dengan mengalikan tarif PPN yang dijual kepada pelanggan, tarif yang digunakan adalah 10%. Pajak masukan PT. Masaji Tatanan Container adalah PPNyang dikreditkan terhadap perolehan BKP atau pemanfaatan JKP dari perusahaan penjual BKP/JKP.

Peneliti melihat bahwa pada PT. Masaji Tatanan Container Pajak Pertambahan Nilai yang tidak dapat dikreditkan langsung dibiayakan. Pajak masukan yang dipungut dengan faktur pajak sederhana tidak dilaporkan, tetapi langsung dibiayakan. Selisih perhitungan pajak masukan yang dapat dikreditkan dan yang tidak dapat dikreditkan ini yang menjadi total pajak masukan.

(15)

5. Mekanisme Pelaporan SPT Masa PPN

PT. Masaji Tatanan Container dalam hal penyampaian Surat Pemberitahuan Masa PPN dilakukan secara elektronik (e. Filing). Hal – hal yang harus diperhatikan sebagai berikut :

a. Wajib Pajak yang ingin menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik melalui satu atau beberapa perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak harus memiliki

Elektronik Filing Identification Number (e.Fin) dan telah memperoleh

sertifikat (digital sertificate) dari Direktorat Jenderal Pajak.

b. Kantor Pelayanan Pajak menerima induk Surat Pemberitahuan yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat 1 undang – undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (kewajiban mengisi, menandatangani, dan menyampaikan SPT) beserta Surat Setoran Pajak (bila ada) dan dokumen lainnya yang wajib dilampirkan yang harus disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat, paling lama :

1. 14 (empat belas) hari sejak batas terakhir pelaporan Surat Pemberitahuan dalam hal Surat Pemberitahuan elektronik disampaikan sebelum atau pada batas akhir penyampaian Surat Pemberitahuan.

2. 14 (empat belas) hari sejak tanggal penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik dalam hal Surat Pemberitahuan elektronik disampaikan setelah lewat batas akhir penyampaian Surat Pemberitahuan.

(16)

c. Dalam hal Kantor Pelayanan Pajak belum menerima induk Surat Pemberitahuan yang telah ditandatangani olemh Wajib Pajak sampai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada butir, Wajib Pajak dianggap belum menyampaikan Surat Pemberitahuan, mengingat sampai dengan diterbitkannya surat edaran ini, hukum telematika yang mengatur keabsahan dokumen yang ditandatangani secara elektronik belum ada.

d. Dalam hal terdapat perbedaan antara Surat Pemberitahuan yang disampaikan secara elektronik dengan induk Surat Pemberitahuan (SPT) yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak tersebut harus menyampaikan kemballi induk SPT yang telah ditandatanganinya, yang akurasi datanya sesuai dengan Surat Pemberitahuan yang disampaikan secara elektronik. e. Apabila Surat Pemberitahuan yang disampaikan secara elektronik (e.Filing)

telah dinyatakan lengkap, kepada Wajib Pajak diberikan bukti penerimaan secara elektronik berupa informasi yang meliputi Nomor Pokok Wajib Pajak, tanggal, jam, nomor transaksi penyampaian Surat Pemberitahuan (NTPS) dan nomor transaksi pengiriman (NTPA) serta nama perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang digunakan yang dibubuhkan pada bagian bawah induk Surat Pemberitahuan. Surat Pemberitahuan dianggap telah diterima dan tanggal penerimaan Surat Pemberitahuan sesuai dengan tanggal yang tercantum pada bukti penerimaan secara elektronik sepanjang Wajib Pajak telah memenuhi kewajiban.

f. Penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik (e.Filing) dapat dilakukan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari

(17)

seminggu dengan standar waktu adalah Waktu Indonesia bagian Barat. Dengan demikian, Surat Pemberitahuan yang disampaikan secara elektronik (e. Filing) pada akhir batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan yang telah jatuh tempo pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu.

(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT. Masaji Tatanan Container Belawan, maka peneliti mengambil kesimpulan :

1. Pihak perusahaan yaitu PT. Masaji Tatanan Container mengenakan PPN terhadap semua kegiatan – kegiatan yang dilakukan.

2. Perincian biaya yang dipungut PPN yang merupakan pajak masukan bagi PT. Masaji Tatanan Container terlambat datang dari operasional belawan sehingga terlambat dalam pelaporan Pajak Masukan mengakibatkan Pajak Masukan tidak dikreditkan pada masa pajak yang bersangkutan.

3. PT. Masaji Tatanan Container terlambat membuat tagihan yang dipungut PPN kepada customer yang menyebabakan pajak keluaran dilaporkan melebihi batas waktu yag ditetapkan yaitu 30 hari setelah tanggal penyerahan jasa kena pajak.

4. Dengan sering terjadinya kesalahan dalam perhitungan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Masaji Tatanan Container yang mengakibatkan terjadinya perubahan akan memacu terjadinya pemeriksaan terhadap PT. Masaji Tatanan Container.

(19)

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dan kajian pustaka, maka peneliti memberikan saran :

1. PT. Masaji Tatanan Container dapat lebih tegas lagi kepada customer dan menagih semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka melakukan penyerahan jasa dengan dipungut PPN.

2. Bagian operasional Belawan diharapkan lebih cepat lagi mengirimkan perincian semua biaya yang dikeluarkan agar pajak masukan dapat dikreditkan pada masa pajak yang bersangkutan.

3. Bagian tagihan lebih cepat lagi membuat tagihan kepada customer sehingga pajak keluaran tidak dilaporkan melebihi batas waktu yang ditetapkan oleh UU no 18 tahun 2000 tentang PPN dan PPnBm.

4. PT. Masaji Tatanan Container sebaiknya melaporkan semua pajak masukannya baik yang dapat dikreditkan maupun yang tidak dapat dikreditkan sehingga tidak terjadi lagi permasalahan pelaporan di Tahun mendatang.

Referensi

Dokumen terkait