PENGGUNAAN PUPUK CAIR ORGANIK BERBAHAN DASAR CAIRAN SILASE KEONG RAWA DAN SUMBER NITROGEN BERBEDA TERHADAP PRODUKSI BAHAN SEGAR, PROTEIN
KASAR DAN SERAT KASAR KANGKUNG DARAT Siti Dharmawati1 dan M. Syarif Djaya1
1
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin
dharmauniska@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon produksi, kadar protein dan serat kasar kangkung darat yang diberi pupuk cair organik berbahan dasar cairan silase keong rawa dan sumber nitrogen berbeda. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak lengkap pola Faktorial dimana faktor a (sumber N : feses sapi, ekskreta ayam petelur dan sampah rumah) dan faktor b (sumber aditif : Asam organik, dedak, onggok). P1 : 20% onggok dari berat keong + 12,5% cairan kubis ; P2: 20% dedak padi dari berat keong + 12,5% cairan kubis ; P3: Keong : Asam propionate : Asam formiat 3 :1 :1. Produk Silase biologi, Ensiling dan silase asam dilakukan pemisahan antara bagian padat dan cair dengan teknologi Cereco.Larutan hasil pemisahan selanjutnya diberi perlakuan sebagai berikut : L1: terdiri dari dari larutan hasil fermentasi keong rawa (P1) + feses sapi + abu sekam padi + rumen sapi; L2: terdiri dari larutan hasil fermentasi keong rawa + ekskreta ayam petelur + abu sekam padi + rumen sapi ; L3 : terdiri dari larutan hasil fermentasi keong rawa + sampah rumah tangga + abu sekam padi + rumen sapi. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap produksi bahan segar, kadar protein dan serat kasar kangkung darat. Produksi bahan segar tertinggi diperoleh pada penggunaan pupuk cair yang menggunakan bioaktivator dedak dengan sumber nitrogen ekskreta ayam petelur (45,86 g/tanaman), kadar protein kasar tertinggi diperoleh pada penggunaan pupuk cair yang menggunakan bioaktivator onggok dengan sumber nitrogen ekskreta petelur (2,55%) dan kadar serat kasar tertinggi diperoleh penggunaan pupuk cair yang menggunakan bioaktivator asam organik dengan sumber nitrogen sampah rumah (2,65%).
Kata kunci : Pupuk cair organik, cairan silase keong rawa, sumber nitrogen, produksi bahan segar, protein kasar, serat kasar
PENDAHULUAN
Kangkung darat (Ipomoea
reptans Poir) merupakan tanaman
sayuran yang memiliki nilai ekonomi dan cukup digemari oleh masyarakat serta memiliki daerah penyebaran
yang sangat luas. Tanaman ini memiliki daya adaptasi yang baik dengan lingkungan, relatif tahan kekeringan, masa pemeliharaan yang pendek dan mudah pemeliharaannya.
Tanaman kangkung darat besar manfaatnya, selain sebagai asupan nutrisi juga berfungsi sebagai tanaman obat. Ditinjau dari segi nutrisi kandungan nutrien kangkung darat setiap 100 g bahan mengandung kalori sebesar 31 kal, protein 1,0 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,3 g, kalsium 29 mg, vitamin A 470 mg, vitamin B1 0,05 mg, dan air 90,0 g (Setiadi, 1996 dalam Agustina et al, 2013).
Sebagian besar pemanfaatan tanaman kangkung adalah bagian daunnya, oleh karena itu perlu adanya pupuk yang kaya sumber nitrogen. Selama ini pupuk yang digunakan sebagai sumber N adalah urea, namun penggunaan urea yang berlebihan dan dalam jangka panjang akan merusak biota tanah, selain itu akan berpengaruh terhadap kesehatan jika dikonsumsi karena adanya residu yang masih tertinggal di bagian
tanaman. Salah satu alternatif untuk mengatasai hal tersebut adalah dengan menggunakan sumber N yang dapat diambil dari ekskreta ayam, feses sapi
dan sampah rumah
tangga.Pemanfaatan ketiga sumber N tersebut diolah dalam bentuk pupuk cair organik. Kelebihan dari pupuk organik dibandingkan dengan pupuk anorganik adalah tidak membahayakan lingkungan dan kesehatan selain itu dapat memperbaiki struktur tanah serta dapat meningkatkan aktivitas
mikroorganisme tanah.
Sedangkankelemahan pupuk organik salah satunya adalah sering menjadi faktor pembawa hama penyakit karena mengandung larva atau telur serangga sehingga dapat merusak tanaman. Berdasarkan hal tersebut sebelum digunakan pada tanaman, ketiga sumber N tersebut perlu dilakukan pengolahan yang salah satunya dengan menggunakan cairan silase keong rawa sebagai bioaktiovator.
Berdasarkan hasil penelitian Dharmawati (2008) menunjukkan keong rawa yang diolah dengan metode silase biologi dan asam
organik menunjukkan terjadi penambahan cairan pada substrat sekitar 25-30%. Cairan silase juga mengandung bakteri asam laktat dengan kisaran 1,8 x 103 sampai dengan 59 x 103 cfu/ml. Cairan hasil fermentasi ini kaya akan unsur nutrien yang dapat didaur ulang kembali menjadi bioaktivator dalam proses pembuatan pupuk cair organik. Selain itu cairan silase keong rawa juga masih mengandung unsur nutrien yaitu silase keong rawa yang menggunakan aditif dedak, onggok dan asam organik masing-masing mengandung protein 17,48%, 19,43% dan 15,25 %, disamping masih adanya unsur nutrient lainnya seperti lemak, Ca dan P.
Bahan dasar pupuk sangat berpengaruh terhadap kualitas pupuk,hasil penelitian Dharmawati dan Firahmi (2009) pupuk yang menggunakan bioaktivitor cairan silase keong rawa sangat berpotensi digunakan sebagai pupuk, seperti bahan feses sapi yang menggunakan cairan silase keong rawa berbahan
dasar asamorganik mengandung N total 9,03%, dengan C/N rasio 8,77 .
MATERI DAN METODE
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kangkung darat, feses sapi, ekskreta ayam petelur, sampah rumah tangga, keong rawa, abu sekam, isi rumen, cairan silase keong rawa yang mengandung aditif onggok, dedak dan asam organik yang digunakan sebagai bioaktivator. Peralatan yang digunakan adalah komposter, cangkul, golok, alat pengaduk, pisau.gunting pangkas, garpu, sekop, embrant, sprayer, polibag, tempat penyemaian, jala besi, polybag dan stylofoam. Pelaksanaan
a. Pembuatan pupuk cair organik
Pembuatan pupuk cair organik terfermentasi adalah dengan memfermentasikan feses sapi, ekskreta ayam, dan sampah rumah serta cairan silase keong rawa yang mengandung dedak, onggok dan asam organik Produk Silase biologi, Ensiling dan silase asam dilakukan
pemisahan antara bagian padat dan cair dengan teknologi Cereco.Larutan hasil pemisahan selanjutnya diberi perlakuan sebagai berikut :
L1 : terdiri dari dari cairan hasil fermentasi keong rawa (P1) + feses sapi + abu sekam padi + rumen sapi
L2 : terdiri dari cairan hasil fermentasi keong rawa + ekskreta ayam petelur + abu sekam padi + rumen sapi L3 : terdiri dari cairan hasil
fermentasi keong rawa + sampah rumah tangga
+ abu sekam padi + rumen sapi Masing cairan yang digunakan sebanyak 20 liter dan semua bahan difermentasi selama 21 hari dengan cairan silase keong rawa sebanyak 100 ml, sedangkan abu sekam dan rumen sapi yang digunakan sebanyak 20% dari bahan yang digunakan. Setiap hari dilkakukan pengadukan. Setelah 21 hari disaring.
b. Persiapan Lahan
Luas lahan yang digunakan adalah 45 m2 yang dibagi menjadi 45 petak masing masing
seluas 1 m2. Sebelum penanaman terlebih dahulu diolah dan diratakan.
c. Teknik Penanaman Kangkung
Penanaman dilakukan dengan cara benih kangkung ditanam dalam tanah yang telah dilubangi sedalam 1 cm, kemudian ditutup dengan tanah dan disiram sampai lembab. Untuk menjaga kelembagaan setiap hari disiram sebanyak 2 kali pagi dan sore hari.
d. Pemupukan
Pada saat penanaman lahan tidak diberi pupuik dasar. Pemupukan dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu setiap minggu sekali dengan cara menambah pupuk tersebut dengan air dengan perbandingan sesuai dengan perlakuan, kemudian disemprotkan pada bagian batang tanaman.
Rancangan penenlitian yang digunakan adalah Rancangan Acak lengkap pola Faktorial dimana faktor a (sumber N : feses sapi, ekskreta ayam petelur dan sampah rumah) dan faktor
b (sumber aditif : Asam organik, dedak, onggok). Lahan seluas 45 m2 dibagi menjadi 45 unit percobaan. Masing – masing perlakuan diulangi sebanyak 5 kali ulangan, sehingga luas lahan seluas 45 m2 dibagi menjadi 45 petak dengan luas masing masing petak 1 m2. Setiap petak bersisi 25 tanaman kangkung. Adapaun perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut:
P1 : 20% onggok dari berat keong + 12,5% cairan kubis
P3 : 20% dedak padi dari berat keong + 12,5% cairan kubis
P3 : Keong : Asam propionate : Asam formiat 3 :1 :1
Produk Silase biologi, Ensiling dan silase asam dilakukan pemisahan antara bagian padat dan cair dengan teknologi Cereco.
Larutan hasil pemisahan selanjutnya diberi perlakuan sebagai berikut : L1 : terdiri dari dari larutan hasil
fermentasi keong rawa (P1) + feses sapi abu sekam padi + rumen sapi
L2 : terdiri dari larutan hasil fermentasi keong rawa +
ekskreta ayam petelur + abu sekam padi + rumen sapi
L3 : terdiri dari larutan hasil fermentasi keong rawa + sampah rumah tangga + abu sekam padi + rumen sapi
Variabel Peneltian
Variabel yang diamati adalah produksi bahan segar, kadar protein danserat kasar.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada peneltian tahap I adalah menggunakan analsis varian (ANOVA), apabila dalam analisis tersebut ada perbedaan dilanjutkan dengan analisis Duncan’s.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan aplikakasi pemupukan dengan menggunakan pupuk organik cair berbahan dasar cairan silase keong rawa dengan menggunakan sumber aditif berbeda terhadap kangkung darat menunjukkan pengaruh nyata terhadap hampir semua peubah yang meliputi produksi bahan segar, protein kasar dan serat kasar.
Produksi Bahan Segar
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan pupukcair organik keong rawa berbahan dasar cairan silase keong rawa dengan menggunakan sumber aditif berbeda berpengaruh nyata
terhadap produksi bahan segar kangkung darat. Rataan produksi bahan segar kangkung darat setelah dilakukan uji berganda Duncan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan produksi bahan segar per tanaman kangkung darat setelah diberikan pupuk cair organik berbahan dasar cairan silase keong rawa dengan menggunakan aditif berbeda
Sumber N
Sumber Additif Silase Keong Rawa Rata-rata berat segar pertanaman (g) Asam
Organik Dedak Onggok
Ekskreta Ayam petelur 44,587 f 45,86g 43,60e 44,68a Feses Sapi 36,95c 41,02d 40,74d 36,95b Sampah Rumah Tangga 29,92 a 31,62b 30,31a 30,62c Rata-rata berat segar
per tanaman (g) 37,15
a
39,50b 38,22c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama berbeda nyata menurut uji lanjut DMRT pada taraf 5%
Tabel 1 menunjukkan bahwa rataan produksi bahan segar kangkung darat yang menggunakan pupuk cair organik berbahan dasar cairan silase keong rawa menggunakan ekskreta kotoran ayam, feses sapi dan sampah rumah tangga berada pada kisaran 30,62 – 44,68 g/tanaman, selanjutnya berdasarkan sumber aditif silase keong rawa, rataan berat segar kangkung darat pertanaman 37,15 – 39,50 g/tanaman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rataan produksi bahan segar kangkung darat tertinggi terdapat pada perlakuan yang menggunakan pupuk cair yang berbahan dasar cairan silase keong rawa menggunakan aditif dedak (39,50 g/tanaman), selanjutnya berdasarkan sumber produksi bahan segar tertinggi terdapat pada perlakuan yang menggunakan ekskreta ayam petelur. Hasil interaksi pupuk cair organik yang menggunakan sumber N
ekskreta ayam petelur dengan cairan silase keong rawa yang menggunakan aditif dedak menunjukkan produksi bahan segar kangkung darat tertinggi (45,86 g/tanaman). Hal ini mengindikasikan bahwa tanaman kangkung sangat respon terhadap pemupukan.Seperti yang dilaporkan Cahyono (2003), bahwa tanaman kangkung merupakan tanaman semusim yang pertumbuhannya sangat tanggap terhadap pemberian pupuk.
Terjadinya peningkatanproduksi bahan segar pada tanaman yang diberi pupuk cair organik berbahan dasar silase keong rawa berhubungan dengan jumlah daun yang cukup signifikan serta kecenderungan luas daun yang semakin besar khususnya perlakuan yang menggunakan sumber N ekskreta ayam petelur yang menggunakan cairan silase keong rawa beraditif dedak. Hal ini disebabkan pada pupuk cair organik tersebut mengandung N total relatif lebih tinggi (8,07 %) dengan C/N 7,69. Peningkatan produksi bahansegar kangkung darat pada perlakuan tersebut tidak terlepas dari
peningkatan unsur hara seperti nitrogen, phospor, kalium dimana unsur nitrogen mempengaruhi pembentukkan sel-sel baru, fosfor berperan dalam pengaktifan enzim-enzim dalam proses fotosintesis dan kalium mempengaruhi perkembangan jaringan meristem yang dapat mempengaruhi panjang dan lebar daun. Menurut Salisbury dan Ross (1995) nitrogen merupakan penyusun bagian terpenting dalam pembentukkan sel-sel baru dan enzim-enzim, asam amino, asam nukleat , karbohidrat sehingga pembentukkan sel-sel baru bagi tanaman akan berlangsung dengan optimal dengan ketersediaan unsur ini. Nitrogen berperan dalam membentuk sel-sel baru dan senyawa-senyawa penting seperti asam nukleat, asam amino dan klorofil. Terdapatnya klorofil yang cukup pada daunmenyebabkan daun memiliki kemampuan untuk menyerap cahaya matahari sehingga akan menghasilkan energi yang diperlukan sel untuk melakukan aktivitasnya seperti pembelahan dan pembesaran sel (Nyakpa, et al, 1986).
Untuk produksi bahan segar tanaman, unsur nitrogen sangat membantu dalam pertumbuhan dan produksi tanaman yang diikuti unsur P dan K, sesuai pernyataan Sarief (1986) bahwa nitrogen dapat meningkatkan perbandingan protoplasma terhadap bahan-bahan dinding sel yang dapat menyebabkan
pertambahannya ukuran sel dengan dinding sel yang tipis, sehingga sel banyak diisi oleh air.
Kadar Protein Kasar
Hasil analisis ragam terhadap kualitas protein kasar kangkung darat yang menggunakan pupuk cair dari cairan silase keong rawa disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan kadar protein kasar kangkung darat setelah diberikan pupuk cair organik berbahan dasar cairan silase keong rawa dengan menggunakan aditif berbeda
Sumber N Sumber Additif Silase Rata-rata
Asam Organik Dedak Onggok
Ekskreta Ayam petelur 2,17 a 2,17a 2,55c 2,30a Feses Sapi 1,74b 1,76b 1,79b 1,7b Sampah Rumah Tangga 1,73b 1,75b 1,82b 1,77b Rata-rata 1,88a 1,89a 2,06b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama berbeda nyata menurut uji lanjut DMRT pada taraf 5%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asal bioaktivator maupun sumber N yang digunakan dalam pengolahan pupuk cair dari cairan silase keong rawa mempengaruhi kualitas protein kangkung darat . Pupuk cair organik yang berasal dari sumber N ekskreta ayam petelur mengandung protein yang lebih tinggi pada tanaman kangkung darat
dibanding yang menggunakan sumber N yang berasal dari feses sapi dan sampah rumah tangga. Hal ini disebabkan bahwa unsur N yang berasal dari ekskreta ayam petelur lebih mudah diserap oleh tanaman dibandingkan sumber N yang berasal dari feses sapi dan sampah rumah tangga. Salah satu karakteristik dari ekskreta ayam adalah serat kasarnya
lebih rendah dibandingkan dengan pupuk cair yang sumber N nya berasal dari feses sapi. Pada feses sapi kadar seratnya lebih tinggi sehingga untuk memutuskan rantai karbonnya perlu mengalami proses dekomposisi terlebih dahulu. Hasil interaksi menunjukkan bahwa secara keseluruhan kadar protein kasar kangkung darat yang sumber N nya berasal dari ekskreta ayam petelur.Tabel 2 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan sumber N yang berasal dari ekskreta ayam petelur menghasilkan kadar protein yang lebih tinggi pada kangkung darat varietas lokal. Diduga bahwa sumber
N pada eksreta ayam petelur lebih mudah terurai dan mudah diserap tanaman. Hasil pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa kadar N total pupuk cair yang berasal dari ekskreta ayam petelur lebih tinggi dengan kisaran 6 – 8,07 % dibandingkan dengan feses sapi dan sampah rumah tangga.
Kadar Serat Kasar
Hasil analisis ragam terhadap serat kasar kangkung darat yang menggunakan pupuk cair dari cairan silase keong rawa disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan kadar serat kasar kangkung darat setelah diberikan pupuk cair organik berbahan dasar cairan silase keong rawa dengan menggunakan aditif berbeda
Sumber N
Sumber Additif Silase
Rata-rata Asam
Organik Dedak Onggok
Ekskreta Ayam 2,17ab 2,22ab 2,26ab 2,22a Feses Sapi 2,11a 2,23ab 2,14ab 2,16a Sampah Rumah Tangga 2,65 c 2,36b 2,51c 2,51b Rata-rata 2,31a 2,27a 2,30a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama berbeda nyata menurut uji lanjut DMRT pada taraf 5%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asal bioaktivator tidak
berpengaruh nyata terhadap rataan serat kasar kangkung darat dan
sumber N berpengaruh nyata terhadap kadar serat kasar kangkung darat. Berdasarkan sumber N, kadar serat kasar tertinggi diperoleh pada sumber N yang menggunakan sampah rumah tangga. Hasil interaksi diperoleh data bahwa kadar serat kasar kangkung darat yang menggunakan sumber N sampah rumah tangga dan bioaktivator asam organik relatif lebih tinggi. Diduga tingginya serat kasar kangkung darat pada perlakuan pupuk cair organik yang menggunakan sumber N sampah rumah tangga dengan menggunakan bioaktovator asam organik erat hubungannya dengan ratio C/N pupuk cair tersebut. C/N rasio pada pupuk cair yang N nya berasal dari sampah rumah tangga dengan menggunakan bioaktivator asam organik relatif sangat rendah yaitu 2,04. Semakin rendah C/N rasio berarti pelapukkan berjalan sempurna sehingga lebih mudah diserap tanaman. Menurut Novizan (2005) kualitas pupuk ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N rasio). Jika C/N tinggi berarti pelapukkan belum
berjalan sempurna sehingga penyerapan unsur hara lebih lambat. KESIMPULAN
1. Penggunaan pupuk cair organik yang menggunakan sumber N ekskreta ayam petelur dengan bioaktivator dedak menghasilkan produksi bahan segar kangkung darat tertinggi(45,86 g/tanaman). 2. Kadar protein kangkung darat
tertinggi diperoleh pada penggunaan pupuk cair organik dengan bioaktivatoronggok dengan sumber N ekskreta ayam petelur. 3. Kadar serat kasar tertinggi
diperoleh pada penggunaan pupuk cair organik dengan bioaktivator asam organik dengan sumber N sampah rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, K., Yursida dan Purwanto. 2013. Tanggap Pertumbuhan Kangkung (Ipomoea reptans) terhadap Aplikasi Pupuk Organik Cair Urin Sapi dan Pupuk An Organik di Lahan Pasang Surut Tipe Luapan C.
Jurnal Ilmiah AgrIBA No. 1
Edisi Maret 2013
Cahyono, B. 2003. Teknik dan
Yayasan Pustaka Nusantara Semarang
Dharmawati, 2008. Kajian Nutrien
Kalambuai di Rawa
Kalimantan Selatan dengan Metode Pengolahan Berbeda dan Penggunaannya pada Itik Alabio. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. DP2M Dikti. Dharmawati, Firahmi, 2011. Kajian
Nutrisi dan Optimalissasi Proses Pengolahan Silase
terhadap Keong Rawa
“Kalambuai” dengan
Teknologi Cereco : Biopotensi sebagai Penghasil Pakan
Ternak Unggas dan
BioaktivatorPupuk Cair.
Laporan Penelitian Stranas DP2M Dikti.
Novizan, 2005.Petunjuk Pemupukan
yang Efektif.PT. Agromedia
Pustaka. Jakarta
Nyakpa, M.Y..,AM Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amroh, A.Munawar, G.B. Hong dan N. Hakim, 1986. Dasar-dasar
Ilmu Tanah. Universitas
Lampung. Lampung.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1995.
Fisiologi Tanaman. Institut
Teknologi Bandung. Bandung.
Sarief, E. 1986. Kesuburan dan
Pemupukan Tanah Pertanian.