• Tidak ada hasil yang ditemukan

KENDALIKAN IMPOR DIVERSIFIKASIKAN EKSPOR, Heni Hasanah, SE, MSi. Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc. Agrimedia. Rubrik Utama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KENDALIKAN IMPOR DIVERSIFIKASIKAN EKSPOR, Heni Hasanah, SE, MSi. Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc. Agrimedia. Rubrik Utama"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

14 Volume 18 No. 1 Juni 2013

Agri

m

edia

Rubrik Utama

DIVERSIFIKASIKAN

EKSPOR,

KENDALIKAN

IMPOR

Heni Hasanah, SE, MSi

Pengajar dan Asisten Peneliti

Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc

Guru Besar Ilmu Ekonomi

Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Kajian Strategis,

Institut Pertanian Bogor

Rubrik Utama

14 Volume 18 No. 1 Juni 2013

Agri

m

edia

(2)

15

Agri

m

edia

Volume 18 No. 1 Juni 2013

P

eran ekspor dalam perekonomian Indonesia cukup signifikan, namun menunjukkan kecenderungan menurun. Pada kuartal pertama tahun 2013, pangsa ekspor terhadap total PDB Indonesia sebesar 23,3% dengan total ekspor senilai Rp 500.977 miliar. Nilai ekspor tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya (Rp 491.165 miliar), tetapi lebih kecil jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (Rp 514.499 miliar). Tetapi dari sisi share, terjadi penurunan pangsa ekspor terhadap PDB dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang bernilai 25,81%. Apalagi jika kita membandingkan peran ekspor tahun ini dengan tahun 2000, terjadi penurunan share yang cukup besar dengan nilai pangsa pada tahun 2000 sebesar 44,3%. Peran ekspor yang berkisar antara 20–40% tersebut sebenarnya tidak sebesar pangsa ekspor Malaysia (Gambar 1). Meskipun dalam gambar tersebut dapat dilihat bahwa pangsa ekspor Malaysia pun mengalami trend yang menurun. Belum lagi jika kita lihat dari sisi pangsa ekspor bersih. Rata-rata share ekspor bersih Malaysia terhadap total PDB dari tahun 2006–2012 sebesar 18,5%, sementara di periode yang sama rata-rata share ekspor bersih Indonesia hanya 2,2% saja. Tetapi jika dilihat dari sisi pertumbuhannya, ekspor Indonesia memiliki growth yang lebih besar dibandingkan dengan Malaysia.

Salah satu penjelasan terhadap perbedaan kinerja tersebut adalah bahwa Indonesia memiliki domestic

market size yang jauh lebih besar dibandingkan dengan

Malaysia. Peran sisi konsumsi masih begitu besar, rata-rata pangsa konsumsi rumah tangga terhadap PDB pada periode 2005–2012 sebesar 68,2%, dengan rata-rata tingkat pertumbuhan yang masih begitu pesat sebesar 14,7%. Sehingga, pertumbuhan yang terjadi pada pasar domestik saja sudah berjalan dengan begitu cepatnya. Hal itu tentu saja memiliki manfaat positif terutama jika terjadi guncangan-guncangan eksternal semisal krisis di negara-negara tujuan ekspor yang dapat menyebabkan ekspor kita tiba-tiba meluncur drastis. Jika pondasi permintaan pasar domestik kita masih kuat dan dapat dipertahankan, maka guncangan eksternal tersebut diharapkan tidak terlalu berdampak pada perekonomian secara keseluruhan.

Diversifikasikan Ekspor Produk Olahan

Tentunya bukan berarti kita sudah harus puas dengan kinerja ekspor Indonesia. Ekspor harus tetap dilakukan dan ditingkatkan untuk komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang tinggi. Seperti diketahui, keunggulan komparatif mengacu pada kemampuan suatu pihak atau produsen untuk memproduksi suatu barang dan jasa tertentu dengan biaya marjinal dan opportunity cost yang rendah dibandingkan dengan yang lainnya. Beberapa komoditas kita yang memiliki karakteristik seperti itu berada pada sektor pertanian dan pertambangan. Jika disimpulkan berarti komoditas yang memiliki keunggulan komparatif adalah komoditas yang berbasis sumber daya. Beberapa komoditas yang memiliki nilai

Revealed Comparative Advantage (RCA) yang besar

pada tahun 2012 antara lain, lignite (batu bara muda), kelapa sawit, kelapa, bijih nikel, produk hewani, timah, kopra, karet alam, pala, kapulaga, dan biji alumunium. Arip, Yee, dan Feng (2013) menemukan bahwa khusus untuk komoditas kelapa sawit, negara Malaysia dan Indonesia masih berkonsentrasi pada industri hulu jika dilihat dari distribusi nilai index RCA.

Sementara itu, keunggulan kompetitif didasarkan pada gagasan bahwa berlimpahnya sumberdaya alam dan tenaga kerja saja belum cukup untuk membuat perekonomian suatu negara menjadi lebih baik. Komoditas-komoditas yang memiliki keunggulan komparatif harus dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga memiliki keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif didapatkan jika suatu negara mampu mempertemukan kompetensi utama yang dimiliki dengan kesempatan yang ada. Sudah tidak relevan lagi jika kita masih berbangga diri memiliki begitu banyak Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM), jika tidak menghasilkan manfaat besar untuk bangsa dan rakyat Indonesia. Keunggulan kompetitif tidak dapat dicapai dengan begitu mudah dalam jangka pendek, melainkan dalam jangka panjang. Upaya dan pencapaian menuju komoditas berkeunggulan kompetitif harus dijadikan imperatif.

15

(3)

16 Volume 18 No. 1 Juni 2013

Agri

m

edia

Rubrik Utama

Jika dilihat dari penjelasan di atas, beberapa komoditas yang memiliki keunggulan komparatif terbatas pada jenis barang mentah atau setengah jadi. Dengan kondisi seperti ini, nilai tambah terbesar tidak dinikmati oleh Indonesia melainkan oleh negara-negara pengimpor bahan mentah dan setengah jadi tersebut. Kita perlu melakukan diversifikasi ekspor. Diversifikasi ekspor dapat berwujud diversifikasi ekspor secara horizontal (memperbanyak jenis sektor atau produk ekspor), vertikal (mendiversifikasi ekspor produk hilir), dan negara tujuan ekspor (memperbanyak negara tujuan ekspor).

Diversifikasi ekspor yang dimaksud disini bukan dari sisi banyaknya atau beragamnya jenis komoditas ekspor barang mentah atau setengah jadi, tetapi yang perlu ditekankan adalah diversifikasi pada sisi komoditas olahan (diversifikasi vertikal). Misalkan, perlunya orientasi baru dari ekspor minyak sawit mentah menuju ekspor minyak goreng dan margarin, dari ekspor biji coklat menjadi olahan coklat, dari ekspor produk kayu

mentah menjadi produk kayu olahan, dan sebagainya. Intinya adalah, re-focusing pada pengembangan produk olahan dari bahan-bahan mentah atau setengah jadi yang pada awalnya langsung diorientasikan untuk ekspor. Hal ini dilakukan tiada lain untuk memberikan

value added yang lebih besar bagi produsen Indonesia.

Sementara itu, diversifikasi negara tujuan ekspor diperlukan ketika terjadi guncangan eksternal di dunia yang menyebabkan negara utama tujuan ekspor Indonesia. Jika negara tujuan ekspor terdiversifikasi dan tidak terpusat pada negara-negara tertentu saja, maka guncangan dari sisi permintaan tersebut diharapkan tidak terlalu memperburuk neraca perdagangan. Diversifikasi ekspor horizontal baik dari sisi jumlah produk, diversifikasi vertikal yang memperbanyak ekspor produk hilir maupun diversifikasi negara tujuan ekspor bukan strategi yang dapat dimanfaatkan secara langsung dalam keadaan darurat. Tetapi lebih kepada strategi perbaikan kinerja ekspor dalam jangka panjang. Tetapi jika ditunda-tunda atau bahkan tidak pernah dimulai, maka pengembangan ekspor juga akan tertunda atau bahkan tidak pernah mengalami perbaikan. Strategi tersebut memiliki banyak rintangan. Salah satunya menurut Bebczuk dan Berrettoni (2006) performa makroekonomi yang bagus di suatu negara justru lebih menstimulasi konsentrasi ekspor dibandingkan dengan diversifikasi. Biaya eskspor juga menjadi salah satu determinan penting dalam diversifikasi ekspor. Dennis dan Shepherd (2007) menemukan bahwa pengurangan biaya ekspor khususnya biaya transportasi internasional sebesar 1% berasosiasi dengan peningkatan export

diversification gain sebesar 0,3–0,4%. Cabral dan Veiga Sumber : Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia, 2013.

(4)

17

Agri

m

edia

Volume 18 No. 1 Juni 2013

(2010) menemukan bahwa pemerintahan yang baik merupakan determinan penting bagi kesusksesan strategi diversifikasi ekspor di Subsahara Afrika. Dimana tingkat korupsi, transparansi dan akuntabilitas dapat membatasi atau mempromosikan ruang lingkup dari diversifikasi itu sendiri.

Impor Tetap Diperlukan namun Secara Terkendali

Jika pertanyaan apakah impor tetap harus dilakukan atau tidak, jawabannya tergantung pada kebutuhan. Jika kita perlu tetapi kita tidak dapat memenuhi sendiri secara efisien dari produksi domestik, maka impor tetap harus dilakukan. Tetapi spektrum komoditas yang diimpor harus dibatasi atau dapat dikendalikan dengan baik. Impor bahan kebutuhan pokok yang memang bersifat strategis mungkin tetap harus dilakukan hanya dengan catatan bahwa supply domestik benar-benar sudah diekspektasi tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Artinya perkiraan kekurangan supply harus diperhitungkan dengan akurat. Yang tidak kalah pentingnya adalah timing pelaksanaan impor harus diperhitungkan juga secara tepat.

Selain itu, untuk bahan baku dan barang modal yang tidak dapat diproduksi sendiri dengan baik di dalam negeri, maka perlu diimpor. Terlebih lagi bila produk

yang akan dihasilkan sebagian atau seluruhnya akan dijual ke luar negeri, maka nilai produksi produk tersebut akhirnya dapat menutupi devisa yang keluar Sehingga diharapkan dengan adanya barang modal tersebut, dapat terjadi peningkatan produksi yang akhirnya dapat menutupi devisa yang keluar untuk pembelian bahan baku dan/atau barang modal tersebut.

Apakah Distorsi Perdagangan Benar-benar Harus Dihilangkan?

Kecermatan dalam menggunakan instrumen perdagangan perlu diperhatikan. Distorsi perdagangan tidak selalu harus dihilangkan. Penggunaan hambatan-hambatan yang dimaksud harus disesuaikan dan ditujukan untuk memberikan manfaat besar bagi negara kita. Hambatan impor harus dikurangi atau dihilangkan jika terkait dengan barang-barang modal. Hambatan impor akan meningkatkan harga barang modal yang akhirnya menjadi hambatan baru bagi para pengusaha dalam negeri yang membutuhkannya. Menghilangkan hambatan impor, contohnya tarif, untuk barang modal berdampak pada lebih rendahnya harga barang modal tersebut sehingga terjangkau oleh pengusaha dalam negeri.

17

Agri

m

edia

Volume 18 No. 1 Juni 2013

(5)

18 Volume 18 No. 1 Juni 2013

Agri

m

edia

Rubrik Utama

Untuk barang-barang konsumsi, instrumen perdagangan tetap harus dilakukan dengan jeli. Misalkan, jika menggunakan instrumen kuota impor maka perketatlah atau kurangi kuotanya jika memang barang-barang konsumsi tersebut tidak terlalu diperlukan. Dalam arti sebagian besar masih dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, dan jika supply tidak memadai, tidak akan terlalu mengganggu stabilitas perekonomian nasional. Sebaliknya, jika barang-barang konsumsi tersebut memang diperlukan, maka kuotanya dapat diperlebar atau diberi kelonggaran. Sekali lagi dengan catatan perlu perhitungan yang tepat dan akurat seberapa besar jumlah impor yang dibutuhkan dan kapan impor tersebut dilakukan.

Penutup

Distorsi perdagangan tidak selamanya harus dihilangkan secara merata untuk semua komoditas. Distorsi perdagangan dalam rangka melindungi produsen dalam negeri yang mana produk yang dihasilkannya sedang dikembangkan atau prospektif untuk dikembangkan sehingga menjadi lebih berdaya saing tentunya tetap kita perlukan. Tetapi ada kalanya distorsi tersebut memang harus dihilangkan untuk beberapa kasus tertentu, yang pada intinya kembali pada filosofi untuk memberikan manfaat terbesar bagi bangsa Indonesia. Jadi, kata kuncinya otoritas berkewajiban untuk menggunakan instrumen perdagangan yang tepat secara cerdas pada waktu yang tepat dengan melalui proses perhitungan dan analisis yang valid dan akurat.

Referensi

Arip MA, Yee, LS, Feng TS. 2013. Export Diversification

of Palm Oil Related Industry in Malaysia and

Indonesia. Proceedings of 3rd Global Accounting,

Finance and Economics Conference, 5 - 7 May, Rydges Melbourne, Australia.

[BI] Bank Indonesia. 2013. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia.http://www.bi.go.id/web/ id/Statistik/Statistik+Ekonomi+dan+Keuanga n+Indonesia/Versi+HTML/Sektor+Riil/ [6 Juni 2013].

Bank Negara Malaysia. 2013. Monthly Statistical Bulletin. http://www.bnm.gov.my/ index. php?ch=en_publication_catalogue&pg=en_ publication_msb&mth=4&yr=2013&lang=en [7 Juni 2013].

Bebczuk RN, Berrettoni ND. 2006. Explaining Export Diversification: An Empirical Analysis. Documento

de Trabajo Nro. 65.

Cabral MHC, Veiga P. 2010. Determinants of Export Diversification and Sophistication in Sub-Saharan Africa. Paper yang diprsentasikan pada NBER Africa Project pre-conference. February, Cambridge, Massachusetts.

Cuddington JT, Ludema R, Jayasuriya SA. 2002. Prebisch-Singer Redux. Economics Working Paper, No. 2002-06-A. US International Trade Commission. Dennis A, Shepperd B. 2007. Trade Costs, Barriers to

Entry, and Export Diversification in Developing Countries. Policy Research Working Paper No. 4368. The World Bank.

Songwe V, Wingkler D. 2012. Export and Export Diversification in Sub-Saharan Africa: A Strategy for Post-Crisis Growth. Working Paper No. 3, Africa Growth Initiative.

18 Volume 18 No. 1 Juni 2013

Agri

m

edia

Sumber: surabaya.panduanwisata.com

18 Volume 18 No. 1 Juni 2013

Agri

m

edia

Gambar

Gambar 1. Perbandingan Peranan Ekspor Terhadap Perekonomian  Antara Indonesia dan Malaysia

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pencabutan Peraturan Daerah Kabupaten

Dari berbagai sumber yang telah penulis temukan disebutkan bahwa Gerwani merupakan suatu organisasi perempuan yang berjuang dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial, dan politik

Pemodelan perancangan aplikasi Computer based test (CBT) pada SMK Siti Banun dalam penelitian ini menggunakan Unified Modelling Language (UML) dimaksudkan untuk

Ketiga jenis makanan tradisional tersebut memiliki bahan baku yang sebagian besar berupa tumbuhan, dengan jenis dan bagian tubuh tumbuhan cukup relevan dan potensial sebagai

Capaian sasaran strategis tahun 2013 ditunjukkan oleh capaian IKU dominan, “jumlah Sistem Informasi yang dimanfaatkan secara efektif” yang diukur dengan jumlah

Penelitian ini dimaksudkan untuk meninjau dan menganalisis permasalahan lalu lintas yang terjadi pada simpang bersinyal di simpang Banyumanik, Kota Semarang agar

Metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan mengevaluasi pembelian kualitas bokar adalah SAW (Simple Additive Weighting).Metode ini sering juga dikenal istilah

Sebagai tindak lanjutnya telah dicantumkan dalam APBD kabupaten tentang rehabilitasi pembangunan pasar nagari dengan cara bekerja sama dengan nagari yang bersangkutan