• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (2), 2020 ISSN Print: ISSN Online: MIGRASI PENDUDUK RESIDENSI KEDU TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (2), 2020 ISSN Print: ISSN Online: MIGRASI PENDUDUK RESIDENSI KEDU TAHUN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

244

MIGRASI PENDUDUK RESIDENSI KEDU TAHUN 1900-1911 Sudarno

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia Email: sudarno.fib@staff.uns.ac.id Article history: Submitted March 23, 2020 Revised April 29, 2020 Accepted May 25, 2020 Published June 29, 2020 ABSTRAK

Di dalam sumber kependudukan pada tahun 1900, di Residensi Kedu terdapat suatu kecenderungan sebagian kelompok penduduknya melakukan migrasi secara permanen dan non-permanen ke daerah-daerah di Jawa lainnya maupun di Luar Jawa. Hal ini merupan suatu fenomena yang tidak lazin terjadi di masyarakat pedesaan di Jawa. Oleh karena di masyarakat ini secara turun-temurun terdapat senacam ikatan adat yang dipercayai oleh mayoritas penduduk Jawa yaitu tidak memiliki motif untuk meninggalkan tanah kelahirannya walaupun di dalam kondisi miskin maupun kaya. Ikatan adat di residensi Kedu itu menjadi memudar ketika penduduknya menghadapi dengan situasi sosial, ekonomi yang kurang menguntungkan di dalam kehidupannya sehari-hari.

Kata kunci: motif, migrasi, sosial, ekonomi, dan politik. ABSTRACT

In the source of population in 1900, in the Kedu Residency there was a tendency for some groups of population to migrate permanently and non- permanently to areas in other Java and outside Java. This is an unusual phenomenon occurring in rural communities in Java. Because in this society for generations there have been a number of customary ties that are believed by the majority of the Javanese population to have no motive for leaving their homeland even though they are poor and rich. The customary ties in the Kedu residency have faded when the population faces a social, economic situation that is less profitable in their daily lives. Keywords: motives, migration, social, economic, politic

PENDAHULUAN

Penelitian ini akan membahas tentang migrasi (Janssen, at al, 2017: 2-3) penduduk Residenan Kedu 1900-1911. Masalah ini bertolak dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Heyting (seorang Asisten Residen dari Sukabumi) atas perintah Willem Rooseboom (Gubernur Jenderal Hindia Belanda) (Alkema, 1925: 406) bahwa di Jawa, khususnya di Residensi Kedu,

(2)

telah terjadi kepadatan penduduk. Menurut Heyting, apabila kepadatan penduduk itu tidak segera diatasi maka akan terjadi kemiskinan dan lahan pertanian di Kedu semakin sempit. Akibatnya akan terjadi persoalan sosial dan ekonomi penduduk, khususnya penduduk di daerah pedesaan. Masukan itu kemudian diangkat oleh pemerintah menjadi salah satu dari kebijakan Politik Etis (1901), yaitu: emigrasi. Program emigrasi ini kenudian ditindaklanjuti dalam kegiatan pemindahan penduduk dari daerah yang padat penduduknya di Jawa ke daerah yang jarang penduduknya ke Luar Jawa, yang dikenal saat itu sebagai daerah kolonisasi (Sudarno, 1996 dan 1997; Zwaal, 1938).

Pada tahun 1900-1911, Kedu masih merupakan daerah Residensi yang terdiri dari lima kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang, Temanggung, Purworejo, Kebumen, dan Wonosobo. Daerah Purwarejo dan Kutoarjo di bawah seorang Bupati yang bertempat di Kabupaten Purworejo. Daerah Kebumen dan Karanganyar di bawah seorang Bupati yang bertempat di Kabupaten Kebumen (Encyclopaedie van Nedelansch-Indie,1918: 294). Daerah Kedu ini ditunjuk oleh Heyting sebagai daerah yang kritis ditinjau dari jumlah penduduk dan tingkat kesejahterannya, karena ada kecenderungan dari penduduknya bermigrasi ke daaerah lain (Widjojo Nitisastro, 1970).

Peneliti ingin mengkaji motif migrasi penduduk Residensi Kedu ke daerah lain 1900-1911. Pada tahun 1600-1850 migrasi penduduk itu telah terjadi melalui perdagangan budak. Pada tahun 1850-1905 perpindahan penduduk untuk keperluan eksploitasi tenaga kerja (arbeid emigratie) antardesa atau pulau di balik perkebunan-perkebunan pemerintah kolonial dan swasta. Perpindahan penduduk itu terus dikembangkan oleh pemerintah kolonial untuk kepentingan tenaga kerja pada agro-industri dan pertambangan di Luar Jawa dalam bentuk bedhol desa, dengan berbasis ikatan adat (Lee Everetts: 1992; Gert Oostindie: 2008; dan J. Hartono: 1982).

Masalah yang akan dibahas di dalam paper ini yaitu sebagai berikut: Mengapa penduduk Kedu bermigrasi ke daerah lain?; apa motif migrasi

(3)

246

penduduk Residensi Kedu; dan bagaimana pengaruh migrasi penduduk itu terhadap perubahan sosial di Residensi Kedu? Sumber penelitian ini didukung dengan bahan arsip pemerintah Hindia Belanda, jurnal yang terbit pada masa kolonial, buku-buku yang terkait dengan penelitian ini.

TEORI DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengacu pada teori sejarah kritis dengan menggunakan analisis sebab-akibat dalam sejarah (Causality in history) (Gilbert J. Garraghan, 1940: 33); sedang metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode sejarah – suatu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Rekonstruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan pada data yang diperoleh dengan menempuh proses itu disebut

historiografi sejarah. Secara bertahap, metode ini meliputi pengumpulan

sumber, kritik sumber, interpretasi data, dan penulisan sejarah (historiografi) (Gottschalk, 1975). Pada tahaapan heuristic, peneliti ini akan menggunakan atau melacak sumber arsip (studi arsip). Sumber-sumber ini diperoleh di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan di Algemeene Rijk Arschief (ARA) di Belanda, di antaranya sebagai berikut: sumber arsip kolonial yaitu Advis Raad van Indie, 25 Mart 1904. No.30. di ANRI; Besluit van Gouverneur

Generaal, 30 September 1903, no. 17. di ANRI; Besluit van Gounerneur Generaal,

7 Mart 1906, no. 5. di ANRI; Generaal Raporten 1827-1891, Koleksi Kedu no.

2-5, di ANRI; Generaal Raporten 1863-1881; Het Indisch Verslag 1931. Di ANRI; Surat Direktur Pemerintah Dalam Negeri kepada Pemerintah (Gubernur Jenderal),

tanggal 3 Desember 1903; dan sumber arsip yang telah diterbitkan seperti,

Volkstelling 1930. Batavia; Landdrukkerij, 1930; Eindresume van het Onderzoek naar de Verplichte dienst der Inlandsche en Madoera, 3 Jilid, Batavia: 1901-1903.

Sumber ini memuat tentang data keputusan atau kebijakan pemindahan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda, serta menyampaikan data tentang laporan kondisi sosial, ekonomi, dan kependudukan di Hindia Belanda.

(4)

Selain itu untuk memperoleh data yang lebih rinci dan detail dapat dirujuk dari beberapa jurnal, di antaranya: Indische Gids, Koloniale Studien,

Koloniale Tijdschrift, Kolonisatie-Bulletien, Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde. Indiscche Genootschap, dan majalah

yang terbit di zaman kolonial lainnya.

Pencarian sumber berikut adalah melalui studi pustaka (library research). Literatur atau buku-buku yang terkait dengan masalah penelitian ini akan digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap sumber-sumber tersebut di atas dan untuk mempertajam analisis masalah penelitian ini.

Setelah sumber-sumber tersebut di atas sudah diketemukan, kemudian diuji tingkat otentisitasnya melalui kritik ekstern dan intern untuk menguji apakah bentuk luar (kertas) dan isi sumber itu otentik atau tidak, palsu atau asli atau sudah dipalsukan dengan cara membanding-bandingkan dengan sumber lain yang sejenis agar diperoleh data sejarah yang valid. Data ini kemudian diinterpretasikan dengan konsep-konsep historis untuk membangun fakta. Jadi kritik-kritik tersebut adalah untuk menyeleksi data menjadi fakta. Fakta-fakta itu selanjutnya dirangkai-rangkaikan atau dikait-kaitkan dalam kaidah hubungan kausalitas-sejarah sehingga menjadi sebuah cerita yang mendekati kebenarannya dalam sebuah historiografi. Penelitian ini tidak menggunakan sumber lisan, mengingat kejadian peristiwa yang diteliti ini sudah terlalu jauh dari masa kini sehingga kurang memungkinkan untuk diketemukannya saksi-saksi sejaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Geografi, Sosial, dan Ekonomi di Residensi Kedu

Resisensi Kedu secara geografi terletak di Jawa Tengah, Pulau Jawa, yang sebagaian besar wilayahnya terutama di bagian selatan merupakan daerah dataran tinggi. Sejak tanggal 1 Agustus 1901, Residensi Kedu sebagai daerah hasil penggabungan dengan wilayah Begalen yang memiliki luas

(5)

248

5500 Km² dan terdiri dari lima kabupaten (Lekkerkerker, 1938: Lampiran N). Lihat Tabel 1.

Tabel 1. Residensi Kedu 1901

Provinsi Residensi Kabupaten Kawedanan

Jawa Tengah Kedu Magelang Sleman

Salam Muntilan Tegalrejo Grabag Magelang Temanggung Temanggung Parakan Jatiroto Wonosobo Wonosobo Garung Sapuran Kaliwiro Purworejo Purworejo Loano Kutoarjo Kemiri Purwodadi Kebumen Kebumen Kutowinangun Prembun Karanganyar Gombong Pejagoan

Perlu diketahui bahwa sejak diberlakukan Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) di Hindia Belanda (Indonesia) pada tahun 1870, secara perlahan-lahan tetapi pasti, jumlah penduduk di Residensi Kedu mengalami kenaikan. Kenaikan jumlah penduduk itu lebih disebabkan oleh tumbuhnya perkebunan pemeringtah dan swasta (particuliere onderdenemingen), seperti perkebunan kopi, tembakau, dan nila; dan beban kerja wajib pada perkebunan pemerintah. Kondisi ini memicu tumbuhnya jumlah penduduk. Beban kerja wajib untuk perkebunan itu dapat mendorong penduduk Kedu untuk memiliki banyak anak. Di daerah ini, ada suatu keyakinan bahwa apabila seseorang memiliki banyak anak, khususnya anak laki-laki, akan dapat memperingan beban kerja wajib orang tua. Hal ini mengindikasikan kenaikan jumlah penduduk yang signifikan di Kedu. Lebih-lebih setelah adanya

(6)

penggabungan wilayah yaitu masuknya Begalen ke Karesidenan Kedu (Staatsblad tahun 1801, no. 235). Pada tahun 1900 penduduk Kedu berjumlah 801.699 kemudian tahun 1915 naik menjadi 2.527.159 jiwa. Selama lima belas tahun kenaikan penduduk di Kedu pertahun adalah rata-rata 115,031(0,05%) jiwa per tahun (Boomgaard, 1991: 105-121). Lihat Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Karesidenan Kedu Tahun 1900-1911

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

1900 801.699

1905 2.322.185

1910 --*

1915 2.527.159

Keterangan: *) belum diketahui datanya.

Kenaikan jumlah penduduk memiliki dampak yang negatif terhadap tingkat kesejahteraan penduduk, yaitu: daerah pedesaan di Kedu timbul kondisi kemiskinan, ini juga menjadi pokok bahasan di Tweede Kamer negeri Belanda (Handelingen Tweede Kamer 1905-1906 24 November 1905), karena pemilikan sawah tiap petani semakin kecil, dan munculnya pengangguran di masyarakat. Menurut Lulofs, upah buruh per hari hanya sekitas f. 0,60 sampai dengan f. 0,65 yang hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari (Lulofs, 1918: 314). Pada awal abad ke-20, ditambah lagi, Kedu juga sedang dilanda krisis perkebunan karena lesunya permintaan produksi perkebunan dari para kapitalis di Barat (Jerman, Perancis, Belgia, dan Belanda), serta sedang terjadi pemutusan tenaga kerja di perkebunan-perkebunan pemerintah dan swasta (“Het Arbeidsvraagstuk in Indie’s Buitengewesten” dalam Het Vaderland, tanggal 31 August 1928). Problema kependudukan ini kemudian menjadi faktor pendorong (push factor) munculnya fenomena perpindahan atau migrasi penduduk (Adrian Otoiu, 2014:586).

Motif Migrasi Penduduk Kedu

Penduduk Reasidensi Kedu adalah termasuk daerah out-migration (Widjojo Nitisastro, 1970), yaitu suatu wilayah yang penduduknya memiliki

(7)

250

kecenderungan untuk bermigrasi (berpindah) ke daerah lain, baik ke daerah-daerah di Jawa maupun Luar Jawa. Sampai dengan tahun 1930, penduduk Kedu telah bermigrasi ke daerah Jawa lainnya (Volkstelling 1930; Boomgaard, 1991: 181-182). Lihat Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Residensi Kedu Migrasi ke daerah lain di Jawa 1930 (dalam jiwa)

Daerah yang dituju Jumlah Penduduk Migrasi

Banten 725 Batavia 11.636 Buitenzog 3.432 Priangaan 25.559 Cirebon 1.240 Banyumas 53.590 Pekalongan 3.419 Semarang 20.059 Jepara-Rembang 1.601 Yogyakarta 10.163 Surakarta 4.993 Bojonegoro 682 Surabaya 2.787 Madiun 1.078 Kediri 6.252 Malang 5.658 Besuki 20.529 Madura 79 Total 333.951

Data dalam Tabel 3 ini menunjukkan bahwa daerah-daerah, seperti Batavia, Priangan, Banyumas, Yogyakarta, Kediri, Malang, dan Besuki adalah merupakan daerah perkebunaan kopi, karet, tebu, dan tembakau. Oleh karena itu, daerah-daerah itu memberi daya tarik kepada orang dari daerah out-migrasi, yaitu Kedu yang lahan pertaniannya telah terdesak oleh perkebunan pemerintah dan swasta, untuk menjadi buruh atau kuli supaya dapat memperoleh upah yang lebih tinggi. (Belagen van de Nota over de Oefening

van staatstoezicht op de Werving en Emigratie Inlander op Java en Madoera, 1907).

Motif atau faktor penarik penduduk Kedu pergi ke daerah lain yang paling efektif adalah adanya informasi sanak keluarganya atau tetangganya yang telah berhasil hidupnya di daerah perantauan (migran). Berita ini kemudian memberi semangat kepada sebagian penduduk Kedu untuk

(8)

mengadu nasibnya ke daerah lain. Mereka ada yang menyusul keluarganya, dan ada juga yang dengan sukarela pergi ke desa atau daerah yang dituju untuk mencari kerja yang baru (Sugianto Padmo, 1999: 62).

Kondisi yang lebih menarik lagi bagi penduduk Kedu untuk bermigrasi ke daerah lain adalah adanya kebijakan politik kependudukan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Pada tahun 1905, pemerintah kolonial Hindia Belanda membuat program pemindahan penduduk ke Luar Jawa yang dikenal dengan istilah kolonisasi. Program kolonisasi ini merupakan salah satu kebijakan politik etis (1901): emigrasi untuk pemindahan penduduk dari daerah padat penduduk di Jawa ke daerah jarang penduduk ke Luar Jawa, pengadaan tenaga kerja untuk perkebunan-perkebunan pemerintah dan swasta di Luar Jawa salah satu nya di Lampung Besluit van Gouverneur Generaal, 30 September

1903; Advis Raad van Indie, 25 Mart 1904; Besluit van Gounerneur Generaal, 7 Mart 1906). Di dalam program kolonisasi ini, pemerintah memberi sejumlah biaya

transportasi ke daerah migran dan biaya hidup selama satu tahun di daerah migran (Heeren, 1967). Akan tetapi program itu kurang berhasil karena para migran itu banyak yang kembali pulang ke desa asalnya. Para migran yang berasal dari Jawa tidak memiliki jiwa atau semangat merantau atau sangat mempertahankan ikatan adat desa, khususnya bagi orang-orang yang melakukan migrasi swakarsa, yaitu mangan ora mangan yen kumpul (makan atau tidak makan asal dapat berkumpul dengan keluarga) (Heddy Shri-Ahimsa Putra, 2008).

SIMPULAN

Setelah diteliti dengan cermat, bahwa kondisi sosial (pengangguran), ekonomi (kemiskinan) dan politik etis (emigrasi) yang berkembang di Jawa pada awal abad ke 20 mempengaruhi munculnya motif migrasi penduduk Residensi Kedu ke daerah-daerah lain. Hal yang pertama adalah sebagian besar penduduk Kedu ingin mendapat lahan pertanian ke daerah lain. Lahan

(9)

252

pertanian di daerah kedu sudah terlalu sempit sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk, juga pengembangan perkebunan swasta dan pemerintah.

Kedua adalah penduduk pedesaan di residensi ingin mencari pekerjaan ke daerah lain. Hal ini, diindikasikan bahwa lapangan pekerjaan di Kedu sudah semakin berkurang. Oleh karena itu, mereka pergi ke daerah-daerah di luar Kedua yang masih membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat hidup dengan sejatera.

Ketiga adalah mereka ingin mengikuti program pemindahan penduduk yang diselenggarakan dan dibiayai oleh pemerintah kolonial. Oleh karena, dalam program pemindahan penduduk itu, pemerintah itu berjanji akan mengembangkan perkebunan rakyat di daerah migran.

REFERENSI Sumber Arsip

Advis Raad van Indie, 25 Mart 1904. No.30. di ANRI.

Besluit van Gouverneur Generaal, 30 September 1903, no. 17. di ANRI; Besluit van Gounerneur Generaal, 7 Mart 1906, no. 5. di ANRI.

Bijlagen van de Nota over de Oefening van staatstoezicht op de Werving en Emigratie Inlander op Java en Madoera. Batavia,: Ladsdrukkerij, 1907.

Eindresume van het Onderzoek naar de Verplichte dienst der Inlandsche en Volkstelling 1930.Batavia; Landdrukkerij, 1930.

Arief Budimn, Transmigrasi di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia, 1985.

Amral Sjamsu, Dari Kolonisasi ke Transmigrasi 1905-1955. Jakarta: Jambatan, 1959. hal, 20.

Amral Sjamsu. Transmigrasia: Gagal ataukah Berhasil”, dalan Sri-Edi Swasono

dan Masri Singarimbun, Sepuluh Windu Transmigrasi di Indonesia 1905-1985. Jakarta: UI, 1986.

Alkema, Ons Insulinde. Haarlem: H.D Tjeenk Wilink & Soon, 1925

Boudet H. dan I.J. Brugmans, Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1987.

Benoit, et al., Transmigration and Spontaneous Migrations, Propinsi Sumatera,

Indonesia, Orstom - Departemen Transmirasi: 1989

(10)

Boomgaard (ed) “Population Trends 1975-1942”, dalam Changing Economy in

Indonesia: A Selection of Statistical Source Material from the Early 19th Century up to 1942. Amsterdaam: Koninklijk Instituut Voor de Tropen,

1991.

Booth, Anne, et al., Sejarah Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES, 1988.

Boudet H. dan I.J. Brugmans, Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1987.

Breman, Jan, Arbeitsmigratie en Transformatie in Koloniaal Asie. Rotterdam: Comparative Asian Studies Programme, 1985.

Craandijk, H., “De Kolonisatie proef in Lampongsche Districten”, dalam

Kolobiale Studien,Tahun 2, Jilid II, tahun 1917-1918.

Darsiti Soeratman, “Kegagalan Usaha Percobaan Emigrasi ke Lampung oleh Pemerintah Kolonial pada awal abad 20”, dalam Buletin Fakultas Sastra

dan Kebudayaan, no. 6, 1986.

Dirjend Transmigrasi, Trnsmigrasi dan Pembangunan di Lampung. Jakarta: Dirjend Transmigrasi, 1977.

Eindresume, Jilid I. Batavia: Ernst & Co, 1876.

Elson, R.E., Village Java under Cultivition System 1830-1870. Sydney: Allen & Unwin, 1994.

Elst, P. van der, “Krisis Budi Daya Padi di Jawa”, dalam Sayogya dan W.L. Collier, Budi Daya Padi di Jawa. Jakarta: PT. Gramedia, 1986.

Encyclopaedie van Nedelansch-Indie, Tweede Deel. Leiden: N.V. v/h. E.J. Brill,

1918. hal. 294.

Everetts, Lee, Teori Migrasi (Terj.). Yogyakarta:P3K UGM, 1992.

Fokkens, P., Eindresume van het Onderzoek naar de Verplichte dienst der

Inlandsche en Madoera, 3 Jilid, Batavia: 1901-1903.

Geertz, C., Agriculture Involution. The Process of Ecological Change in Indonesia. Berkerley, University of California Press. 1963.

Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah (Terj). Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1999.

“Handelingen Tweede Kamer 1905-1906 24 november 1905”, dalam Staten-

Generaal digital: Parlementaire documenten uit de peiode 1814 tot 1994.

Heddy Shri-Ahimsa Putra, “ Nilai-Nilai luhur Budaya Jawa” disampaikan pada

Seminar Internasional Reaktualisasi Nilai-Nilai Luhur Budaya Jawa, di

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, pada tanggal 2 April 2008.

(11)

254

Heeren, H.J., Transmigration in Indonesia, Utrecht: J.AS. Boon and Sons, 1967. Heyting, H.G., “De Les van Wortelvaast Gedong Tataan”, dalam

Indische Gids. Tahun ke 60, jilid 2, 1938.

Husein Sayuti, ”Masyarakat Desa Transmigran di lampung”, dalam Alfian, et al, Kemiskinan Struktural. Jakarta: Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, 1980. Hutchinson, E.P. The Population Debate. Boston: Houghton MifflinCompany,

1967. Ida Bagus Mantre, Migrasi Penduduk di Indonesia: Berdasarkan

Hasil Survei Penduduk antar sensus 1985. Pusat Penelitian

Kependudukan, Lembaga Penelitian, Universitas Gadjah Mada 1986/ 1987.

Ida Bagus Mantre, Migrasi Penduduk di Indonesia: Berdasarkan Hasil Survei

Penduduk antar sensus 1985. Pusat Penelitian Kependudukan, Lembaga

Penelitian, Universitas Gadjah Mada 1986/1987.

Ida Bagus Mantre, “Population Problem and Resettlement Program in Indonesia”, dalam The Indonesian Journal of Geography, Vol. 12, No. 44. Desember 1882. Janssen, Janine, at al, “Migratie, vluchtelingen en veiligheid”, dalam Tijdschrift voor Veiligheid, 2017 (16) 2/3.

Joan Hardjono, Transmigrasi: dari Kolonisasi sampai Swakarsa.Jakarta: PT Gramedia, 1982.

Kamto Utomo, “A Village Resettlers in the Subdistrict Kaliredjo Lampung”, dalam Koentjaraningrat (ed.), Villages in Indonesia. London: Cornell University Press, 1974.

Kamto Utomo. Masyarakat Transmigran Spontan di Daerah Wai Sekampung. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1975.

Kano, Hiroyoshi, “Sistem Pemilikan tanag dan Masyarakat Desa di Jawa pada abad XIX”, dalam Sediono M.P. Tjondronegoro dan Gunawan Wiradi,

Dua Abad Penguasaan Tanah. Jakarta: PT Gramedia, 1984.

Kingston, Jeff, ”Agriculture Involution among Lampung’s Javanese”, dalam majalah Southeast Asian Studies. Vo. 27, no. 4, March 1990

Koentjaraningrat (ed.), Villages in Indonesia. London: Cornell University Press, 1974.

Kolonisatie-Bulletin, diterbitkan oleh Centrale Commissie voor Emigratie en Kolonisatie van Inheemschen, tahun 1937.

Kusubyono, S., “De Bevolking in Indonesie”, dalam Orion, Jrg.1 no. 33 (September 1984)

Lee, Everett S., “A Theori of Migration”, dalam Demrophy, Vol. 3: 47, 1976.

Levang, Patrice Ayo Ke Tanah Sabarang, Transmigrasi di Indonesia (Terj.). Jakarta: KPG, 2003.

(12)

Lommerse, Hanneke “Population Figures”, dalam Gert Oostindie (Ed.),

Dutch Colonialism, Migration and Cultural Heritage. Leiden: KITLV Press,

2008. Loos, H., “Landbouwkundig probleem bij de Javaancshe kolonisatie in Zuid-Sumatra”, dalam Laandbouw-Tijdschrift, 1935.

Lulofs.W.C., “Kolonisatie”, dalam Koloniale Studien, 1917-1918, Tweede Jaargang, Tweede Deel. Weltevreen: Albrecht & Co, 1918.

Manggistan, “Produksi padi di Jawa yang Tidak Mencukupi” dalam Sayogyo dan W.L. Collier, Budi Daya Padi Di Jawa (Jakarta: PT. Gramedia, 1986 Marsden, W., The Hitory of Sumatra, Singapore: Oxford University Press.

Massen, C.C.J., Javaansche Landbouw-kolonisatie in de Buitengewesten,1937. Mawarti Djoenoed Poesponegoro dan Nugroho Ntosusanto, Sejarah

Nasional Indonesia IV . Jakarta: Balai Pustaka, 1993.

Nur Aini, Kekurangmakmuran Penduduk di Pedesaan Residensi kedu, Jawa Tengah

pada Abad XIX-Awal abad XX .( Laporan Penelitian ). The Second Summer

Course in Indonesian Modern Economy History, Gadjah Mada University –Leiden University. Yogyakarta, 1997

Onderzoek naar Mindere Welvaart Inlandsche Bevolking. Batavia: Drukkerij G.

Kolff &Co, 1911.

Oostindie, Gert. Dutch Mogration And Cult Colonialism, Cultural Heritage. Leiden: KITLV, 2008.Pelzer, Karl J., “Ikhtisar dan Penilaian tentang Usaha Kolonisasi oleh Pemerintah Hindia Belanda”, dalam Joan Hardjono, Transmigrasi dari Kolonisasi sampai Swakarsa. Jakarta: PT Gramedia, 1982. Otoiu, Adrian, “Getting your Migration Analysis Together by Integrating Internal and International Migration”, dalam

Procedia-Social and Behavioral Sciences 149 ( 2014 ).

Otten, Mariel, Transmigrasi: Mitos and Reality: Indonesia Resettlement policy,

1965-1985. Copehagen: International Work Group in Indigenous

Affairs, 1986.

Pelzer, K.J, Pioneer Settlement in the Asiatic Tropic. New York: Institute of Pasific Relation, 1945. Peta Penyebanran Penduduk dan Penggunaan Tanah Sebelum

Transmigrasi 1920-1930 di Propinsi Lampung, yang diterbitkan oleh

Kerjasama Departemen Transmigras - Indonesia dengan Orstom – Perancis, 1989.

Prayudi Admosudirdjo (Penyadur), Sejarah Ekonomis sosiologis Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita, 1970.

Prior, R.G., Migration and Development in south-East asiana, A Demographic

Rahardjo, C.B., Benturan Nilai-Nilai Budaya di Daerah Transmigran. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 1985.

(13)

256

Sainz, J.P. Peres, Accumulation, State, and Transmigration in Inddonesia. Queensland: Centre for Southeast Asian Studies. 1982.

Sartono, K., Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Dari Imporium ke

Imperium, Jili I. Jakarta: PT Gramedia, 1987.

Sayogya, “Transmigrasi di Indonesia 1905-1985: Apa yang kita cari bersama”, dalam Sri-Edi Swasono dan Masri Singarimbun, Sepuluh

Windu Transmigrasi di Indonesia 1905-1985. Jakarta: UI Press. 1986.

Schalkwijk, W.C., “De Kolonisatieproeven in de Lampungsche Districten”, dalam Koloniale Studien, tahun ke 2, Jilid II, tahun 1917-1918.

Scheltema, A.M.P.A. The Food Comsumption of Native Inhabitants of Java and

Madura. Batavia, Landdrukkerij, 1936.

Soetardjo Kartohadikoesoemo, Desa. (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1984).

Sri-Edi Swasono, “Kependudukan, Koloisasi, dan Transmigrasi di Indonesia 1905-1985.” Dalam Sri-Edi Swasono dan Masri Singarimbun, Sepuluh

Windu Transmigrasi di Indonesia 1905-1985.Jakarta: UI Press, 1986.

Stoler, Ann Laura, Capitalism and Confrontation in Sumater’s Belt, 1970-1979. New Haven: Yale University Press. 1985.

Sudarno, “Kolonisasi di Gedong Tataan (Lampung) Tahun 1905-1917”, makalah dalam Kongres Nasional Sejarah Tahun 1996 yang diselenggarkan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, di Jakarta tahun 1996.

Sudarno, Kolonisasi dari Residensi Kedu ke Daerah Lampung (1905-1942): Suatu

Usaha Penyediaan Koeli Perkebunan. Penelitian Dosen Muda, Dikti Tahun

Anggaran 1997/1998.

Sugijanto Padmo, “Permindahan Penduduk dan Ekonomi Rakyat Jawa, 1900-1980”, dalam jurnal Humaniora No. 12 (Desember, 1999), hlm. 60.

Warsito Rukmadi, et al., Transmigrasi dari Derah Asal Sampai Benturan Budaya di

Tempat Pemukiman. Jakarta: PT. Rajawali Press, 1984.

Zwaal, J van de, “De Javanenkolonies Gedong Tataanen Wonosobo in de Lampongsche districten”,daalam Koloniale Tijdschrift, 1936.

Zwaal, J van de, “Nieuwe Javanenkolonies in de Lampongsche Districten”, dalam Koloniale Tijdschrift, 1936.

Zwaal, J van de, ”Transmigratie van Javanen naar de Buitengewesten”, dalam

Gambar

Tabel 1. Residensi Kedu 1901
Tabel 3. Jumlah Penduduk Residensi Kedu Migrasi ke daerah lain di Jawa 1930 (dalam jiwa)  Daerah yang dituju  Jumlah Penduduk Migrasi

Referensi

Dokumen terkait

Kendala-kendala yang dihadapi dalam mewujudkan implementasi kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Administrasi Jakarta Selatan

Secara umum, penelitin ini bertujuan untuk memeroleh gambaran tentang: Manajemen Pengembangan Human Capital Tenaga Kependidikan Menuju Perguruan Tinggi Unggul, di lingkungan

Dalam mengumpulkan data observasi digunakan instrumen observasi, yaitu alat yang berfungsi sebagai pedoman bagi observer untuk mencatat hasil pengamatannya tentang

Terkait dengan rencana pelanjutan pelayanan dari Saudara Febe Oriana Hermanto di tengah jemaat GKI Gunung Sahari dan sebagaimana yang di atur dalam Tata Gereja GKI

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang perpajakan khususnya dalam hal sosialisasi perpajakan, pelayanan fiskus, pelaksanaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat Pengaruh secara parsial yang signifikan dari variabel Kepemimpinan Transformasional terhadap Kepuasan Kerja, terdapat Pengaruh

Aliran permukaan atau yang biasa dikenal dengan surface runoff adalah air yang mengalir di permukaan pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh presipitasi tahunan (curah hujan

(2) Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya melakukan evaluasi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) Hari terhitung sejak Pelaku Usaha menyampaikan pemenuhan atas