• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesedihan dan Romantisme Dalam Il Pleure Dans Mon Coeur Puisi Paul Verlaine

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kesedihan dan Romantisme Dalam Il Pleure Dans Mon Coeur Puisi Paul Verlaine"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Kesedihan dan Romantisme Dalam Il Pleure Dans Mon Coeur Puisi Paul

Verlaine

Imamah Idzni Abidah

Program Studi Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat, Indonesia

Email : imamahidzniabidah@hotmail.com

Abstrak

Artikel ini menganalisis tema kesedihan dalam kaitan dengan romantisme dalam puisi Il Pleure dans Mon Coeur karya Paul Verlaine dengan menggunakan pendekatan semiotika. Hasil analisis mengungkapkan bahwa kesedihan dalam puisi ini diungkapkan melalui musikalitas dan penggunaan permainan kata, dan meramu semua itu dengan alam dan lirisme romantisme. Hasil analisis ini juga membuktikan bahwa setiap aspek dalam puisi ini mendukung tampilnya kesedihan sebagai tema utama.

Kata kunci :puisi, musikalitas, romantisme, tema.

Sadness and Romanticism in

Il Pleure dans Mon Coeur

Poem

by Paul Verlaine

Abstract

This article analyzes the theme of sadness in the relation with romanticism shown in Paul Verlaine’s Poem Il Pleure dans Mon Coeur using semiotics approach. The results of the analysis in this study revealed that the sadness in this poem is expressed through musicality and the use of metaphore and mix all that with romance lirisme. The results of this analysis also proves that every aspect of this poem support the narration of sadness as the main theme.

(4)

4

Pendahuluan

Penyair Prancis Paul Marie Verlaine (1844-1896) adalah salah satu penyair yang menciptakan puisi-puisi paling indah dalam sejarah sastra Prancis. Berkat kekuatan sajak-sajaknya, ia mendapat julukan sebagai prince des poètes, pangeran penyair. Paul Verlaine lahir pada masa aliran romantisme mendominasi dunia sastra. Hal ini berpengaruh pada gaya penulisan Verlaine (Caster, 752).

Banyak kritikus yang beranggapan bahwa puisi-puisi Verlaine tidak menunjukkan intelektualitas sama sekali karena karyanya cenderung tidak mengikuti berbagai aturan yang ada. Namun, puisi-puisinya selalu menunjukkan orisinalitas dirinya. Ungkapan Verlaine yang terkenal “l’art, mes enfants, c’est d’être absolument

soi–même” yang berarti “anak-anakku, seni adalah menjadi diri sendiri”.

Dalam setiap karyanya, Verlaine menuangkan aspirasi jiwanya terdalam yang menyentuh kalbu para pembacanya. Hal itu merupakan salah satu ciri romantisme Verlaine, yang menunjukan sisi sensitifnya dalam puisi-puisi yang dihasilkannya. Romantisme Verlaine juga terlihat dalam penggunaan gambaran alam yang kuat di dalam puisinya (Husein, 145).

Karya-karya Paul Verlaine merupakan eskpresi dari pengalaman hidupnya. Ia lahir di Metz dan bersekolah di Paris. Setelah lulus dari sekolah menengah di Paris, ia bekerja di balai kota dan memiliki kebiasaan untuk mengunjungi berbagai kafe di Paris yang menjadi tempat berkumpul para seniman ternama Prancis. Berawal dari situlah, Verlaine mulai berkenalan dengan para seniman terkenal dan mulai menulis puisi yang sudah ia sukai sejak masa sekolah (Husein,142).

Kumpulan puisi pertamanya, Poèmes Saturniens, mengungkapkan sosok Verlaine yang perasa, lembut, dan melankolik. Di antara puisi-puisinya yang paling terkenal adalah Mon rêve familier, tentang gambaran sosok wanita ideal,

Nevermore, tentang cinta yang hilang, dan juga

Chansons d’Automne, tentang keresahan. Kumpulan puisi kedua Verlaine menggambarkan masyarakat tingkat atas dan kebiasaan mereka untuk bersenang-senang. Namun, dalam puisinya deskripsi kegembiraan itu sering diselipi dengan suasana melankolis, seperti dalam karyanya Clair de Lune (Husein, 143).

Pada tahun 1870, setelah ia bertunangan dengan kekasihnya Mathilde Maute, ia menghasilkan kumpulan puisi ketiganya yang bersifat lebih pribadi, mengharukan, dan jujur. Karya itu menggambarkan kebahagiaan orang yang sedang jatuh cinta. Kehidupan asmaranya yang bahagia itu tidak berlangsung lama. Rumah tangganya sering dilanda pertengkaran. Masa-masa

indah dalam hidup Verlaine berganti menjadi masa yang suram. Goncangan hidup yang besar dalam hidup Verlaine mendorongnya kembali menjadi penganut agama yang soleh dan memberi inspirasi untuk menulis dua buah kumpulan puisi. Kumpulan puisi pertama yaitu Romances sans paroles dan yang kedua adalah Sagesse (Husein, 144).

Pembahasan

Il Pleure dans Mon Coeur merupakan salah satu puisi yang menampilkan ekspresi perasaan Paul Verlaine. Puisi ini termasuk ke dalam kumpulan puisi Romances sans Paroles. Romances sans Paroles diterbitkan pada tahun 1874. Judul ini diambil dari salah satu judul musik piano karya Felix Mendelssohn. Hal tersebut menunjukkan kecintaan Verlaine terhadap dunia musik, kemudian terlihat setiap puisinya selalu memiliki irama yang musikal. Karya-karyanya dianggap memiliki efek musikalitas yang sangat kuat, sehingga ia mendapat julukan poète-musicien,

penyair-musisi ( Caster, et al 752).

ll Pleure dans Mon Coeur ditulis antara tahun 1872-1873. Pada masa itu Verlaine yang telah berpisah dari istrinya, melakukan perjalanan bersama dengan kawan dekatnya, Arthur Rimbaud, menuju Inggris dan Belgia. Selama perjalanan, banyak sekali kejadian tidak menyenangkan yang mereka alami, puncaknya adalah pertengkaran diantara mereka yang berujung pada penembakan Rimbaud yang dilakukan oleh Verlaine. Akibat peristiwa itu, Verlaine harus mendekam di penjara selama dua tahun. Masa-masa kritis kehidupannya kemudian ia tuangkan dalam puisi-puisinya. Kesulitan hidup yang menginspirasi karyanya tersebut menjadikan puisinya didominasi oleh tema-tema kesedihan.

Berikut ini akan disajikan puisi Il Pleure dans Mon Coeur yang disertakan dengan terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Terjemahan ini dibuat sedekat mungkin dengan karya aslinya. Namun, mengingat betapa sulitnya untuk menerjemahkan suatu puisi terdapat beberapa perbedaan salah satunya adalah irama yang tak dihasilkan dari puisi terjemahannya.

Il Pleure dans Mon Coeur Bait 1

Il pleure dans mon coeur Larik 1

Comme il pleut sur la ville Larik 2, Quelle est cette langueur Larik 3

Qui pénètre mon coeur? Larik 4

Bait 2

O bruit doux de la pluie Larik 5

(5)

Pour un coeur qui s'ennuie, Larik 7

O le chant de la pluie! Larik 8

Bait 3

Il pleure sans raison Larik 9

Dans ce coeur qui s'écoeure Larik 10

Quoi! nulle trahison? Larik 11

Ce deuil est sans raison. Larik 12

Bait 4

C'est bien la pire peine Larik 13

De ne savoir pourquoi, Larik 14

Sans amour et sans haine, Larik 15

Mon coeur a tant de peine! Larik 16 Terjemahan :

Tangisan di dalam Hatiku

Tangisan di dalam hatiku

Seperti hujan yang turun membasahi kota Kegundahan apakah ini

Yang merasuk ke dalam hati? O suara lembut hujan

Yang menetes di tanah dan juga di atap! Bagi hati yang sedang meratap

O suara nyanyian hujan Tangisan ini tanpa alasan Di dalam hati yang sangat muak. Apa? Adakah suatu penghianatan? Duka ini tanpa alasan

Derita yang paling buruk adalah Tidak mengetahui mengapa Karena tanpa cinta dan tanpa benci Hatiku penuh dengan kepedihan

Tema Kesedihan dan Romantisme

Sejak awal, kesedihan sudah ditampilkan lewat judul puisi ini, Il Pleure dans Mon Coeur,

yang juga ditemukan pada larik pertama dalam bait pertama. Klausa il pleure menunjukan adanya tangisan. Menangis merupakan bentuk ekspresi seseorang saat sedang merasakan kesedihan. Dari hal tersebut dapat kita lihat bahwa menangis pada kalimat ini memiliki makna denotasi. Hal menarik yang dapat kita cermati dari kalimat tersebut adalah perasaan duka begitu mendalam yang ditampilkan lewat ungkapan hati yang sedang menangis karena tangisan secara fisik hanya dapat dilakukan organ tubuh yaitu mata, sedangkan pada kalimat ini yang menangis adalah hati. Dari situ munculah makna konotasi dari menangis yang diperoleh dari kesan para pembaca.

Seperti yang telah disampaikan pada

beraliran romantisme. Salah satu ciri aliran romantisme adalah penggunaan unsur alam. Segala sesuatu yang diciptakan bersumber pada alam, yaitu apa yang ada di sekeliling kita: apa yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan. Kaum romantik berpegang pada semboyan mereka yaitu alam adalah sesuatu yang mendukung dan menentukan perasaan (suasana) hati manusia. Dengan demikian, perasaan hati manusia itu tergantung dari keadaan alam (Sitanggang, 39).

Dalam puisi ini pun, Verlaine memasukan unsur alam seperti yang ditemukan pada larik kedua dalam puisi ini “comme il pleut sur la ville“, yang memiliki makna denotasi, disandingkan dengan larik pertama “il pleure dans mon coeur” untuk menunjukkan sebuah perbandingan. Kesedihan yang digambarkan lewat air mata yang dihasilkan oleh tangisan dalam klausa il pleure dibandingkan dengan tetesan air hujan yang turun membasahi kota dalam klausa il pleut. Bentuk kesedihan akan lebih terasa jika klausa il pleure diubah menjadi il pleut dans mon coeur yang diartikan hujan di hatiku. Hal tersebut akan menimbulkan kesan dramatis di kalangan para pembaca. Selain itu, hal ini juga dapat menunjukkan adanya dua kejadian yang terjadi bersamaan yaitu hujan bermakna konotasi “il pleut dans mon coeur”, di dalam hati yang berasal dari hati yang menangis, bersamaan dengan hujan bermakna denotasi “il pleut sur la

ville”, yang sedang turun membasahi kota.

Jika kita melihat penggunaan il dalam dua kalimat tersebut, kata il merupakan bentuk

impersonelle. Verba pleure biasanya selalu disandingkan dengan subjek persona seperti misalnya, je pleure. Kita bisa mengatakan bahwa terdapat lisensia puitika dalam kalimat tersebut. Dalam dunia sastra terdapat keleluasaan bagi penyair untuk mengalihkan makna kata dan melanggar aturan-aturan gramatikal (Shmitt & Viala 134). Lisensia puitika dimanfaatkan secara maksimal oleh Verlaine dalam puisi ini melalui permainan kata.

Unsur alam yang berupa hujan kembali ditemukan pada kalimat “O bruit doux de la pluie

par terre et sur les toits!” yang merupakan gabungan dari larik kelima dan keenam, serta frasa bebas “O le chant de la pluie!“. Frasa bruit doux de la pluie memiliki makna denotasi, sedangkan frasa le chant de la pluie memiliki makna konotasi. Makna frasa tersebut juga mengandung ambiguitas yang dapat diartikan seperti suara manusia. Kedua frasa tersebut menunjukkan sebuah majas perumpamaan yang membandingkan suara hujan ditampilkan seperti suara nyanyian.

Pada bait ini penyair ingin menyampaikan bahwa di kala hati jenuh, tetesan hujan terdengar seperti sebuah nyanyian. Hal ini tertuang dalam kalimat “Pour un coeur qui s'ennuie, O le chant de

(6)

6

mengacu pada bait pertama dimana hujan dibandingkan dengan air mata, sedangkan pada bait kedua tetesan hujan terdengar seperti nyanyian. Hal ini dapat dikatakan sebagai bentuk sebuah ironi di mana umumnya nyanyian adalah sebuah bentuk penghiburan bagi hati yang sedang jenuh, tetapi suara nyanyian hujan disini dapat diartikan sebagai lagu kesedihan yang disuarakan dari hati yang berduka.

Tema-tema romantisme melankolis dapat dikatakan berkisar seputar kemurungan akibat rasa benci, cinta yang tidak bahagia, penderitaan hidup, dan hal-hal tragis lainnya. Tema kesedihan yang ditampilkan dalam puisi ini terbentuk dari kesatuan motif yang ditemukan dari isotopi yang dominan. Isotopi adalah pilihan kata (diksi) yang digunakan oleh pengujar yang mempunyai komponen makna yang sama (Zaimar, 82-85). Isotopi terbentuk dari pengulangan komponen makna. Terdapat beberapa isotopi yang ditemukan dalam puisi ini, antara lain : - Isotopi kesedihan : pleure (2x), coeur (5x), langueur, doux (1x), s'ennuie (1x), écoeure(1x), deuil (1x), trahison (1x), peine (2x), sans amour (1x), sans haine (1x).

- Isotopi keindahan : bruit doux de la pluie dan

le chant de la pluie.

- Isotopi alam : ville (1x), pluie (2x), terre (1x) Lewat isotopi tersebut terlihat bahwa isotopi perasaan yang mendominasi adalah isotopi kesedihan. Namun, diantara dominasi kesedihan tersebut masih terdapat isotopi keindahan dan isotopi alam. Hal itu berkaitan dengan alam dengan cara yang indah.

Selain perasaan kesedihan, ada juga rasa kekosongan yang ditampilkan dalam kalimat

“Quelle est cette langueur qui pénètre mon coeur?” yang terbentuk dari gabungan larik ketiga dan keempat dalam bentuk kalimat tanya. Klausa

cette langueur qui pénètre mon coeur jelas menunjukkan rasa lesu atau tidak adanya gairah yang juga dirasakan penyair merasuk ke dalam hatinya, melalui kata pénètre dalam klausa tersebut. Kata pénètre juga menunjukkan ada sebentuk kekosongan yang dirasakan dalam hati penyair sehingga hatinya bisa dirasuki oleh sesuatu yang dirasakan sebagai rasa lesu. Namun, bentuk kalimat tanya yang digunakan dalam kalimat tersebut menunjukkan bahwa masih ada keragu-raguan dan rasa bimbang.

Il pleure sans raison dalam larik kesembilan yang mengawali bait ketiga kembali mengulang klausa il pleure seperti yang ditemukan pada larik pertama. Bentuk pengulangan ini merupakan ungkapan bahwa kesedihan yang dirasakan penyair sangat kuat. Bentuk pengulangan merupakan suatu hal yang umum kita temukan dalam sebuah puisi. Selain untuk menambah keindahan puisi tersebut, pengulangan juga dapat dikatakan sebagai perwujudan pentingnya pesan yang ingin disampaikan penyair.

Puisi ini memiliki banyak pengulangan kata dalam setiap bait, seperti pengulangan kata

coeur yang muncul sebanyak lima kali. Kata tersebut ditemukan pada larik 1,4,7,10, dan 16. Pengulangan kata coeur menunjukkan hal penting bahwa puisi ini merupakan ungkapan perasaan hati penyair. Selain bentuk pengulangan kata, bentuk pengulangan lainnya adalah pengulangan frasa yang dapat ditemukan pada setiap bait, yaitu : pada akhir dari larik pertama dan larik keempat, larik kelima dan kedelapan, larik kesembilan dan kedua belas, serta larik ketiga belas dan larik keenam belas diakhiri dengan frasa yang sama.

Frasa ce coeur qui s'écoeure dalam kalimat gabungan larik kesembilan dan kesepuluh “Il pleure sans raison dans ce coeur qui s'écoeure.”

menunjukkan bahwa penyair merasakan ada rasa jenuh dan muak dalam hatinya. Rasa tersebut muncul karena penyair terus menerus menangis. Rasa muak juga mucul karena semua kesedihan yang penyair rasakan tidak memiliki alasan. Hal tersebut dapat dikatakan menunjukkan kelelahan hati yang dirasakan penyair akibat kesedihan yang tak berujung.

Akibat dari kemuakan dan kelelahan hati yang dirasakan, penyair merenung dan merasa heran karena tidak juga menemukan jawaban, hal ini terlihat lewat frasa “Quoi! nulle trahison?”. Frasa tersebut menunjukkan bahwa penyair terus bertanya-tanya dan mencari alasan atas kesedihan yang dia alami. Disini juga terlihat ada rasa heran dan keterkejutan karena ternyata alih-alih menjawab rasa penasaran penyair, kalimat Ce deuil est sans raison yang merupakan bentuk jawaban dari kalimat tanya sebelumnya menunjukkan bahwa semua yang dia rasakan tidak mempunyai alasan yang jelas. Dari pertanyaan yang telah ia ajukan kepada hatinya sendiri, jawaban sans raison, tanpa alasan, tanpa ada sebab, menimbulkan kekecewaan dalam diri penyair. Semua kesedihan dan kekosongan yang sedang dirasakan oleh penyair, sampai saat ini tidak diketemukan penyebab sesungguhnya. Semua rasa tersebut muncul begitu saja, tanpa alasan.

Kesedihan yang timbul tanpa sebab itu menjadi hal paling menyakitkan yang dirasakan oleh penyair . Ketidaktahuannya akan penyebab dari rasa kesedihan yang ia rasakan ditunjukkan dalam “C'est bien la pire peine de ne savoir

pourquoi,” kembali menguatkan pernyataan sebelumnya bahwa semua terjadi tanpa alasan, tanpa penyebab. Frasa la pire peine dalam bait ini, digunakan penyair untuk menggambarkan perasaan luka yang paling parah, yang terburuk, yang dapat ia rasakan dalam hatinya yang mengakibatkan hatinya dipenuhi dengan kepedihan,dilanjutkan dengan kalimat “mon coeur a tant de peine!”.

Frasa sans amour et sans haine

menyatakan penyair tidak bisa merasakan cinta maupun kebencian. Hal ini memunculkan kembali

(7)

rasa kekosongan yang dirasakan dalam hati penyair. Kekosongan yang menunjukkan bahwa penyair tidak dapat merasakan apa-apa, baik rasa cinta maupun rasa benci. Namun, gabungan larik kelima belas dan keenam belas yaitu, sans amour et sans haine, mon coeur a tant de peine! Menunjukkan adanya sebuah pertentangan. Penyair tidak merasakan adanya cinta maupun kebencian dalam hatinya yang menunjukkan sebuah kekosongan, tetapi penyair tetap dapat merasakan bahwa hatinya dipenuhi dengan penderitaan. Kekosongan dan rasa penuh adalah dua hal yang bertolak belakang.

Terdapat unsur finalitas dari bait terakhir dalam puisi ini. Dapat dikatakan bahwa dalam kalimat C'est bien la pire peine de ne savoir pourquoi, sans amour et sans haine, mon coeur a tant de peine! merupakan sebuah simpulan atau penutup dari segala keraguan, kebingungan, dan berbagai macam perasaan yang dirasakan penyair dalam puisi ini. Bait ini mengungkapkan dan menguatkan bahwa hal yang dirasakan oleh penyair sebagai bentuk rasa sakit yang paling buruk adalah sebuah kesedihan yang tidak diketahui penyebabnya, sebuah perasaan sedih yang tidak beralasan.

Individualisme merupakan ciri lain dari aliran romantisme. Dalam puisi Il Pleure dans Mon Coeur, sudut pandang yang ditampilkan adalah sudut pandang orang pertam, yakni je atau aku yang ditunjukkan melalui penggunaan frasa mon Coeur.

Tidak ada orang kedua yang bertindak sebagai penerima di dalam puisi ini. Komunikasi yang terjalin dalam sebuah puisi sama dengan pada karya sastra lainnya, hanya saja kesulitan yang ditemukan dalam puisi adalah teks yang singkat dan seringkali tidak ada pengacu lainnya. Penggunaan je dalam puisi ini memudahkan identifikasi pembaca terhadap apa yang dituangkan oleh je dalam puisi ini. Keseluruhan puisi ini merupakan ungkapan perasaan kesedihan yang dirasakan penyair. Para pembaca yang memiliki atau pernah mengalami perasaan yang sama, akan lebih mudah untuk memahami apa yang dirasakan oleh penyair. Rasa berbeda yang diterima oleh pembaca akan menghasilkan interpretasi sebuah puisi menjadi lebih bebas.

Musikalitas Puisi

Puisi mengalami perkembangan bentuk seiring dengan perkembangan zaman. Bentuk puisi sangat bervariasi. Sering kali bentuk dari sebuah puisi menampilkan sebuah makna tersembunyi, namun hal ini tidak berlaku selamanya. Bentuk puisi dapat mendukung sebuah kesan yang ingin ditampilkan dalam puisi tersebut. Bentuk dalam sebuah puisi dapat terlihat dari jumlah larik. Bentuk puisi tradisional biasanya terdiri dari empat larik, seperti syair dan pantun. Dalam aspek bentuk

diperhitungkan (Schmitt & Viala, 138). Bentuk-bentuk puisi berdasarkan jumlah suku kata dalam konvensi penulisan puisi Prancis antara lain :

Alexandrin yaitu larik dengan dua belas suku kata.

Décasyllable yaitu larik dengan sepuluh suku kata

Neufsyllable yaitu larik dengan sembilan suku kata

Heptasyllable yaitu larik dengan tujuh suku kata

Puisi Il pleure dans mon Coeur karya Paul Verlaine terdiri atas empat buah bait. Jumlah larik yang dimiliki dalam setiap baitnya berjumlah sama yaitu 4 larik, maka puisi ini termasuk dalam

quatrain. Jumlah suku kata pada tiap larik puisi ini juga sama yaitu berjumlah 6 suku kata atau biasa disebut dengan hexasyllabes.

Il/ pleu/re /dans/ mon/ coeur/ A

Comme/ il/ pleut /sur/ la/ ville/; B

Quelle/ est/ cet/te/ lan/gueur/ A

Qui/ pé/nè/tre/ mon/ coeur/ ? A

Ô/ bruit/ doux /de /la /pluie/ A

Par/ terre /et/ sur/ les/ toits !/ B

Pour/ un /coeur/ qui/ s'en/nuie/, A

Ô /le /chant/ de/ la/ pluie /! A

Il/ pleu/re/ sans/ rai/son A

Dans/ ce/ coeur/ qui/ s'é/coeure./ B

Quoi/ ! nu/lle/ tra/hi/son/ ?... A

Ce/ de/uil /est/ sans/ rai/son. A

C'est/ bien /la /pi/re/ peine/ A

De/ ne/ sa/voir/ pour/quoi/ B

Sans/ a/mour/ et/ sans /haine A

Mon/ coeur /a /tant/ de /peine / A

Dari penjelasan di atas dapat terlihat bahwa puisi Il Pleure dans Mon Coeur memiliki jumlah bait serta jumlah suku kata yang sama di setiap lariknya. Lewat hal itu, kembali terlihat adanya bentuk pengulangan. Pengulangan bentuk dalam sebuah puisi akan menambah unsur keindahan, terutama dari segi bunyi dan irama. Pengulangan diatas menunjukkan kesan adanya peristiwa yang terus berulang-ulang dalam hidup penyair sehingga menimbulkan kejenuhan dan rasa monoton.

Zaimar mengungkapkan bahwa bunyi merupakan unsur penting dalam sebuah puisi karena pada awalnya puisi ditampilkan secara lisan. Bunyi tidak memiliki makna, namun dapat mendukung kesan yang ingin ditampilkan puisi tersebut (49-50). Dalam karya-karya Verlaine, aspek bunyi menjadi aspek yang penting karena aspek ini menunjukkan ciri khas dari karya yang dihasilkannya. Keindahan bunyi dan efek

(8)

8

musikalitas yang sangat kuat tertuang dalam puisi ini.

Hal pertama yang dapat dilihat pada aspek bunyi adalah rima. Rima adalah adanya elemen-elemen bunyi yang sama pada awal atau akhir larik puisi. Rima membentuk gaung antara dua larik atau lebih (Schmitt & Viala 136). Puisi Il Pleure dans Mon Coeur memiliki rima dengan pola A-B-A-A. Rima yang teratur di tiap baitnya mengambarkan sebuah perasaan tidak bebas atau keterkungkungan. Hal ini juga kembali dimaknai sebagai bentuk pengulangan dalam hidup dan rasa jenuh yang dirasakan oleh penyair.

Hal berikutnya yang merupakan aspek penting dalam bunyi puisi adalah efek musikalitas yang dihasilkan dari adanya aliterasi dan asonansi konsonan dan huruf hidup. Efek musikalitas puisi Verlaine yang indah, sangat mendukung makna yang terkandung dalam puisi ini dengan memberikan kesan-kesan tertentu pada saat membaca puisi ini.

Dalam sebuah puisi, bunyi yang bersifat estetik merupakan suatu bunyi yang menghasilkan keindahan dan tenaga ekspresif. Bunyi disamping hiasan dalam puisi, juga memiliki peran lainnya, yaitu untuk memperdalam ucapan, menimbulkan rasa dan menimbulkan suasana khusus. Unsur bunyi meliputi aliterasi dan asonansi. Aliterasi merupakan pengulangan bunyi konsonan yang sama, sedangkan asonansi merupakan pengulangan bunyi huruf hidup yang sama. Keduanya berfungsi untuk memperdalam rasa dan memperlancar ucapan (Pradopo 22).

Pada bait pertama puisi ini asonansi bunyi eu [œ] dan aliterasi bunyi p [p], bunyi l [l], dan bunyi r [R] terlihat mendominasi.

Il pleure dans mon coeur Comme il pleut sur la ville, Quelle est cette langueur Qui pénètre mon coeur?

Pada bait kedua puisi ini asonansi bunyi ou [u] dan o [o] serta aliterasi bunyi p [p], bunyi l [l] dan bunyi r [R] dan semi konsonan [ɥ] terlihat mendominasi.

O bruit doux de la pluie Par terre et sur les toits! Pour un coeur qui s'ennuie, O le chant de la pluie!

Pada bait ketiga puisi ini asonansi bunyi eu [œ], bunyi an [ɑ̃], bunyi on [ɔ̃], serta aliterasi bunyi s [s], bunyi l [l] dan bunyi r [R] terlihat mendominasi.

Il pleure sans raison Dans ce coeur qui s'écoeure. Quoi! nulle trahison? Ce deuil est sans raison.

Pada bait keempat puisi ini asonansi bunyi bunyi ou [u], bunyi an [ɑ̃], bunyi è [ɛ], serta aliterasi bunyi bunyi p [p], bunyi s [s], dan bunyi r [R].

C'est bien la pire peine De ne savoir pourquoi, Sans amour et sans haine,

Mon coeur a tant de peine!

Bunyi yang mendominasi adalah asonansi bunyi eu [œ], dan bunyi an [ɑ̃] yang menimbulkan kesan perasaan kuat dan sentimental serta bunyi o [o], bunyi ou [u] dan, bunyi on [ɔ̃] yang menimbulkan kesan kesedihan serta bunyi è [ɛ] yang menunjukkan sebuah ketulusan. Efek yang diproduksi oleh asonansi huruf hidup yang muncul adalah adanya pemanjangan suara yang memberikan kesan yang membosankan dan juga menyedihkan. Selain itu alterasi yang mendominasi dalam puisi ini adalah bunyi p [p] yang menimbulkan kesan meledak dan bunyi l [l], bunyi r [R] serta bunyi s [s] yang diucapkan secara mengalir. Hal itu menggambarkan hujan dan juga air mata yang mengalir.

Berdasarkan analisis bunyi dapat terlihat bahwa segi musikalitas puisi dari Verlaine sangat kuat. Bagi Verlaine puisi adalah musik, dengan demikian sebuah puisi haruslah musikal. Puisi Il Pleure dans Mon Coeur memiliki melodi yang indah dan juga berirama. Irama musikal yang dihasilkan dari puisi ini terdengar seperti sebuah musik yang sedih.

Kesimpulan

Secara keseluruhan puisi ini merupakan bentuk ekspresi kesedihan yang dirasakan oleh Verlaine. Hal tersebut didukung dengan latar belakang pembuatan puisi ini : puisi ini dibuat ketika ia ditinggalkan oleh istrinya. Verlaine menjadikan karyanya sebagai sarana untuk mengekspresikan dirinya yang sedang sedih.

Il Pleure dans Mon Coeur menampilkan karakteristik khas penyairnya: ekspresi kesedihan dengan musikalitas. Keindahan bentuk dan bunyi yang menghasilkan efek musikalitas yang kuat mendukung tema kesedihan, sekaligus memperkuat maknanya dan menimbulkan kesan indah.

Unsur-unsur romantisme dalam puisi tersebut terlihat lewat unsur-unsur alam di dalamnya. Alam dalam puisi ini memiliki posisi sejajar dengan perasaan yang dirasakan penyair dan bahkan seakan menyatu dengan perasaan penuturnya. Penutur yang sedih tidak bisa dipisahkan dengan alam yang sedih.

Lewat puisi ini Verlaine menunjukkan kepada para pembaca bahwa rasa kesedihan mendalam yang tidak berdasar merupakan bentuk perasaan sedih yang paling menyakitkan. Ada anggapan bahwa kesedihan tidak mungkin muncul tanpa alasan, orang berpikir bahwa kesedihan selalu memiliki alasan. Namun, fenomena rasa sedih yang timbul tanpa alasan memang sering menghinggapi tiap manusia, terutama kaum muda. Dunia Psikologi mengenal istilah Hypophrenia

yang berarti kesedihan tanpa alasan (Psychology Dictionary, http://oxfordindex.oup.com). Hal

(9)

tersebut memperlihatkan bahwa Verlaine tidak mengada-ada mengenai kesedihan tanpa sebab.

Kesedihan dapat dirasakan oleh pembaca melalui kesan yang ditangkap dari setiap unsur il Pleure Dans mon coeur. Para pembaca dibawa hanyut kedalam perasaaan sedih yang indah yang dirasakan oleh penyairnya. Pengalaman membaca puisi Verlaine ini, menghadirkan hal yang khas bagi pembaca yaitu gambaran kesedihan dan kegundahan hati manusia yang indah.

Daftar Referensi

Caster, P.G, P. Surer, et al,. Histoire de la Literrature Francaise. Paris : Hachette, 1974. Husein, Ida Sundari. Mengenal Pengarang Prancis dari Abad ke Abad. Jakarta : PT. Grasindo, 2001. Pradopo, Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010. Shmitt, M.P dan Viala, A. Savoir Lire : Précis de lecture Littéraire. Paris : Didier, 1982.

Sitanggang, S.R.H. Mengenal Romantisme J.E. Tatengkeng dan Willem Kloos dalam Antologi Esai Sastra Bandingan dalam Sastra Indonesia Modern. Jakarta:Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002.

Zaimar, Okke K. S. Semiotika dalam Analisis Karya Sastra. 2014. Depok : PT. Komodo Books.

Kamus Online

Oxford Psychology Dictionary,

Referensi

Dokumen terkait