• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Empyema Fixxx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Empyema Fixxx"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

B A B I B A B I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang

Empyema ialah proses supurasi yang terjadi di rongga tubuh, dimana rongga tersebut secara Empyema ialah proses supurasi yang terjadi di rongga tubuh, dimana rongga tersebut secara anatomis sudah ada. Empyema yang terjadi di rongga pleura yang dikenal dengan nama anatomis sudah ada. Empyema yang terjadi di rongga pleura yang dikenal dengan nama empyema thorak.

empyema thorak.(1)(1)

Hippocrates telah mengenalnya sejak 2.400 tahun yang lampau dan dialah yang pertama kali Hippocrates telah mengenalnya sejak 2.400 tahun yang lampau dan dialah yang pertama kali melakukan torakosintesis dan

melakukan torakosintesis dan drainasedrainase padapada  pleural  pleural empyemaempyema, kemudian oleh Graham dan, kemudian oleh Graham dan kawan-kawannya dari suatu komisi empyema waktu perang dunia I diberikan cara-cara kawan-kawannya dari suatu komisi empyema waktu perang dunia I diberikan cara-cara perawatan dan pengobatan (pengelolaan) empyema yang dianut sampai sekarang, walaupun cara perawatan dan pengobatan (pengelolaan) empyema yang dianut sampai sekarang, walaupun cara pengelolaan empyema di berbagai rumah sakit beraneka ragam, namun tindakan standar masih pengelolaan empyema di berbagai rumah sakit beraneka ragam, namun tindakan standar masih tetap dipertahankan. Penyakit tersebut dapat pula disebabkan oleh trauma pada dada (sekitar tetap dipertahankan. Penyakit tersebut dapat pula disebabkan oleh trauma pada dada (sekitar 1-5% kasus mendorong ke arah empyema) dan pecahnya abses dari paru ke dalam rongga pleura. 5% kasus mendorong ke arah empyema) dan pecahnya abses dari paru ke dalam rongga pleura. Empyema mempunyai tingkat kematian yang cukup tinggi, biasanya akibat dari kegagalan Empyema mempunyai tingkat kematian yang cukup tinggi, biasanya akibat dari kegagalan bernapas dan sepsis . Dengan ditemukannya antibiotika yang ampuh, maka angka prevalensi dan bernapas dan sepsis . Dengan ditemukannya antibiotika yang ampuh, maka angka prevalensi dan mortalitas empyema mula-mula menurun, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir oleh karena mortalitas empyema mula-mula menurun, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir oleh karena perubahan jenis kuman penyebab dan resistensi terhadap antibiotik, morbiditas dan mortalitas perubahan jenis kuman penyebab dan resistensi terhadap antibiotik, morbiditas dan mortalitas empyema tampak naik lagi.

empyema tampak naik lagi. (2,3)(2,3)

Empyema thoraks masih merupakan masalah penting, meskipun ada perbaikan teknik  Empyema thoraks masih merupakan masalah penting, meskipun ada perbaikan teknik  pembedahan dan penggunaan antibiotik baru yang lebih efektif. Empyema dapat terjadi sekunder pembedahan dan penggunaan antibiotik baru yang lebih efektif. Empyema dapat terjadi sekunder akibat infeksi di tempat lain, untuk itu perlu dilakukan pengobatan yang adekuat terhadap semua akibat infeksi di tempat lain, untuk itu perlu dilakukan pengobatan yang adekuat terhadap semua penyakit yang dapat menimbulkan penyulit pada empyema.

(2)

B A B II B A B II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi 2.1. Definisi

Empyema berasal dari bahasa Yunani

Empyema berasal dari bahasa Yunani empyeinempyein yang artinya menghasilkan nanah (supurasi).yang artinya menghasilkan nanah (supurasi). Definisi empyema yang paling sering digunakan adalah pengumpulan nanah di dalam rongga di Definisi empyema yang paling sering digunakan adalah pengumpulan nanah di dalam rongga di sekitar paru (rongga pleura).

sekitar paru (rongga pleura). (1)(1)

2.2 . Etiologi 2.2 . Etiologi

Empyema dapat disebabkan oleh infeksi dari paru dan infeksi dari luar paru. Infeksi yang berasal Empyema dapat disebabkan oleh infeksi dari paru dan infeksi dari luar paru. Infeksi yang berasal dari dalam paru antara lain disebabkan karena pneumonia, abses paru, fistel bronkopleura, dari dalam paru antara lain disebabkan karena pneumonia, abses paru, fistel bronkopleura, bronkiektasis, dan tuberculosis paru. Infeksi dari luar paru antara lain disebabkan karena trauma bronkiektasis, dan tuberculosis paru. Infeksi dari luar paru antara lain disebabkan karena trauma otak, pembedahan otak, torakosentesis, abses hati karena amuba.

otak, pembedahan otak, torakosentesis, abses hati karena amuba. (2)(2)

Empyema dapat disebabkan oleh bakteri gram negatif (

Empyema dapat disebabkan oleh bakteri gram negatif ( Klebsiella, Bacteroides, E. coliKlebsiella, Bacteroides, E. coli),),

S. aureus

S. aureus,,S. pyogenesS. pyogenes, bakteri anaerob , polimikroba, bakteri anaerob , polimikroba (2)(2)

2.3. Klasifikasi 2.3. Klasifikasi

Berdasarkan perjalanan penyakitnya, empyema thoraks dapat dibagi dua yaitu empyema akut Berdasarkan perjalanan penyakitnya, empyema thoraks dapat dibagi dua yaitu empyema akut dan empiema kronis. Empiema akut terjadi sekunder akibat infeksi ditempat lain. Terjadinya dan empiema kronis. Empiema akut terjadi sekunder akibat infeksi ditempat lain. Terjadinya peradangan akut yang diikuti pembentukan eksudat. Batas tegas antara empyema akut dan kronis peradangan akut yang diikuti pembentukan eksudat. Batas tegas antara empyema akut dan kronis sukar ditentukan. Empyema disebut kronis, bila prosesnya berlangsung lebih dari 3 bulan.

sukar ditentukan. Empyema disebut kronis, bila prosesnya berlangsung lebih dari 3 bulan. Berdasarkan

Berdasarkan  American  American Thoracis Thoracis SocietySociety membagi membagi empyema empyema thoraks thoraks menjadi menjadi tiga tiga stadiumstadium antara lain stadium eksudat, stadium fibropurulen, stadium organisasi. Stadium eksudat terjadi antara lain stadium eksudat, stadium fibropurulen, stadium organisasi. Stadium eksudat terjadi saat cairan pleura yang steril di dalam rongga pleura merespon proses inflamasi di pleura. saat cairan pleura yang steril di dalam rongga pleura merespon proses inflamasi di pleura. Inflamasi di pleura menyebabkan peningkatan permeabilitas dan terjadi penimbunan cairan Inflamasi di pleura menyebabkan peningkatan permeabilitas dan terjadi penimbunan cairan

(3)

membutuhkan penanganan lanjut seperti torakostomi dan pemasangan tube. Stadium organisasi membutuhkan penanganan lanjut seperti torakostomi dan pemasangan tube. Stadium organisasi terjadi saat kantong-kantong nanah yang terlokulasi akhirnya dapat mengembang menjadi rongga terjadi saat kantong-kantong nanah yang terlokulasi akhirnya dapat mengembang menjadi rongga abses berdinding tebal, atau sebagai eksudat yang berorganisasi, paru dapat kolaps dan kelilingi abses berdinding tebal, atau sebagai eksudat yang berorganisasi, paru dapat kolaps dan kelilingi oleh bungkusan tebal yang tidak elastik yang terbentuk dari proliferasi fibroblast. Stadium ini oleh bungkusan tebal yang tidak elastik yang terbentuk dari proliferasi fibroblast. Stadium ini dapat terjadi selama 2 sampai 4 minggu setelah gejala awal.

dapat terjadi selama 2 sampai 4 minggu setelah gejala awal. (1,2)(1,2)

2.4. Patogenesis 2.4. Patogenesis

Terjadinya empyema thorak dapat melalui tiga jalan antara lain melalui perkontinuitatum, Terjadinya empyema thorak dapat melalui tiga jalan antara lain melalui perkontinuitatum, hematogen, dan dari infeksi dari luar dinding thorak. Terjadinya empyema melalui hematogen, dan dari infeksi dari luar dinding thorak. Terjadinya empyema melalui perkontinuitatum dapat terjadi pada komplikasi penyakit pneumonia dan abses paru, oleh karena perkontinuitatum dapat terjadi pada komplikasi penyakit pneumonia dan abses paru, oleh karena kuman menjalar dan menembus pleura viseralis. Terjadinya empyema dapat juga secara kuman menjalar dan menembus pleura viseralis. Terjadinya empyema dapat juga secara hematogen , kuman dari fokus lain sampai di pleura visceralis. Empiema terjadi dapat berasal hematogen , kuman dari fokus lain sampai di pleura visceralis. Empiema terjadi dapat berasal dari infeksi dari luar dinding thorak yang menjalar ke dalam rongga pleura, misalnya pada dari infeksi dari luar dinding thorak yang menjalar ke dalam rongga pleura, misalnya pada trauma thorak, abses dinding thorak.

trauma thorak, abses dinding thorak.

Terjadinya empyema akibat invasi basil piogenik ke pleura, timbul peradangan akut yang diikuti Terjadinya empyema akibat invasi basil piogenik ke pleura, timbul peradangan akut yang diikuti dengan pembentukan eksudat serous dengan banyak sel-sel PMN baik yang hidup ataupun mati dengan pembentukan eksudat serous dengan banyak sel-sel PMN baik yang hidup ataupun mati dan meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental. Adanya dan meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental. Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah tersebut. Apabila endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah tersebut. Apabila nanah menembus bronkus timbul fistel bronko pleura, atau menembus dinding thorak dan keluar nanah menembus bronkus timbul fistel bronko pleura, atau menembus dinding thorak dan keluar melalui kulit disebut empyema nasessitatis. Stadium ini masih disebut empyema akut yang melalui kulit disebut empyema nasessitatis. Stadium ini masih disebut empyema akut yang lama-lama akan menjadi kronis (batas tak jelas).

lama akan menjadi kronis (batas tak jelas).

Empyema merupakan suatu proses luas, yang terdiri atas serangkaian daerah berkotak-kotak  Empyema merupakan suatu proses luas, yang terdiri atas serangkaian daerah berkotak-kotak  yang melibatkan sebagian besar dari satu atau kedua rongga pleura. Dapat pula terjadi perubahan yang melibatkan sebagian besar dari satu atau kedua rongga pleura. Dapat pula terjadi perubahan pleura parietal. Jika nanah yang tertimbun tersebut tidak disalurkan keluar,maka akan menembus pleura parietal. Jika nanah yang tertimbun tersebut tidak disalurkan keluar,maka akan menembus dinding dada ke dalam parenkim paru dan menimbulkan fistula. Kantung-kantung nanah yang dinding dada ke dalam parenkim paru dan menimbulkan fistula. Kantung-kantung nanah yang terkotak-kotak akhirnya berkembang menjadi rongga-rongga abses berdinding tebal, atau dengan terkotak-kotak akhirnya berkembang menjadi rongga-rongga abses berdinding tebal, atau dengan terjadinya pengorganisasian eksudat maka paru dapat menjadi kolaps serta dikelilingi oleh terjadinya pengorganisasian eksudat maka paru dapat menjadi kolaps serta dikelilingi oleh sampul tebal yang tidak elastis

(4)

2.5. Manifestasi klinis 2.5. Manifestasi klinis

Perjalanan klinis dibagi menjadi dua stadium, yaitu akut dan kronis. Empyema akut memiliki Perjalanan klinis dibagi menjadi dua stadium, yaitu akut dan kronis. Empyema akut memiliki gejala yang mirip dengan pneumonia bakteria, yaitu panas tinggi, nyeri pleuritik, anemia. Jika gejala yang mirip dengan pneumonia bakteria, yaitu panas tinggi, nyeri pleuritik, anemia. Jika nanah tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleura dan empyema necessitasis. Batas nanah tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleura dan empyema necessitasis. Batas tegas antara empyema akut dan kronis sukar ditentukan, disebut kronik apabila berjalan sudah tegas antara empyema akut dan kronis sukar ditentukan, disebut kronik apabila berjalan sudah lebih dari tiga bulan. Penderita mengeluh badan lemah dan kesehatan penderita tampak mundur. lebih dari tiga bulan. Penderita mengeluh badan lemah dan kesehatan penderita tampak mundur. Penderita yang diobati dengan tidak memadai atau dengan antibiotik yang tidak tepat dapat Penderita yang diobati dengan tidak memadai atau dengan antibiotik yang tidak tepat dapat mempunyai interval beberapa hari antara fase pneumonia klinik dan bukti adanya empyema. mempunyai interval beberapa hari antara fase pneumonia klinik dan bukti adanya empyema. Kebanyakan penderita menderita demam yang bersifat remiten, takikardi, dispneu, sianosis, Kebanyakan penderita menderita demam yang bersifat remiten, takikardi, dispneu, sianosis, batuk-batuk.

batuk-batuk.(2)(2)

2.6. Diagnosis 2.6. Diagnosis

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda sebagai berikut yaitu bentuk thorak asimetrik, Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda sebagai berikut yaitu bentuk thorak asimetrik, bagian yang sakit tampak lebih menonjol, pergerakan napas pada sisi yang sakit tertinggal, bagian yang sakit tampak lebih menonjol, pergerakan napas pada sisi yang sakit tertinggal, perkusi redup, bising napas pada bagian yang sakit melemah sampai hilang. Pemeriksaan darah perkusi redup, bising napas pada bagian yang sakit melemah sampai hilang. Pemeriksaan darah tepi menunjukkan leukositosis dan pergeseran ke kiri seperti pada infeksi akut umumnya.

tepi menunjukkan leukositosis dan pergeseran ke kiri seperti pada infeksi akut umumnya. (1,2,3)(1,2,3)

Pada foto thorak PA dan lateral, didapatkan gambaran opasitas yang menunjukan cairan. jantung Pada foto thorak PA dan lateral, didapatkan gambaran opasitas yang menunjukan cairan. jantung dan mediastinum terdorong kearah yang sehat, bila nanahnya cukup banyak sel iga pada sisi dan mediastinum terdorong kearah yang sehat, bila nanahnya cukup banyak sel iga pada sisi yang sakit melebar,dan juga tampak penebalan pleura.

(5)

gambar

gambar foto rontgen foto rontgen pada pasien pada pasien empyemaempyema

Diagnosa pasti dapat ditegakan dengan melakukan aspirasi pleura, selanjutrnya nanah dipakai Diagnosa pasti dapat ditegakan dengan melakukan aspirasi pleura, selanjutrnya nanah dipakai sebagai bahan untuk pemerksaan bakteriologi, amuba, jamur, kultur dan tes kepekaan antibiotik. sebagai bahan untuk pemerksaan bakteriologi, amuba, jamur, kultur dan tes kepekaan antibiotik. Biopsi pleura dapat dilakukan bersamaan dengan pungsi. Jaringan yang didapat dikirimkan untuk  Biopsi pleura dapat dilakukan bersamaan dengan pungsi. Jaringan yang didapat dikirimkan untuk  pemeriksaan patologi anatomi dan mikroskopis. Pada pemeriksaan patologi anatomi didapatkan pemeriksaan patologi anatomi dan mikroskopis. Pada pemeriksaan patologi anatomi didapatkan gambaran endapan sentrifugasi padat dengan sel-sel radang yang terdiri dari leukosit, PMN dan gambaran endapan sentrifugasi padat dengan sel-sel radang yang terdiri dari leukosit, PMN dan histiosit, kesan pleuritis supuratif.

histiosit, kesan pleuritis supuratif. (2,3,4)(2,3,4)

Gambaran Patologi anatomi Gambaran Patologi anatomi

(6)

2.7. Penatalaksanaan 2.7. Penatalaksanaan

Prinsip penanggulangan empyema thoraks adalah : Prinsip penanggulangan empyema thoraks adalah :

a.

a. Pengosongan rongga pleuraPengosongan rongga pleura

Prinsip ini seperti yang dilakukan pada abses dengan tujuan mencegah efek toksik dengan Prinsip ini seperti yang dilakukan pada abses dengan tujuan mencegah efek toksik dengan cara membersihkan rongga pleura dari nanah dan jaringan-jaringan yang mati. cara membersihkan rongga pleura dari nanah dan jaringan-jaringan yang mati. Pengosongan pleura dilakukan dengan cara:

Pengosongan pleura dilakukan dengan cara: 1.

1. Closed drainageClosed drainage = tube thoracostomy = water sealed drainage (WSD) dengan= tube thoracostomy = water sealed drainage (WSD) dengan indikasi antara lain nanah sangat kental dan sukar diaspirasi, nanah terus terbentuk  indikasi antara lain nanah sangat kental dan sukar diaspirasi, nanah terus terbentuk  setelah 2 minggu, terjadinya piopneumothoraks.

setelah 2 minggu, terjadinya piopneumothoraks.

Gambar water sealed drainage Gambar water sealed drainage

(7)

2.

2. Open drainageOpen drainage Karena drainase ini menggunakan kateter thoraks yang besar, makaKarena drainase ini menggunakan kateter thoraks yang besar, maka diperlukan pemotongan tulang iga. Drainase terbuka ini dikerjakan pada empyema diperlukan pemotongan tulang iga. Drainase terbuka ini dikerjakan pada empyema menahun karena pengobatan yang diberikan terlambat, pengobatan tidak adekuat atau menahun karena pengobatan yang diberikan terlambat, pengobatan tidak adekuat atau mungkin sebab lain seperti drainase yang kurang bersih.

mungkin sebab lain seperti drainase yang kurang bersih. (2,3,4)(2,3,4)

gambar open window thoracostomy gambar open window thoracostomy

b.Pemberian antibiotik yang sesuai b.Pemberian antibiotik yang sesuai

Antibiotik harus segera diberikan begitu diagnosis ditegakkan dan dosis harus adekuat. Antibiotik harus segera diberikan begitu diagnosis ditegakkan dan dosis harus adekuat. Pemilihan antibiotik didasarkan pada hasil pengecatan gram dari hapusan nanah. Pengobatan Pemilihan antibiotik didasarkan pada hasil pengecatan gram dari hapusan nanah. Pengobatan selanjutnya bergantung dari hasil kultur dan uji kepekaan.

selanjutnya bergantung dari hasil kultur dan uji kepekaan. Obat-obatan yang biasanya digunakan antara lain :

Obat-obatan yang biasanya digunakan antara lain : 1.

1. Ampicillin 500 mg dan Sulbactam 500 mgAmpicillin 500 mg dan Sulbactam 500 mg 2.

2. Amoxcilin 250-500 mg dan Clavulanat 125 mgAmoxcilin 250-500 mg dan Clavulanat 125 mg 3.

3. Piperacillin 2- 4 gram dan Tazobactam 250-500 mgPiperacillin 2- 4 gram dan Tazobactam 250-500 mg 4.

4. Vankomisin (vankokin,vancoled,lyphocin) dapat secara intra vena, dengan dosis 1 gramVankomisin (vankokin,vancoled,lyphocin) dapat secara intra vena, dengan dosis 1 gram dalam 200 ml NaCl 0,9% per 12 jam.

dalam 200 ml NaCl 0,9% per 12 jam. 5. Eritromicin oral 2

(8)

c.

c. Penutupan rongga pleuraPenutupan rongga pleura

Pada empyema menahun, seringkali rongga empyema tidak menutup karena Pada empyema menahun, seringkali rongga empyema tidak menutup karena penebalan dan kekakuan pleura. Bila hal ini terjadi, maka dilakukan pembedahan, penebalan dan kekakuan pleura. Bila hal ini terjadi, maka dilakukan pembedahan, yaitu :

yaitu : 1.

1. DekortikasiDekortikasi

Tindakan ini termasuk operasi besar yaitu : mengelupas jaringan pleura yang Tindakan ini termasuk operasi besar yaitu : mengelupas jaringan pleura yang menebal. Indikasi dekortikasi ialah drainase tidak berjalan baik, karena menebal. Indikasi dekortikasi ialah drainase tidak berjalan baik, karena kantung-kantung yang berisi nanah, sukar dicapai oleh drain, empyema totalis yang kantung yang berisi nanah, sukar dicapai oleh drain, empyema totalis yang mengalami organisasi pada pleura visceralis.

(9)

2.

2. TorakoplastiTorakoplasti

Tindakan ini dilakukan apabila empyema tidak dapat sembuh karena adanya fistel Tindakan ini dilakukan apabila empyema tidak dapat sembuh karena adanya fistel bronkopleura atau tidak mungkin dilakukan dekortikasi. Pada kasus ini bronkopleura atau tidak mungkin dilakukan dekortikasi. Pada kasus ini pembedahan dilakukan dengan memotong iga subperiosteal dengan tujuan untuk  pembedahan dilakukan dengan memotong iga subperiosteal dengan tujuan untuk  memperluas ruang gerak paru.

memperluas ruang gerak paru.

d.

d. Pengobatan kausalPengobatan kausal

Pengobatan kausal ditujukan pada penyakit-penyakit yang menyebabkan terjadinya Pengobatan kausal ditujukan pada penyakit-penyakit yang menyebabkan terjadinya empyema. Dapat diberikan pengobatan spesifik, untuk amebiasis, tuberculosis, dan empyema. Dapat diberikan pengobatan spesifik, untuk amebiasis, tuberculosis, dan sebagainya.

(10)

2.8. Penanggulangan Empyema 2.8. Penanggulangan Empyema

Penanggulangan empyema tergantung dari fase empyema : Penanggulangan empyema tergantung dari fase empyema :

a.

a. Fase I (fase eksudat)Fase I (fase eksudat)

Dilakukan drainase tertutup (WSD) dan dengan WSD dapat dicapai tujuan diagnostik  Dilakukan drainase tertutup (WSD) dan dengan WSD dapat dicapai tujuan diagnostik  terapi dan prevensi, diharapkan dengan pengeluaran cairan tersebut dapat dicapai terapi dan prevensi, diharapkan dengan pengeluaran cairan tersebut dapat dicapai pengembangan paru yang sempurna.

pengembangan paru yang sempurna. b.

b. Fase II (fase fibropurulen)Fase II (fase fibropurulen)

Pada fase ini penanggulangan harus lebih agresif lagi yaitu dilakukan drainase terbuka Pada fase ini penanggulangan harus lebih agresif lagi yaitu dilakukan drainase terbuka (reseksi iga

(reseksi iga open windowopen window ). Dengan cara ini nanah yang ada dapat dikeluarkan dan). Dengan cara ini nanah yang ada dapat dikeluarkan dan perawatan luka dapat dipertahankan. Drainase terbuka juga bertujuan untuk menunggu perawatan luka dapat dipertahankan. Drainase terbuka juga bertujuan untuk menunggu keadaan pasien lebih baik dan proses infeksi lebih tenang sehingga intervensi bedah yang keadaan pasien lebih baik dan proses infeksi lebih tenang sehingga intervensi bedah yang lebih besar dapat dilakukan.

lebih besar dapat dilakukan. c.

c. Fase III (fase organisasi)Fase III (fase organisasi)

Dilakukan intervensi bedah berupa dekortikasi agar paru bebas mengembang atau Dilakukan intervensi bedah berupa dekortikasi agar paru bebas mengembang atau dilakukan obliterasi rongga pleura dengan cara dinding dada dikolapskan (torakoplasti) dilakukan obliterasi rongga pleura dengan cara dinding dada dikolapskan (torakoplasti) dengan mengangkat iga-iga sesuai dengan besarnya rongga empyema.

dengan mengangkat iga-iga sesuai dengan besarnya rongga empyema.(6,7,9,10)(6,7,9,10)

2.9. Prognosis 2.9. Prognosis

Prognosis kurang baik, terutama pada usia lanjut, dimana sistem imunitasnya sudah melemah, Prognosis kurang baik, terutama pada usia lanjut, dimana sistem imunitasnya sudah melemah, atau pada penyakit dasar yang berat dan karena terlambat dalam pemberian obat. Kematian dapat atau pada penyakit dasar yang berat dan karena terlambat dalam pemberian obat. Kematian dapat disebabkan oleh gagal napas, dan sepsis.

(11)

B A B III B A B III K ESIMPULAN K ESIMPULAN 3.1. Kesimpulan 3.1. Kesimpulan 1.

1. Empyema thorak adalah keadaan terkumpulnya nanah (pus) dalam rongga pleura yangEmpyema thorak adalah keadaan terkumpulnya nanah (pus) dalam rongga pleura yang mengisi rongga pleura.

mengisi rongga pleura. 2.

2. Bentuk klinis empyema terdiri atas empyema akut yang merupakan sekunder danBentuk klinis empyema terdiri atas empyema akut yang merupakan sekunder dan empiema kronis yaitu empyema yang berlangsung lebih dari 3 bulan.

empiema kronis yaitu empyema yang berlangsung lebih dari 3 bulan. 3.

3. Stadium-stadium dalam empyema antara lain stadium eksudat, stadium fibropurulen danStadium-stadium dalam empyema antara lain stadium eksudat, stadium fibropurulen dan stadium organisasi.

stadium organisasi. 4.

4. Diagnosa empyema dapat ditegakan melalui pemeriksaan fisik, foto thorak, aspirasiDiagnosa empyema dapat ditegakan melalui pemeriksaan fisik, foto thorak, aspirasi pleura dan biopsy pleura.

pleura dan biopsy pleura. 5.

5. Prinsip pengobatan empiema yaitu berupa pengosongan nanah, antibiotika, penutupanPrinsip pengobatan empiema yaitu berupa pengosongan nanah, antibiotika, penutupan rongga empyema, pengobaan kausal.

(12)

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

1.

1. Nadel, Murray: Text Book of Respiratory Medicine third edition volume one,Nadel, Murray: Text Book of Respiratory Medicine third edition volume one, Philadelphia. 2000 , 985-1041.

Philadelphia. 2000 , 985-1041. 2.

2. Palgunadimargono, Benjamin dkk : Pedoman Diagnosa dan Terapi BAG/ SMFPalgunadimargono, Benjamin dkk : Pedoman Diagnosa dan Terapi BAG/ SMF Ilmu Penyakit Paru, Edisi 3, Surabaya, 2005.

Ilmu Penyakit Paru, Edisi 3, Surabaya, 2005. 3.

3. Rosenbluth DB. 2002. Pleural effusion: Nonmalignant and malignant. In:Rosenbluth DB. 2002. Pleural effusion: Nonmalignant and malignant. In: Fishman’s of pulmonary disease and disorders. Editors: Fishman AP, Elias JA, et Fishman’s of pulmonary disease and disorders. Editors: Fishman AP, Elias JA, et al. 3

al. 3rdrd. Ed. McGraw-Hill Companies, 487-506.. Ed. McGraw-Hill Companies, 487-506. 4.

4. Light ER. 2001. Parapneumonic effusions and empyema. In: Pleural disease. 4Light ER. 2001. Parapneumonic effusions and empyema. In: Pleural disease. 4 thth Ed. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins. 51-81.

Ed. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins. 51-81. 5.

5. Bartlett JG: Anaerobic bacterial infections of the lung. Chest 1987 Juni; 91(6):Bartlett JG: Anaerobic bacterial infections of the lung. Chest 1987 Juni; 91(6): 901-9

901-9 6.

6. Wiedemann HP, Rice TW: Lung abscess and empyema, 1998Wiedemann HP, Rice TW: Lung abscess and empyema, 1998 7.

7. Buku ajar Buku ajar ilmu penyakit dalam ilmu penyakit dalam FKUI , Jakarta, FKUI , Jakarta, Juli 2006Juli 2006 8.

8. Fishman: Pulmonary Fishman: Pulmonary Disease and Disorders Disease and Disorders fourth edition Volume fourth edition Volume two, Unitedtwo, United States. 2008, 2141-60

States. 2008, 2141-60 9.

9. www.nlm.nih.gov/empyema/000123.htmlwww.nlm.nih.gov/empyema/000123.html 10.

10. W. Keinth C. Morgan dan Anthonio Aseaton: Occupation Lung Disease:W. Keinth C. Morgan dan Anthonio Aseaton: Occupation Lung Disease: Saunders Company, Philadelphia. 1995.

Saunders Company, Philadelphia. 1995. 11.

11. Goetz MB, Finegold SM. 2000. Pyogenic bacterial pneumonia, lung abses, danGoetz MB, Finegold SM. 2000. Pyogenic bacterial pneumonia, lung abses, dan empyema. In: Textbook of respiratory medicine. Editor: Murray JF, Nadel JA. 3 empyema. In: Textbook of respiratory medicine. Editor: Murray JF, Nadel JA. 3rdrd.. Ed. Philadelphi; WB Sauders. 1031-1032.

Gambar

gambar  foto rontgen  foto rontgen pada pasien  pada pasien empyema empyema
Gambar water sealed drainageGambar water sealed drainage
gambar open window thoracostomygambar open window thoracostomy

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada hasil temuan penelitian yang telah diuraikan dalam bab IV, dapat disimpulkan secara umum penelitian ini yaitu: penggunaan metode demonstrasi dapat

Dalam SIA Penerimaan dan Pengeluaran Kas diperlukan adanya prosedur yang efektif dan efisien sehingga peneliti dalam penelitian ini mengambil rumusan masalah

Desain ini mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat itu (Hidayat,2009), besar sampel sebanyak 120 siswi dari 180 jumlah populasi .Hasil

Kemudian untuk memperkokoh jalinan komunikasi pada alumni secara luas, acara bernama KETUPAGANZA yang telah diselenggarakan sejak tahun 2010 di Jakarta, Bandung

tasawuf itu bersamaan dengan Islam yang di bawah oleh nabi Muhammad Saw, akan tetapi pada waktu itu namanya belum tasawuf, namun ajaran-ajaran tasawuf itu sudah ada.21 Tasawuf

Substansi Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah sudah sangat jelas bahwa di dalam Pasal 40 ayat (2) memberikan kewajiban kepada PPAT

Penelitian ini dilatar belakangi oleh keinginan wanita tampil lebih cantik dengan kulit yang putih dan bersih, sehingga muncul produk kosmetika pemutih

Dalam melakukan perawatan pada cedera kulit kepala penolong harus mengenali dengan baik keadaan yang sedang dihadapinya terutama berhubungan dengan ada tidaknya patah