• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengarusutamaan Konsep Reformasi Sistem Kesehatan dalam RKPD Provinsi Riau Tahun 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengarusutamaan Konsep Reformasi Sistem Kesehatan dalam RKPD Provinsi Riau Tahun 2021"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 1 No. 1 Oktober 2020

Pengarusutamaan Konsep Reformasi Sistem Kesehatan dalam

RKPD Provinsi Riau Tahun 2021

Tuti Rahmawati1

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Provinsi Riau.

Abstrak

Pandemi COVID-19 menyebabkan tekanan yang cukup berat bagi sistem kesehatan terutama bagi upaya pencegahan penularan, pelayanan kesehatan dasar dan rujukan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan terutama untuk deteksi dan surveillance, uji laboratorium dan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan. Reformasi sistem kesehatan menjadi sangat penting dalam menghadapi pandemi. Penekanan reformasi pada masing-masing subsistem kesehatan yang dijabarkan dalam 8 area reformasi dan strategi kunci reformasi perlu diarusutamakan dalam perencanaan pembangunan daerah. RKPD Provinsi Riau Tahun 2021 telah mengadopsi 8 area reformasi sistem dalam 7 program pada Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Penentuan target, sasaran dan lokasi prioritas masing-masing kegiatan dapat dipertajam dalam penyusunan Rencana Kerja OPD baik Dinas Kesehatan Provinsi maupun Rumah Sakit Daerah milik Provinsi Riau yang sesuai dengan strategi kunci reformasi Sistem Kesehatan. Urgensi terhadap penyusunan sistem kesehatan daerah yang sesuai dengan kondisi dan capaian indikator kesehatan menjadi agenda besar dalam pembangunan kesehatan di Provinsi Riau.

Kata Kunci : Reformasi Sistem Kesehatan, Sistem Kesehatan Daerah

1 Tuti Rahmawati adalah Fungsional Perencana Muda di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappedalitbang) Provinsi Riau.

(2)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kasus pertama Corona Virus Desease Tahun 2019 (COVID-19) dilaporkan pertama kali di Indonesia pada pada 2 Maret 2020 dan di Provinsi Riau pada 16 Maret 2020 dengan penyebaran yang sangat luas melanda 34 Provinsi di Indonesia (1). Pandemi COVID-19 menyebabkan tekanan yang cukup berat bagi sistem kesehatan terutama bagi upaya pencegahan penularan, pelayanan kesehatan dasar dan rujukan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan terutama untuk deteksi dan surveillance, uji laboratorium dan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan.

Dalam penanganan pandemi COVID-19 dilakukan dengan upaya pencegahan (Preventif), promosi kesehatan (promotif) dan penanganan kasus (kuratif). Pandemi menyebabkan pencapaian target-target pembangunan kesehatan utama sperti kesehatan ibu dn anak, gizi masyarakat, pengendalian penyakit menular dan tidak menular menjadi terhambat. Dihadapkan pada dampak yang lebih besar lagi dari sisi kesehatan maupun ekonomi, pemerintah perlu mengambil respon kebijakan yang tepat dan cepat. Berdasarkan pengalaman yang diambil dari berbagai negara terdapat 4 (empat) tahap untuk memitigasi dampak COVID-19 pertama adalah menguatkan sektor kesehatan, kedua melindungi masyarakat dan dunia usaha, ketiga mengurangi tekanan terhadap sektor keuangan dan keempat adalah program pemulihan ketahanan ekonomi dan kehidupan masyarakat pascapandemi COVID-19.

Dalam sejarah perencanaan pembangunan di Indonesia maupun di negara-negara lain di dunia tidak ada yang memperkirakan akan adanya pandemi COVID-19. Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan 62 kebijakan di tingkat nasional dalam penanganan COVID-19 dan diturunkan dalam kebijakan di tingkat provinsi dan kabupaten kota terdampak. Hal tersebut memberikan dampak pada pelaksanaan pembangunan di seluruh sektor dan “memaksa” semua pihak untuk mengubah fokus target-target pembangunan (refocussing) dengan tetap memperhatikan keberkelanjutan pembangunan. Dengan kondisi pandemi yang belum dapat diprediksikan akan berakhir maka dalam penyusunan perencanaan pembangunan setidaknya dalam periode Rencana Pembanguanan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau 2020-2024 diperlukan penyesuaian strategi, arah kebijakan serta program pembangunan.

Di tingkat daerah, Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2021 yang mencakup kebijakan penanganan COVID 19 di daerah (2). Pemerintah Provinsi Riau telah menetapkan RKPD Tahun 2021 melalui Peraturan Gubernur Riau Nomor 43 Tahun 2020. Dalam proses penyusunan RKPD Tahun 2021 dilakukan penyesuaian tema pembangunan serta target indikator pembangunan daerah namun masih mempedomani Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau Tahun 2019-2024.

(3)

Dalam penyusunan RKPD 2021 berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2021 yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 dimana temanya adalah mempercepat pemulihan ekonomi dan reformasi sosial. Dalam prioritas nasional peningkatan kualitas sumberdaya manusia, reformasi sistem kesehatan nasional dan sistem perlindungan sosial merupakan penekanan dalam percepatan pemulihan pembangunan pasca pandemi COVID-19 dalam upaya mewujudkan pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing. Dalam tulisan ini akan dibahas sejauhmana konsep reformasi sistem kesehatan diarusutamakan dalam RKPD Provinsi Riau Tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah

Tekanan yang cukup besar bagi perekonomian dapat diminimalisir jika sistem kesehatan mampu mengendalikan pandemi. Respon cepat dalam pengendalian terhadap penularan dan mencegah kasus kematian (fatality case) sangat menentukan selesainya pandemi dan membatasi penyebaran COVID-19 pada wilayah tertentu (Disesase Containment).

Sistem Kesehatan Nasional telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 sebelum adanya pandemi COVID-19. Namun saat ini sistem kesehatan di Indonesia dinilai masih relatif lemah disebabkan oleh kecilnya investasi di sektor kesehatan khususnya di sektor kesehatan masyarakat termasuk infrastruktur dan kemampuan sumberdaya pada aspek promotif, preventif maupun kuratif. Beberapa indikator terhadap penanganan COVID-19 menurut pedoman World Health Organisation (WHO) belum dapat dipenuhi sesuai standar sehingga Indonesia diidentifikasi kurang berhasil menekan transmisi COVID-19 dibandingkan dengan negara wilayah di Eropa.

Presiden Republik Indonesia pada Pidato Kenegaraan tanggal 14 Agustus 2020 memberikan arahan bahwa sektor kesehatan harus direformasi secara mendasar dan prirotas pada pencegahan penyakit dan penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Langkah ini diperlukan untuk memberikan keyakinan kepada pelaku ekonomi untuk kembali melakukan aktivitas konsumsi atau produksi dengan normal. Reformasi terhadap sistem kesehatan nasional menjadi sangat penting dalam mitigasi pandemi. Konsep reformasi sistem kesehatan yang disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas, 2020) diarahkan pada penguatan sistem pada subsistem kesehatan dan penguatan pada komitmen dan kepemimpinan di seluruh daerah. Selain dari latar belakang pandemi COVID-19, urgensi reformasi kesehatan menjadi isu penting jika dilihat dari capaian indikator kesehatan yang kurang baik. Dengan demikian reformasi kesehatan sangat diperlukan untuk mengatasi pandemi dan meningkatkan kinerja capaian indikator kesehatan (Univeritas Indonesia, 2020).

Upaya Pemerintah Pusat dalam melaksanakan konsep reformasi sistem kesehatan harus sangat didukung oleh seluruh Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota). Reformasi harus bisa menjawab pelayanan terhadap rakyat dimana peran kabupaten/kota menjadi sangat penting. Penguatan leadership dan management di tingkat kabupaten kota dari mulai

(4)

sisi perencanaan semua kegiatan menjadi ujung tombak reformasi. Penerjemahan reformasi sistem kesehatan di daerah masih belum secara jelas diarusutamakan dalam dokumen perencanaan daerah maupun dalam kebijakan kesehatan lainnya di tingkat daerah. Adanya pembagian kewenangan pusat dan daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dapat dipertegas dan disinergikan dalam semua tingkatan dokumen perencanaan dari mulai RPJMD, RKPD sampai pada Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja) Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Dengan demikian mengarusutamakan konsep reformasi sistem kesehatan di daerah menjadi salah satu alat (tools) dalam mitigasi pandemi COVID-19 di daerah.

II. METODOLOGI

Studi ini dilakukan melalui studi literatur dan dianalisis secara deskriptif. Sumber data dari dokumen perencanaan yang sudah ditetapkan yaitu RKPD Provinsi Riau Tahun 2021 dan Rencana Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2021 serta dokumen kebijakan dan peraturan perundangan-undangan terkait.

III. STUDI PUSTAKA

3.1 Sistem Kesehatan Nasional dan Konsep Reformasi Sistem Kesehatan

Teori Sistem Kesehatan (Health System) menurut WHO terdiri dari 6 komponen atau 6 building block health system yaitu pelayanan kesehatan (health service delivery), sumberdaya manusia kesehatan (health workforce), informasi kesehatan (health

information system), akses terhadap obat esensial (access to essential medicine),

pembiayaan kesehatan (health financing), kepemimpinan dan tata kelola (leadership and

governance). Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun

2012 adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. SKN menjadi acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan yag dimulai dari kegiatan perencaaan sampai pada kegiatan monitoring dan evaluasi.

Pelaksanaan SKN ditekankan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat, profesionalisme sumberdaya manusia kesehatan, upaya promotif dan preventig tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabititatif. Komponen pengelolaan kesehatan yang disusun dalam SKN dikelompokkan dalam 7 subsistem yaitu (1) upaya kesehatan (2) penelitian dan pengembangan kesehatan (3) pembiayaan kesehatan (4) sumberdaya manusia kesehatan (5) sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan (6) manajemen, informasi dan regulasi kesehatan (7) pemberdayaan masyarakat (Perpres, 2012). Terdapat penambahan satu komponen dibandingkan dengan teori WHO yaitu komponen penelitian dan pengembangan kesehatan dalam SKN menjadi komponen penting mengingat pesatnya

(5)

kemajuan teknologi kesehatan dan kondisi karakteristik spesifik negara Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar untuk mendorong pelayanan kesehatan yang lebih spesifik.

Istilah reformasi sistem kesehatan diadopsi dari konsep Health Sector Reform (Reformasi Sektor Kesehatan) yang dikembangkan oleh WHO sejak tahun 2000. Reformasi Sektor Kesehatan berkaitan dengan perubahan mendasar dari proses dalam kebijakan dan pengaturan kelembagaan sektor kesehatan dan biasanya berpedoman pada pemerintah (WHO, 2000).

Konsep reformasi kesehatan yang dikembangkan oleh Bappenas masih dalam tahap pematangan konsep namun sudah menjadi major project baru dalam RKP tahun 2021 (Bappenas, 2020). Tujuan dari Reformasi Sistem Kesehatan Nasional adalah memperkuat sistem kesehatan di berbagai aspek dan memastikan target RPJMN 2020-2024 dan target global tepat waktu. Kerangka pelaksanaan berdasarkan pendekatan kelembagaan, regulasi dan pendanaan.

Kerangka pelaksanaan regulasi akan dilakukan penyusunan regulasi redistribusi tenaga kesehatan, sistem surveillance terpadu dan regulasi lainnya serta dilakukan pemetaan regulasi yang menghambat percepatan pembangunan kesehatan. Dari sisi kelembagaan akan dilakukan identifikasi kebutuhan kelembagaan khusus dalam pengelolaan flying health

care dan jejaring laboratorium surveillance kesehatan, sinnkronisasi program lembaga pusat

dan daerah. Dari sisi pembiayaan dilakukan dengan optimalisasi belanja pusat lintas Kementerian / Lembaga sebagai bagian major Project RKP 2021, menyusun konsep kegiatan dalam menu Dana Alokasi Khusus (DAK) Kesehatan untuk penguatan Sistem Kesehatan di Daerah, Bantuan Operasional Kesehatan berbasis kinerja dan Optimalisasi peran swasta (Rumah Sakit, Laboratorium, Non Goverment Organisation dll).

Pada dasarnya reformasi sistem kesehatan bukan mengubah sistem kesehatan yang sudah ditetapkan namun penekanan pada reformasi pada masing-masing subsistem kesehatan yang dijabarkan dalam 8 area reformasi dan rencana strategi kunci sebagai berikut :

1. Pendidikan dan Penempatan Tenaga Kesehatan - Pemberian beasiswa wajib penempatan - De-moratorium Fakultas Kedokteran - Pendidikan Spesialis Berbasis Rumah Sakit

- Pembukaan Program Studi Tenaga Kesehatan yang langka - Sistem Penghargaan Tenaga Kesehatan

2. Penguatan Puskesmas

- Penguatan fungsi promotif-preventif - Puskesmas perawatan hanya di DTPK

- Pembangunan Puskesmas di Papua & Papua Barat - Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatus Emergensi Dasar

(6)

3. Peningkatan Kualitas Rumah Sakit dan Pelayanan DTPK (Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan)

- Peningkatan rasio Tempat Tidur Rumah Sakit per penduduk - 40 RS Rujukan Nasional

- RS Center of Excellence - Flying Health Care

- Sister hospital

- Pelayanan kesehatan bergerak 4. Kemandirian Farmasi dan Alat Kesehatan

- Produksi bahan baku obat - Laboratorium uji alat kesehatan

- Regulasi pemanfaatan obat dan alkes dalam negeri - Riset vaksin bersertifikat halal

5. Ketahanan Kesehatan

- Surveillance penyakit terpadu, real time dan berbasis laboratorium - Jejaring, mekanisme rujukan dan akreditasi laboratorium

- Peningkatan kapasitas tenaga laboratorium

- Pemenuhan sarana dan prasarana dan SDM di pintu masuk negara (Kantor Kesehatan Pelabuhan )

6. Pengendalian Penyakit dan Imunisasi

- Perluasan penemuan & pengobatan penyakit - Register & pengingat imunisasi

- Pemantauan real-time stock obat & vaksin - Perluasan imunisasi Pneumonia

- Pengurangan faktor risiko penyakit tidak menular 7. Pembiayaan Kesehatan

- Bantuan Operasional Kesehatan berbasis kinerja - Kemandirian RS

- Kontrak pelayanan

- Co-sharing BPJS-Kesehatan - Kapitasi berbasis kinerja - Global budget BPJS-Kesehatan

8. Teknologi infomasi dan Pemberdayaan Masyarakat. - Telemedicine

- Single entry data puskesmas dan Rumah Sakit

- Revitalisasi dan digitalisasi posyandu - Pengaktifan kader Kesehatan

3.3. Keamanan Kesehatan (Health Security)

Keamanan kesehatan masyarakat global didefinisikan sebagai kegiatan yang diperlukan, baik proaktif maupun reaktif, untuk meminimalkan bahaya dan dampak peristiwa kesehatan

(7)

masyarakat akut yang membahayakan kesehatan masyarakat di seluruh wilayah geografis dan batas internasional (WHO, 2016). Pertumbuhan populasi, urbanisasi yang cepat, degradasi lingkungan, dan penyalahgunaan antimikroba mengganggu keseimbangan dunia mikroba. Penyakit baru, seperti COVID-19, muncul dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mengganggu kesehatan masyarakat dan menyebabkan dampak sosial dan ekonomi. Miliaran penumpang bepergian dengan pesawat setiap tahun, meningkatkan peluang penyebaran internasional yang cepat dari agen penular dan

vektornya. Ketergantungan pada bahan kimia telah meningkat, seperti halnya

kesadaran akan potensi bahaya bagi kesehatan dan lingkungan, seperti perubahan iklim dan polusi udara. Seiring globalisasi produksi pangan meningkat, begitu pula risiko bahan-bahan tercemar dan risiko penyakit bawaan makanan. Karena populasi dunia menjadi lebih mobile dan meningkatkan saling ketergantungan ekonominya, ancaman kesehatan global ini meningkat dan pertahanan tradisional di perbatasan nasional tidak dapat melindungi dari invasi penyakit atau vektor. Pandemi, keadaan darurat kesehatan, dan sistem kesehatan yang lemah tidak hanya merenggut nyawa tetapi juga menimbulkan beberapa risiko terbesar bagi ekonomi dan keamanan global yang dihadapi saat ini.

IV. ANALISIS

4.1. Perkembangan COVID-19 di Provinsi Riau

Sejak pertama kali kasus COVID-19 dilaporakan di Provinsi Riau pada 16 Maret 2020 sampai tanggal 9 Oktober 2020 tercatat 9226 kasus konfirmasi positif. Perkembangan penambahan kasus harian meningkat dimulai dari bulan Juni 2020 diasumsikan sebagai akibat dari peningkatan testing, tracing dan tracking kasus serta peningkatan kapasitas pemeriksaan laboratorium Biomolekuler milik Pemerintah Provinsi Riau. Namun peningkatan kasus harian ini dikhawatirkan sebagai akibat kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan. Berdasarkan data harian Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (Tabel 1) dapat dilihat bahwa kasus aktif harian masih cukup tinggi namun dengan tingkat kesembuhan 63% dan tingkat kematian yang relatif rendah (2%).

Tabel 1. Data Kasus Konfirmasi COVID-19 di Provinsi Riau (9 Oktober 2020)

Kabupaten/Kota Konfirmasi Positif Meninggal Sembuh Kasus Aktif

Bengkalis 327 6 200 121 Dumai 895 19 702 174 Indragiri Hilir 248 13 157 78 Indragiri Hulu 109 5 62 42 Kampar 923 20 638 265 Kuantan Singingi 175 4 122 49 Meranti 77 0 55 22

(8)

Pekanbaru 4562 109 2473 1980 Pelalawan 669 6 481 182 Rokan Hilir 175 6 111 58 Rokan Hulu 142 3 85 54 Siak 892 11 692 189 Daerah Lainnya 32 0 27 5 Total 9226 202 5805 3219

Upaya penanganan COVID-19 khususnya pada urusan kesehatan yang telah dilakukan sampai dengan bulan Juni 2020 sebagai berikut :

1. Penyediaan Sarana Prasarana Kesehatan (Barang Pelindung Diri Warga, Barang Pelindung Komunitas Masyarakat Dan Alat Pelindung Petugas Medis (Masker,

Handsanitizer, Vitamin C/E, APD, Sarung Tangan Karet, Dll)

2. Penyediaan Sarana Fasilitas Kesehatan (Kamar Isolasi, Tempat Tidur Pasien, Rapid

Test Kit, Ventilator, Alat Uji Deteksi COVID-19, Dll)

3. Merekrut Tenaga Kesehatan/Medis Yang Potensial

4. Pemberian Insentif Tenaga Kesehatan/Medis, Penyidik (Investigator) Korban Terpapar COVID-19, Relawan, Dll

5. Penyemprotan Desinfektan

6. Sewa Rumah Singgah Sebagai ruang isolasi 7. Pemeriksaan Laboratorium

8. Pengadaan Alat Dan Bahan Evakuasi Korban Positif (Perlengkapan Pasca Wafat, Tandu, Sarung Tangan, Sepatu Bot, Dll)

9. Penanganan Jenazah

10. Penanganan Kesehatan Lainnya

4.1 Konsep Reformasi Sistem Kesehatan

Analisis terhadap konsep reformasi kesehatan terhadap sistem kesehatan nasional dalam Perpres No 72 Tahun 2012 dibandingkan dengan Konsep WHO 6 Building Block Health System tahun 2010 dapat dilihat bahwa area ketahanan kesehatan (health security) tidak secara spesifik dibahas dalam Sistem Kesehatan Nasional maupun dalam konsep WHO. Pada tabel 2 dapat diidentifikasi bahwa ketahanan kesehatan menjadi isu penting yang muncul pasca pandemi melanda seluruh provinsi di Indonesia.

(9)

Tabel 2. Pemetaan Reformasi Sistem Kesehatan dengan Teori Sistem Keseahatan

No Area Reformasi SKN Sub Sistem SKN (Perpres 72/2012) Building Block Health System (WHO)

1 Pendidikan dan Penempatan Tenga Kesehatan

Sumberdaya Manusia Kesehatan Health Workforce

2 Penguatan Puskesmas Upaya Kesehatan Health Service Delivery

3 Peningkatan Kualitas Rumah Sakit dan Pelayanan DTPK

Upaya Kesehatan Health Service Delivery

4 Kemandirian Farmasi dan Alat Kesehatan

Sediaan Alat dan Perbekalan Farmasi

Access to Essential Medicine

5 Ketahanan Kesehatan - -

6 Pengendalian Penyakit dan Imunisasi

Upaya Kesehatan Health Service Delivery

7 Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan Kesehatan Health Financing

8 Teknologi Informasi dan Pemberdayaan Masyarakat

Sistem Informasi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Health Information System

Konsep ketahanan kesehatan (health security) yang merupakan salah satu area kerja dalam implementasi International Health Regulation tahun 2005 menjadi salah satu area reformasi sistem kesehatan diasumsikan sebagai berikut :

1. Kemitraan Global, dalam penanganan pandemi COVID-19 kemitraan dengan negara-negara lain menjadi penting dalam upaya pengendalian penyebaran penyakit, pengembangan deteksi dini dan mobilisasi sumberdaya dalam semua sektor terkait terutanma proses pengembangan vaksin COVID-19 dan pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan. Hal ini juga sejalan dengan tujuan ke 17 dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu membangun kemitraan global.

2. Peningkatan kapasitas negara dalam respon terhadap kegawatdaruratan kesehatan nasional dan daerah. Penetapan kegawatdaruratan kesehatan masyarakat menjadi kunci awal keberhasilan pengendalian COVID-19, selanjutnya respon terhadap status tersebut harus segera dibarengi dengan pemenuhan proses pengendalian, adaptasi dan mitigasi pandemi COVID-19 dalam berbagai sektor pembangunan. Sistem surveillance yang masih fragmented belum terintegrasi pada skala daerah maupun nasional perlu ditingkatkan kapasitasnya.

Dalam pemetaan tersebut terdapat satu elemen penting yang belum dijadikan area reformasi kesehatan maupun dalam sistem kesehatan nasional yaitu elemen Kepemipinan dan Tata Kelola Kesehatan (Leadership and Governance). Tata kelola kesehatan semakin dianggap sebagai tema penting dalam agenda pembangunan. Hal ini sejalan dengan

(10)

Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam Peraturan Presiden Nomr 59 tahun 2017 tentang Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Dalam salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah tujuan ke 16 yaitu mewujudkan kepastian hukum dan tata kelola yang efektif, transparan, akuntabel dan partisipatif untuk menciptakan stabilitas keamanan dan mencapai negara yang berdasarkan hukum. Kepemimpinan dan tata kelola dalam membangun sistem kesehatan memastikan bahwa ada kerangka kebijakan strategis yang dikombinasikan dengan pengawasan yang efektif, pembentukan regulasi pengawasan yang efektif dan akuntabel.

Dalam penanganan beberapa isu yang muncul di masyarakat terkait penggunaan anggaran pemerintah dalam belanja tidak terduga yang dialokasikan dalam penyesuaian APBD maupun APBN diperlukan langkah-langkah pengawasan dalam pelaksanaannya. Pengendalian penyediaan masker, alat pelindung diri (APD) dan alat kesehatan lainnya menjadi sorotan besar dari masyarakat dengan adanya kelangkaan supply dan meningkatnya harga. Peran fungsi pengendalian dan tata kelola yang baik perlu direformasi sebagai bagian penting dalam area reformasi sistem kesehatan.

4.2 Penyesuaian Target Indikator Pembangunan Kesehatan di Provinsi Riau

Berbagai kebijakan telah diambil oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota terkait Pandemi COVID-19 termasuk refocussing program dan kegiatan serta realokasi anggaran pembangunan di daerah. Perubahan perencanaan dan penganggaran yang telah ditetapkan untuk tahun 2020 menjadi keharusan sesuai dengan surat keputusan bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan Nomor 119/2813/SJ dan Nomor 177/KMK.07/2020 tanggal 9 April 2020 tentang Percepatan Penyesuaian APBD 2020 dalam Rangka Penanganan COVID 19 serta Pengamanan Daya Beli Masyarakat dan Perekonomian Nasional. Pada tahun 2020 penyesuaian dilakukan dengan melakukan realokasi anggaran dan refocussing kegiatan penangan COVID-19 pada belanja tidak terduga (BTT), belanja Bantuan Keuangan (Bankeu) kepada Kabupaten/kota dan pemerintah desa serta belanja tidak langsung.

Pengalokasian belanja tidak terduga, realokasi dan refocussing anggaran APBD Provinsi Riau Tahun 2020 menjadi wajar dikarenakan dokumen perencanaan dan penganggaran sudah ditetapkan, namun pada tahun 2021 diharapkan alokasi belanja tidak terduga, realokasi dan refocussing anggaran dapat diminimalisir dengan menyusun dokumen perencanaan yang mengadaptasi dan mempertimbangkan dampak pandemi COVID-19.

Dalam RKPD Provinsi Riau Tahun 2021 telah dilakukan penyesuaian target indikator urusan kesehatan dari target RPJMD Provinsi Riau Tahun 2020-2024 sebagaimana ditampilkan pada Tabel 3. Terdapat 6 indikator yang diturunkan targetnya dikarenakan kondisi pelayanan kesehatan masyarakat terutama pada pelayanan yang dilakukan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan.

(11)

Pada pelayanan peningkatan gizi masyarakat dalam penurunan stunting diperlukan pendataan dan pemantauan terhadap sasaran yaitu 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) pada ibu hamil dan balita. Kunjungan ke posyandu menurun dan mekanisme pematauan status gizi balita pada mengalami penurunan kinerjanya. Begitu pula halnya pada pelayanan Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) yang mendapatkan pengobatan rutin dan pemberian obat antiretroviral mengalami hambatan karena pasien enggan pergi ke Puskemas. Khusus pada pengendalian penyakit tidak menular terutama pada pasien hipertensi dan diabetes mellitus yang harus mendapatkan pengobatan rutin enggan memeriksakan kesehatannya di pusat kesehatan (Puskesmas maupun klinik pratama) dengan berbagai hambatan pelayanan. Beberapa pelayanan di tingkat Puskesmas menjadi terhambat sebagai dampak COVID-19 dikarenakan Petugas Puskemas lebih fokus pada pengendalian COVID-19 di wilayah kerjanya sehingga diasumsikan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan menjadi menurun.

Tabel 3. Penyesuaian Target Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2021

Indikator RPJMD 2019-2024 RKPD 2021 Keterangan

Persentase Penurunan Kematian Ibu ≥ 5 ≥ 5 Tetap

Persentase Penurunan Kematian Bayi ≥ 10 ≥ 10 Tetap

Persentase Penurunan Kematian Balita ≥ 10 ≥ 10 Tetap

Persentase Stunting 22.00 20.00 Diturunkan

Persentase ODHA yang diobati 28.00.00 23.00 Diturunkan

Persentase Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan yang disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular (PTM)

70 30 Diturunkan

Persentase Pencapaian Universal Health Coverage

87 87 Tetap

Success Rate (SR)TB 90 90 Tetap

Persentase Pelayanan Kesehatan bagi Penduduk berdampak Krisis Kesehatan dan/atau berpotensi Bencana

100 100 Tetap

Persentase Pelayanan Kesehatan bagi Penduduk terdampak dan berisiko pada situasi KLB

100 100 Tetap

Indeks Keluarga Sehat 0,13 0,12 Diturunkan

Persentase Fasilitas Kesehatan yang Terakreditasi

88 70 Diturunkan

Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan

(12)

Kendala dalam pelayanan kesehatan di pelayanan kesehatan dasar menjadi isu penting dalam area reformasi sistem kesehatan. Dalam konsep area reformasi yang kedua dalam penguatan Puskesmas disarankan menjadi Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar. Hal ini didasarkan bahwa fungsi Puskesmas pada saat ini masih ada domain pelayanan kuratif (pengobatan) dan mengesampingkan pelayanan promotif dan preventif. Sebagaimana nomenklatur Puskesmas sebagai Pusat Kesehatan Masyarakat hendaknya mengembalikan fungsi Puskesmas sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan bukan hanya Pusat Perawatan Kesehatan. Selain itu peran klinik pratama milik swasta menjadi sangat penting dalam peningkatan pelayanan promotif dan preventif yang tentunya harus didukung dengan regulasi dan pembiayaan yang jelas.

Sejalan dengan pengembangan telemedicine sebagai bagian penting dari area reformasi kesehatan dalam pengembangan teknologi informasi dan pemberdayaan masyarakat maka hambatan dalam pelayanan dalam satu tempat di gedung Puskesmas dapat dialihkan pada pelayanan secara online oleh tenaga yang kompeten. Dalam kerangka pelaksanaannya regulasi mengenai pengembangan telemedicine perlu digesa walaupun di beberapa daerah telah dilaksanakan inovasi yang sangat replikatif dengan teknik yang sangat sederhana misalnya melalui Video Call dalam pemantauan minum obat rutin pada pasien PTM.

Dalam penetapan target indikator kesehatan di tingkat provinsi didasarkan pada capaian indikator kesehatan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Riau. Studi lanjutan diperlukan analisis lebih lanjut terhadap pemetaan capaian target kabupaten/kota khususnya dalam pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di tingkat kabupaten/kota.

4.3 Pemetaan Program Kesehatan pada RKPD Provinsi Riau Tahun 2021 terkait Reformasi Sistem Kesehatan

Sistem Kesehatan yang diamanatkan pada Perpres 72 Tahun 2012 belum diturunkan dalam Sistem Kesehatan Daerah. Sistem Kesehatan Daerah Provinsi Riau hanya merupakan bagian kecil yang dibahas dalam Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Daerah. Dengan adanya reformasi sistem kesehatan nasional diharapkan sistem kesehatan provinsi Riau dapat diatur dalam sebuah regulasi yang lebih spesifik terutama dalam mitigasi pandemi COVID-19. Dengan melihat perkembangan COVID-19 yang belum menunjukkan penurunan kurva pertumbuhan kasus dan penyebarannya maka secara khusus peningkatan kapasitas kesehatan harus diatur dalam sebuah sistem yang terintegrasi dan menyeluruh.

Dalam RKPD Provinsi Riau Tahun 2021 telah dilakukan penyesuaian dan pemetaan program dan kegiatan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan Dan Keuangan Daerah. Perbedaaan mendasar dalam Permendagri 90 ini adalah adanya penetapan nomeklatur kegiatan yang seragam di seluruh Indonesia sesuai dengan dengan kewenangan daerah dan juga memperhatikan indikator SPM.

(13)

Penjabaran 8 (delapan) area reformasi sistem kesehatan nasional dirumuskan dalam strategi dan telaah terhadap kondisi terkini di Provinsi Riau pada Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4 Pemetaan Area Reformasi SKN dengan Program RKPD Provinsi Riau Tahun 2021

No Area Reformasi SKN Telaah Kewenangan (UU 23/2014) Nomenklatur Program RKPD 2021 Nomenklatur Program RKPD 2021 (Program Permendagri 90/2019) 1 Pendidikan dan Penempatan Tenaga Kesehatan Pusat, Provinsi, Kabupaten Pengembangan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Peningkatan Kapasitas SDM Kesehatan 2 Penguatan Puskesmas

Kabupaten Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan

Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat 3 Peningkatan

Kualitas Rumah Sakit dan Pelayanan DTPK

Pusat, Provinsi, Kabupaten

Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat

4 Kemandirian Farmasi dan Alat Kesehatan

Pusat, Provinsi, Kabupaten

Pelayanan

Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Sediaan Farmasi Alat Kesehatan dan Makanan Minuman

5 Ketahanan Kesehatan

Pusat, Provinsi Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat 6 Pengendalian Penyakit dan Imunisasi Pusat, Provinsi, Kabupaten Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat 7 Pembiayaan Kesehatan Pusat, Provinsi, Kabupaten Pembiayaan Kesehatan

Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat 8 Teknologi Informasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pusat, Provinsi, Kabupaten Peningkatan Kesehatan Masyarakat

Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat

Program yang akan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan sebanyak 7 Program Urusan Kesehatan telah mengadopsi 8 area reformasi kesehatan. Pada area penguatan Puskesmas yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota, Provinsi Riau berperan dalam penguatan puskesmas dengan memberikan bantuan keuangan kepada Kabupaten/kota yang dialokasikan pada program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan. Analisis terhadap target indikator masing-masing kegiatan maupun sub kegiatan perlu dianalisis lagi dalam studi yang lebih terinci.

Secara umum tipologi kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Provinsi dijalankan dalam bentuk pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan program yang menjadi

(14)

kewenangan kabupaten/kota. Penajaman detail dan mekanisme kegiatan pada tahun 2021 perlu didiskusikan kembali yang mengadaptasi kenormalan baru (new normal). Salah satu contoh kegiatan pembinaan, pendidikan dan pelatihan petugas pelayanan Puskesmas dilaksanakan secara daring untuk pelatihan manajemen namun untuk pelatihan teknis dilaksanakan pada Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Provinsi dengan memperhatikan protokol kesehatan.

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program serta pencapaian target indikator kesehatan tingkat kabupaten/kota perlu dilakukan penentuan prioritas wilayah dengan capaian rendah. Salah satu contoh dalam penanganan stunting terintegrasi (aksi konvergensi stunting) yang dilaksanakan di 5 (lima) kabupaten lokasi fokus prioritas pada 73 desa lokasi fokus (lokus). Penentuan desa lokus tersebut dapat dilihat dari capaian indikator terendah dalam 20 (dua puluh) indikator penanganan stunting sehingga pelaksanaan monitoring dan evaluasi di 73 desa tersebut menjadi prioritas monitoring dan evaluasi. Dalam Renja Dinas Kesehatan Provinsi Riau tahun 2021 belum digambarkan secara terinci prioritas pelaksanaan kegiatan.

Terkait area reformasi yang juga menjadi kewenangan pusat telah dialokasikan pemerintah pusat melalui mekanisme pengusulan DAK Khusus Bidang Kesehatan dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pemetaan area reformasi sistem kesehatan dapat disimpulkan bahwa RKPD Provinsi Riau Tahun 2019 telah mengarusutamakan 8 area reformasi sistem kesehatan. Salah satu area reformasi kesehatan adalah penguatan Puskemas diarahkan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar yang meningkatkan peran puskesmas dalam upaya preventif dan promotif. Hal yang paling penting dalam implementasi reformasi sistem kesehatan adalah kepemimpinan dana tata kelola kesehatan untuk menjamin reformasi dapat meningkatkan cakupan layanan dan meningkatkan derajat kesehatan.

5.2. Rekomendasi

a. Penetapan prioritas pelaksanaan masing-masing kegiatan pada Dinas Kesehatan Provinsi Riau yang mengarah pada strategi kunci pelaksanaan 8 area reformasi kesehatan perlu dianalisis lebih lanjut.

b. Renja Dinas Kesehatan Provinsi Riau tahun 2021 dapat ditambahkan penjelasan secara terinci prioritas pelaksanaan kegiatan di tingkat kabupaten/kota sasaran kegiatan. c. Analisis pada Rumah Sakit Daerah milik Pemerintah Provinsi Riau perlu dilakukan untuk

melihat gambaran area reformasi kesehatan yang dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.

(15)

d. Sistem Kesehatan Daerah (Provinsi Riau) agar segera disusun untuk mitigasi pandemi COVID-19 dan pembangunan kesehatan di Provinsi Riau di masa yang akan datang

Referensi

World Health Organization, 2000. World Health Report 2000: Health Systems Performance Assessment. Geneva

World Health Organisation (WHO), 2010. Monitoring the Building Block of Health System. Bappenas RI, 2020. Paparan Pungkas Bahjuri Ali Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Bappenas RI, 2020 dalam Webinar Sistem Kesehatan Nasional 19 Agustus 2020 “ Konsep Reformasi Kesehatan dan 8 Area Reformasi”

WHO, 2018. Essential Public Health Functions, Health Systems And Health Security: Developing Conceptual Clarity And A WHO Roadmap For Action.

Strengthening health security by implementing the International Health Regulations (2005) – Global Outbreak Alert and Response Network (GOARN) [website]. Geneva: World Health Organization; (http://www.who.int/csr/outbreaknetwork/en/, accessed 2020). Universitas Indonesia, 2020. Paparan Profesor Ascobat Gani dalam Webinar Sistem

Kesehatan Nasional 19 Agustus 2020 “ Urgensi Reformasi Sistem Kesehatan dalam Pencapaian Sasaran Kesehatan”

Data harian COVID-19 Provinsi Riau diunduh pada laman corona.riau.go.id

Peraturan Gubernur Nomor 43 Tahun 2020 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Riau Tahun 2021

Gambar

Tabel 1. Data Kasus Konfirmasi COVID-19 di Provinsi Riau (9 Oktober 2020)
Tabel 2. Pemetaan Reformasi Sistem Kesehatan dengan Teori Sistem Keseahatan
Tabel 3. Penyesuaian Target Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2021
Tabel 4 Pemetaan Area Reformasi SKN dengan Program RKPD Provinsi Riau Tahun  2021

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-nya, sehingga tugas akhir dengan judul ‘Desain Bracket Body Alat Ukur Tekanan Filter Bahan Bakar Pada Mesin Tipe J08E

Judul : Klasifikasi Tanaman Bidara Berdasarkan Tekstur Daun Menggunakan Metode Gray Level Co-occurance Matrix (GLCM) dan Algoritma Support Vector Machine (SVM) Telah

Bahwa upah yang berlaku (Wi) pada umumnya lebih besar dari pada upah ekuilibrium (We). Pada tingkat upah Wi, jumlah penyediaan tenaga adalah Ls sedangkan permintaan

Dalam teknik pemodelan selain guru secara langsung menjadi model, dapat juga menggunakan model (contoh) siswa yang berprestasi dalam bidang musikalisasi puisi, sehingga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa erosi pada lahan yang terbuka tanpa tutupan kanopi labu siam menunjukkan angka erosi dengan nilai yang lebih tinggi, yang

Kabupaten Siak, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Kota Administrasi Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta, Kabupaten Bekasi, Kota

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam menyikapi masalah sumber daya manusia yang menyangkut motivasi kerja

Dengan pelaksanaan kegiatan penguatan kelembagaan KUBE pada program pemberdayaan keluarga miskin oleh Dinas Sosial Provinsi Riau serta terjadinya koordinasi dan