• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan dan Pembuatan Sistem Penyalaan Lampu Otomatis Dalam Ruangan Berbasis Arduino Menggunakan Sensor Gerak dan Sensor Cahaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perancangan dan Pembuatan Sistem Penyalaan Lampu Otomatis Dalam Ruangan Berbasis Arduino Menggunakan Sensor Gerak dan Sensor Cahaya"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Perancangan dan Pembuatan Sistem Penyalaan Lampu

Otomatis Dalam Ruangan Berbasis Arduino

Menggunakan Sensor Gerak dan Sensor Cahaya

Imam Marzuki

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Panca Marga Probolinggo Jl. Yos Sudarso 107 Pabean Dringu Probolinggo 67271

Email : imam@upm.ac.id

Abstract—The manual use of household lights poses a

problem in the efficiency of electricity use. Humans with various activities often do not pay attention to the condition of the lights in the room whether it lights up or not. This is certainly a waste of electricity when they leave the room without turning off the switch. Therefore, researchers propose an automation system that can save electricity from lighting. In designing the system there are two sensors used, namely Passive Infra Red (PIR) sensor and Light Dependent Resistror (LDR) sensor. PIR functions to detect the presence of human movements (objects) in the sensor work area, while the LDR sensor functions to detect the intensity of light around the room. The results of the system testing are that the PIR sensor works well around ± 2 minutes after the device is activated and the LDR Sensor will continuously measure the value of light intensity then turn on and off the light according to the

programmed command.

Keywords— Electric power efficiency, lamp automation, PIR

sensor, LDR sensor

I

ntisari— Pemakaian lampu rumah tangga yang dilakukan secara manual menimbulkan masalah pada efisiensi penggunaan listrik. Manusia dengan berbagai kesibukan sering tidak memperhatikan kondisi lampu dalam ruangan apakah menyala atau tidak. Hal ini tentunya merupakan sebuah pemborosan pemakaian daya listrik ketika mereka keluar ruangan tanpa mematikan saklar. Oleh karena itu peneliti mengusulkan sebuah sistem otomasi yang dapat menghemat penggunaan listrik dari lampu. Dalam perancangan sistem ada dua sensor yang digunakan, yaitu sensor Passive Infra Red (PIR) dan sensor Light Dependent Resistror (LDR). PIR berfungsi untuk mendekteksi adanya gerakan manusia (objek) dalam area kerja sensor, sedangkan sensor LDR berfungsi untuk mendeteksi intensitas cahaya sekitar ruangan. Hasil dari pengujian sistem adalah sensor PIR bekerja dengan baik berkisar ±2 menit setelah alat diaktifkan dan Sensor LDR akan terus menerus mengukur nilai intensitas cahaya kemudian menghidupkan dan mematikan lampu sesuai perintah yang telah diprogram.

Kata Kunci— Efisiensi daya listrik, otomasi lampu, sensor PIR, sensor LDR

I. PENDAHULUAN

Sejalan dengan perkembangan pembangunan, jumlah kebutuhan daya listrik di Indonesia cenderung naik pesat.

borosnya pemakaian daya listrik. Pemborosan energi listrik harus dicegah, karena pasokan daya listrik PLN semakin terbatas. Penghematan daya listrik dapat menguntungkan konsumen dan produsen.

Efektifitas dan penghematan daya listrik telah menjadi topik penelitian yang menarik banyak peneliti sekarang ini. Pada umumnya penerangan lampu dikendalikan secara manual oleh pengguna. Oleh sebab itu, penelitian ini mengambil topik tentang perancangan saklar otomatis berdasarkan sensor PIR dan sensor LDR. Sensor PIR dengan mengoperasikan saklar secara manual. Orang yang masuk ruangan gelap pasti akan menyalakan lampu. Namun apabila orang tersebut akan keluar ruangan, belum tentu orang tersebut ingat untuk mematikan lampu ruangan yang manyala. Apabila hal tersebut terjadi dalam waktu yang lama, maka akan terjadi pemborosan. Alat ini dapat menghemat penggnaan daya listrik karena daya listrik yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan. Untuk menghindari pemborosan daya listrik, maka dalam penelitian ini dibuat dan dibahas rangkaian otomatis untuk mengendalikan lampu secara otomatis.

Dalam perancangan sistem ada dua sensor yang digunakan, yaitu sensor Passive Infra Red (PIR) dan sensor cahaya (Light Dependent Resistror, LDR). PIR berfugsi untuk mendekteksi adanya gerakan manusia (objek) dalam area kerja sensor, sedangkan sensor LDR berfungsi untuk mendeteksi intensitas cahaya sekitar ruangan.

Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini antara lain Menjadi salah satu solusi untuk sistem otomatis penerangan lampu, sehingga dapat menghemat pemakaian daya listrik, dapat megendalikan perangkat listrik secara otomatis dan praktis dengan menggunakan modul Arduino Uno sebagai pemrosesan utama, dan menambah khazanah pengetahuan tentang sistem kendali perangkat listrik dengan memanfaatkan teknologi di masa kini.

Studi literatur yang penulis lakukan selanjutnya yaitu membaca beberapa penelitian yang berkaitan dengan tugas akhir ini sebagai rujukan dan perbandingan pada metode yang digunakan serta hasil yang dicapai pada penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Diding Suhardi, pada tahun 2014 yang berjudul “Prototipe Controller Lampu Pnrangan LED (Light Emitting Diode) Independent Tenaga

(2)

mengingat energi surya adalah sumber energi terbarukan yang bersih dan tersedia dalam jumlah sangat banyak di Indonesia, harga sel surya mulai menurun, pengoperasian dan instalasinya mudah dilakukan. Penggunaan sel surya berbahan tembaga oksida (CuO) dan seng oksida (ZnO) dengan dielektrikum H2SO4 yang telah ditemukan oleh peneliti, akan digunakan sebagai sumber energi bagi lampu penerangan LED ini. Selama ini sistem penerangan LED yang menggunakan sumber energi listrik PLTS belum menggunakan sistem kontrol tegangan, arus, pengaman hubung singkat dan pendingin lampu LED, sehingga batrai cepat rusak dan lampu LED berumur pendek karena panas yang berlebihan, untuk menghindari 5 beberapa hal tersebut maka dibuatlah rangkaian sistem pengendali lampu penerangan jenis LED. Setelah dilakukan beberapa penelitian, didapatkan sistem penerangan lampu LED dengan sumber sel surya beserta batrai cadangan dapat bekerja dengan normal sesuai waktu, tegangan, arus, daya dan proses pengisian, dengan rangkaian Prototipe Controller Lampu Penerangan LED (Light Emitting Diode)

Independent Bertenaga Surya. Telah dibuat dan diuji, sistem

kendali waktu penyalaan dan pemadaman sesuai pencahayaan alam, tegangan sistem antara 2 Volt dan 7 Volt ke batrai, arus sistem antara 0,5 Amp dan 10 Amp ke batrai,

cut-off gangguan dan pendingin LED.

Penelitian yang dilakukan oleh Riyana Indah Setiyani, pada tahun 2015 yang berjudul “Prototipe Sistem Otomatis pada Lampu Berbasis Sel Surya yang Terintregasi Blocking

Oscillator”. Penelitian ini membahas tentang mendesain

sistem otomatis pada lampu berbasis sel surya yang terintegrasi blocking oscillator serta menyelidiki pengaruh jumlah lilitan terhadap daya keluaran dari sistem. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen, yaitu suatu metode yang harus melewati serangkaian tahap. Sistem iini kemudian dipasang teknologi BO dan sel surya dengan baterai 3,7 v. Diharapan LED dapat tetap menyala ketika sel surya tidak terkena cahaya dan LED tidak menyala serta terjadi proses pengisian baterai ketika sel surya terkena cahaya. Efisiensi kinerja sistem secara keseluruhan di observasi dan mendapatkan jumlah lilitan yang optimal pada sistem. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tegangan keluaran dari sistem mencapai 4 kali lipat dari tegangan masukan, serta jumlah lilitan mempengaruhi kinerja sistem ini dan didapatkan jumlah lilitan yang optimal yaitu Np = 30 dan Ns = 27.

Penelitian yang dilakukan oleh Yoni Mochtiarsa, pada tahun 2016 yang berjudul “Rancangan Kendali Lampu Menggunakan Mikrokontroller ATMega328 Berbasis Sensor Getar” Pada penelitian ini membahas tentang merancang hardware ini dilengkapi dengan hardware protitype sensor getar untuk menyalakan dan mematikan lampu secara otomatis berbasis mikrokontroler Atmega328. software protitype sensor getar menyalakan dan mematikan lampu otomatis berbasis mikrokontroler Atmega328.

Mikrokontroler

Mikrokontroler merupakan pengembangan yang lebih lanjut mengenai mikroprosesor. Bila dalam penggunaannya, mikroprosesor membutuhkan RAM dan ROM untuk membuat suatu alat yang sederhana. Akan tetapi dalam sebuah chip mikrokontroler, piranti-piranti tersebut telah terintegrasi cukup lengkap didalamnya, bahkan sekarang mikrokontroler ada yang memiliki piranti-piranti. (Fachrul Ramadhan, 2013)

Arduino UNO

Arduino UNO adalah sebuah board mikrokontroler yang didasarkan pada ATmega328. Arduino UNO mempunyai 14 pin digital input/output (6 di antaranya dapat digunakan sebagai output PWM), 6 input analog, sebuah osilator Kristal 16 MHz, sebuah koneksi USB, sebuah power jack, sebuah ICSP header, dan sebuat tombol reset.

Tabel 1. Ringkasan Arduino UNO

Mikrokontroler ATmega328

Operasi Tegangan 5 Volt Input Tegangan 7-12 Volt

Pin I/O Digital 14

Pin Analog 6

Arus DC tiap pin I/O 50 mA Arus DC ketika 3.3V 50 mA

Memori flash 32 KB

SRAM 2 KB

Berikut merupakan konfigurasi pin pada Arduino UNO : 1. USB Connector : Untuk menguhubungkan Arduino

dengan komputer,

2. Power Jack: Tegangan input untuk menghidupkan Arduino

3. IC ATMEGA328: IC Microcontroler keluaran ATMEL dengan boothloader Arduino UNO. 4. I/O Digital : Header yang dipergunakan untuk input

dan output digital, pada pin 3,5,6,9,10,11 memiliki tanda (~) menunjukan bahwa pin tersebut selain memiliki fasilitas I/O Digital juga memiliki PWM (Pulse Width Modulation) .

5. Input Analog : digunakan untuk input data sensor, potensiometer dan perangkat analog input lainya. 6. Power : digunakan untuk mengambil power 5V,

(3)

Gambar 1. Arduino UNO

Sensor PIR

Sensor Passive Infra Red (PIR) adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengindra atau menangkap suatu besaran fisis (temperatur suhu tubuh manusia) dan merubahnya kebentuk sinyal listrik. Sesuai namanya PIR, sensor ini bersifat pasif. Sensor ini menerima sinyal infra red yang dipancarkan oleh suatu objek yang bergerak (dalam hal ini tubuh manusia).

Sensor Passive Infra Red (PIR) hanya dapat mendeteksi tubuh manusia karena filter pada sensor ini hanya mampu menyaring panjang gelombang. Sensor ini bekerja dengan cara merespon energy dari pancaran inframerah tubuh manusia yang dideteksinya. Sensor ini tidak mampu merespon benda mati ataupun hewan karena memiliki panjang gelombang yang berbeda dengan manusia. (Heriyanto, Ebiet Van 2014) )

Berikut merupakan konfigurasi pin pada sensor Passife Infra

Red (PIR) :

Tabel 2. Konfigurasi pin sensor PIR

- GND Ground

+ Vin 3.3 to 5 V

OUT Output Koneksi ke

pin I/O

Gambar 2. Sensor Passive Infra Red (PIR)

Sensor Passive Infrared Receiver (PIR), sensor ini merupakan sensor berbasis infrared namun tidak sama dengan IR LED dan fototransistor. Perbedaan dengan IR LED adalah sensor PIR tidak memancarkan apapun, namun sensor ini merespon energi dari pancaran infrared pasif yang dimiliki oleh setiap benda yang terdeteksi olehnya. Salah satu benda yang memiliki pancaran infrared pasif adalah tubuh manusia. Energi panas yang dipancarkan oleh benda

dengan suhu diatas nol mutlak akan dapat ditangkap oleh sensor tersebut. Bagian-bagian dari PIR adalah Fresnel Lens, IR Filter, Pyroelectric sensor, amplifier, dan comparator. Modul sensor gerak PIR HC-SR501 adalah sebuah modul yang berfungsi untuk mendeteksi gerakan di sekitar sensor dengan memanfaatkan teknologi infrared. Modul ini dapat diatur tingkat sensitifitas dan juga tingkat delay sensor. Tegangan kerja dari modul ini adalah +5 volt DC.

Gambar 3. Sensor gerak HC-SR501

Sensor LDR (Light Dependent Resistor)

LDR adalah sebagai salah satu komponen listrik yang peka cahaya, piranti ini bisa disebut juga sebagai fotosel, fotokonduktif atau fotoresistor. LDR memanfaatkan bahan semikonduktor yang karakteristik listriknya berubah-ubah sesuai dengan cahaya yang diterima. Bahan yang digunakan adalah Kadmium Sulfida (CdS) dan Kadmium Selenida (CdSe). Bahan-bahan ini paling sensitif terhadap cahaya dalam spektrum tampak, dengan puncaknya sekitar 0,6 μm untuk CdS dan 0,75 μm untuk CdSe. Sebuah LDR CdS yang tipikal memiliki resistansi sekitar 1 MΩ dalam kondisi gelap gulita dan kurang dari 1 KΩ ketika ditempatkan dibawah sumber cahaya terang. Dengan kata lain, resistansi LDR sangat tinggi dalam intensitas cahaya yang lemah (gelap), sebaliknya resistansi LDR sangat rendah dalam intensitas cahaya yang kuat dan terang. (Subtono,2015)

(4)

II. PERANCANGANSISTEM

Berikut merupakan blok Diagram Perancangan Sistem Otomatisasi Penerangan Lampu Menggunakan Modul Sensor Gerak dan Sensor Cahaya Berbasis Arduino Uno (ATMEGA 328) :

Gambar 5. Diagram Desain Perangkat Keras Untuk penjelasan diagram desain perangkat keras diatas, berikut dibawah ini akan dijelaskan pada gambar 3.3.

Gambar 6. Desain Perangkat Keras

Tujuan dari diagram blok ini adalah memudahkan proses perancangan dan pembuatan pada masing-masing bagian, sehingga akan terbentuk suatu sistim yang sesuai dengan tujuan perancangan yang telah dibuat.

Penjelasan diagram blok diatas sebagai berikut:

1. Sensor PIR merupakan input data pada arduino yang digunakan untuk mendeteksi gerak mansia. 2. Sensor LDR merupakan input data pada arduino yang digunakan untuk mendeteksi Intensitas Cahaya.

3. Mikrokontroler berfungsi untuk mengolah informasi yang diterima dari modul Sensor PIR dan Sensor LDR yang selanjutnya akan diproses oleh Arduino.

4. Relay berfungsi sebagai rangkaian yang memutuskan dan menghubungkan data intruksi yang yang diterima oleh Arduino.

5. Lampu berfungsi sebagai otuput

Prinsip Kerja Alat

Prinsip kerja Sistem Penerangan Lampu Otomatis mengguakan Sensor PIR dan Sensor LDR adalah Sensor PIR dijadikan input untuk mendeteksi gerakan manusia. Apabila sudah mendeteksi adanya gerakan manusia, maka lampu akan menyala. Dan Sensor LDR dijadikan input untuk mendeteksi intensitas cahaya, apabila nilai intensitas cahaya melewati batas yang sudah diprogram, maka lampu akan mati dan bagitu sebaliknya.

Relay berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan lampu yang dibaca oleh Sensor PIR dan Sensor LDR yang diproses di Arduino.

III. HASILDANPEMBAHASAN

Implementasi Sistem pada masing-masing untuk mengetahui output dari masing-masing modul yang digunakan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah menganalisis sistem dan memperbaiki kerusakan yang mungkin terjadi pada modul. Berikut adalah beberapa pengujian yang dilakukan pada Sistem Penerangan Lampu Otomatis.

Gambar 7. Rangkaian keseluruhan Sistem

Gambar 7 adalah keseluruhan rangkaian dimana ada rangkaian Arduino Uno, 3 buah lampu, 2 Sensor Passive

Infla Red (PIR), 1 Sensor LDR, dan 3 modul Relay.

Masing-masing lampu memiliki satu sensor dan satu relay, dimana 2 lampu sama menggunakan sensor Passive Infla Red (PIR) dan 1 lampu menggunakan Sensor LDR yaitu lampu teras agar lebih mudah dalam proses pengontrolannya.

Passive Infra Red (PIR)

Pengujian sensor Passive Infra Red (PIR) dilakukan dengan melihat sensitifitas sensor terhadap jarak suatu objek. Hasilnya adalah pada jarak ±5 meter sensor dapat bekerja dan apabila melebihi dari jarak 5 meter maka sensor tidak akan bekerja. sensor PIR tidak hanya mendeteksi pergerakan manusia, akan tetapi juga pancaran sinar inframerah passife dari tubuh manusia.

(5)

Sensor Passive Infra Red (PIR) ini berfungsi untuk mengindra atau menangkap suatu besaran fisis (temperatur suhu tubuh manusia) dan merubahnya kebentuk sinyal listrik. Sesuai namanya PIR, sensor ini bersifat pasif. Sensor ini menerima sinyal infrared yang dipancarkan oleh suatu objek yang bergerak (dalam hal ini tubuh manusia).

Gambar 8. Rangkaian sensor Passive Infra Red (PIR) Sensor PIR akan bekerja dengan ditandai lampu pada

relay aktif, dan ketika sensor PIR tidak bekerja atau tidak

mendeteksi adanya pergerakan maka lampu pada relay tidak aktif. Sensor PIR akan bekerja secara maksimal berkisar ±2 menit setelah alat diaktifkan.

Gambar 9. PIN pada sensor Passive Infra Red (PIR) Pada sensor PIR terdapat 3 pin yang dihubungkan dengan

Arduino UNO. Pin I/O pada sensor PIR dihubungkan dengan

pin nomer 2 pada Arduino UNO, untuk pin VCC pada sensor PIR dihubungkan dengan pin VCC pada Arduino UNO dan untuk pin GND pada sensor PIR dihubungkan dengan pin GND di Arduino UNO.

Rangkaian Sensor LDR

Sensor LDR pada rangkaian ini berfungsi untuk menyalakan dan mematikan lampu pada teras rumah. Ketika ada intensitas cahaya ≤120 atau lebih dari jumlah yang ditentukan, maka Sensor LDR akan otomatis menyalakan lampu pada teras rumah. Sedangkan ketika intensitas cahaya

kurang dari jumlah yang ditentukan, maka Sensor LDR akan otomatis lampu pada teras rumah akan mati.

Gambar 10. Rangkaian Sensor Light Dependent Resistor (LDR)

Pada alat ini Sensor LDR dihubungkan melalui relay yang akan di teruskan ke Arduino. Sedangkan PIN yang digunakan pada Arduino menggunakan PIN 12.

Arduino

Disini Arduino UNO berfungsi mengontrol semua komponen pada sistem ini, yaitu mengontrol relay yang terhubung dengan Solenoid Valve dan Sensor PIR.

Gambar 11. Arduino Uno

Modul Relay 2 Channel

(6)

Keterangan konektor pada rangkaian modul relay : 1. Konektor Vcc 12 Volt Aki Motor.

2. Konektor pin digital driver Relay 2 chanel. 3. Konektor Vcc 5 Volt dan GND mikrokontroler. 4. Konektor kunci kontak motor untuk fingerprint. 5. Saklar relay klakson.

6. Saklar relay kelistrikan CDI motor.

Relay 2 Channel ini memerlukan arus sekurang-kurangnya 15- 20mA untuk mengontrol masing-masing channel. Disertai dengan relay high-current sehingga dapat menghubungkan perangkat dengan tegangan tinggi. Alasan relay ini digunakan adalah karena mikrokontroler Wemos D1 mini menggunakan tegangan kerja masing masing pin input output adalah 0/5 volt. Sedangkan kelistrikan kendaraan menggunakan tegangan kerja 12 volt.

Relay yang digunakan yaitu 5VDC agar bisa dikontrol oleh arduino, selain menggunakan relay 5VDC tidak bisa dikontrol oleh Arduino UNO.

Gambar 13. Relay 2 Channel

Relay di sistem ini menggunakan jenis 2 Channel dan 1

Channel, untuk penggunaannya masing-masing lampu

menggunakan 2 channel dan 1 Channel lainnya.

Relay pada rangkaian alat ini digunakan sebagai saklar elektrik yang berfungsi untuk mengontrol rangkaian lampu pada rumah otomatis.

Gambar 14. Rangkaian Relay pada Arduino

Pada saat pengujian ketika sensor PIR mendapatkan gerakan maka relay akan mengaktifkan dan mematikan lampu sehingga akan menghidupkan dan mematikan lampu.

Gambar 15. Relay 5VDC

Untuk cara menghubungkan antara relay lampu 1 dengan

Arduino UNO yaitu PIN I/O pada relay dihubungkan dengan

PIN nomer 2 pada Arduino UNO.

Gambar 16. Lampu Ruang 1

Lampu Ruang 1 akan menyala dan mati ketika sensor PIR mendeteksi gerakan untuk pengontrolannya sendiri dikontrol oleh rangkaian relay 1.

(7)

Untuk cara menghubungkan antara relay lampu Ruang 2 dengan Arduino UNO yaitu PIN I/O pada relay dihubungkan dengan PIN nomer 13 pada Arduino UNO.

Gambar 18. Lampu Ruang 2

Lampu Ruang 2 akan menyala dan mati ketika sensor PIR mendeteksi gerakan untuk pengontrolannya sendiri dikontrol oleh rangkaian relay 2.

Gambar 19. Rangkaian Relay Lampu Teras Untuk rangkaian relay 3 terhubung dengan Sensor LDR sebagain input untuk mengontrol lampu Teras atau lampu teras, sedangkan rangkaian Relay pada Arduino UNO yaitu PIN I/O pada relay dihubungkan dengan PIN nomer 12 pada

Arduino UNO.

Gambar 20. Lampu Teras

Lampu Teras akan menyala dan mati ketika sensor LDR mendeteksi Intensitas Cahaya untuk pengontrolannya sendiri dikontrol oleh rangkaian relay 3.

Gambar 21. Breadboard

Breadboard digunakan untuk menghubungkan antara

kabel dari komponen yang lain dengan Arduino UNO menggunakan sistem parallel. Karena terbatasnya jumlah PIN GND dan PIN VCC pada Arduino UNO itu sendiri.

Pengujian Sistem

Jika terdeteksi adanya suatu gerakan dalam hal ini adalah tubuh manusia, maka Sensor PIR akan mengirim inputan yang akan diperoses oleh Arduino kemudian diteruskan ke

Relay dan lampu akan menyala.

Gambar 22. Pengujian Sensor PIR

Gambar 22 merupakan proses pengujian Sensor PIR yang berjalan sesuai dengan apa yang diarapkan yaitu lampu menyala ketika adanya suatu gerakan. Jika pengguna meninggalkan ruangan tersebut maka dalam durasi yang telah ditentukan lampu penerangan ruangan tersebut akan dimatikan secara otomatis.

(8)

Gambar 23. lampu mati

Gambar 23 lampu akan mati ketika tidak ada suatu gerakan manusia, sehingga penghematan energi dapat tercapai saat pengguna lupa mematikan lampu penerangan yang telah selesai digunakan.

Tabel 2. Pengujian

Hasil dari pengujian sistem antara lain :

1. Relay akan aktif dan bisa menyalakan lampu ketika sensor PIR mendeteksi adanya gerakan.

2. Sensor PIR bekerja dengan baik berkisar ±2 menit setelah alat diaktifkan.

3. Sensor LDR akan terus menerus mengukur nilai intensitas cahaya kemudian menghidupkan dan mematikan lampu sesuai perintah yang telah diprogram.

4. Berikut tabel dari beberapa percobaan yang telah dilakukan.

5. Lampu yang digunakan berukuran 5 watt jadi total jumlah yang dikeluarkan sampai 15 watt, karena pada penggunaan Arduino Uno ini maksimal 220 watt, lebih dari itu maka akan terjadi kerusakan pada Arduino Uno.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Rangkaian yang telah dibuat sebelumnya dapat

diminimalis dengan menggunakan

Mikrokontroler ATmega 328 dan pengaturan sensornya dapat diatur melalui koding program yang disesuaikan dengan intensitas kondisi di lapangan.

2. Perancangan sistem Penerangan Lampu Otomatis dengan pengendali utama Arduino berperan penting untuk mengontrol sensor PIR dan sensor LDR yang terhubung dengan Relay. 3. Sensor PIR yang mendeteksi gerakan tubuh

manusia dapat memberikan inputan kepada

Arduino dan diteruskan pada Relay yang akan

menghidupkan lampu.

4. Sensor LDR yang mendeteksi intensitas cahaya lebih dari jumlah yang ditentukan, maka Sensor LDR akan otomatis menyalakan lampu pada teras rumah.

REFERENSI

[1] Diding Suhardi, 2015. Prototipe Controller Lampu Pnrangan LED (Light Emitting Diode) Independent Tenaga Surya. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang. [2] Heriyanto, Ebiet Van (2014) TA : Rancang Bangun Alat Pengering

Gabah Dengan Pengendali Suhu dan Kelembaban Ruang Berbasis

Arduino Uno R3. Undergraduate thesis, STIKOM Surabaya.

[3] Sutono, 2015. Perancangan Sistem Aplikasi Otomatis Menggunkan Sensor Gerak dan Sensor Cahaya Berbasis Arduino Uno (ATMGA 328) Program Studi Teknik Komputer Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia.

[4] Riyana Indah Setiyani , 2015. Prototipe Sistem Otomatis pada Lampu Berbasis Sel Surya yang Terintregasi Blocking Oscillator Universitas Sebelas Maret Surakarta.

No Sensor PIR (Aktivitas Ruangan) Kondisi Lampu Penerangan No Sensor LDR Kondisi Lampu Penerangan

1 Tidak Ada Mati 1 120 Hidup

Gambar

Tabel 1. Ringkasan Arduino UNO  Mikrokontroler   ATmega328   Operasi Tegangan   5 Volt   Input Tegangan   7-12 Volt   Pin I/O Digital   14
Gambar 2. Sensor Passive Infra Red (PIR)
Gambar 5. Diagram Desain Perangkat Keras  Untuk  penjelasan  diagram  desain  perangkat  keras  diatas,  berikut dibawah ini akan dijelaskan pada gambar 3.3
Gambar 9. PIN pada sensor Passive Infra Red (PIR)  Pada sensor PIR terdapat 3 pin yang dihubungkan dengan  Arduino UNO
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sistem ini berfungsi sebagai jemuran pakaian yang bekerja secara otomatis sesuai sengan output dari sensor cahaya (LDR) dan sensor hujan dimana output dari sensor akan

Dari hasil uji coba yang dilakukan langsung pada Lampu otomatis ternyata hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan, dimana bila intensitas cahaya kurang

Pada alat ini menggunakan sensor LDR sebagai pendeteksi intensitas cahaya matahari, motor servo sebagai penggerak panel surya menuju kearah intensitas cahaya maksimal,

Pada alat ini menggunakan sensor LDR sebagai pendeteksi intensitas cahaya matahari, motor servo sebagai penggerak panel surya menuju kearah intensitas cahaya maksimal,

Dari hasil uji coba yang dilakukan langsung pada Lampu otomatis ternyata hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan, dimana bila intensitas cahaya kurang

Dalam penelitian kali ini penulis akan menggunakan sensor PIR dan Sensor MLX 90614 ESF sebagai alat yang akan mendeteksi keberadaan seseorang berdasarkan gerak

Pada alat ini menggunakan sensor LDR sebagai pendeteksi intensitas cahaya matahari, motor servo sebagai penggerak panel surya menuju kearah intensitas cahaya maksimal,

Dalam melakukan perancangan perangkat lunaknya menggunakan metode fuzzy logic dengan data input (Crisp Input) berupa nilai intensitas cahaya yang tertangkap sensor LDR,