DRG. RINAWATI SATRIO, M.Si.
DEFINISI AMALGAM
DEFINISI AMALGAM
Salah satu bahan restorasi yang dipakai Salah satu bahan restorasi yang dipakai dalamdalam
kedokteran gigi yang berupa campuran alloy kedokteran gigi yang berupa campuran alloy logam dan merkuri.
logam dan merkuri.
Proses pencampuran amalgam: amalgamasi/Proses pencampuran amalgam: amalgamasi/
triturasi, menjadi keras karena
triturasi, menjadi keras karena kristalisasikristalisasi
Pertama kali diperkenalkan oleh Toveau Pertama kali diperkenalkan oleh Toveau (1826)(1826)
di Paris sebagai
KOMPOSISI AMALGAM
KOMPOSISI AMALGAM
1. Perak 1. Perak (Ag) (Ag) : : 67-70%67-70%
2. Timah 2. Timah (Sn) (Sn) : : 25-27%25-27%
3. Tembaga 3. Tembaga (Cu) (Cu) : : 6%6%
4. Seng 4. Seng (Zn) (Zn) : : 2%2%
FUNGSI MASING2 UNSUR
FUNGSI MASING2 UNSUR
UNSUR
UNSUR FUNGSI FUNGSI PENGARUHPENGARUH
PERAK
PERAK (Ag) (Ag) Membentuk Membentuk senyawa senyawa logamlogam dg merkuri dg merkuri -perub dimensi slm -perub dimensi slm pengerasan pengerasan -menambah kekuatan -menambah kekuatan -menurunkan flow -menurunkan flow -mempercepat wkt -mempercepat wkt pengerasan pengerasan -memperbesar ekspansi -memperbesar ekspansi TIMAH
TIMAH (Sn) (Sn) Memperbaiki Memperbaiki amalgamasiamalgamasi alloy krn afinitasnya thdp alloy krn afinitasnya thdp merkuri merkuri -menurunkan ekspansi -menurunkan ekspansi -mempercepat amalgamasi -mempercepat amalgamasi alloy alloy -menurunkan kekuatan -menurunkan kekuatan -meningkatkan korosi -meningkatkan korosi -menurunkan flow -menurunkan flow
UNSUR FUNGSI
UNSUR FUNGSI PENGARUHPENGARUH
TEMBAGA
TEMBAGA (Cu) (Cu) -meningkatkan kekuatan-meningkatkan kekuatan dan kekerasan dan kekerasan -meningkatkan ekspansi -meningkatkan ekspansi selama proses selama proses pengerasan pengerasan SENG
SENG (Zn) (Zn) Mengurangi Mengurangi oksidasi oksidasi logamlogam (karena Zn bereaksi dg (karena Zn bereaksi dg oksigen dan mencegah oksigen dan mencegah reaksinya dg Ag,Sn dan reaksinya dg Ag,Sn dan Cu
Cu
-dengan tidak terjadinya -dengan tidak terjadinya oksidasi maka sifat fisik oksidasi maka sifat fisik logam tersebut kuat
MACAM AMALGAM
1. LOW COPPER AMALGAM: kadar tembaga
rendah (2-5%)
2. HIGH COPPER AMALGAM: kadar tembaga
BENTUK PARTIKEL AMALGAM
JENIS BENTUK PARTIKEL FUNGSI KETERANGAN LATHE CUT ALLOY kasar, tidak berarturan, umumnya bentuk batang±200µm Mempermudah pencampuran dg merkuri (Hg) Sulit beradaptasi dg sudut dan pinggiran matriks (tdk mengalir) SPHERICAL
ALLOY
Bulat, kecil, ±40µm Mempercepat amalgamasi pd saat
bereaksi dg Hg
Mudah beradaptasi dg bagian dalam kavitas
BLENDED ALLOY
Campuran lathe cut dan sherical
SIFAT-SIFAT AMALGAM
1. KOROSIF
- meningkat apabila amalgam dipoles
- apabila berkontak dengan restorasi dari emas (terbentuk sel elektrolit)
- korosi pada amalgam konvensional jangka lama berpengaruh terhadap sifat-sifat mekanisnya
• 2. KEBOCORAN MARGINAL
-berbanding terbalik dengan waktu, karena terjadinya penyumbatan mikrofisure oleh hancuran bahan korosi
3. KEKUATAN
- ditentukan oleh: komposisi alloy, efek jumlah merkuri yang tersisa setelah pemampatan dan porositas
- faktor penting yang menyebabkan amalagam tidak kuat:
a. triturasi tidak sempurna
b. kandungan merkuri terlalu banyak
c. tekanan sewaktu kondensasi terlalu kecil d. kecepatan pengisian kavitas yang lamban e. korosi
- kecepatan terjadinya kekuatan suatu amalgam adalah penting. Pada amalgam yang mencapai kekuatannya secara perlahan, terdapat resiko
“early fracture” dari restorasi.
- amalgam shperis yang kaya akan Cu mempunyai kekuatan awal yang tinggi.
4. CREEP
- bila logam diletakan dibawah tekanan akan
mengalami perubahan bentuk. Ciri2 ini disebut aliran atau creep .
5. PENGHANTAR PANAS
- dental amalgam adalah penghantar panas - solusinya diberi lining semen yang bersifat
6. PERUBAHAN DIMENSI
- Pengerasan amalgam merupakan suatu proses pendinginan perubahan dimensi
- amalgam dapat mengembang atau mengkerut tergantung manipulasinya
- sebaiknya tidak ada atau sedikit mungkin terjadi kontraksi sewaktu dental amalgam setting agar tidak timbul gap antara bahan restorasi denagn dinding kavitas
- perubahan dimensi yang diperbolehkan: 0±20 mikron/cm.
- Ekspansi bahan yang terlalu besar juga harus dihindari karena menyebabkan restorasi terlalu menonjol keluar dari kavitas
- Ekspansi yang lebih besar pada waktu setting terjadi apabila:
a. terlalu banyak merkuri
b. waktu triturasi lebih pendek
c. tekanan sewaktu kondensasi kecil
d. alloy mengandung partikel dengan ukuran yang besar
e. kontaminasi dengan air sebelum setting (pada bahan yang mengandung Zinc). Ekspansi akan muncul beberapa hari setelah penambalan.
7. TOKSISITAS MERKURI
a. Ciri2 merkuri: logam berat, berupa cairan mudah menguap (uapnya tdk berwarna, tdk berbau, tdk berasa, tdk dpt dideteksi), terakumulasi dalam tubuh
b. Toksisitas terjadi apabl melebihi nilai ambang. c. Masuk kedalam tubuh melalui:
-sal pernapasan: iritasi paru2, demam, rasa kedinginan, nyeri dada, obstruksi sal napas, tremor, rusaknya fetus
-sal pencernaan: gangguan ginjal, penyakit sal pencernaan, neurologis, malnutrisi, kematian
-absorbsi melalui kulit: reaksi hipersensitivitas (kemerahan, rasa terbakar, bengkak, melepuh), tergantung konsentrasi dan lama kontaknya
PEMAKAIAN DI KED GIGI DAPAT MENYEBABKAN PERUBAHAN WARNA GIGI
Beberapa tindakan untuk mengurangi bahaya keracunan merkuri:
a. Ventilasi kamar praktek cukup
b. Sisa merkuri (kelebihan tambalan, kapsul disposable) dikumpulkan dan dimasukkan kedalam botol yang
tertutup rapat
c. Merkuri yang terjatuh dilantai segera dibersihkan
d. Apabila kontak dg kulit segera cuci dg sabun dan air
e. Drg dan asisten memakai sarung tangan, masker dan proteksi mata
MANIPULASI AMALGAM
A. PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN
ALLOY-MERKURI
-Merkuri (Hg): menimbang/alat penetes (volume dispenser)
-Alloy: menimbang/tabel alloy (mekanis)/ volume dispenser
-Perbandingan alloy:Hg tergantung ketentuan pabrik, pd umumnya 1:1
-2 teknik penggunaan perbandingan rendah: a. memeras merkuri dalam kain kassa
sebelum dimasukkan kedalam kavitas b. Eames technique: Hg dan alloy
ditimbang dlm jml yang sama (mencampur secr mekanik)
B. TRITURASI
adalah pencampuran antara Hg dan alloy, yang dapat dilakukan secara:
1. Manual: dengan tangan (menggunakan
mortar dan pestle yang terbuat dari gelas) 2. Elektrik: dengan alat amalgamator
1. Triturasi secara manual
-alat: mortar dan pestle
-waktu: 15-45 detik (rata2 35 detik), dengan jumlah putaran ±60 kali (kecepatan 200rpm,
kekuatan tekan 0,9-1,4 kg) -cara: pen grasb
-hasil: amalgam pekat elastis, abu2, dpt
dikeluarkan dari mortar tanpa meninggalkan alloy dan Hg
2. Triturasi secara elektrik/mekanik -alat: amalgamator
-cara: alloy dimasukan kedalam kapsul yang berfungsi sbg mortar dan didalam kapsul terdapat logam yang berbentuk silindris
berfungsi sebagai pestle. Cara kerja digetarkan secara mekanik.
-waktu: 3-30 detik
-hasil: seringkali overmix, penguapan Hg kurang, waktu triturasi pendek
Triturasi amalgam berupa campuran
alloy- Hg yang:
UNDER MIX NORMAL MIX OVER MIX a.Triturasi yang kurang a.Massa tampak halus
dan mengkilat
a.Triturasi yang berlebihan b.Pembasahan Hg-alloy
tdk sempurna
b.Tidak melekat pada mortar
b.Amalgam panas c.Kekuatan menurun c.Kekuatan dan
kekerasan meningkat
c.Sulit diambil dari kapsul
d.Porositas meningkat d.Permukaan tumpatan halus
d.Terikat basah dan mengkilat
e.Massa amalgam berubah abu2
e.Kontraksi meningkat f.Cepat aus, mudah
korosi
f.Plastisitas lebih kecil g.Waktu kerja lebih
Setelah triturasi dilakukan pengeluaran Hg
dengan cara memeras memakai kain atau
rubber sheet,
tidak diperbolehkan memeras
dengan tangan
karena keringat pada tangan
akan menyebabkan terjadinya sekunder
C. KONDENSASI
-adalah proses pemadatan amalgam kedalam kavitas dengan alat kondensasi amalgam
-Tujuan: menghasilkan massa amalgam yang padat, sehingga kekuatan meningkat, seluruh kavitas
terisi dengan baik, kelebihan Hg akan tertarik ke permukaan
-Proses ini dilakukan segera setelah pengadukan -waktu: secepat mungkin (maks 3 menit), untuk
menghindari interupsi pd proses pengerasan shg terjadi adaptasi yang baik dengan dinding kavitas
Macam2 kondensasi:
a. Hand condensation: dengan plugger, tekanan
sebesar mungkin (8-10 Newton), agar Hg
yang tertinggal dalam kavitas minimal
b. Mechanical condensation: dengan alat
amalgam pack yang dipasang pada straight
angle handpiece
D. CARVING
-alat: amalgam carver
-dilakukan setelah kondensasi selesai
-tujuan: membentuk groove/fissure sesuai anatomi gigi
E. FINISHING DAN POLISHING 1. Finishing:
-poles: 24jam setelah penumpatan -alat: stone, finishing bur
-tujuan: menghaluskan tumpatan, memudahkan pemolesan, memperbaiki kontur gigi
2. Polishing:
-alat: rubber, pumice
KELEBIHAN AMALGAM:
1. Kuat
2. Tidak mudah aus
3. Manipulasi mudah
4. Murah
KEKURANGAN AMALGAM:
1. Estetis kurang baik
2. Menimbulkan pewarnaan pada gigi
4. Perlekatannya dengan jaringan dentin gigi secara
makromekanik seperti retention and resistence form dan
undercut (tidak dapat melekat secara kimia). 5. Prinsip retention and resistance form
(dove tail, box form dan retention groove ) pada lesi karies daerah interproksimal, selain mengangkat
jaringankaries juga mengangkat jaringan yang sehat untuk memperoleh retensi pada kavitas. Pada kavitas kelas II dengan isthmus dan garis sudut bagian dalam yang lebar, akan melemahkan kekuatan terhadap beban kunyah.Akibatnya, pasien banyak yang mengeluh karena seringkali adanya fraktur pada tumpatan kelas II, baik pada tumpatan MO (Mesial Oklusal), DO
INDIKASI:
1. Kavitas kelas I, II, V dengan kedalaman karies yang cukup/sampai dentin)
2. Pada daerah yang mempunyai beban kunyah besar
3. Tidak membutuhkan estetis
KONTRA INDIKASI;
1. Jumlah karies dalam rongga mulut cukup kompleks
2. Karies yang luas dan melibatkan cusp
3. Kebutuhan estetik
4. Gigi antagonis direstorasi dengan logam yang berbeda (arus galvanis gigi nyeri/linu)
RESTORASI AMALGAM KLAS 1
Outline mengikuti pola fisura untuk mencegah karies sekunder pada tepi restorasi
A. CIRI2 KAVITAS AMALGAM:
1. Kavitas harus melibatkan semua fisura yang dalam
2. Tepi kavitas ditempatkan kira2 seperempat atau
kurang dari jarak basis fisura terhadap ujung tonjol (kecuali apabl karies meluas)
3. Divergensi internal dinding kavitas (bukal dan
lingual) sehingga kavitas lebih lebar pd lantai pulpa dari pada daerah oklusal
4. Kavitas dibuat hati2 agar tidak merusak tepi mesial dan distal
5. Dasar kavitas terletak pd dentin, jd kedalaman kavitas minimal 2,5mm
6. Sudut garis antara dinding dan lantai sedikit membulat
7. Bagian dasar sebaiknya datar, tp apabl karies meluas lebih dari 1-2mm ke dentin, jangan
B. JALAN MASUK
-Pada gigi molar dan premolar dengan menggunakan bur yang berbentuk buah pir panjang. Bur ini
mempunyai ujung bulat dan bentuk yang memungkinkan terbentuknya dinding kavitas divergen kearah dasar kavitas
-Ujung bur ditempatkan tepat diatas titik jalan
masuk termudah pd permkn oklusal (misal ditempat yg sudah ada karies/restorasi)
-Bur dipegang bersudut 45 terhadap sumbu panjang gigi (karena bur ini mempunyai sisi2 yang dapat
- Selama pengeboran, handpiece diputar sedemikian
rupa shg bur terletak paralel dengan sumbu panjang gigi. Ujung bur harus menembus email dan dentin.
- Titik terdalam kavitas minimal 2,5mm
- Bur digerakan sepanjang fisura shg membentuk alur
berlantai datar dari bag mesial ke distal
- Diperlebar kearah bukolingual sampai memperoleh
jalan masuk yang cukup besar utk membersihkan karies dan memasukan bhn restorasi
C. Bentuk biologis dan mekanis
-Tepi kavitas diperluas hingga mencakup fisura yang dalam
-Dasar kavitas datar (stabilitas), dinding sedikit undercut (retensi), sudut garis antara lantai dan dinding sedikit bulat
-Semua prisma email yang lemah atau tidak terdukung dentin harus dipreparasi
-Sudut tepi cavitas idealnya harus 90°, tetapi
karena adanya angulasi tonjol, maka sudut
RESTORASI AMALGAM KLAS
II
- Untuk preparasi klas II dimana salah satu dinding
proksimal telah hilang, maka perlu dibuat dinding
tiruan yaitu dengan memasang matriks (matrix band), gunanya:
a. sebagai pengganti dinding yang hilang
b. memepertahankan amalgam dalam kavitas selama kondensasi
c. menahan tekanan ketika dilakukan kondensasi d. mencegah terjadinya overhanging
Amalgam adalah suatu bahan yang rapuh, sehingga
dibutuhkan dinding yang tegak lurus terhadap permukaan email (butt joint )
4 tipe perlekatan (retensi):
1. undercut pd dasar kavitas
2. interlock axial (bagian facial dan lingual) 3. parit
4. dowel atau pin
- Preparasi kavitas mengikuti bentuk fisura di bagian oklusal dan dibagian proksimal dinding dibuat setinggi interdental papila
Bentuk preparasi kavitas klas 2 amalgam:
- Preparasi kavitas mengikuti bentuk fisura di bagian
oklusal dan dibagian proksimal dinding dibuat setinggi interdental papila
- dibuat bevel pada axio line angle (supaya amalgam
tidak pecah pada bagian tersebut karena adanya tekanan pengunyahan)
-lebar pembukaan preparasi didaerah proksimal diukur sampai ujung sonde dapat lewat diantara sela2 gigi dengan gigi sebelahnya.
- Sebelum ditumpat dengan amalgam, kavitas diberi
base untuk melindungi dentin yang terbuka
- Dipasang matrix band dan wedge diproksimal - Pemolesan dapat dilakukan setelah 18 jam
YANG PERLU DIPERHATIKAN:
1. PROKSIMAL BOX
2. GINGIVAL WALL: sekitar 1mm
3. AXIAL WALL: - flat (pd restorasi kecil)
- paralel (pd restorasi luas)
4. KONVERGEN: dinding proksimal box line angles konvergen kearah oklusal
5. LINE ANGLE: bukogingival dan linguogingival line angle sedikit membulat (mengurangi tekanan dan supaya amalgam dapat di pack dengan mudah pada regio ini)
6. CAVOSURFACE: bukal dan lingual cavosurface angle jangan terlalu melebar (cukup untuk instrumen saja) 7. CERVICAL ENAMEL ROD: tidak perlu bevel pada
tiap dinding kavitas untuk menghindari terbentuknya enamel rod yang unsupported
8. RETENSI: groove tambahan pada bukoaxial dan linguoaxial line angle tanpa mengurangi enamel wall 9. LEBAR ISTHMUS: kira2 sepertiga lebar cusp bukal
dan lingual (untuk menghindari fraktur pd daerah ini) 10. AXIOPULPAL LINE ANGLE; dibulatkan dengan bur 11. PULPAL WALL: sebaiknya flat atau sedikit
12. OKLUSAL WALL: preparasi konvergen kearah oklusal
13. DOVE TAIL: diperluas kedaerah yang terkena
karies/fisura yang dalam. Bentuk membulat halus, retensi yang baik pada oklusal