• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Islamika, 2014), 3(1), hlm Amin Abdullah, Pendidikan dan Upaya Mencerdaskan Bangsa: Kebijakan Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Islamika, 2014), 3(1), hlm Amin Abdullah, Pendidikan dan Upaya Mencerdaskan Bangsa: Kebijakan Pendidikan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam. Oleh karena itu pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan dalam rangka penanaman nilai-nilai Islam dengan tidak melupakan etika sosial. Menurut Sanaky, penanaman nilai-nilai Islam ini merupakan spesifikasi dari visi dan misi pendidikan Islam dalam rangka membentuk insan kamil yang berfungsi mewujudkan rahmatan lil `alamin.1 Dengan tujuan ideal seperti ini seorang muslim menjalani kehidupannya dengan percaya diri menatap masa depan, beramal yang seimbang antar kepentingan dunia dan akhirat, berjalan di muka bumi dengan jalan kebenaran dan terus beramal bagi kemaslahatan umum disertai tawakal agar membuahkan kesabaran, karena mengabdi dan berjuang di masyarakat lebih-lebih melalui jalur pendidikan membutuhkan ekstra kesabaran.

Pendidikan Islam berperan penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan di era globalisasi dan post modern saat ini. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya membangun sektor pendidikan secara terarah, terencana, intensif, efektif dan efisien untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas.2 Diakui Amin Abdullah, peranan negara dalam pengembangan pendidikan Islam di negeri Indonesia ini sangat besar. Menurutnya, negara telah mengeluarkan berbagai perubahan kebijakan mulai dari kebijakan mengakui pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakatnya sendiri, seperti pesantren dan lembaga pendidikan swasta, pengalihan status dari lembaga pendidikan swasta ke negeri, kebijakan perubahan kurikulum dan kelembagaan, sampai pada kebijakan kelembagaan dari sekolah tinggi ke institute, serta dari institut ke universitas.3

1

Hujair A.H. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam; Membangun Masyarakat Madani

Indonesia, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003), hlm. 139.

2

Masudah, Membangun Paradigma Pendidikan Islam Modern, (Kendal: Jurnal Didaktika

Islamika, 2014), 3(1), hlm. 128-129

3

Amin Abdullah, Pendidikan dan Upaya Mencerdaskan Bangsa: Kebijakan Pendidikan Islam di Indonesia dari Dakwah ke Akademik, dalam Kusmana dan JM. Muslimin, Paradigma

Baru Pendidikan , Restropeksi dan Proyeksi Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:

(2)

Semua kebijakan negara dalam rangka pengembangan pendidikan agama pada realitasnya mendapat tanggapan yang pro dan kontra. Tokoh-tokoh senior pendidikan Islam Indonesia seperti Dede Rosyada, Abuddin Nata, Mastuhu, Azra, Muhaimin, dan Mulyasa masih sering terdengar menyuarakan kelemahan pendidikan Islam Indonesia, mulai dari kebijakan yang kurang tepat sasaran, rendahnya mutu pendidikan, kurikulum yang kurang demokratis, mahalnya biaya pendidikan, pendidikan sebagai alat hegemoni politik pemerintah, maraknya pengangguran, sampai pada kegagalan pembentukan karakter bangsa.4

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dalam rangka mencetak sumber daya manusia berkulitas, manajemen pendidikan Islam yang masih memprihatinkan, dan kenyataan bahwa ranking pendidikan Indonesia menduduki urutan bawah dibandingkan negara-negara Asia lainnya (Singapura, Jepang dan Malaysia) seperti diungkapkan Rosyada, nampaknya menjadi salah satu alasan mengapa tokoh-tokoh praktisi pendidikan memberikan kritik dan solusi bagi negara selaku pemegang kebijakan dalam memberikan arah baru pendidikan Islam Indonesia yang lebih maju, kondusif, dan demokratis.5

Munculnya kebijakan sentralisasi sistem pendidikan, tidak dipungkiri secara teoritis memudahkan untuk melakukan kontrol terutama pencapaian standar mutu pendidikan yang diharapkan. Akan tetapi, menurut Rosyada, pada kenyataannya, etos guru dalam mengajar tidak semuanya sesuai dengan harapan, karena banyak guru hanya mengejar kurikulum, bukan penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran.6 Selain itu dari beberapa catatan dan opini para pemerhati yang diuraikan baik melalui buku, jurnal pendidikan, maupun surat kabar, berkembang anggapan yang secara global penulis simpulkan bahwa, konsep pendidikan di Indonesia telah tereduksi menjadi pengajaran, dan pengajaran lalu menyempit menjadi kegiatan di kelas. Sementara yang berlangsung di kelas masih banyak

4

Lihat Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, Dari Paradigma Pengembangan,

Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada 2009), hlm. 2. Lihat juga Endong Mulyasa, Impelementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 1. Lihat juga Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan; Mengatasi

Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2008), hlm. 5. Lihat juga

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam

Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 1-2.

5

Dede Rosyada, Pendidikan Demokratis, Model Pelibatan Masyarakat dalam Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 1-2

6

Dede Rosyada, Pendidikan Demokratis, Model Pelibatan Masyarakat dalam Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 46.

(3)

yang tak lebih dari kegiatan guru mengajar murid dengan target kurikulum dan bagaimana mendapatkan nilai yang maksimal, sehingga gagal mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM).

Menurut Munandar, salah satu pakar peneliti pendidikan di Indonesia menyebutkan hasil survei evaluasi pengajaran di sekolah dasar dan menengah umumnya cukup berdaya guna untuk menghasilkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung, tetapi kurang waktu tertuju dan kurang bahan tersedia untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tangan, kemampuan seni, atau sikap menghargai pembiasaan di masyarakat. Yang ditekankan adalah keterampilan rutin dan hafalan semata-mata.7

Konteks pendidikan agama, hasil penelitian Widagdho, menyebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam cenderung masih disajikan sebagai materi pelajaran daripada pendidikan, akibatnya hanya berkutat pada ranah kognitif, kurang melibatkan ranah afektif dan psikomotorik. Selain itu kompetensi guru dalam menguasai materi pelajaran mungkin sudah bagus, namun kompetensi untuk menghubungkan, mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat masih terbatas. Kelemahan ini menjadikan agama hanya sebagai pengetahuan yang subtansial belum fungsional, baru berupa ilmu belum berupa amal.8

Senada dengan issu di atas, menurut Muhaimin, fenomena pendidikan agama di Indonesia selama ini sering mengabaikan desain utama agama itu sendiri. Pendidikan agama direduksi sekedar kearah penguasaan teknik ritual dan aspek kognitif agama. Orientasi kearah merangsang dan mendorong peserta didik terlibat langsung dalam pemahaman agama dan secara afektif membuahkan transformasi diri dalam tatanan nilai ibadah dan ritual lain dengan kehidupan sehari-hari masih kurang ditekankan.9

Berawal dari tokoh pendidikan dan berbagai elemen masyarakat yang sangat peduli dan terus mengikuti perkembangan pendidikan tadi, merasakan bahwa dunia pendidikan di Indonesia saat ini tengah mengalami krisis cukup serius. Di masa lalu, krisis ini tidak saja disebabkan oleh anggaran pemerintah yang relatif

7

Utamai Munadar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk Bagi

Para Guru dan Orang Tua, (Jakarta: Gramedia, 1999), hlm. 52.

8

Djoko Widagdho, Hasil Belajar Kognitif Mata Pelajaran Ibadah (PAI)”, Jurnal Penelitian

Ilmiah Walsongo Semarang, XI(1) Mei, 2003, hlm. 126

9

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

(4)

rendah untuk memenuhi kebutuhan vital pendidikan, namun berdasarkan berbagai opini tadi, penulis menyimpulkan bahwa keadaan tersebut disebabkan oleh lemahnya tenaga ahli dan profesionalisme guru, rendahnya pemanfaatan teknologi pendidikan, dan politik pendidikan nasional yang tidak jelas (tiap ganti menteri ganti kurikulum) menjadi hambatan bagi laju perkembangan pendidikan itu sendiri dalam rangka mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional yang diamanatkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni membentuk generasi muda Indonesia yang memiliki SDM berkualitas.10

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, pemerintah, sekolah, guru, peserta didik, orang tua dan masyarakat. Mencetak generasi muda yang memiliki SDM berkualitas dengan ciri-ciri beriman dan bertakwa serta berbudi pekerti luhur sebagaimana diamanatkan UU Sisdiknas di atas juga merupakan tanggung jawab bersama juga antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat sekitar sekolah/madrasah dalam kegiatan pembelajaran.

Melalui tanggung jawab bersama ini, fondasi pendidikan berkualitas dibangun. Merespon tuntutan masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas, pemerintah menelorkan kebijakan PBM dan MBS, yang intinya merupakan upaya melibatkan masyarakat dalam pendidikan. Jika selama ini sekolah dianggap sebagai aktor tunggal dalam mendidikan anak, dengan kebijakan PBM dan MBS diharapkan ada kesadaran baru di kalangan masyarakat bahwa tanggung jawab pendidikan dan pembelajaran tidak hanya di pundak institusi sekolah, tetapi juga orang tua, masyarakat, dan pemerintah.11

Rambu-rambu pendidikan berbasis masyarakat tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 55 disebutkan sebagai berikut:

1. Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya dari oleh dan untuk kepentingan masyarakat.

10

Anwar Arifin, dkk, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2003),

hlm. 13.

11

Agus Nuryatno, “Pendidikan Berbasis Masyarakat dan Transformasi Pendidikan Islam”, dalam Kusmana dan JM. Muslimin, Paradigma Baru Pendidikan, Restropeksi dan Proyeksi

Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depertemen

(5)

2. Penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta managemen dan pandangannya sesuai dengan standar nasional pendidikan

3. Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah, dan atau sumber lain yang tidak bertentangan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis,

subsidi dana, dan sumber lain secara adil dan merata dari pemerintah dan atau pemerintah daerah.12

Pendidikan berbasis masyarakat merupakan pendidikan yang sesuai misi pembangunan Indonesia dewasa ini. Dengan ikut sertanya masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, pendidikan tersebut menghasilkan materi pembelajaran yang betul-betul berakar dalam masyarakat dan di dalam kebudayaan.13 Salah satu bentuk implementasi Pendidikan Berbasis Masyarakat adalah melalui Implementasi pembelajaran berbasis masyarakat di sekolah. Masyarakat berperan serta dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pembelajaran. Masyarakat juga berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pembelajaran. Respon atas kondisi pendidikan di atas pada akhirnya melahirkan gagasan dari sekolah untuk mengajak masyarakat turut ambil bagian dalam penyelenggaraan pembelajaran. Dalam konteks inilah kegiatan kehumasan di sekolah menjadi bagian penting. Menurut Iriantara, humas sekolah bertujuan membangun komunikasi dan relasi dengan stakeholder-nya untuk membangun saling pengertian dan mengembangkan kemaslahatan bersama.14 Kegiatan kehumasan juga menunjang kegiatan utama lembaga pendidikan yaitu pembelajaran. Kegiatan kehumasan juga mendorong peningkatan daya saing lembaga pendidikan yaitu sekolah. Tentu saja daya saing yang dimaksudkan menurut konsep Islam adalah daya saing yang positip untuk saling memuliakan dan persaingan dalam kebajikan.

12

Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang

Sisdiknas, (Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2003), hlm. 57-58.

13

H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 175.

14

Yosral Iriantara, Manajemen Humas Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. iv.

(6)

Berdasarkan konsep di atas, implementasi pembelajaran berbasis masyarakat harus direncanakan dan dikembangkan oleh sekolah/madrasah bersama-sama dengan masyarakat yang pelaksanaannya merupakan hasil kerjasama antara sekolah dengan masyarakat. Pelaksanaan pembelajaran tidak dapat diberlangsungkan secara tertutup, jauh dari realitas kebutuhan riil masyarakat. Sesuai dengan prinsip desentralisasi maka pelaksanaan pembelajaran dalam rangka menunjang peningkatan mutu pendidikan harus dikembangkan berdasarkan prinsip otonomi yaitu mengembalikan keberadaan sekolah pada akar rumputnya (sesuai dengan budaya atau tradisi keagamaan masyarakat).15 Salah satu Madrasah yang pada awalnya mengalami krisis kepercayaan dari masyarakat yang berimbas dengan menurunnya jumlah peserta didik setiap tahun dan kemudian berkembang pesat adalah MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal yang menerapkan pembelajaran berbasis masyarakat pada rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal memiliki ciri khusus dalam pembelajaran rumpu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang membedakannya dengan sekolah lainnya. Letak perbedaannya adalah penyelenggaraan pembelajaran rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat sekitar madrasah, sehingga tidak hanya guru agama saja yang mengajar rumpun mata pelajaran pendidikan Agama Islam, namun untuk mata pelajaran Fiqh dan al-Quran Hadits pada kompetensi dasar tertentu melibatkan tokoh masyarakat (modin atau pengurus organisasi keagamaan) dan tokoh agama (kyai/mubaligh/pengurus Pondok Pesantren) serta tokoh pendidikan di Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal untuk turut memberikan pembelajaran yang dilaksanakan bersama-sama dengan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas seperti di Masjid, Pondok Pesantren, dan tempat strategis lainnya, dan evaluasinya.

Pelaksanaan pembelajaran rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya yang melibatkan masyarakat dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan pembelajaran bersama guru bidang studi di kelas dan di luar kelas, dan

15

Toto Suharto, Pendidikan Berbasis Masyarakat, Relasi Negera dan Masyarakat dalam

(7)

evaluasinya di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal tersebut merupakan keunikan tersendiri dibanding pelaksanaan pembelajaran rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada sekolah atau madrasah yang lain.

MTs 07 Patebon melaksanakan pembelajaran berbasis masyarakat pada rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagaimana model di atas diterapkan pada mata pelajaran Fiqh dan al-Quran Hadits. Pelaksanaanya mulai dari perencanaan yaitu guru bersama dengan tokoh masyarakat membuat rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan oleh guru bersama tokoh agama/tokok masyarakat sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun bersama dan penilaian dirancang bersama tokoh agama/masyarakat tersebut mulai dari proses penilaian hingga memberikan tindak lanjut berupa remedial dan pengayaan pada peserta didik yang belum menguasai materi yang disajikan.

Pembelajaran berbasis masyarakat (Community Based Learning) pada mata pelajaran Fiqh dan al-Quran Hadits di MTs 07 Patebon diawali dengan membuat perencanaan. Perencanaan merupakan kegiatan awal yang sangat penting, karena tanpa diwali dengan perencanaan yang baik bukan tidak mungkin kegiatan berjalan tidak sesuai dengan rencana, lebih-lebih pembelajaran dengan melibatkan peran masyarakat. Dalam pembuatan perencanaan pembelajaran berbasis masyarakat, guru melibatkan tokoh agama/masyarakat untuk memberikan masukan-masukan sebelum guru menuangkannya dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dengan perencanaan yang sudah melibatkan masyarakat tersebut diharapkan dalam implementasinya di lapangan tidak terjadi lagi kendala khususnya yang berkaitan dengan tugas dan fungsi keterlibatan tokoh agama dan masyarakat tersebut sehingga pembelajaran berbasis masyarakat bisa berjalan dengan baik.

Pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran Fiqh dan al-Quran Hadits di MTs 07 Patebon dilaksanakan berpedoman pada persiapan mengajar atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat berdasarkan pedoman dan ketentuan dari BNSP yang meliputi: Indentitas, SK, KD, Indikator, Tujuan, Pembelajaran, Materi, Desain pembelajaran, Metode/Media/Peraga, Buku sumber, dan Evaluasi pembelajaran. Menurut kepala madrasah, pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat di MTs 07 Patebon sesuai dengan rencana pembelajaran dan tokoh agama/masyarakat secara langsung menyampaikan materi pembelajaran

(8)

sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik sebagaimana tertuang pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).16

Pembelajaran berbasis masyarakat pada mata pelajaran Fiqh dan al-Quran Hadits di MTs 07 Patebon Kendal diakhiri dengan evaluasi. Evaluasi tersebut dilaksanakan untuk mengetahui apakah suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai rencana atau tidak, selain itu juga untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan bersama oleh guru dan tokoh agama/masyarakat. Evaluasi pembelajaran dilaksanakan oleh guru dan tokoh masyarakat sehingga hasil penilaian atau evaluasi tersebut betul-betul objektif. Guru bersama tokoh agama atau masyarakat mengadakan tindak lanjut hasil analisis pembelajaran yang telah dilakukan dengan melakukan remedial dan pengayaan bagi peserta didik yang belum tuntas dalam penguasaan materi pembelajaran tersebut yakni rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Diterapkannya pembelajaran berbasis masyarakat (Community Based Learning) pada mata pelajaran Fiqh dan al-Quran Hadits di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal, karena dua mata pelajaran ini berperan untuk menanamkan aspek pengamalan atau penerapan dan pembiasaan ajaran Islam sehari-hari pada peserta didik sehingga diperlukan inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam agar lebih bermakna bagi peserta didik dalam pengamalan hidup beragama sehari-hari dan sesuai dengan aktivitas keagamaan masyarakat di lingkungan madrasah. Kompetensi yang harus dicapai pada rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah agar peserta didik mampu mempraktikkan ajaran-ajaran ibadah dan muamalah seperti tata cara wudhu, shalat wajib dan sunnah, zakat, perawatan jenazah, shalat jenazah, penguasaan tajwid, fasih membaca al-Quran atau Hadits, melantunkan ayat-ayat al-Quran dengan indah, dan sebagainya. Kompetensi tersebut yang harus dikuasai peserta didik karena merupakan kewajiban peserta didik sebagai umat Islam.

Berdasarkan alasan di atas peneliti merasa tertarik untuk meneliti peran pembelajaran berbasis masyarakat dalam pengamalan ajaran Islam sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat di lingkungan madrasah. Selain alasan di atas, melalui penerapan manajemen humas madrasah, implementasi pembelajaran

16

Wawancara dengan Ibu Simyanah, S.Pd.I selaku kepala MTs 07 Patebon di ruang kepala madrasah tanggal 13 Maret 2015, jam 10.00 WIB.

(9)

berbasis masyarakat di MTs 07 Patebon merupakan salah satu kebijakan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap madrasah.

Melalui penerapan pembelajaran berbasis masyarakat (Community Based Learning) tersebut, diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap MTs 07 Patebon tetap terjaga sehingga animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya pada setiap tahun ajaran baru dapat ditingkatkan ditengah persaingan yang semakin kompetitif dengan tetangga sekolah yaitu SMP Negeri 1 Patebon, SMP Negeri 2 Patebon, SMP Negeri 3 Patebon, SMP PGRI 8 Patebon, SMP Unggulan Selamat Modern, SMP Selamat Modern, MTs Al-Islam Lanji, MTs NU Pidodokulon Patebon, dan MTs Negeri 1 Kendal. Secara geografis posisi MTs 07 Patebon yang berada di tengah-tengah tiga sekolah dan madrasah negeri di tambah empat sekolah swasta merupakan tantangan tersendiri untuk memperoleh simpati masyarakat, dan penerapan pembelajaran berbasis masyarakat diharapkan menjadi solusi alternatif bagi MTs 07 Patebon untuk memperoleh simpati masyarakat dalam penerimaan siswa baru.

Penerapan pembelajaran berbasis masyarakat rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Kurikulum 2013 tentu saja masih ditemui kendala-kendala di lapangan disebabkan masa transisi dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Atas dasar pemikiran itulah peneliti berkeinginan melakukan penelitian mengenai “Penerapan pembelajaran berbasis masyarakat (Community Based Learning) rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal”.

Strategi yang ditempuh MTs 07 Patebon tersebut sejalan dengan konsep yang ditekankan Masjudi,17 bahwa posisi strategis kebutuhan masyarakat dalam menentukan orientasi dan tujuan pendidikan berbasis masyarakat yang terdiri dari customer dan consumer pendidikan yang merupakan pengguna jasa pendidikan. Sekolah yang unggul akan selalu menjaga kedekatan dengan masyarakat serta memiliki obsesi terhadap kualitas, sehingga masyarakatlah yang akhirnya menentukan kualitas sekolah.

Dewasa ini pembelakukan kurikulum 2013 menjanjikan keberhasilan pendidikan yang menitikberatkan pada profesionalisme guru dalam mendesain

17

Masjudi, Upaya Peningkatan Kualitas Manajerial Lembaga Pendidikan Islam Melalui

(10)

pembelajaran inovatif dan kontekstual yang bertumpu pada eksplorasi, penelitian, dan pemecahan masalah di masyarakat sehingga peserta didik menemukan pengetahuan untuk membangun keilmuannya sendiri dalam belajar.18 Berdasarkan fenomena tersebut keberhasilan proses pendidikan tergantung profesionalisme guru pada proses pembelajaran di sekolah. Metode konvensional seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan dalam Kurikulum 2013 hanya digunakan sebagai pelengkap metode pembelajaran inovatif, aktif, kreatif progresif, kooperatif, dan kontekstual yang melibatkan peran masyarakat. Dalam hal ini kreativitas dan improvisasi guru untuk melakukan inovasi pembelajaran melalui kerjasama dengan masyarakat sekitar merupakan suatu keharusan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi permasalahan penerapan pembelajaran berbasis masyarakat rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kendal yaitu:

1. Bagaimanakah penerapan pembelajaran berbasis masyarakat (Community Based Learning) rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal?

2. Bagaimanakah peran stakeholder di madrasah dalam penerapan pembelajaran berbasis masyarakat rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal ?

3. Apakah faktor pendukung penerapan pembelajaran berbasis masyarakat rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal ?

4. Apakah faktor penghambat penerapan pembelajaran berbasis masyarakat rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal ?

5. Apakah makna penerapan pembelajaran berbasis masyarakat rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kendal ?

6. Apakah dampak penerapan pembelajaran berbasis masyarakat rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi stakeholder di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal ?

18

Endong Mulyasa, Impelementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. v.

(11)

7. Bagaimanakah ukuran keberhasilan penerapan pembelajaran berbasis masyarakat rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal ?

C. Pembatasan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian lebih terfokus. Penelitian ini difokuskan pada penerapan, dampaknya, faktor pendukung dan penghambat pembelajaran berbasis masyarakat rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dibatasi hanya pada mata pelajaran al-Quran Hadits dan Fikih di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah penerapan pembelajaran berbasis masyarakat (Community Based Learning) rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal ?

2. Bagaimanakah dampak penerapan pembelajaran berbasis masyarakat rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal?

3. Apakah faktor pendukung dan penghambat penerapan pembelajaran berbasis masyarakat rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Penerapan pembelajaran berbasis masyarakat (Community Based Learning) rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal.

2. Dampak penerapan pembelajaran berbasis masyarakat rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal.

3. Faktor pendukung dan penghambat penerapan pembelajaran berbasis masyarakat rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal.

(12)

F. Signifikansi Penelitian

Penelitian ini diharapkan menambah khazanah model pembelajaran Pendidikan Agama Islam di madrasah yang sinergi dengan kebutuhan masyarakat yang berkembang saat ini. Selain itu, kajian ini merupakan upaya mendiskripsikan penerapan pembelajaran berbasis masyarakat (Community Based Learning) rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal. Studi kasus ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat secara teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan teori baru terkait perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran berbasis masyarakat di sekolah/madrasah.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam melaksanakan penelitian lain atau kajian ilmiah yang bertema sama dengan mata pelajaran yang berbeda dan belum diteliti.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, dapat memberikan rekomendasi tentang keunggulan model pembelajaran berbasis masyarakat untuk meningkatkan kompetensi peserta didik yang siap pakai sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

b. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran berbasis masyarakat pada rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, problematika yang muncul, dan solusi alternatifnya.

c. Bagi institusi madrasah, dapat digunakan sebagai pedoman untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis masyarakat pada rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi madrasah.

d. Bagi Kementerian Agama Kabupaten Kendal, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan menerapkan model pembelajaran berbasis masyarakat di sekolah/madrasah untuk menjembatani kebutuhan masyarakat terhadap kompetensi peserta didik yang sesuai dengan tradisi dan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang hidup di masyarakatnya.

(13)

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Suatu penelitian, khususnya dalam ilmu-ilmu pengetahuan empirik, pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Menemukan berarti berusaha mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Mengembangkan berarti memperluas dan menggali lebih dalam apa yang sudah ada, sedang menguji merupakan suatu upaya untuk lebih memantapkan kebenaran yang sudah ada. Sejalan dengan konsep tersebut penelitian ilmiah merupakan bagian dari ilmu pengetahuan terapan dan selanjutnya pengembangan pada praktik dalam realitas kehidupan nyata.19

Penelitian berjudul “Impelemntasi Community Based Learning Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal” ini merupakan jenis Penelitian Deskripstif Kualitatif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif. Yakni data yang dikumpulkan berupa data kata-kata atau gambar (deskripsi) dan bukan angka (matematis atau statistik). Penelitian yang peneliti lakukan ini merupakan jenis Penelitian Deskripstif Kualitatif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Yakni data yang dikumpulkan berupa data kata-kata (deskripsi) dan bukan angka (Matematis atau Statistik).20 Penelitian deskriptif merupakan pencarian fakta-fakta dengan interpretasi yang jelas dan tepat. Selanjutnya Muh Nazir, menerangkan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk hubungan kegiatan, sikap serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.21

Penelitian kualitatif merupakan model penelitian yang menghasilkan data-data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati dan pada umumnya penelitian kualitatif lebih berorientasi pada teoretis.22 Jadi penelitian ini nantinya akan dideskripsikan dengan kata-kata

19

James H. McMillan and Sally Schumacher, Research in Education; A Conceptual

Intoduction, Fifth Edition, (United States: Addison Wesley Longman, 2001), hlm. 17.

20

Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 11.

21

Muh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999), hlm. 63

22

Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 3.

(14)

berdasarkan hasil temuan di lapangan. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Karena itu, pengumpulan data dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat dilakukannya penelitian.23 Hasil dari pendeskripsian itu akan dijadikan sebagai hipotesis.

Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti akan mencoba untuk melakukan pengkajian mendalam berkenaan dengan fokus penelitian yakni implementasi (yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dampak pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi stakeholder, faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal.

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus (Case Study) yang berusaha mengungkap secara empiris tentang Implementasi pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal yang memiliki kultur masyarakat religius. Rancangan studi kasus dilakukan sebagai upaya pertanggungjawaban ilmiah berkenaan dengan kaitan logis antara fokus penelitian, pengumpulan data yang relevan, dan analisis data hasil penelitian.

3. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian deskriptif kualitatif ini berlokasi di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal. MTs ini terletak di Jalan KH. Abu Bakar No. 08 Desa Kebonharjo RT. 5 RW. I Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Bangunan pisik sekolah ini berlantai dua dengan cat hijau daun segar menghiasi bangunan berbentuk U. MTs ini berdiri di atas tanah wakaf seluas 1775 m2 dengan ketinggian + 100 meter di atas permukaan laut Utara Jawa. Jarak tempuh MTs ini dengan ibukota Kabupaten + 5 km. MTs 07 Patebon memiliki status terakreditasi B sejak tahun 2012, dengan sarana prasarana yang

23

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2008), hlm. 3.

(15)

cukup memadai seperti lapangan, Masjid dan Pondok Pesantren sebagai penunjang kegiatan pembelajaran.

4. Peneliti Sebagai Instrumen Penelitian

Kehadiran peneliti pada penelitian lapangan mutlak adanya sebab semaksimal mungkin peneliti dapat memperoleh data yang tepat sesuai fakta yang sebenarnya. Moleong, menyatakan kehadiran peneliti dan keterlibatan peneliti harus diutamakan dalam penelitian kualitatif karena peneliti merupakan instrument utama yang harus hadir di lapangan untuk mengumpulkan data dalam situasi sesungguhnya.24 Peneliti harus menyadari dirinya merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, penafsir data, dan sekaligus menjadi pelapor dari hasil penelitian.

Peneliti sebagai instrumen penelitian memandang masalah aktual di lapangan yakni penerapan pembelajaran berbasis masyarakat di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal sebagai satu kesatuan yang utuh atas kasus-kasus yang terjadi. Data yang terkumpul pada saat tertentu akan segera dianalisis agar dapat membantu peneliti dalam memahami dan menjelaskan kasus-kasus yang terjadi untuk dibuat ikhtisarnya sehingga dapat segera dipahami secara baik.

5. Prosedur Pengumpulan Data a. Data dan Sumber Data

Sumber data penelitian ini ada dua macam, yaitu data sumber data utama (primer) dan sumber data pendukung (skunder). Sumber data primer menurut Mohamad Ali, merupakan sumber informasi yang langsung mempunyai wewenang dan bertanggung jawab terhadap pengumpulan data.25 Sumber data utama adalah informan yaitu orang-orang yang terlibat langsung dalam fokus penelitian ini. Para informan yang dimaksud adalah kepala madrasah, guru rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, orang tua, peserta didik, dan tokoh agama atau masyarakat yang terlibat pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun datanya berwujud transkip wawancara dengan informan dan catatan lapangan sebagai hasil wawancara tentang penerapan (yang meliputi

24

Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 17

25

Muhammad Ali, Penelitian Kependidikan, Prosedur dan Strategi, (Bandung : Angkasa, 1999), hlm. 42.

(16)

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) pembelajaran berbasis masyarakat rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dampak pembelajaran berbasis masyarakat rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi stakeholder, faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal.

Sumber data pendukung (skunder) adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya.26 Data skunder penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang berupa catatan, dan bahan lain yang relevan dengan fokus penelitian ini yakni penerapan pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal. Selain itu, terdapat data pendukung lainnya yang berwujud non manusia yaitu hubungan antara personal yang ada.

Sebagai rincian untuk pengambilan data dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 1

Rincian Fokus Penelitian

No Fokus Sub Fokus Komponen W O D

1 Penerapan Pembelajaran Berbasis Masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. a. Penyusunan Perencanaan. b. Pelaksanaan Pembelajaran. c. Evaluasi Pembelajaran. 1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 2) Penyusunan RPP dilakukan dengan melibatkan tokoh agama atau masyarakat. 1) Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana atau jadwal. 2) Pelaksanaan pembelajaran benar-benar melibatkan masyarakat. 1) Dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. X X X X X X X X X X X X X X X 26

(17)

2) Pelaksanaan melibatkan. masyarakat. X X 2 Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran Berbasis Masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. a. Faktor Penghambat. b. Faktor Pendukung. 1) Identifikasi faktor penghambat. 2) Upaya mengatasi faktor penghambat. 1) Identifikasi faktor pendukung 2) Upaya mempertahankan dan memperluas faktor pendukung. X X X X 3 Dampak Pembelajaran Berbasis Masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. a. Dampak Positif. b. Dampak Negatif.

1) Dampak positif bagi sekolah.

2) Dampak positif bagi peserta didik. 3) Dampak positif bagi

masyarakat.

1) Dampak negatif bagi sekolah.

2) Dampak negatif bagi peserta didik.

3) Dampak negatif bagi masyarakat. X X X X X X

Adapun daftar sumber data pada penelitian ini disusun dalam tabel berikut: Tabel 2

Daftar Nama dan Kode Responden yang diambil Sumber Data

No Nama Informan Kode Jabatan

1 Simyanah, S.Pd.I KS Kepala MTs NU Patebon 2 Mukhamad Isrok, S.Ag WKBK Wakil Kepala Bidang

Kurikulum

(18)

4 H. Muchlis, S.Ag WKBSP Wakil Kepala Bidang Sarpras 5 Istianah, S.Ag WKBKS Wakil Kepala Bidang Kesiswaan 6 K.H. Fatchurrohman TMQH Tokoh Masyarakat

7 KH. Ahmad Ayub.HM TMFQ Pengasuh Ponpes 8 H. Achmad Chumaidi TMQH Tokoh Masyarakat 9 Dra. Hj. Fatchiyah, M.S.I GFQ Guru Fiqh

10 Dra. Hj. Samiah GQH Guru al-Quran Hadits 11 Imam Yulianto, S.Kom KTU Kepala Tata Usaha 12 Muchamad Nashokib PS Penjaga Sekolah/Parkir 13 Ahmad Yuntukha Latif SL9 Siswa Kelas IX

14 Wafiq Jihara Nailan

Nascha SP8 Siswa Kelas VIII

15 Akhmad Khusnudin Nur SL7 Siswa Kelas VII 16 Achmad Muchlas OTS Orang Tua Siswa

17 H. Ahsin OTS Orang Tua Siswa

18 Retna Widyastuti OTS Orang Tua Siswa 19 .H. Mat Rokhim TMFQ Tokoh Masyarakat

20 Umi Maizun TMFQ Tokoh Masyarakat

21 Drs. H. Subari Syam TMK Tokoh Masyarakat/Komite 22 Dr. H. Raharjo, M.Ed.St. TMP Tokoh Masyarakat/Pengurus

b. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif ini sebagai berikut:

1) Teknik Observasi Langsung

Teknik observasi diartikan sebagai usaha pengamatan dan pencatatan dengan sistematik atas fenomena-fenomena yang tampak pada objek penelitian.27 Teknik observasi pada penelitian ini dilakukan untuk merekam data tentang proses pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal.

Peneliti menggunakan observasi langsung dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapar Susan Stainback, dalam Sugiyono yaitu peneliti

27

(19)

datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.28 Observasi langsung dimaksudkan untuk memperoleh data yang lengkap dan rinci melalui pengamatan yang seksama terhadap kegiatan subjek yang sedang diteliti terkait dengan pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat terhadap internalisasi nilai-nilai budaya Islam.

Berkaitan dengan observasi dan keterlibatan peneliti, terdapat beberapa kegiatan yang diobservasi, antara lain: 1) Implementasi (yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam; 2) Dampak pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi stakeholder; dan 3) Faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal.

2) Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan kegiatan pengumpulan data dokumenter yang dimanifestasikan dalam bentuk deskripsi suatu keadaan atau kejadian, percobaan, ilmu pengetahuan, tindakan, penerapan atau implementasi, dan nilai.29 Berdasarkan pengertian tersebut teknik dokumentasi pada penelitian ini dilakukan untuk mensinkronkan data yang diperoleh di kelas dan di luar kelas. Data dokumentasi ini tentang silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), nilai raport, tata tertib sekolah, buku harian guru, buku kontrol, buku program sekolah, dokumen kurikulum, program tahunan, program semester pembelajaran, rencana harian, rencana evaluasi, daftar nilai, analisi hasil evaluasi, bahan ajar, kumpulan diklat, makalah, jurnal, dan buku referensi tentang pendidikan/pembelajaran berbasis masyarakat, dan data lainnya sehingga data yang diperlukan cukup. Data-data dokumentasi yang berhasil ditemukan oleh peneliti merupakan sebuah bukti yang akurat. Ini semua bisa dijadikan bukti dan rujukan telah diterapkannya pelaksanaan kebijakan di suatu lembaga tersebut.

28

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2008), hlm. 226.

29

James H. McMillan, and Sally Schumacher, Research in Education; A Conceptual

(20)

Dengan teknik dokumentasi ini peneliti berharap bahan-bahan dokumentasi yang diperoleh nantinya mampu menunjukkan secara pasti tentang kejadian segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh lembaga secara yuridis terkait dengan pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat dalam internalisasi nilai-nilai agama dan materi agama yang dibutuhkan masyarakat lainnya seperti perawatan jenasah, tahsin al-Quran, MTQ, adzan dan iqamah, dan kaligrafi.

3) Teknik Wawancara

Teknik wawancara dilakukan untuk menggali data dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau tanya jawab (secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data.30 Adapun pertanyaan yang diajukan tentang implementasi (yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dampak pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi stakeholder, faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal. Penggalian data dalam bentuk wawancara ini dilakukan kepada kepala madrasah, wakil kepala kurikulum, wakil kepala kesiswaan, wakil kepala bidang humas, wakil kepala bidang sarpras, pendidik, peserta didik, orang tua, dan tokoh masyarakat terkait dengan pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakan dalam internalisasi nilai-nilai dan budaya masyarakat sekitar sekolah, dan materi agama yang dibutuhkan masyarakat lainnya seperti perawatan jenasah, tahsin al-Quran, MTQ, adzan dan iqamah, dan kaligrafi.

Untuk menepis data yang sifatnya subjektif, terutama dari sumber data primer (kepala sekolah), peneliti melakukan penggalian data kepada wakil kepala kesiswaan, pendidik, peserta didik, orang tua, dan tokoh masyarakat. Penggalian data kepada sumber lain ini dilakukan dengan cara menyampaikan permasalahan dalam konteks yang sama.

30

Mohamad Ali, Penelitian Kependidikan, Prosedur dan Strategi, (Bandung : Angkasa. 1999), hlm. 83

(21)

6. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis berdasar pada konsep tentang pembelajaran berbasis masyarakat dengan data-data yang didapatkan oleh peneliti dari hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara sebagai pemahaman peneliti tentang pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kendal.

Data-data yang telah terkumpul dari observasi, interview, dan dokumentasi tentang implementasi (yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dampak pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi stakeholder, faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal, kemudian peneliti menganalisis data tersebut sesuai prosedur penelitian ilmiah.

Pada analisis data penelitian ini, peneliti akan merangkai data perolehan, mengorganisir data, menyusun data, merakit dalam kesatuan yang logis dan sisitematis sehingga jelas kaitannya. Adapun analisis data yang digunakan pada penelitian ini ialah analisa dalam kualitatif. Karena data-datanya merupakan data kualitatif yaitu berwujud informasi dan merupakan sumber data deskriptif yang luas dan berlandaskan tokoh serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkungan setempat.

Penelitian kualitatif deskriptif ini, analisa data dilakukan berlanjut, berulang dan terus-menerus. Menurut Miles and Huberman, yang dimaksud dengan analisis data yaitu terdiri dari tiga kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyaringan data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.31

Adapun langkah yang ditempuh pada analisis data sebagai berikut: a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabtrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan dan berlangsung terus menerus selama penelitian dilaksanakan. Menurut Sugiyono, mereduksi data berarti merangkum, memilih

31

M.B. Miles, dan A.M. Huberman, Analisa Data Kualitatif, terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, (Jakarta : Universitas Indonesia Press, 2002), hlm. 27.

(22)

hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti mengumpulkan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.32

Pada penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan memilih data sesuai fokus dari kumpulan data yang ada, prosesnya dengan cara mmeberi kode-kode tertentu pada lembar catatan lapangan. Kode-kode ini menggambarkan fokus yang diteliti, teknik pengumpulan data yang dipakai, dan sumber datanya. Semua fokus diberi kode, yaitu: 1) Implementasi pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam; 2) Dampak pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi stakeholder; dan 3) Faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat terhadap internalisasi nilai-nilai budaya masyarakat sekitar madrasah seperti: perawatan jenasah, tahsin al-Quran, MTQ, adzan, dan kaligrafi. Kode-kode juga diberikan sub fokus dengan cara menambahkan kode sub fokus yang telah ada.

b. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dalam hal ini Sugiyono sebagaimana dikutip Patton, menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.33

Penyajian data pada penelitian ini merupakan penyampaian informasi berdasarkan data yang dimiliki yang disusun secara baik dan runtut sehingga mudah dilihat, dibaca, dan dipahami tentang suatu kejadian dan tindakan atau peristiwa dalam bentuk teks naratif. Pada penelitian ini penyajian data dilakukan dengan cara menyusun teks naratif dari sekumpulan data yang kode fokusnya sama.

Miles dan Huberman juga menyatakan bahwa penyajian data dalam penelitian kualitatif dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang bermakna

32

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2008), hlm. 147.

33

Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, diterjemahkan oleh Budi Puspo Priyadi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 255-256.

(23)

serta memberikan kemungkinan adanya tindakan.34 Data-data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis agar dapat ditemukan maknanya. Data-data tersebut dapat berupa kata-kata, kalimat/paragraph, disajikan secara naratif dalam bentuk teks. Agar data penelitian mudah dicari/ditelusuri kebenarannya, maka di bawah satuan data yang dikutip diberi label tertentu.

c. Penarikan Simpulan

Menurut Sugiyono, kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru dari hasil penelitian yang telah dilakukan yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal/interaktif, hipotesis atau teori.35

Hasil data yang telah terkumpul selama penelitian berlangsung, selanjutnya dianalisis untuk menarik simpulan, sehingga dapat ditemukan gambaran mengenai suatu alur dari proses berlangsungnya penelitian. Dalam proses analisis data untuk mencapai kesimpulan selalu dilakukan reduksi sehingga simpulan benar-benar memenuhi aspek validitas penelitian.

Alur kegiatan pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, sampai pada verikasi data/penyimpulan data dapat dijelaskan dalam gambar berikut:

Gambar 1

Alur Proses Analisis Data Model Miles dan Huberman

34

M.B. Miles, dan A.M. Huberman, Analisa Data Kualitatif, terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, (Jakarta : Universitas Indonesia Press, 2002), hlm. 28.

35

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2008), hlm. 253. Pengumpulan Data Reduksi Data Penyajian Data Verifikasi/Penarikan Simpulan

(24)

Model analisa interaktif tersebut di atas mewujudkan prosesnya dapat dilihat yaitu pada pengumpulan data, penelitian selalu membuat reduksi data dan sajian data. Artinya data yang terdiri dari bagian deskripsi dan refleksinya ialah data yang dikumpulkan dan dari sinilah penelitian menyusun pengertian singkatnya dengan pemahaman segala peristiwanya yang disebut dengan reduksi data, kemudian diikuti penyusunan bagian data, sajian data yang diperlukan sebagai dokumen sajian. Reduksi data dan sajian data ini harus pada waktu penelitian sudah mendapat unit data dari sejumlah unit data yang diperlukan pada penelitian, maka peneliti mulai melakukan usaha menarik simpulan atau verifikasi berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data sajian saja.

Analis data penelitian ini dilakukan secara langsung maupun tidak langsung kemudian dihubung-hubungkan dengan teori atau literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan akhirnya menarik kesimpulan untuk menentukan hasilnya. Teknik analisis kualitatif tersebut akan menghasilkan data deskriptif analisis yang dinyatakan oleh responden, data-data tersebut berupa gejala-gejala faktor-faktor yang tidak dapat dikuantifikasikan.

Analisis ini peneliti gunakan untuk menguji lebih dalam tentang implementasi (yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dampak pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi stakeholder, faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal, yang peneliti peroleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi sehingga mampu melukiskan secara sistematis gambaran keadaan lapangan yang diteliti tentang Implementasi pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat terhadap internalisasi nilai-nilai budaya masyarakat di sekitar madrasah, dan materi agama yang dibutuhkan masyarakat lainnya seperti perawatan jenasah, tahsin al-Quran, MTQ, adzan dan iqamah, seni qira`ah al-Quran, dan keterampilan seni kaligrafi.

(25)

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan penelitian ini disusun sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan, memuat: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II, Landasan Teori, memuat: 1) Pembelajaran berbasis masyarakat, meliputi: Pengertian, dasar, tujuan, prinsip-prinsip, dan kendala pembelajaran berbasis masyarakat; 2) Pendidikan Agama Islam, meliputi: pengertian, dasar, tujuan, evaluasi belajar, pengukuran prestasi belajar, komponen, dan ruang lingkup Pendidikan Agama Islam; 3) Pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam; 4) Kajian Penelitian yang Relevan; dan 5) Kerangka Berpikir.

Bab III, Gambaran Umum Objek Penelitian, memuat: 1) Deskripsi umum sekolah yang diteliti, meliputi: Sejarah berdirinya MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal, letak geografis sekolah, visi, misi, dan tujuan, keadaan guru dan karyawan, kondisi peserta didik, sarana dan prasarana pendidikan, dan struktur kurikulum.

Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan, memuat: 1) Hasil Penelitian, meliputi: Pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal, faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon, dan dampak pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon; dan 2) Pembahasan Hasil Penelitian, memuat: Pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon, faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon, dan dampak pelaksanaan pembelajaran berbasis masyarakat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs 07 Patebon Kabupaten Kendal; dan 3) Keterbatasan Penelitian.

Bab V, Penutup, berisi tentang: Simpulan, kemudian saran-saran, dan diakhiri dengan kata penutup.

Referensi

Dokumen terkait