• Tidak ada hasil yang ditemukan

Problematika Kesetaraan Dan Keragaman Serta Solusinya Dalam Kehidupan Bermasyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Problematika Kesetaraan Dan Keragaman Serta Solusinya Dalam Kehidupan Bermasyarakat"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEMATIKA KESETARAAN DAN KERAGAMAN

SERTA SOLUSINYA DALAM KEHIDUPAN

BERMASYARAKAT

Oleh :

Nama : NPM :

MK : Ilmu Sosial Budaya Dasar

Dospen : Seri Warzukni, S.KM, M.KM

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

UNIVERSITAS ALMUSLIM

MATANGGLUMPANGDUA

2017

(2)

PROBLEMATIKA KESETARAAN DAN KERAGAMAN SERTA SOLUSINYA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

A. Pengertian Problematika

Pengertian Problematika Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic" yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan permasalahan. (Debdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002), hal. 276)

Sedangkan ahli lain mengatakan menyatakan bahwa "definisi problema/problematika adalah suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan atau dapat diperlukan atau dengan kata lain dapat mengurangi kesenjangan itu." (Syukir, Dasar-dasarStrategi Dakwah Islami, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1983), hal. 65)

Jadi, problematika adalah berbagai persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pemberdayaan, baik yang datang dari individu Tuan Guru (faktor eksternal) maupun dalam upaya pemberdayaan masyarakat Islami secara langsung dalam masyarakat.

1. Problematika itu terbagi ke dalam dua faktor intern dan faktor ekstren : a. Faktor intern

Problematika datangnya dari dalam atau faktor intern cukup banyak, diantaranya :

1) Banyaknya paham atau aliran yang berkembang di tengah-tengah masyarakat

2) Pengaruh adat istiadat yang sudah mendarah daging

3) Tingkat pengetahuan jama’ah yang tidak sama dalam suatu forum pengajian atau manjelis taklim.

4) Banyaknya orang-orang munafik yang berselimutkan Islam. Bicaranya Islam, membicarakan perjuangan tapi hati dan tingkahlakunya tidak berbeda dengan orang kafir, kalau tidak

(3)

dikatakan lebih jelek lagi. (Slamet, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Jakarta : Usaha Nasional, 1994), hal. 78)

b. Faktor ekstern

Yang menjadi kendala atau problema dalam dakwah ini bukan saja faktor intern, tapi juga faktor ekstern. Hal ini mencakup diantaranya : 1) Pengaruh budaya asing baik itu melalui film, video, maupun

dengan perantara orang asing itu sendiri yang datang sebagai turis 2) Pengaruh Ideologi yang menjurus kepada mendiskreditkan Islam. 3) Aparat atau penegak hukum yang sudah terlanjur alergi terhadap

Islam

4) Peraturan dan undang-undang yang kurang mendukung terhadap kegiatan dakwah

B. Pengertian Kesetaraan

Kesetaraan sosial adalah tata politik sosial di mana semua orang yang berada dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu memiliki status yang sama. Setidaknya, kesetaraan sosial mencakup hak yang sama di bawah hukum, merasakan keamanan, memperolehkan hak suara, mempunyai kebebasan untuk berbicara dan berkumpul, dan sejauh mana hak tersebut tidak merupakan hak-hak yang bersifat atau bersangkutan secara personal. hak-hak ini dapat pula termasuk adanya akses untuk mendapatkan pendidikan, perawatan kesehatan dan pengamanan sosial lainnya yang sama dalam kewajiban yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

C. Pengertian Keragaman

Keragaman merupaka suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan dalam berbagai bidang terutama suku bangsa, ras, agama, idelogi, budaya “masyarakat yang manjemuk”. Keragaman dalam masyarakat ialah sebuah keadaan yang menunjukkan perbedaan yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam masyarakat. Keragaman disini memiliki makna sebagai suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam

(4)

berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideology, adat kesopanan, serta situasi ekonomi. Sedangkan kesedarajatan memiliki makna sebagai suatu kondisi dimana dalam perebdaan dan keragaman yang ada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki.

1. Macam-Macam Keragaman

Ada tiga macam istilah yang digunakan untuk menggambarkan masyarakat yang majemuk yang terdiri dari ras, agama, bahasa dan budaya yang berbeda yaitu masyarakat pural, masyarakat heterogen dan masyarakat multikultural.

a. Pluralitas yakni mengandaikan adanya hal-hal yang lebih dari satu. b. Heterogen yakni menunjukan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu

berbeda-beda, bermacam-macam dan bahkan tidak dapat disamakan. c. Multikultural yakni inti dari multikulturalisme ialah kesediaan menerima

kelompok lain secara sama sebagai kesatuan tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa maupun agama. Multikulturalisme memberikan penegaasan bahwa dengan segala perbedaaannya itu mereka ialah sama di ruang publik, menekankan pengakuan dan penghargaan pada perbedaan.

2. Problem Keragaman Serta Solusinya Dalam Kehidupan

Masyarakat majemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki sifat-sifat dasar sebagai berikut :

a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali memiliki kebudayaan yang berbeda.

b. Memiliki strutkutr sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer.

c. Kurang mengembangkan consensus di antara para anggota masyarakat tentan nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.

d. Secara relatif, sering kali terjadi konflik di antara kelompok yang satu dengan yang lainnya.

(5)

e. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi.

f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Keragaman adalah modal, tetapi sekaligus potensi konflik. Keragaman budaya daerah memang memperkaya khazanah budaya dan menjadi modal yang berharga untuk membangun Indonesia yang multicultural. Namun, kondisi aneka budaya itu sangat berpotensi memecah belah dan menjadi lahan subur bagi konflik dan kecemburuan sosial.

Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri dari dua fase, yaitu fase disharmoni dan fase disintegrasi. Disharmoni menunjuk pada adanya perbedaan pandangan tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan antarkelompok. Disintegrasi merupakan fase di mana sudah tidak dapat lagi disatukannya pandangan, nilai, norma, dan tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan antarkelompok.

Konflik horizontal yang terjadi bukan disebabkan oleh adanya perbedaan atau keragaman itu sendiri. Adanya perbedaan ras, etnik, dan agama tidaklah harus menjadikan kita bertikai dengan pihak lain. Yang menjadi penyebab adalah tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada berbagai kelompok masyarakat dan budaya lain, inilah justru yang dapat memicu konflik. Kesadaranlah yang dibutuhkan untuk menghargai, menghormati, serta menegakkan prinsip kesetaraan atau kesederajatan antar masyarakat tersebut. Satu hal yang penting adalah meningkatkan pemahaman antar budaya dan masyarakat yang mana sedapat mungkin menghilangkan penyakit budaya.

Penyakit budaya tersebut adalah etnosentrisme stereotip, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan space goating. (Sutarno, 2007).

1) Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan nilai budaya orang lain dengan standar budayanya sendiri.

(6)

2) Stereotip adalah pemberian sifat tertentu terhadap seseorang berdasarkan kategori yang bersifat subjektif, hanya karena dia berasal dari kelompok yang berbeda.

3) Prasangka adalah sikap emosi yang mengarah pada cara berpikri dan berpandangan secara negative dan tidak melihat fakta yang nyata ada. 4) Rasisme bermakna anti terhadap ras lain atau ras tertentu di luar ras

sendiri.

5) Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang bersahabat dari kelompok dominan terhadap kelompok subordinasinya. 6) Space goating artinya Mengkambing hitamkan (menyalahkan orang

lain).

Solusi lain yang dapat dipertimbangkan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negates dari keragaman adalah sebagai berikut :

1. Semangat religious; 2. Semangat nasionalisme; 3. Semangat pluralisme;

4. Dialog antar umat beragama;

5. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antaragama, media massa, dan harmonisasi dunia.

3. Problem Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan

Prinsip kesetaraan atau kesederajatan mensyaratkan jaminan akan persamaan derajat, hak, dan kewajiban. Indicator kesederajatan adalah sebagai berikut :

1. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan golongan.

2. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang layak.

3. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota masyarakat.

(7)

Problem yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap dan perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban antarmanusia atau antarwarga. Perilaku yang membeda-bedakan orang disebut diskriminasi. Upaya untuk menekan dan menghapus praktik-praktik diskriminasi adalah melalui perlindungan dan penegakan HAM disetiap ranah kehidupan manusia. Seperti negara kita Indonesia yang berkomitmen untuk melindungi dan menegakkan hak asasi warga negara melalui Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.

Pada tataran operasional, upaya mewujudkan persamaan di depan hukum dan penghapusan diskriminasi rasial antara lain ditandai dengan penghapusan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) melalui keputusan Presiden No. 56 Tahun 1996 dan Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1999. Disamping itu, ditetapkannya Imlek sebagai hari libur nasional menunjukkan perkembangan upaya penghapusan diskriminasi rasial telah berada pada arah yang tepat.

Rumah tangga juga merupakan wilayah potensial terjadinya perilaku diskriminatif. Untuk mencegah terjadinya perilaku diskriminatif dalam rumah tangga, antara lain telah ditetapkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

D. Contoh Kasus Problematika Kesetaraan Dan Keragaman Dalam Masyarakat

1. Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan

(8)

komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

a. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangansehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

b. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

c. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

2. Solusi Mengatasi Kemiskinan

Upaya penanggulangan kemiskinan pada hakekatnya merupakan upaya bersama dari semua pemangku kepentingan, sehingga membutuhkan sinergi dan kemitraan dengan semua pihak. Pemerintah, termasuk pemerintah daerah, kalangan swasta, kalangan organisasi kemasyarakatan, kalangan universitas dan akademisi, kalangan politik dan tentunya masyarakat sendiri perlu membangun visi yang sama, pola pikir dan juga pola tindak yang saling menguatkan dengan difokuskan pada upaya penanggulangan kemiskinan. Dalam kemitraan yang saling menguatkan inilah maka berbagai sasaran peningkatan kesejahteraan rakyat dapat dicapai dengan baik. Pemerintah sangat mendukung setiap prakarsa dan inovasi yang dijalankan serta dikembangkan oleh semua pihak dalam mendukung upaya peningkatan kesejahteraan rakyat ini.

Referensi

Dokumen terkait