• Tidak ada hasil yang ditemukan

SENI GRAFIS JEMUR. 1. Pendahuluan. Fajar Nurhadi Dr. Tisna Sanjaya, M Sch. Kata Kunci : adaptif, apropriasi, berkesenian, seni grafis, jemur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SENI GRAFIS JEMUR. 1. Pendahuluan. Fajar Nurhadi Dr. Tisna Sanjaya, M Sch. Kata Kunci : adaptif, apropriasi, berkesenian, seni grafis, jemur."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SENI GRAFIS JEMUR

Fajar Nurhadi Dr. Tisna Sanjaya, M Sch.

Program Studi Sarjana Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB

Email: fajarnurhadi2@gmail.com

Kata Kunci : adaptif, apropriasi, berkesenian , seni grafis, jemur.

Abstrak

Perilaku adaptif mengiringi penulis dalam menyikapi apapun yang terjadi selama menjajaki studio seni grafis dan merespon medan sosial seni. Seni rupa yang terus berkembang dengan frasa anything goes terpancar dari karya seni hari ini telah penulis saksikan. Pengamatan penulis atas perkembangan seni grafis merupakan pemicu dari lahirnya pertanyaan mengenai berkesenian dan bagaimana menyikapi permasalahan tersebut. Menjadi sebuah kewajiban akan perlu nya kesadaran diri tiap seniman saat gagasannya dicurahkan lewat karya seni. Seperti apa yang penulis buat dalam karya Tugas Akhir ini merupakan salah satu perwujudan dari proses pengamatan menuju penanggapan. Kesadaran penulis akan pertanyaan dimana posisi penulis pada euphoria ini dengan kata jemur sebagai metafora dari pencarian kematangan dalam praktik berkesenian. Penulis mengajak apresiator untuk merenung akan seni grafis hari ini. Dengan teknik grafis cukil kayu yang penulis pilih, penulis masih percaya akan semangat manual yang syarat akan nilai dalam proses keseluruhannya, perlu dilestarikan juga dikembangankan sebagai praktik berkesenian hari ini.

Abstract

An adaptive behavior accompanies the author during his whole experience in the printmaking studio and in response to the social field of art. Art continues to evolve with the phrase "anything goes", as the author witnesses this emanating from today's artworks. The author's observation on the development of printmaking triggers questions about art and how to address these problems. It is an obligation for an artist to be self-aware when his idea is poured through art. Like what the author has made in his final project, an embodiment of a process - from an observation towards a response. The author's awareness of the question of where the author's position in this euphoria is represented by the word "hanging" as a metaphor of the search for maturity in his art practices. The author invites appreciators of printmaking to contemplate today's printmaking. With the woodcut techniques that the author chose, he still believes in the spirit of the manual work, full of value in its overall process, which needs to be preserved as well as developed in today's art practices.

.

1. Pendahuluan

Institut Teknologi Bandung dikenal sebagai sebuah institusi teknik dan sains terbaik. Hidup dalam lingkungan civitas akademik juga pengalaman semasa sekolah dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, melahirkan pola perilaku yang cenderung adaptif atau tunduk dalam merespon setiap tantangan semasa kuliah. Pengalaman juga ilmu yang didapat di program studi seni rupa tentu akan menemui tahap evaluasi atau penimbangan. Penimbangan yang ideal menurut penulis berkaitan dengan penguasaan mahasiswa terhadap perihal yang didapatkan selama kuliah. Pola perilaku adaptif tersebut memunculkan pilihan atas kecakapan teknis dalam berkarya di studio seni grafis adalah kriteria ideal urutan pertama dibanding dengan kriteria lain seperti wacana yang diangkat, ekperimen yang berbuah kejutan atau menghasilkan kebaharuan dan kriteria lain.

Timbul banyak pertanyaan seiring penulis menjalani kehidupannya menjadi mahasiswa seni rupa melalui perkuliahan dan memahami perkembangan medan sosial seni rupa Indonesia. Dari ragam kegiatan tersebut penulis semakin menyadari bahwa potensi berkembang di bidang seni ini sangatlah luas. Awalnya terfikir oleh penulis hanya penciptaan saja yang hidup di bidang ini, namun banyak bidang pendukung lain mendukung perkembangan medan sosial seni rupa seperti manajemen seni, kajian seni dan bidang pendukung lain. Hal ini beririsan pada perlakuan seniman ketika berekspresi dalam sebuah karya seni dengan cara dan presentasi sebebas bebasnya (anything goes). Pilihan penulis untuk mendalami studio seni grafis pula menghadirkan kebingungnan yang semakin menjadi-jadi.

Ruang eksploratif yang diberikan oleh studio seni grafis seringkali dimanfaatkan mahasiswa atau seniman untuk pencapaian estetik. Namun ruang eksploratif yang dijanjikan oleh studio ini penulis rasa seolah-olah bergantung pada perangkat pendukung hingga pengolahan teknis selalu terasa lebih menarik. Dengan beragam aktifitas kekaryaan dan konvensi yang menyertainya memupuk penulis untuk bersikap kritis pada aktifitas berkesenian dengan porsi lebih tinggi pada aspek keteknisan dari pada pemantapan wacana yang diangkat. Pertimbangan tersebut dirasa penulis merupakan hasil dari pengaruh-pengaruh lain yang mendukung.

(2)

Dengan kekakuan konvensi yang dimiliki studio seni grafis ini penulis rasa berlawanan dengan karya seni yang ada hari ini. Belum lagi dengan kesadaran penulis tentang „Delapan Butir Renungan untuk Seni Grafs Indonesia‟(Sabana, 1999) yang disimpulkan bahwa:

Seni Grafis Indonesia memerlukan terobosan-terobosan yang progresif, kalau perlu melakukan redefinisi, re-interpretasi dan re-evaluasi terhadap seluruh kerja seni yang memanfaatkan metode cetak ini, termasuk keterkaitannya dengan berbagai pranata pendukungnya dalam konstelasinya dengan dunia seni rupa kontemporer dan kebudayaan Indonesia secara umum. Kalau tidak, pegrafis-pegrafis kita hanyalah sedang berusaha menumbuhkan sejenis seni rupa cangkokan dari barat yang boleh jadi sebetulnya tidak cocok dengan kualifikasi dan aspirasi masyarakat seni dan kebudayaan Indonesia

Hal ini memunculkan tantangan yang akan terus muncul dan pencarian jawabannya berkaitan erat dengan sikap penulis. Namun sejujurnya hingga hari ini penulis masih dalam perenungan mencoba mencari hal yang layak dan benar untuk penulis lakukan dengan mendalami teknik dasar dalam seni grafis. Bagai sebuah jemuran, kondisinya yang dalam keadaan tak terlalu basah namun belum begitu kering, itulah yang sedang penulis alami.

Kebingungan ini selanjutnya melahirkan sebuah renungan yang kemudian dinarasikan dalam karya cukil kayu dengan penyampaian secara instalatif dengan karya digantung pada tiang atau dijemur. Kebingungan dari seseorang yang diharapkan segera menemukan jawaban, penulis tuangkan dalam karya Tugas Akhir..

2. Proses Studi Kreatif

Karya ini diciptakan sebagai penyampaian gagasan ideologis mengenai pemahaman penulis atas perkembangan seni rupa khususnya seni grafis masa kini. Diwujudkan dalam bentuk presentasi jemur juga melalui penguasaan penulis terhadap teknik dasar dalam seni grafis. Dengan mewujudkan salah satu poin di “8 Butir Renungan untuk Seni Grafis Indonesia” oleh Setiawan Sabana. Karya ini diharapkan dapat menjadi hal yang perlu direnungkan kembali oleh generasi selanjutnya demi perkembangan seni grafis indonesia.

Proses penentuan visual dimulai dari pencarian karya cetak grafis yang dianggap relevan dengan tema besar dan tergolong mudah dikenali oleh publik kedalam karya cetak grafis konvensional yang khas dan memiliki tingkat kerumitan yang cukup tinggi. Penulis memilih untuk meminjam karya Albrecht Durer “The Four Horesemen, from The Apocalypse” pada karya ke satu, “Knight, Death and the Devil” dan “Dürer's Rhinoceros” dengan pertimbangan tingkat kerumitan dari proses pencukilan matrix yang digunakan oleh penulis yaitu MDF. Lalu karya cetak etsa Tisna Sanjaya “Menghajar Picasso”, karya sablon T.Sutanto “Pemburu” etsa T.Sutanto “Happines” dan karya cukil kayu Haryadi Suadi “Rajah Tangan” pula dipinjam pada karya kedua penulis.

Karya karya cetak grafis dengan beragam teknik tersebut lalu dipadukan dengan sketsa yang penulis buat yaitu seorang angkasawan dengan karavan nya lalu diedit digital menjadi satu karya. Selanjutnya karya yang telah diedit tersebut di cetak dengan mesin fotocopy dengan tujuan memanfaatkan teknik image transfer sebagai acuan pahat.

(3)

Pada karya yang dipresentasikan instalatif, penulis menggunakan jemuran berbahan dasar kayu albasiah dengan pertimbangan sifat ringan yang dimiliki oleh material tersebut. Objek tersebut digunakan untuk menggantung plat MDF beserta cetakannya mengajak apresiator secara langsung dapat mengenali medium dan teknis yang digunakan oleh penulis.

Pada karya Tugas Akhir ini, penulis menghadirkan instalasi yang terdiri dari dua karya utama cetakan cukil kayu diatas kain dan cetakan beserta matriks yang disusun tergantung pada sebuah tiang jemuran. “Seni Grafis Jemur” mengangkat soal pencarian identitas seni grafis bagi diri penulis untuk berkarya seni. Dengan jemur sebagai metafora dari apa yang sedang terjadi pada diri penulis saat ini atas konflik yang seringkali memunculkan sebuah lamunan akan identitas, sikap, posisi di medan seni.

Setelah lama menekuni konvensi atas dasar perilaku adaptif penulis, juga pengaruh pengaruh yang berdatangan menambah kebingungan penulis bagaimana penulis harus menyikapi seni grafis yang saat ini sedang penulis geluti. Bahasan pokok dalam gambar yang penulis buat pada cetak cukilan kayu merupakan perwujudan dari kebingungan penulis atas apa yang terjadi belakangan ini dalam perlakuan seniman pada medium sebagai jembatan gagasan yang dimiliki.

Perenungan oleh penulis dianggap menjadi sebuah batu loncatan menuju penemuan jawaban dari konflik yang dihadapi. Dalam renungannya, penulis berupaya untuk memahami seni grafis lebih dalam dan juga menguasai teknis dasar dalam seni grafis yaitu cukil kayu.

Gambar 1 Proses studi kreatif (Sumber: dokumentasi pribadi)

(4)

3. Hasil Studi dan Pembahasan

Cetakan cukil kayu tersebut merupakan fragmen dari dua gambar utama yang tampil disposisi. Disposisi yang dimaksud bukan berarti sebuah perlawanan namun pada saat pemajangannya, karya akan di posisikan melingkar agar sensasi yang ditawarkan oleh karya yang dipresentasikan instalatif lebih menyentuh apresiator.

Karya cetak cukil kayu ini terbagi menjadi sembilan bagian di setiap gambar utama nya. Salah satunya merupakan karya dari seniman Albrecht Durer “The Four Horesemen, from The Apocalypse” dan satu lagi karya hasil komposisi dari karya-karya cetak grafis oleh alm. Haryadi Suadi, Tisna Sanjaya, T.Sutanto dan juga Albrecht Durer.

Karya pertama merupakan perwujudan dari sikap adaptif sebagai akademisi di studio seni grafis. Dengan menghadirkan replika yang diperbesar, merupakan gambaran pengamatan yang dominan pada perihal teknis konvensi seni grafis,tindakan tunduk patuh pada konvensi, kekakuan dalam berkarya, dan corak barat yang berpengaruh kuat pada proses akademik seni grafis di institusi ini.

Lalu karya kedua merupakan gambaran dari apa yang penulis amati hingga lahirlah suatu penanggapan. Penulis

Gambar 2 Dokumentasi karya cetak diatas kain (Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 3 Dokumentasi karya cetak jemur (Sumber: dokumentasi pribadi)

(5)

Penggunaan warna pada karya kedua merupakan representasi dan konteks. Bahwa penulis yang lahir pada generasi 2000-an ini sangat familiar dengan warna. Berhubungan dengan konsumsi visualnya seperti kartun..

4. Penutup / Kesimpulan

Penulis menyadari bahwa saat ini kebebasan yang ditawarkan oleh seni kontemporer berhasil memanjakan seniman untuk berekspresi. Tak ada lagi belenggu, tatanan, aturan yang lahir dari suatu konvensi membatasi seniman untuk memutuskan lewat presentasi apa gagasannya tersampaikan. Penulis percaya bahwa perlunya kesadaran dari seniman atau akademisi seni atas pilihan bagaimana mereka mempresentasikan gagasannya. Seperti apa yang penulis rasakan lalu penulis coba respon perihal seni grafis hari ini dan dikaitkan dengan apa yang telah ditulis dalam 8 Butir Renungan untuk Seni Grafis oleh Setiawan Sabana. Penulis curahkan pada karya Tugas akhir lalu oleh penulis presentasikan menjadi suatu karya perenungan dengan presentasi dijemur agar apresiator yang mungkin salah satunya akademisi atau yang pula bergelut di bidang ini dapat merasakan apa yang penulis coba sampaikan. Perenungan atas apa yang terjadi dan berpengaruh terhadap perkembangan seni grafis Indonesia hari ini.

“semangat manual” yang mulai meredup ini penulis rasakan melalui apa yang selama ini penulis amati. Maka dari itu teknik dasar cetak grafis yaitu cukil kayu dan nilai nilai yang terkandung di dalamnya masih penulis junjung tinggi dan digunakan sebagai teknik utama pada karya Tugas akhir ini.

Penulis harap dengan hadirnya karya “Seni Grafis Jemur “ memacu khalayak agar seksama merenung kembali demi terbuka jalan lebar untuk kemajuan seni grafis Indonesia.

Ucapan Terima Kasih

Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Dr. Tisna Sanjaya, M.Sch.. dan Nurdian Ichsan, S.Sn, M.Sn selaku kordinator mata kuliah tugas akhir.

Daftar Pustaka

Bishop, Claire. 2005. Installation Art and Experience. London. Tate Publishing. Feldman, Edmund B. 1967. Art as Image and Idea. Prentice-Hall Inc.

Maxwell, William C. 1977. Printmaking: A Beginning Handbook. Prentice-Hall Inc.

Ross, John, Clare Romano, dan Tim Ross. 1990. The Complete Printmaker: Techniques, Traditions, Innovations:

Revised and Expanded Edition. The Free Press.

http://www.inquiriesjournal.com/articles/546/appropriation-in-contemporary-art Diakses pada hari Rabu, 8 Januari 2017, 03:31 AM.

http://www.dutawisata.co/malam-jumat-40-hari-pameran-160-karya-haryadi. Diakses pada hari Rabu, 11 Januari 2017, 04:31 AM.

http://www.kampoeng-baron.com/English-Kampoeng-Baron/art-kampoeng-baron.php. Diakses pada hari Rabu, 11 Januari 2017, 04:34 AM.

(6)

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING TA

Bersama surat ini saya sebagai pembimbing menyatakan telah memeriksa dan menyetujui Artikel

yang ditulis oleh mahasiswa di bawah ini untuk diserahkan dan dipublikasikan sebagai syarat

wisuda mahasiswa yang bersangkutan.

Bandung, 20/01/2017

Tanda Tangan Pembimbing : _______________________

Nama Jelas Pembimbing

: _______________________

Nama Mahasiswa

Fajar Nurhadi

NIM

17012022

Judul Artikel

“Seni Grafis Jemur”

diisi oleh pembimbing

Nama Pembimbing

Dr. Tisna Sanjaya, M Sch.

Rekomendasi

Lingkari salah satu 

1. Dikirim ke Jurnal Internal FSRD

2. Dikirim ke Jurnal Nasional Terakreditasi

3. Dikirim ke Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi

4. Dikirim ke Seminar Nasional

5. Dikirim ke Jurnal Internasional Terindex Scopus

6. Dikirim ke Jurnal Internasional Tidak Terindex Scopus

7. Dikirim ke Seminar Internasional

Gambar

Gambar 1 Proses studi kreatif  (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 3 Dokumentasi karya cetak jemur  (Sumber: dokumentasi pribadi)

Referensi

Dokumen terkait