Seperti simulator komputer, pikiran intuitif menyediakan jendela ke masa depan, memungkinkan penggunanya untuk menduga
permasalahan dan kemungkinan ke depan. Tidak hanya memberi pertanda kemungkinan bahaya, pikiran intuitif juga memberi pertanda akan adanya peluang dan sinyal yang diberikannya ke pikiran sadar bisa memperkirakan apa yang mungkin atau tidak mungkin terjadi, hasil yang mungkin bisa dituai dan bahaya yang mungkin ditemui ke depannya.
PERANGKAT PIKIRAN INTUITIF
Pikiran intuitif memiliki keinginan sendiri yang kuat dan
kadang-kadang tidak rasional. Namun, pikiran analitikal, adalah pembuat aturan, dan mengikuti aturan. Pikiran ini adalah penegak mental personal yang tidak hanya bisa memeriksa kelebihan tapi juga menghalangi pemikiran intuitif, seringkali terlalu birokratis, dan terikat aturan dalam organisasi.
Kadang-kadang pikiran analitis dan intuitif bisa bekerja bersama secara seimbang dan harmonis, di lain waktu bisa saling
berkontradiksi dan bersaing perhatian dan kendali pemikiran, perasaan, dan tindakan.
Perasaan adalah bahasa pikiran intuitif; kata-kata adalah bahasa pikiran analitis. Kata-kata meski bisa membentuk pendapat logis, hanya perkiraan dari perasaan – kata-kata bukanlah perasaan. Sebagai mahkluk sosial kita harus berbagi intuisi kita kepada keluarga,
teman-teman, kolega agar bisa memberikan mereka jendela pada pemikiran, perasaan, motivasi, dan maksud kita.
Ada empat musuh intuisi. Yaitu penilaian emosional, jika ini emosional apa pertandanya? Sebuah penilaian berprasangka, jika demikian kepada siapa Anda berprasangka dan kenapa? Penilaian berat sebelah, jika berat sebelah apa sumbernya? Khayalan tidak beralasan, jika ini khayalan apa yang jadi penyebabnya?
PIKIRAN YANG CAKAP
Ada yang pada dasarnya teliti sehingga memperhatikan detail dan menyukai rutinitas dan stabilitas, sedangkan lainnya lebih terbuka pada ide baru dan pengalaman baru. Pengaruhnya biasanya dari anggota keluarga yang cukup berpengaruh yang sangat intuitif atau analistis.
Beberapa jenis pendidikan dan pelatihan bisa mendorong analisa dan objektivitas, sedangkan yang lainnya memberikan ruang untuk subjektivitas dan intuisi. Dalam pekerjaan tertentu, bos, klien atau pemegang saham yang membuat keputusan – rata-rata – meminta manajer untuk lebih analistis atau sebaliknya.
Dalam bisnis dan manajemen, situasi dimana intuisi itu tepat antara lain:
Ketika data, situasi, atau cerita seseorang tidak pas dan terasa aneh maka orang intuitif akan merasakan adanya permasalahan. Ketika kita bertemu dengan situasi yang familiar, kita tahu harus berbuat apa, tidak perlu memeras keahlian kita, kita cukup bertindak tanpa perlu banyak pikir.
Pada situasi yang familiar, kita menganggap segala sesuatunya sesuai perkiraan kita. Ketika perkiraannya tidak tercapai, maka tanda bahaya intuitif akan menyala.
Saat kita berhadapan dengan berbagai macam data dan informasi yang terisolasi, pada situasi ini pikiran intuitif memungkinkan kita untuk mundur, menghindari “kelumpuhan analisa” dan melihat bagaimana segala sesuatunya bisa selaras.
Kadang-kadang hasil dari analisanya jelas dan tegas dan tidak
membutuhkan pemeriksaan apapun, tapi kadang-kadang bahkan saat datanya telah dianalisa akan ada perasaan tidak benar. Dalam situasi ini intuisi bisa menyalakan alarm untuk analisa ulang, dan
kemungkinan mengungkapkan beberapa kesalahan perhitungan dasar.
Dalam bisnis manajer seringkali harus bertindak cepat jika tidak peluangnya akan menguap atau diambil oleh pesaing. Mode intuisi menghindari kelumpuhan perencanaan. Memberikan keuntungan langkah pertama dan memungkinan manajer berpengalaman untuk mengantisipasi arah strategi yang tepat untuk bisnis.
Manajer intuitif
1. Spontan. Memiliki pengalaman, keahlian dan keyakinan untuk mempercayai intuisi dan bertindak berdasarkan naluri.
2. Holistik. Bisa mundur dan melihat gambaran umum, tanpa kalah oleh kelumpuhan analisa.
3. Afektif. Memperhatikan perasaan dan pengakuan bahwa data halus
yaitu perasaan sama pentingnya dengan data kasar, fakta. 4. Bisa keliru. Pikiran intuitif tidak selalu benar 100%. Tapi manajer
intuitif cenderung lebih sering “kena” daripada “meleset”. 5. Mengetahui. Dengan pembelajaran, pengalaman, dan feedback
selama bertahun-tahun manajer intuitif secara insting mengenali apa yang harus dilakukan tanpa bisa menjelaskan kenapa.
Riset yang sudah dijalankan selama beberapa tahun terakhir memberi petunjuk mengenai situasi dimana manajer cenderung menggunakan intuisi, situasinya antara lain:
· Dinamis: situasinya sering berubah-ubah, sulit dipastikan.
· Tidak terstruktur, semua faktanya tidak diketahui, atau tidak bisa dicari.
· Subjektif. Tidak ada jawaban yang murni benar atau salah, tapi keputusannya harus diambil.
· Baru: membutuhkan situasi yang belum pernah diketahui atau dialami siapapun di manapun.
· Berhubungan dengan orang-orang: melibatkan manusia dengan bermacam-macam kekurangan, kebodohan, dan kerumitannya. · Terburu waktu: tidak bisa menunggu untuk mengumpulkan data
atau analisa lebih rinci.
ILHAM, INTUISI, DAN INSTING MORAL Proses ilham adalah:
Persiapan, keterlibatan dan pengembangan keahlian yang memberikan intuisi kreatif sebuah substrat untuk dikerjakan. Inkubasi, mengendapkan permasalahan pada pikiran bawah sadar. Isyarat, suara-suara intuisi bawah sadar bahwa sebuah solusi akan muncul.
Verifikasi, proses sulit membuktikan kemanjuran ide dan memanfaatkannya semaksimal mungkin.
Ilham dan intuisi kreatif berpihak pada pikiran yang siap, jadi pelajarilah subjek Anda dan tunjukkan betapa Anda berminat
terhadapnya dan memungkinkan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jangan khawatir jika menemukan hambatan, banyak ilmuwan, teknolog, dan penemu terkenal yang mengalami hal yang sama, ini proses alami bagi setiap orang.
Santai, ikhlaskan dan tenang. Jangan berpikir terlalu keras, ilham datang ketika pikiran analistisnya dilepas, kadang-kadang lebih pintar untuk tidak terlalu berpikir.
Anda tidak akan pernah tahu kapan hubungan baru dari pikiran intuitif akan datang. Anda memiliki kekuatan untuk menciptakan
kondisi yang membuat pikiran intuitif bisa terjadi. Berharap yang tidak diharapkan.
Meski orang sering menggangap ilham dan intuisi itu sama ternyata ada perbedaan kecil dan penting.
1. Ilham itu objektif sedangkan intuisi itu subjektif. 2. Ilham itu jelas tapi intuisi kabur.
3. Ilham mudah diungkapkan tapi tidak demikian dengan intuisi. 4. Ilham bisa untuk konsumsi umum tapi intuisi lebih untuk pribadi. MEMBACA PIKIRAN INTUITIF
Pikiran analitis memfokuskan perhatiannya pada tugas berat menafsirkan maksud dari apa yang terucap oleh kedua pihak,
konsekuensinya tidak ada lagi sumber pemikiran selain dari itu. Pikiran intuitif berurusan dengan ‘non-verbal’, hal ini bersifat otomatis karena yang mengirimkan sinyal non-verbal tersebut tidak menyadarinya meski yang melihat bisa mengetahuinya dengan jelas.
MEMBACA LEBIH DARI KATA-KATA
Keselarasan bahasa-tubuh: pembicara tersenyum ketika
membicarakan tentang hal positif, merengut dengan hal-hal negatif, postur tubuh pembicara yang simetris. Tempo suara biasa. Bahasa tubuh mendukung pesan verbal.
JALAN PINTAS INTUITIF
Beberapa kesalahan yang berhubungan dengan intuisi: - Kecenderungan. Kita secara alami “kurang kesadaran” dan
membiarkan pikiran intuitif melakukan spesialisasinya – pemikiran ringan.
- Introspeksi. Sulit untuk sampai pada akar dari kesalahan logika: kita sulit berintrospeksi atas alasan dibalik pilihan kita.
- Fungsionalitas. Pikiran intuitif bekerja berdasarkan kemiripan dengan prototipe, bukan pada hukum probabilitas; pikiran kita berevolusi untuk berfungsi sesuai dengan kebiasaan dimana prototipe lebih penting dari probabilitas.
Dampak negatif dari stereotipe:
- Kemelekatan. Persepsi awal menjadi lekat, dan bisa saja menjadi reaksi tak terkontrol, tidak pantas dan seringkali negatif terhadap orang lain.
- Efek kelompok. Kelompok memiliki peran penting dalam
stereotipe; orang-orang biasanya berprasangka terhadap orang satu kelompok dan berprasangka dengan yang diluar kelompok. MELAWAN INTUISI YANG LEMAH
Kita harus secara aktif berusaha menyangkal hipotesa kita jika ada keterikatan emosi kita terhadap kondisi yang diinginkan di depan, dan terbuka akan bukti-bukti yang mendukung maupun melawannya tidak peduli betapa diinginkan atau menariknya visi tersebut.
Kita jangan mencari informasi yang mengkonfirmasi stereotipe kita, dan terbuka akan informasi yang menyangkali stereotipe kita,
terutama jika stereotipe itu bisa mengarah pada penilaian sosial yang negatif.
Kita harus berhati-hati terhadap kekuatan pemikiran kelompok, termasuk norma-norma dari sebuah kelompok profesional atau masyarakat secara keseluruhan; mayoritas dari sebuah kelompok bukanlah kebenaran mutlak. Kita harus bersiap menjadi sang penolak. Lima hal yang perlu dilakukan dan jangan dilakukan dari penilaian intuitif yang baik.
- Jangan memukul rata seseorang individu secara intuitif meski stereotipenya memiliki kemungkinan kebenaran.
- Berhati-hatilah terhadap kemungkinan. Keyakinan yang bersifat stereotipe bisa mengarahkan orang untuk bertindak sesuai dengan stereotipenya.
- Jangan berasumsi secara intuitif hanya karena seseorang itu anggota suatu kelompok mereka punya sifat yang sama dengan kelompok tersebut.
- Berhati-hatilah terhadap stereotipe yang mengandung unsur evaluatif.
- Nilailah orang berdasarkan karakter mereka, bukan oleh konsepi awal atau persepsi primitif.
ESP INTUITIF
MENGEMBANGKAN ESP INTUITIF
Penguasaan. Jadilah ahli. Kembangkan tingkat keahlian Anda dengan mengenali kompetensi kunci apa yang perlu Anda kembangkan, terlatihlah dalam keahlian ini dan dapatkan pengalaman
menggunakannya dalam lingkungan simulasi dan nyata. Manfaat dari praktek, pelatihan, mencari feedback yang terus menerus tidaklah berlebihan. ESP intuitif membutuhkan tingkat kompetensi tertinggi. Dukungan. Carilah dukungan. Bangun infrastruktur dukungan di sekitar Anda baik orang-orang, sumber daya, dan teknologi yang akan memudahkan jalan Anda dalam mengembangkan pengetahuan dan keahlian dan memberikan Anda feedback yang tepat. Ada orang yang sangat hebat dari setiap diri kita. ESP intuitif itu bersifat kolaboratif. Proaktif. Jadilah proaktif. Kelola pengalaman karir Anda untuk memberikan diri Anda paparan yang tepat, jadilah menonjol,
membangun jaringan dan ada ditempat yang tepat di saat yang tepat; orang-orang berhasil menciptakan keberuntungan mereka sendiri, dan keberhasilan melahirkan keberhasilan. ESP intuitif itu bisa dikendalikan.
OTAK INTUITIF
Persepsi, perilaku, dan penilaian kita secara tidak sadar bisa
dipengaruhi oleh kondisi emosional. Karena kita tidak bisa memasuki pikiran bawah sadar kita, kita sering mencari-cari alasan untuk tindakan kita. Diri sadar verbal kita kadang-kadang tidak mengetahui kenapa kita melakukan yang kita lakukan dan harus membuat
penjelasan yang mendekati akal kita.
Sebelum manusia menerapkan cost benefit analysis (CBA) atau dasar sebuah keputusan, jika terpikirkan hasil buruk yang berhubungan dengan pilihan tertentu maka nalurinya akan menyala.
Perasaannya bersifat somatik (karena berada dalam tubuh) dan menandai sebuah bayangan (bisa sesuatu yang dirasakan atau diingat, dan dalam berbagai cara, misalnya, penglihatan, pendengaran, atau sentuhan)
Penanda somatif memaksa perhatian seseorang kepada tindakan yang mengarah pada hasil negatif jika diikuti. Penanda somatif bisa mengarah pada penolakan dari sebuah jalur tindakan yang negatif atau penyempitan pilihan. CBA rasional masih bisa diterapkan setelah naluri menolak beberapa pilihan.
Ketika penanda somatif negatifnya berasosiasi dengan hasil masa depan tertentu maka akan berfungsi sebagai bel alarm (dan menandakan penghindaran). Ketika penanda somatif positifnya berasosiasi dengan hasil masa depan tertentu maka akan berfungsi sebagai penanda insentif (dan menandakan ketertarikan).
PEMIMPIN INTUITIF
Menciptakan kepercayaan antara pemimpin dan pengikut adalah dengan menetapkan arah yang jelas dan memiliki pengetahuan yang cukup, menciptakan lingkungan suportif, dan melatih pengikut, dan menunjukkan rasa tanggung jawab, nilai kebersamaan, keadilan dan kesetaraan.
Pemimpin intuitif dari sudut pandang Aristotelian adalah: Pintar: mendasarkan respon intuitifnya pada intelektual (nous), pengetahuan (episteme) dan keahlian (techne).
Berhati-hati: penuh kasih sayang, penuh kebajikan, dan empati, yang menyeimbangkan kepentingan terbaik mereka sendiri dengan
kepentingan pengikutnya dan masyarakat yang lebih luas melalui kehati-hatian (Phronesis)
Bijak. Pemimpin intuitif tahu bahwa mereka tidak tahu segalanya dan menjadi lebih pintar karena pengalaman dan usia dan berapa lama perjalanan mereka menuju kebijakan (Sophia)
Pemimpin harus bersikap penuh kebajikan karena memang itulah yang benar. Hanya dengan melakukan hal-hal penuh kebajikan maka pemimpin bisa membiasakan kebajikan. Kepemimpinan penuh
kebajikan jika dipraktikkan dengan baik dan cukup lama akan menjadi intuitif (kebiasaan). Instingtif pemimpin dan respon masyarakat terhadap situasi akan mengungkap seberapa baiknya sang pemimpin. Beberapa kebajikan pemimpin adalah: mendahulukan kepentingan orang lain, berani, berkomitmen, kreatif, bisa diandalkan, jujur, punya integritas, intelek, penuh inisiatif, dan setia.
Insting moral mengatakan kepada mereka secara intuitif kemana harus mencari dan mengungkapkan sasaran moralnya. Melalui pembelajaran, praktik, dan pengalaman kebaikan dari kepintaran dan moralitas menjadi kebiasaan dan membimbing tindakan mereka secara otomatis; dan seringkali pemimpin menjadi lebih ahli dalam “mengenai” sasaran moral.
INTELEKTUAL INTUITIF
Lingkungan pembelajaran yang baik mengarah pada pengembangan dari intuisi yang baik sebagai hasil dari feedback yang relevan dan akurat dan pengalaman pribadi yang luas. Sedangkan lingkungan pembelajaran jahat mengarah pada pengembangan dari intuisi yang buruk sebagai hasil dari feedback yang tidak relevan dan salah arah dan pengalaman pribadi yang terbatas.
SEMOGA ANDA MENIKMATI AQUARIUS NOTE INI. HAPPY READING! P P P P P P P P P P PERANGKAT PIKIRAN INTUITIF PIKIRAN YANG CAKAP
ILHAM, INTUISI DAN INSTING MORAL MEMBACA PIKIRAN INTUITIF JALAN PINTAS INTUITIF ESP INTUITIF OTAK INTUITIF PEMIMPIN INTUITIF INTELEKTUAL INTUITIF MINDMAP CONTENT
2
4
3
4
1
8
5
6
6
7
Learn More in Less Time
note
AQUARIUS
Alam melalui proses evolusi, telah melengkapi Homo Sapien dengan sistem persepsi, pemrosesan, dan pengambilan keputusan yang berjalan dengan sendirinya dan di luar pikiran sadar kita. Kita semua memiliki intuisi, kita mengalami
dampaknya, dan kita menjalani konsekuensi dari mendengarkan atau mengabaikannya. Intuisi bekerja secara pararel dengan pemikiran analitikal, dan
kedua pikiran itu dibutuhkan jika kita ingin berprestasi, menghasilkan, tumbuh dalam kehidupan professional dan personal kita.
PROFITING FROM THE POWER OF YOUR SIXTH SENSE
OLEH : EUGENE SADLER-SMITH
WILEY · 324 HALAMAN
ISBN-13: 978-0470721438
THE INTUITIVE MIND
Seperti simulator komputer, pikiran intuitif menyediakan jendela ke masa depan, memungkinkan penggunanya untuk menduga
permasalahan dan kemungkinan ke depan. Tidak hanya memberi pertanda kemungkinan bahaya, pikiran intuitif juga memberi pertanda akan adanya peluang dan sinyal yang diberikannya ke pikiran sadar bisa memperkirakan apa yang mungkin atau tidak mungkin terjadi, hasil yang mungkin bisa dituai dan bahaya yang mungkin ditemui ke depannya.
PERANGKAT PIKIRAN INTUITIF
Pikiran intuitif memiliki keinginan sendiri yang kuat dan
kadang-kadang tidak rasional. Namun, pikiran analitikal, adalah pembuat aturan, dan mengikuti aturan. Pikiran ini adalah penegak mental personal yang tidak hanya bisa memeriksa kelebihan tapi juga menghalangi pemikiran intuitif, seringkali terlalu birokratis, dan terikat aturan dalam organisasi.
Kadang-kadang pikiran analitis dan intuitif bisa bekerja bersama secara seimbang dan harmonis, di lain waktu bisa saling
berkontradiksi dan bersaing perhatian dan kendali pemikiran, perasaan, dan tindakan.
Perasaan adalah bahasa pikiran intuitif; kata-kata adalah bahasa pikiran analitis. Kata-kata meski bisa membentuk pendapat logis, hanya perkiraan dari perasaan – kata-kata bukanlah perasaan. Sebagai mahkluk sosial kita harus berbagi intuisi kita kepada keluarga,
teman-teman, kolega agar bisa memberikan mereka jendela pada pemikiran, perasaan, motivasi, dan maksud kita.
Ada empat musuh intuisi. Yaitu penilaian emosional, jika ini emosional apa pertandanya? Sebuah penilaian berprasangka, jika demikian kepada siapa Anda berprasangka dan kenapa? Penilaian berat sebelah, jika berat sebelah apa sumbernya? Khayalan tidak beralasan, jika ini khayalan apa yang jadi penyebabnya?
pada ide baru dan pengalaman baru. Pengaruhnya biasanya dari anggota keluarga yang cukup berpengaruh yang sangat intuitif atau analistis.
Beberapa jenis pendidikan dan pelatihan bisa mendorong analisa dan objektivitas, sedangkan yang lainnya memberikan ruang untuk subjektivitas dan intuisi. Dalam pekerjaan tertentu, bos, klien atau pemegang saham yang membuat keputusan – rata-rata – meminta manajer untuk lebih analistis atau sebaliknya.
Dalam bisnis dan manajemen, situasi dimana intuisi itu tepat antara lain:
Ketika data, situasi, atau cerita seseorang tidak pas dan terasa aneh maka orang intuitif akan merasakan adanya permasalahan. Ketika kita bertemu dengan situasi yang familiar, kita tahu harus berbuat apa, tidak perlu memeras keahlian kita, kita cukup bertindak tanpa perlu banyak pikir.
Pada situasi yang familiar, kita menganggap segala sesuatunya sesuai perkiraan kita. Ketika perkiraannya tidak tercapai, maka tanda bahaya intuitif akan menyala.
Saat kita berhadapan dengan berbagai macam data dan informasi yang terisolasi, pada situasi ini pikiran intuitif memungkinkan kita untuk mundur, menghindari “kelumpuhan analisa” dan melihat bagaimana segala sesuatunya bisa selaras.
Kadang-kadang hasil dari analisanya jelas dan tegas dan tidak
membutuhkan pemeriksaan apapun, tapi kadang-kadang bahkan saat datanya telah dianalisa akan ada perasaan tidak benar. Dalam situasi ini intuisi bisa menyalakan alarm untuk analisa ulang, dan
kemungkinan mengungkapkan beberapa kesalahan perhitungan dasar.
Dalam bisnis manajer seringkali harus bertindak cepat jika tidak peluangnya akan menguap atau diambil oleh pesaing. Mode intuisi menghindari kelumpuhan perencanaan. Memberikan keuntungan langkah pertama dan memungkinan manajer berpengalaman untuk mengantisipasi arah strategi yang tepat untuk bisnis.
Manajer intuitif
1. Spontan. Memiliki pengalaman, keahlian dan keyakinan untuk mempercayai intuisi dan bertindak berdasarkan naluri.
2. Holistik. Bisa mundur dan melihat gambaran umum, tanpa kalah oleh kelumpuhan analisa.
3. Afektif. Memperhatikan perasaan dan pengakuan bahwa data halus
selama bertahun-tahun manajer intuitif secara insting mengenali apa yang harus dilakukan tanpa bisa menjelaskan kenapa.
Riset yang sudah dijalankan selama beberapa tahun terakhir memberi petunjuk mengenai situasi dimana manajer cenderung menggunakan intuisi, situasinya antara lain:
· Dinamis: situasinya sering berubah-ubah, sulit dipastikan.
· Tidak terstruktur, semua faktanya tidak diketahui, atau tidak bisa dicari.
· Subjektif. Tidak ada jawaban yang murni benar atau salah, tapi keputusannya harus diambil.
· Baru: membutuhkan situasi yang belum pernah diketahui atau dialami siapapun di manapun.
· Berhubungan dengan orang-orang: melibatkan manusia dengan bermacam-macam kekurangan, kebodohan, dan kerumitannya. · Terburu waktu: tidak bisa menunggu untuk mengumpulkan data
atau analisa lebih rinci.
ILHAM, INTUISI, DAN INSTING MORAL Proses ilham adalah:
Persiapan, keterlibatan dan pengembangan keahlian yang memberikan intuisi kreatif sebuah substrat untuk dikerjakan. Inkubasi, mengendapkan permasalahan pada pikiran bawah sadar. Isyarat, suara-suara intuisi bawah sadar bahwa sebuah solusi akan muncul.
Verifikasi, proses sulit membuktikan kemanjuran ide dan memanfaatkannya semaksimal mungkin.
Ilham dan intuisi kreatif berpihak pada pikiran yang siap, jadi pelajarilah subjek Anda dan tunjukkan betapa Anda berminat
terhadapnya dan memungkinkan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jangan khawatir jika menemukan hambatan, banyak ilmuwan, teknolog, dan penemu terkenal yang mengalami hal yang sama, ini proses alami bagi setiap orang.
Santai, ikhlaskan dan tenang. Jangan berpikir terlalu keras, ilham datang ketika pikiran analistisnya dilepas, kadang-kadang lebih pintar untuk tidak terlalu berpikir.
Anda tidak akan pernah tahu kapan hubungan baru dari pikiran intuitif akan datang. Anda memiliki kekuatan untuk menciptakan
ada perbedaan kecil dan penting.
1. Ilham itu objektif sedangkan intuisi itu subjektif. 2. Ilham itu jelas tapi intuisi kabur.
3. Ilham mudah diungkapkan tapi tidak demikian dengan intuisi. 4. Ilham bisa untuk konsumsi umum tapi intuisi lebih untuk pribadi. MEMBACA PIKIRAN INTUITIF
Pikiran analitis memfokuskan perhatiannya pada tugas berat menafsirkan maksud dari apa yang terucap oleh kedua pihak,
konsekuensinya tidak ada lagi sumber pemikiran selain dari itu. Pikiran intuitif berurusan dengan ‘non-verbal’, hal ini bersifat otomatis karena yang mengirimkan sinyal non-verbal tersebut tidak menyadarinya meski yang melihat bisa mengetahuinya dengan jelas.
MEMBACA LEBIH DARI KATA-KATA
Keselarasan bahasa-tubuh: pembicara tersenyum ketika
membicarakan tentang hal positif, merengut dengan hal-hal negatif, postur tubuh pembicara yang simetris. Tempo suara biasa. Bahasa tubuh mendukung pesan verbal.
JALAN PINTAS INTUITIF
Beberapa kesalahan yang berhubungan dengan intuisi: - Kecenderungan. Kita secara alami “kurang kesadaran” dan
membiarkan pikiran intuitif melakukan spesialisasinya – pemikiran ringan.
- Introspeksi. Sulit untuk sampai pada akar dari kesalahan logika: kita sulit berintrospeksi atas alasan dibalik pilihan kita.
- Fungsionalitas. Pikiran intuitif bekerja berdasarkan kemiripan dengan prototipe, bukan pada hukum probabilitas; pikiran kita berevolusi untuk berfungsi sesuai dengan kebiasaan dimana prototipe lebih penting dari probabilitas.
Dampak negatif dari stereotipe:
- Kemelekatan. Persepsi awal menjadi lekat, dan bisa saja menjadi reaksi tak terkontrol, tidak pantas dan seringkali negatif terhadap orang lain.
- Efek kelompok. Kelompok memiliki peran penting dalam
stereotipe; orang-orang biasanya berprasangka terhadap orang satu kelompok dan berprasangka dengan yang diluar kelompok. MELAWAN INTUISI YANG LEMAH
Kita jangan mencari informasi yang mengkonfirmasi stereotipe kita, dan terbuka akan informasi yang menyangkali stereotipe kita,
terutama jika stereotipe itu bisa mengarah pada penilaian sosial yang negatif.
Kita harus berhati-hati terhadap kekuatan pemikiran kelompok, termasuk norma-norma dari sebuah kelompok profesional atau masyarakat secara keseluruhan; mayoritas dari sebuah kelompok bukanlah kebenaran mutlak. Kita harus bersiap menjadi sang penolak. Lima hal yang perlu dilakukan dan jangan dilakukan dari penilaian intuitif yang baik.
- Jangan memukul rata seseorang individu secara intuitif meski stereotipenya memiliki kemungkinan kebenaran.
- Berhati-hatilah terhadap kemungkinan. Keyakinan yang bersifat stereotipe bisa mengarahkan orang untuk bertindak sesuai dengan stereotipenya.
- Jangan berasumsi secara intuitif hanya karena seseorang itu anggota suatu kelompok mereka punya sifat yang sama dengan kelompok tersebut.
- Berhati-hatilah terhadap stereotipe yang mengandung unsur evaluatif.
- Nilailah orang berdasarkan karakter mereka, bukan oleh konsepi awal atau persepsi primitif.
ESP INTUITIF
MENGEMBANGKAN ESP INTUITIF
Penguasaan. Jadilah ahli. Kembangkan tingkat keahlian Anda dengan mengenali kompetensi kunci apa yang perlu Anda kembangkan, terlatihlah dalam keahlian ini dan dapatkan pengalaman
menggunakannya dalam lingkungan simulasi dan nyata. Manfaat dari praktek, pelatihan, mencari feedback yang terus menerus tidaklah berlebihan. ESP intuitif membutuhkan tingkat kompetensi tertinggi. Dukungan. Carilah dukungan. Bangun infrastruktur dukungan di sekitar Anda baik orang-orang, sumber daya, dan teknologi yang akan memudahkan jalan Anda dalam mengembangkan pengetahuan dan keahlian dan memberikan Anda feedback yang tepat. Ada orang yang sangat hebat dari setiap diri kita. ESP intuitif itu bersifat kolaboratif. Proaktif. Jadilah proaktif. Kelola pengalaman karir Anda untuk memberikan diri Anda paparan yang tepat, jadilah menonjol,
OTAK INTUITIF
Persepsi, perilaku, dan penilaian kita secara tidak sadar bisa
dipengaruhi oleh kondisi emosional. Karena kita tidak bisa memasuki pikiran bawah sadar kita, kita sering mencari-cari alasan untuk tindakan kita. Diri sadar verbal kita kadang-kadang tidak mengetahui kenapa kita melakukan yang kita lakukan dan harus membuat
penjelasan yang mendekati akal kita.
Sebelum manusia menerapkan cost benefit analysis (CBA) atau dasar sebuah keputusan, jika terpikirkan hasil buruk yang berhubungan dengan pilihan tertentu maka nalurinya akan menyala.
Perasaannya bersifat somatik (karena berada dalam tubuh) dan menandai sebuah bayangan (bisa sesuatu yang dirasakan atau diingat, dan dalam berbagai cara, misalnya, penglihatan, pendengaran, atau sentuhan)
Penanda somatif memaksa perhatian seseorang kepada tindakan yang mengarah pada hasil negatif jika diikuti. Penanda somatif bisa mengarah pada penolakan dari sebuah jalur tindakan yang negatif atau penyempitan pilihan. CBA rasional masih bisa diterapkan setelah naluri menolak beberapa pilihan.
Ketika penanda somatif negatifnya berasosiasi dengan hasil masa depan tertentu maka akan berfungsi sebagai bel alarm (dan menandakan penghindaran). Ketika penanda somatif positifnya berasosiasi dengan hasil masa depan tertentu maka akan berfungsi sebagai penanda insentif (dan menandakan ketertarikan).
PEMIMPIN INTUITIF
Menciptakan kepercayaan antara pemimpin dan pengikut adalah dengan menetapkan arah yang jelas dan memiliki pengetahuan yang cukup, menciptakan lingkungan suportif, dan melatih pengikut, dan menunjukkan rasa tanggung jawab, nilai kebersamaan, keadilan dan kesetaraan.
Pemimpin intuitif dari sudut pandang Aristotelian adalah: Pintar: mendasarkan respon intuitifnya pada intelektual (nous), pengetahuan (episteme) dan keahlian (techne).
Berhati-hati: penuh kasih sayang, penuh kebajikan, dan empati, yang menyeimbangkan kepentingan terbaik mereka sendiri dengan
menjadi lebih pintar karena pengalaman dan usia dan berapa lama perjalanan mereka menuju kebijakan (Sophia)
Pemimpin harus bersikap penuh kebajikan karena memang itulah yang benar. Hanya dengan melakukan hal-hal penuh kebajikan maka pemimpin bisa membiasakan kebajikan. Kepemimpinan penuh
kebajikan jika dipraktikkan dengan baik dan cukup lama akan menjadi intuitif (kebiasaan). Instingtif pemimpin dan respon masyarakat terhadap situasi akan mengungkap seberapa baiknya sang pemimpin. Beberapa kebajikan pemimpin adalah: mendahulukan kepentingan orang lain, berani, berkomitmen, kreatif, bisa diandalkan, jujur, punya integritas, intelek, penuh inisiatif, dan setia.
Insting moral mengatakan kepada mereka secara intuitif kemana harus mencari dan mengungkapkan sasaran moralnya. Melalui pembelajaran, praktik, dan pengalaman kebaikan dari kepintaran dan moralitas menjadi kebiasaan dan membimbing tindakan mereka secara otomatis; dan seringkali pemimpin menjadi lebih ahli dalam “mengenai” sasaran moral.
INTELEKTUAL INTUITIF
Lingkungan pembelajaran yang baik mengarah pada pengembangan dari intuisi yang baik sebagai hasil dari feedback yang relevan dan akurat dan pengalaman pribadi yang luas. Sedangkan lingkungan pembelajaran jahat mengarah pada pengembangan dari intuisi yang buruk sebagai hasil dari feedback yang tidak relevan dan salah arah dan pengalaman pribadi yang terbatas.
SEMOGA ANDA MENIKMATI AQUARIUS NOTE INI. HAPPY READING!
2
note
AQUARIUS
Copyright © 2014 AQUARIUS RESOURCES powered by : BACAKILAT. • All Rights Reserved • www.aquariusnote.comManajer harus menguasai alat dan cara-cara analisa untuk menghadapi permasalahan yang bersifat kuantitatif dan objektif, tapi bisnis modern juga membutuhkan pemimpin yang memiliki keahlian intuitif yang memungkinkan mereka untuk mengelola situasi yang tidak pasti dan tidak bisa dihitung dan membutuhkan penilaian inspiratif, informatif, dan beda tipis
Seperti simulator komputer, pikiran intuitif menyediakan jendela ke masa depan, memungkinkan penggunanya untuk menduga
permasalahan dan kemungkinan ke depan. Tidak hanya memberi pertanda kemungkinan bahaya, pikiran intuitif juga memberi pertanda akan adanya peluang dan sinyal yang diberikannya ke pikiran sadar bisa memperkirakan apa yang mungkin atau tidak mungkin terjadi, hasil yang mungkin bisa dituai dan bahaya yang mungkin ditemui ke depannya.
PERANGKAT PIKIRAN INTUITIF
Pikiran intuitif memiliki keinginan sendiri yang kuat dan
kadang-kadang tidak rasional. Namun, pikiran analitikal, adalah pembuat aturan, dan mengikuti aturan. Pikiran ini adalah penegak mental personal yang tidak hanya bisa memeriksa kelebihan tapi juga menghalangi pemikiran intuitif, seringkali terlalu birokratis, dan terikat aturan dalam organisasi.
Kadang-kadang pikiran analitis dan intuitif bisa bekerja bersama secara seimbang dan harmonis, di lain waktu bisa saling
berkontradiksi dan bersaing perhatian dan kendali pemikiran, perasaan, dan tindakan.
Perasaan adalah bahasa pikiran intuitif; kata-kata adalah bahasa pikiran analitis. Kata-kata meski bisa membentuk pendapat logis, hanya perkiraan dari perasaan – kata-kata bukanlah perasaan. Sebagai mahkluk sosial kita harus berbagi intuisi kita kepada keluarga,
teman-teman, kolega agar bisa memberikan mereka jendela pada pemikiran, perasaan, motivasi, dan maksud kita.
Ada empat musuh intuisi. Yaitu penilaian emosional, jika ini emosional apa pertandanya? Sebuah penilaian berprasangka, jika demikian kepada siapa Anda berprasangka dan kenapa? Penilaian berat sebelah, jika berat sebelah apa sumbernya? Khayalan tidak beralasan, jika ini khayalan apa yang jadi penyebabnya?
PIKIRAN YANG CAKAP
Ada yang pada dasarnya teliti sehingga memperhatikan detail dan menyukai rutinitas dan stabilitas, sedangkan lainnya lebih terbuka pada ide baru dan pengalaman baru. Pengaruhnya biasanya dari anggota keluarga yang cukup berpengaruh yang sangat intuitif atau analistis.
Beberapa jenis pendidikan dan pelatihan bisa mendorong analisa dan objektivitas, sedangkan yang lainnya memberikan ruang untuk subjektivitas dan intuisi. Dalam pekerjaan tertentu, bos, klien atau pemegang saham yang membuat keputusan – rata-rata – meminta manajer untuk lebih analistis atau sebaliknya.
Dalam bisnis dan manajemen, situasi dimana intuisi itu tepat antara lain:
Ketika data, situasi, atau cerita seseorang tidak pas dan terasa aneh maka orang intuitif akan merasakan adanya permasalahan. Ketika kita bertemu dengan situasi yang familiar, kita tahu harus berbuat apa, tidak perlu memeras keahlian kita, kita cukup bertindak tanpa perlu banyak pikir.
Pada situasi yang familiar, kita menganggap segala sesuatunya sesuai perkiraan kita. Ketika perkiraannya tidak tercapai, maka tanda bahaya intuitif akan menyala.
Saat kita berhadapan dengan berbagai macam data dan informasi yang terisolasi, pada situasi ini pikiran intuitif memungkinkan kita untuk mundur, menghindari “kelumpuhan analisa” dan melihat bagaimana segala sesuatunya bisa selaras.
Kadang-kadang hasil dari analisanya jelas dan tegas dan tidak
membutuhkan pemeriksaan apapun, tapi kadang-kadang bahkan saat datanya telah dianalisa akan ada perasaan tidak benar. Dalam situasi ini intuisi bisa menyalakan alarm untuk analisa ulang, dan
kemungkinan mengungkapkan beberapa kesalahan perhitungan dasar.
Dalam bisnis manajer seringkali harus bertindak cepat jika tidak peluangnya akan menguap atau diambil oleh pesaing. Mode intuisi menghindari kelumpuhan perencanaan. Memberikan keuntungan langkah pertama dan memungkinan manajer berpengalaman untuk mengantisipasi arah strategi yang tepat untuk bisnis.
Manajer intuitif
1. Spontan. Memiliki pengalaman, keahlian dan keyakinan untuk mempercayai intuisi dan bertindak berdasarkan naluri.
2. Holistik. Bisa mundur dan melihat gambaran umum, tanpa kalah oleh kelumpuhan analisa.
3. Afektif. Memperhatikan perasaan dan pengakuan bahwa data halus
yaitu perasaan sama pentingnya dengan data kasar, fakta. 4. Bisa keliru. Pikiran intuitif tidak selalu benar 100%. Tapi manajer
intuitif cenderung lebih sering “kena” daripada “meleset”. 5. Mengetahui. Dengan pembelajaran, pengalaman, dan feedback
selama bertahun-tahun manajer intuitif secara insting mengenali apa yang harus dilakukan tanpa bisa menjelaskan kenapa.
Riset yang sudah dijalankan selama beberapa tahun terakhir memberi petunjuk mengenai situasi dimana manajer cenderung menggunakan intuisi, situasinya antara lain:
· Dinamis: situasinya sering berubah-ubah, sulit dipastikan.
· Tidak terstruktur, semua faktanya tidak diketahui, atau tidak bisa dicari.
· Subjektif. Tidak ada jawaban yang murni benar atau salah, tapi keputusannya harus diambil.
· Baru: membutuhkan situasi yang belum pernah diketahui atau dialami siapapun di manapun.
· Berhubungan dengan orang-orang: melibatkan manusia dengan bermacam-macam kekurangan, kebodohan, dan kerumitannya. · Terburu waktu: tidak bisa menunggu untuk mengumpulkan data
atau analisa lebih rinci.
ILHAM, INTUISI, DAN INSTING MORAL Proses ilham adalah:
Persiapan, keterlibatan dan pengembangan keahlian yang memberikan intuisi kreatif sebuah substrat untuk dikerjakan. Inkubasi, mengendapkan permasalahan pada pikiran bawah sadar. Isyarat, suara-suara intuisi bawah sadar bahwa sebuah solusi akan muncul.
Verifikasi, proses sulit membuktikan kemanjuran ide dan memanfaatkannya semaksimal mungkin.
Ilham dan intuisi kreatif berpihak pada pikiran yang siap, jadi pelajarilah subjek Anda dan tunjukkan betapa Anda berminat
terhadapnya dan memungkinkan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jangan khawatir jika menemukan hambatan, banyak ilmuwan, teknolog, dan penemu terkenal yang mengalami hal yang sama, ini proses alami bagi setiap orang.
Santai, ikhlaskan dan tenang. Jangan berpikir terlalu keras, ilham datang ketika pikiran analistisnya dilepas, kadang-kadang lebih pintar untuk tidak terlalu berpikir.
Anda tidak akan pernah tahu kapan hubungan baru dari pikiran intuitif akan datang. Anda memiliki kekuatan untuk menciptakan
kondisi yang membuat pikiran intuitif bisa terjadi. Berharap yang tidak diharapkan.
Meski orang sering menggangap ilham dan intuisi itu sama ternyata ada perbedaan kecil dan penting.
1. Ilham itu objektif sedangkan intuisi itu subjektif. 2. Ilham itu jelas tapi intuisi kabur.
3. Ilham mudah diungkapkan tapi tidak demikian dengan intuisi. 4. Ilham bisa untuk konsumsi umum tapi intuisi lebih untuk pribadi. MEMBACA PIKIRAN INTUITIF
Pikiran analitis memfokuskan perhatiannya pada tugas berat menafsirkan maksud dari apa yang terucap oleh kedua pihak,
konsekuensinya tidak ada lagi sumber pemikiran selain dari itu. Pikiran intuitif berurusan dengan ‘non-verbal’, hal ini bersifat otomatis karena yang mengirimkan sinyal non-verbal tersebut tidak menyadarinya meski yang melihat bisa mengetahuinya dengan jelas.
MEMBACA LEBIH DARI KATA-KATA
Keselarasan bahasa-tubuh: pembicara tersenyum ketika
membicarakan tentang hal positif, merengut dengan hal-hal negatif, postur tubuh pembicara yang simetris. Tempo suara biasa. Bahasa tubuh mendukung pesan verbal.
JALAN PINTAS INTUITIF
Beberapa kesalahan yang berhubungan dengan intuisi: - Kecenderungan. Kita secara alami “kurang kesadaran” dan
membiarkan pikiran intuitif melakukan spesialisasinya – pemikiran ringan.
- Introspeksi. Sulit untuk sampai pada akar dari kesalahan logika: kita sulit berintrospeksi atas alasan dibalik pilihan kita.
- Fungsionalitas. Pikiran intuitif bekerja berdasarkan kemiripan dengan prototipe, bukan pada hukum probabilitas; pikiran kita berevolusi untuk berfungsi sesuai dengan kebiasaan dimana prototipe lebih penting dari probabilitas.
Dampak negatif dari stereotipe:
- Kemelekatan. Persepsi awal menjadi lekat, dan bisa saja menjadi reaksi tak terkontrol, tidak pantas dan seringkali negatif terhadap orang lain.
- Efek kelompok. Kelompok memiliki peran penting dalam
stereotipe; orang-orang biasanya berprasangka terhadap orang satu kelompok dan berprasangka dengan yang diluar kelompok. MELAWAN INTUISI YANG LEMAH
Kita harus secara aktif berusaha menyangkal hipotesa kita jika ada keterikatan emosi kita terhadap kondisi yang diinginkan di depan, dan terbuka akan bukti-bukti yang mendukung maupun melawannya tidak peduli betapa diinginkan atau menariknya visi tersebut.
Kita jangan mencari informasi yang mengkonfirmasi stereotipe kita, dan terbuka akan informasi yang menyangkali stereotipe kita,
terutama jika stereotipe itu bisa mengarah pada penilaian sosial yang negatif.
Kita harus berhati-hati terhadap kekuatan pemikiran kelompok, termasuk norma-norma dari sebuah kelompok profesional atau masyarakat secara keseluruhan; mayoritas dari sebuah kelompok bukanlah kebenaran mutlak. Kita harus bersiap menjadi sang penolak. Lima hal yang perlu dilakukan dan jangan dilakukan dari penilaian intuitif yang baik.
- Jangan memukul rata seseorang individu secara intuitif meski stereotipenya memiliki kemungkinan kebenaran.
- Berhati-hatilah terhadap kemungkinan. Keyakinan yang bersifat stereotipe bisa mengarahkan orang untuk bertindak sesuai dengan stereotipenya.
- Jangan berasumsi secara intuitif hanya karena seseorang itu anggota suatu kelompok mereka punya sifat yang sama dengan kelompok tersebut.
- Berhati-hatilah terhadap stereotipe yang mengandung unsur evaluatif.
- Nilailah orang berdasarkan karakter mereka, bukan oleh konsepi awal atau persepsi primitif.
ESP INTUITIF
MENGEMBANGKAN ESP INTUITIF
Penguasaan. Jadilah ahli. Kembangkan tingkat keahlian Anda dengan mengenali kompetensi kunci apa yang perlu Anda kembangkan, terlatihlah dalam keahlian ini dan dapatkan pengalaman
menggunakannya dalam lingkungan simulasi dan nyata. Manfaat dari praktek, pelatihan, mencari feedback yang terus menerus tidaklah berlebihan. ESP intuitif membutuhkan tingkat kompetensi tertinggi. Dukungan. Carilah dukungan. Bangun infrastruktur dukungan di sekitar Anda baik orang-orang, sumber daya, dan teknologi yang akan memudahkan jalan Anda dalam mengembangkan pengetahuan dan keahlian dan memberikan Anda feedback yang tepat. Ada orang yang sangat hebat dari setiap diri kita. ESP intuitif itu bersifat kolaboratif. Proaktif. Jadilah proaktif. Kelola pengalaman karir Anda untuk memberikan diri Anda paparan yang tepat, jadilah menonjol,
membangun jaringan dan ada ditempat yang tepat di saat yang tepat; orang-orang berhasil menciptakan keberuntungan mereka sendiri, dan keberhasilan melahirkan keberhasilan. ESP intuitif itu bisa dikendalikan.
OTAK INTUITIF
Persepsi, perilaku, dan penilaian kita secara tidak sadar bisa
dipengaruhi oleh kondisi emosional. Karena kita tidak bisa memasuki pikiran bawah sadar kita, kita sering mencari-cari alasan untuk tindakan kita. Diri sadar verbal kita kadang-kadang tidak mengetahui kenapa kita melakukan yang kita lakukan dan harus membuat
penjelasan yang mendekati akal kita.
Sebelum manusia menerapkan cost benefit analysis (CBA) atau dasar sebuah keputusan, jika terpikirkan hasil buruk yang berhubungan dengan pilihan tertentu maka nalurinya akan menyala.
Perasaannya bersifat somatik (karena berada dalam tubuh) dan menandai sebuah bayangan (bisa sesuatu yang dirasakan atau diingat, dan dalam berbagai cara, misalnya, penglihatan, pendengaran, atau sentuhan)
Penanda somatif memaksa perhatian seseorang kepada tindakan yang mengarah pada hasil negatif jika diikuti. Penanda somatif bisa mengarah pada penolakan dari sebuah jalur tindakan yang negatif atau penyempitan pilihan. CBA rasional masih bisa diterapkan setelah naluri menolak beberapa pilihan.
Ketika penanda somatif negatifnya berasosiasi dengan hasil masa depan tertentu maka akan berfungsi sebagai bel alarm (dan menandakan penghindaran). Ketika penanda somatif positifnya berasosiasi dengan hasil masa depan tertentu maka akan berfungsi sebagai penanda insentif (dan menandakan ketertarikan).
PEMIMPIN INTUITIF
Menciptakan kepercayaan antara pemimpin dan pengikut adalah dengan menetapkan arah yang jelas dan memiliki pengetahuan yang cukup, menciptakan lingkungan suportif, dan melatih pengikut, dan menunjukkan rasa tanggung jawab, nilai kebersamaan, keadilan dan kesetaraan.
Pemimpin intuitif dari sudut pandang Aristotelian adalah: Pintar: mendasarkan respon intuitifnya pada intelektual (nous), pengetahuan (episteme) dan keahlian (techne).
Berhati-hati: penuh kasih sayang, penuh kebajikan, dan empati, yang menyeimbangkan kepentingan terbaik mereka sendiri dengan
kepentingan pengikutnya dan masyarakat yang lebih luas melalui kehati-hatian (Phronesis)
Bijak. Pemimpin intuitif tahu bahwa mereka tidak tahu segalanya dan menjadi lebih pintar karena pengalaman dan usia dan berapa lama perjalanan mereka menuju kebijakan (Sophia)
Pemimpin harus bersikap penuh kebajikan karena memang itulah yang benar. Hanya dengan melakukan hal-hal penuh kebajikan maka pemimpin bisa membiasakan kebajikan. Kepemimpinan penuh
kebajikan jika dipraktikkan dengan baik dan cukup lama akan menjadi intuitif (kebiasaan). Instingtif pemimpin dan respon masyarakat terhadap situasi akan mengungkap seberapa baiknya sang pemimpin. Beberapa kebajikan pemimpin adalah: mendahulukan kepentingan orang lain, berani, berkomitmen, kreatif, bisa diandalkan, jujur, punya integritas, intelek, penuh inisiatif, dan setia.
Insting moral mengatakan kepada mereka secara intuitif kemana harus mencari dan mengungkapkan sasaran moralnya. Melalui pembelajaran, praktik, dan pengalaman kebaikan dari kepintaran dan moralitas menjadi kebiasaan dan membimbing tindakan mereka secara otomatis; dan seringkali pemimpin menjadi lebih ahli dalam “mengenai” sasaran moral.
INTELEKTUAL INTUITIF
Lingkungan pembelajaran yang baik mengarah pada pengembangan dari intuisi yang baik sebagai hasil dari feedback yang relevan dan akurat dan pengalaman pribadi yang luas. Sedangkan lingkungan pembelajaran jahat mengarah pada pengembangan dari intuisi yang buruk sebagai hasil dari feedback yang tidak relevan dan salah arah dan pengalaman pribadi yang terbatas.
SEMOGA ANDA MENIKMATI AQUARIUS NOTE INI. HAPPY READING!
Untuk keluar dari zona nyaman, Anda harus bisa mencoba pendekatan yang berbeda dalam sebuah situasi yang aman. Mempraktekkan intuisi Anda dalam situasi yang nyata bisa berisiko bagi Anda dan orang lain. Hal itu juga bisa menimbulkan ketakutan yang merupakan halangan terbesar untuk pembelajaran apapun
Seperti simulator komputer, pikiran intuitif menyediakan jendela ke masa depan, memungkinkan penggunanya untuk menduga
permasalahan dan kemungkinan ke depan. Tidak hanya memberi pertanda kemungkinan bahaya, pikiran intuitif juga memberi pertanda akan adanya peluang dan sinyal yang diberikannya ke pikiran sadar bisa memperkirakan apa yang mungkin atau tidak mungkin terjadi, hasil yang mungkin bisa dituai dan bahaya yang mungkin ditemui ke depannya.
PERANGKAT PIKIRAN INTUITIF
Pikiran intuitif memiliki keinginan sendiri yang kuat dan
kadang-kadang tidak rasional. Namun, pikiran analitikal, adalah pembuat aturan, dan mengikuti aturan. Pikiran ini adalah penegak mental personal yang tidak hanya bisa memeriksa kelebihan tapi juga menghalangi pemikiran intuitif, seringkali terlalu birokratis, dan terikat aturan dalam organisasi.
Kadang-kadang pikiran analitis dan intuitif bisa bekerja bersama secara seimbang dan harmonis, di lain waktu bisa saling
berkontradiksi dan bersaing perhatian dan kendali pemikiran, perasaan, dan tindakan.
Perasaan adalah bahasa pikiran intuitif; kata-kata adalah bahasa pikiran analitis. Kata-kata meski bisa membentuk pendapat logis, hanya perkiraan dari perasaan – kata-kata bukanlah perasaan. Sebagai mahkluk sosial kita harus berbagi intuisi kita kepada keluarga,
teman-teman, kolega agar bisa memberikan mereka jendela pada pemikiran, perasaan, motivasi, dan maksud kita.
Ada empat musuh intuisi. Yaitu penilaian emosional, jika ini emosional apa pertandanya? Sebuah penilaian berprasangka, jika demikian kepada siapa Anda berprasangka dan kenapa? Penilaian berat sebelah, jika berat sebelah apa sumbernya? Khayalan tidak beralasan, jika ini khayalan apa yang jadi penyebabnya?
pada ide baru dan pengalaman baru. Pengaruhnya biasanya dari anggota keluarga yang cukup berpengaruh yang sangat intuitif atau analistis.
Beberapa jenis pendidikan dan pelatihan bisa mendorong analisa dan objektivitas, sedangkan yang lainnya memberikan ruang untuk subjektivitas dan intuisi. Dalam pekerjaan tertentu, bos, klien atau pemegang saham yang membuat keputusan – rata-rata – meminta manajer untuk lebih analistis atau sebaliknya.
Dalam bisnis dan manajemen, situasi dimana intuisi itu tepat antara lain:
Ketika data, situasi, atau cerita seseorang tidak pas dan terasa aneh maka orang intuitif akan merasakan adanya permasalahan. Ketika kita bertemu dengan situasi yang familiar, kita tahu harus berbuat apa, tidak perlu memeras keahlian kita, kita cukup bertindak tanpa perlu banyak pikir.
Pada situasi yang familiar, kita menganggap segala sesuatunya sesuai perkiraan kita. Ketika perkiraannya tidak tercapai, maka tanda bahaya intuitif akan menyala.
Saat kita berhadapan dengan berbagai macam data dan informasi yang terisolasi, pada situasi ini pikiran intuitif memungkinkan kita untuk mundur, menghindari “kelumpuhan analisa” dan melihat bagaimana segala sesuatunya bisa selaras.
Kadang-kadang hasil dari analisanya jelas dan tegas dan tidak
membutuhkan pemeriksaan apapun, tapi kadang-kadang bahkan saat datanya telah dianalisa akan ada perasaan tidak benar. Dalam situasi ini intuisi bisa menyalakan alarm untuk analisa ulang, dan
kemungkinan mengungkapkan beberapa kesalahan perhitungan dasar.
Dalam bisnis manajer seringkali harus bertindak cepat jika tidak peluangnya akan menguap atau diambil oleh pesaing. Mode intuisi menghindari kelumpuhan perencanaan. Memberikan keuntungan langkah pertama dan memungkinan manajer berpengalaman untuk mengantisipasi arah strategi yang tepat untuk bisnis.
Manajer intuitif
1. Spontan. Memiliki pengalaman, keahlian dan keyakinan untuk mempercayai intuisi dan bertindak berdasarkan naluri.
2. Holistik. Bisa mundur dan melihat gambaran umum, tanpa kalah oleh kelumpuhan analisa.
3. Afektif. Memperhatikan perasaan dan pengakuan bahwa data halus
selama bertahun-tahun manajer intuitif secara insting mengenali apa yang harus dilakukan tanpa bisa menjelaskan kenapa.
Riset yang sudah dijalankan selama beberapa tahun terakhir memberi petunjuk mengenai situasi dimana manajer cenderung menggunakan intuisi, situasinya antara lain:
· Dinamis: situasinya sering berubah-ubah, sulit dipastikan.
· Tidak terstruktur, semua faktanya tidak diketahui, atau tidak bisa dicari.
· Subjektif. Tidak ada jawaban yang murni benar atau salah, tapi keputusannya harus diambil.
· Baru: membutuhkan situasi yang belum pernah diketahui atau dialami siapapun di manapun.
· Berhubungan dengan orang-orang: melibatkan manusia dengan bermacam-macam kekurangan, kebodohan, dan kerumitannya. · Terburu waktu: tidak bisa menunggu untuk mengumpulkan data
atau analisa lebih rinci.
ILHAM, INTUISI, DAN INSTING MORAL Proses ilham adalah:
Persiapan, keterlibatan dan pengembangan keahlian yang memberikan intuisi kreatif sebuah substrat untuk dikerjakan. Inkubasi, mengendapkan permasalahan pada pikiran bawah sadar. Isyarat, suara-suara intuisi bawah sadar bahwa sebuah solusi akan muncul.
Verifikasi, proses sulit membuktikan kemanjuran ide dan memanfaatkannya semaksimal mungkin.
Ilham dan intuisi kreatif berpihak pada pikiran yang siap, jadi pelajarilah subjek Anda dan tunjukkan betapa Anda berminat
terhadapnya dan memungkinkan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jangan khawatir jika menemukan hambatan, banyak ilmuwan, teknolog, dan penemu terkenal yang mengalami hal yang sama, ini proses alami bagi setiap orang.
Santai, ikhlaskan dan tenang. Jangan berpikir terlalu keras, ilham datang ketika pikiran analistisnya dilepas, kadang-kadang lebih pintar untuk tidak terlalu berpikir.
Anda tidak akan pernah tahu kapan hubungan baru dari pikiran intuitif akan datang. Anda memiliki kekuatan untuk menciptakan
ada perbedaan kecil dan penting.
1. Ilham itu objektif sedangkan intuisi itu subjektif. 2. Ilham itu jelas tapi intuisi kabur.
3. Ilham mudah diungkapkan tapi tidak demikian dengan intuisi. 4. Ilham bisa untuk konsumsi umum tapi intuisi lebih untuk pribadi. MEMBACA PIKIRAN INTUITIF
Pikiran analitis memfokuskan perhatiannya pada tugas berat menafsirkan maksud dari apa yang terucap oleh kedua pihak,
konsekuensinya tidak ada lagi sumber pemikiran selain dari itu. Pikiran intuitif berurusan dengan ‘non-verbal’, hal ini bersifat otomatis karena yang mengirimkan sinyal non-verbal tersebut tidak menyadarinya meski yang melihat bisa mengetahuinya dengan jelas.
MEMBACA LEBIH DARI KATA-KATA
Keselarasan bahasa-tubuh: pembicara tersenyum ketika
membicarakan tentang hal positif, merengut dengan hal-hal negatif, postur tubuh pembicara yang simetris. Tempo suara biasa. Bahasa tubuh mendukung pesan verbal.
JALAN PINTAS INTUITIF
Beberapa kesalahan yang berhubungan dengan intuisi: - Kecenderungan. Kita secara alami “kurang kesadaran” dan
membiarkan pikiran intuitif melakukan spesialisasinya – pemikiran ringan.
- Introspeksi. Sulit untuk sampai pada akar dari kesalahan logika: kita sulit berintrospeksi atas alasan dibalik pilihan kita.
- Fungsionalitas. Pikiran intuitif bekerja berdasarkan kemiripan dengan prototipe, bukan pada hukum probabilitas; pikiran kita berevolusi untuk berfungsi sesuai dengan kebiasaan dimana prototipe lebih penting dari probabilitas.
Dampak negatif dari stereotipe:
- Kemelekatan. Persepsi awal menjadi lekat, dan bisa saja menjadi reaksi tak terkontrol, tidak pantas dan seringkali negatif terhadap orang lain.
- Efek kelompok. Kelompok memiliki peran penting dalam
stereotipe; orang-orang biasanya berprasangka terhadap orang satu kelompok dan berprasangka dengan yang diluar kelompok. MELAWAN INTUISI YANG LEMAH
Kita jangan mencari informasi yang mengkonfirmasi stereotipe kita, dan terbuka akan informasi yang menyangkali stereotipe kita,
terutama jika stereotipe itu bisa mengarah pada penilaian sosial yang negatif.
Kita harus berhati-hati terhadap kekuatan pemikiran kelompok, termasuk norma-norma dari sebuah kelompok profesional atau masyarakat secara keseluruhan; mayoritas dari sebuah kelompok bukanlah kebenaran mutlak. Kita harus bersiap menjadi sang penolak. Lima hal yang perlu dilakukan dan jangan dilakukan dari penilaian intuitif yang baik.
- Jangan memukul rata seseorang individu secara intuitif meski stereotipenya memiliki kemungkinan kebenaran.
- Berhati-hatilah terhadap kemungkinan. Keyakinan yang bersifat stereotipe bisa mengarahkan orang untuk bertindak sesuai dengan stereotipenya.
- Jangan berasumsi secara intuitif hanya karena seseorang itu anggota suatu kelompok mereka punya sifat yang sama dengan kelompok tersebut.
- Berhati-hatilah terhadap stereotipe yang mengandung unsur evaluatif.
- Nilailah orang berdasarkan karakter mereka, bukan oleh konsepi awal atau persepsi primitif.
ESP INTUITIF
MENGEMBANGKAN ESP INTUITIF
Penguasaan. Jadilah ahli. Kembangkan tingkat keahlian Anda dengan mengenali kompetensi kunci apa yang perlu Anda kembangkan, terlatihlah dalam keahlian ini dan dapatkan pengalaman
menggunakannya dalam lingkungan simulasi dan nyata. Manfaat dari praktek, pelatihan, mencari feedback yang terus menerus tidaklah berlebihan. ESP intuitif membutuhkan tingkat kompetensi tertinggi. Dukungan. Carilah dukungan. Bangun infrastruktur dukungan di sekitar Anda baik orang-orang, sumber daya, dan teknologi yang akan memudahkan jalan Anda dalam mengembangkan pengetahuan dan keahlian dan memberikan Anda feedback yang tepat. Ada orang yang sangat hebat dari setiap diri kita. ESP intuitif itu bersifat kolaboratif. Proaktif. Jadilah proaktif. Kelola pengalaman karir Anda untuk memberikan diri Anda paparan yang tepat, jadilah menonjol,
OTAK INTUITIF
Persepsi, perilaku, dan penilaian kita secara tidak sadar bisa
dipengaruhi oleh kondisi emosional. Karena kita tidak bisa memasuki pikiran bawah sadar kita, kita sering mencari-cari alasan untuk tindakan kita. Diri sadar verbal kita kadang-kadang tidak mengetahui kenapa kita melakukan yang kita lakukan dan harus membuat
penjelasan yang mendekati akal kita.
Sebelum manusia menerapkan cost benefit analysis (CBA) atau dasar sebuah keputusan, jika terpikirkan hasil buruk yang berhubungan dengan pilihan tertentu maka nalurinya akan menyala.
Perasaannya bersifat somatik (karena berada dalam tubuh) dan menandai sebuah bayangan (bisa sesuatu yang dirasakan atau diingat, dan dalam berbagai cara, misalnya, penglihatan, pendengaran, atau sentuhan)
Penanda somatif memaksa perhatian seseorang kepada tindakan yang mengarah pada hasil negatif jika diikuti. Penanda somatif bisa mengarah pada penolakan dari sebuah jalur tindakan yang negatif atau penyempitan pilihan. CBA rasional masih bisa diterapkan setelah naluri menolak beberapa pilihan.
Ketika penanda somatif negatifnya berasosiasi dengan hasil masa depan tertentu maka akan berfungsi sebagai bel alarm (dan menandakan penghindaran). Ketika penanda somatif positifnya berasosiasi dengan hasil masa depan tertentu maka akan berfungsi sebagai penanda insentif (dan menandakan ketertarikan).
PEMIMPIN INTUITIF
Menciptakan kepercayaan antara pemimpin dan pengikut adalah dengan menetapkan arah yang jelas dan memiliki pengetahuan yang cukup, menciptakan lingkungan suportif, dan melatih pengikut, dan menunjukkan rasa tanggung jawab, nilai kebersamaan, keadilan dan kesetaraan.
Pemimpin intuitif dari sudut pandang Aristotelian adalah: Pintar: mendasarkan respon intuitifnya pada intelektual (nous), pengetahuan (episteme) dan keahlian (techne).
Berhati-hati: penuh kasih sayang, penuh kebajikan, dan empati, yang menyeimbangkan kepentingan terbaik mereka sendiri dengan
menjadi lebih pintar karena pengalaman dan usia dan berapa lama perjalanan mereka menuju kebijakan (Sophia)
Pemimpin harus bersikap penuh kebajikan karena memang itulah yang benar. Hanya dengan melakukan hal-hal penuh kebajikan maka pemimpin bisa membiasakan kebajikan. Kepemimpinan penuh
kebajikan jika dipraktikkan dengan baik dan cukup lama akan menjadi intuitif (kebiasaan). Instingtif pemimpin dan respon masyarakat terhadap situasi akan mengungkap seberapa baiknya sang pemimpin. Beberapa kebajikan pemimpin adalah: mendahulukan kepentingan orang lain, berani, berkomitmen, kreatif, bisa diandalkan, jujur, punya integritas, intelek, penuh inisiatif, dan setia.
Insting moral mengatakan kepada mereka secara intuitif kemana harus mencari dan mengungkapkan sasaran moralnya. Melalui pembelajaran, praktik, dan pengalaman kebaikan dari kepintaran dan moralitas menjadi kebiasaan dan membimbing tindakan mereka secara otomatis; dan seringkali pemimpin menjadi lebih ahli dalam “mengenai” sasaran moral.
INTELEKTUAL INTUITIF
Lingkungan pembelajaran yang baik mengarah pada pengembangan dari intuisi yang baik sebagai hasil dari feedback yang relevan dan akurat dan pengalaman pribadi yang luas. Sedangkan lingkungan pembelajaran jahat mengarah pada pengembangan dari intuisi yang buruk sebagai hasil dari feedback yang tidak relevan dan salah arah dan pengalaman pribadi yang terbatas.
SEMOGA ANDA MENIKMATI AQUARIUS NOTE INI. HAPPY READING!
4
note
AQUARIUS
Copyright © 2014 AQUARIUS RESOURCES powered by : BACAKILAT. • All Rights Reserved • www.aquariusnote.commemungkinkan kita untuk merasakan hubungan baru. Analisa, jika diikuti dengan buta, membuat kita tidak bisa membuat hubungan baru dan memandang dunia dengan cara yang berbeda. Insting moral memungkinkan kita merasakan secara intuitif kebenaran atau ketidakbenaran dari pemikiran atau tindakan kita
Pembicara tampak ragu atau kurang percaya diri dalam pesannya dan memancarkan emosi yang menyangkal kata-katanya sendiri. Postur pembicara tidak simetris. Pergerakannya tidak teratur. Bahasa tubuh yang berkontradiksi dengan pesan verbal.
Seperti simulator komputer, pikiran intuitif menyediakan jendela ke masa depan, memungkinkan penggunanya untuk menduga
permasalahan dan kemungkinan ke depan. Tidak hanya memberi pertanda kemungkinan bahaya, pikiran intuitif juga memberi pertanda akan adanya peluang dan sinyal yang diberikannya ke pikiran sadar bisa memperkirakan apa yang mungkin atau tidak mungkin terjadi, hasil yang mungkin bisa dituai dan bahaya yang mungkin ditemui ke depannya.
PERANGKAT PIKIRAN INTUITIF
Pikiran intuitif memiliki keinginan sendiri yang kuat dan
kadang-kadang tidak rasional. Namun, pikiran analitikal, adalah pembuat aturan, dan mengikuti aturan. Pikiran ini adalah penegak mental personal yang tidak hanya bisa memeriksa kelebihan tapi juga menghalangi pemikiran intuitif, seringkali terlalu birokratis, dan terikat aturan dalam organisasi.
Kadang-kadang pikiran analitis dan intuitif bisa bekerja bersama secara seimbang dan harmonis, di lain waktu bisa saling
berkontradiksi dan bersaing perhatian dan kendali pemikiran, perasaan, dan tindakan.
Perasaan adalah bahasa pikiran intuitif; kata-kata adalah bahasa pikiran analitis. Kata-kata meski bisa membentuk pendapat logis, hanya perkiraan dari perasaan – kata-kata bukanlah perasaan. Sebagai mahkluk sosial kita harus berbagi intuisi kita kepada keluarga,
teman-teman, kolega agar bisa memberikan mereka jendela pada pemikiran, perasaan, motivasi, dan maksud kita.
Ada empat musuh intuisi. Yaitu penilaian emosional, jika ini emosional apa pertandanya? Sebuah penilaian berprasangka, jika demikian kepada siapa Anda berprasangka dan kenapa? Penilaian berat sebelah, jika berat sebelah apa sumbernya? Khayalan tidak beralasan, jika ini khayalan apa yang jadi penyebabnya?
PIKIRAN YANG CAKAP
Ada yang pada dasarnya teliti sehingga memperhatikan detail dan menyukai rutinitas dan stabilitas, sedangkan lainnya lebih terbuka pada ide baru dan pengalaman baru. Pengaruhnya biasanya dari anggota keluarga yang cukup berpengaruh yang sangat intuitif atau analistis.
Beberapa jenis pendidikan dan pelatihan bisa mendorong analisa dan objektivitas, sedangkan yang lainnya memberikan ruang untuk subjektivitas dan intuisi. Dalam pekerjaan tertentu, bos, klien atau pemegang saham yang membuat keputusan – rata-rata – meminta manajer untuk lebih analistis atau sebaliknya.
Dalam bisnis dan manajemen, situasi dimana intuisi itu tepat antara lain:
Ketika data, situasi, atau cerita seseorang tidak pas dan terasa aneh maka orang intuitif akan merasakan adanya permasalahan. Ketika kita bertemu dengan situasi yang familiar, kita tahu harus berbuat apa, tidak perlu memeras keahlian kita, kita cukup bertindak tanpa perlu banyak pikir.
Pada situasi yang familiar, kita menganggap segala sesuatunya sesuai perkiraan kita. Ketika perkiraannya tidak tercapai, maka tanda bahaya intuitif akan menyala.
Saat kita berhadapan dengan berbagai macam data dan informasi yang terisolasi, pada situasi ini pikiran intuitif memungkinkan kita untuk mundur, menghindari “kelumpuhan analisa” dan melihat bagaimana segala sesuatunya bisa selaras.
Kadang-kadang hasil dari analisanya jelas dan tegas dan tidak
membutuhkan pemeriksaan apapun, tapi kadang-kadang bahkan saat datanya telah dianalisa akan ada perasaan tidak benar. Dalam situasi ini intuisi bisa menyalakan alarm untuk analisa ulang, dan
kemungkinan mengungkapkan beberapa kesalahan perhitungan dasar.
Dalam bisnis manajer seringkali harus bertindak cepat jika tidak peluangnya akan menguap atau diambil oleh pesaing. Mode intuisi menghindari kelumpuhan perencanaan. Memberikan keuntungan langkah pertama dan memungkinan manajer berpengalaman untuk mengantisipasi arah strategi yang tepat untuk bisnis.
Manajer intuitif
1. Spontan. Memiliki pengalaman, keahlian dan keyakinan untuk mempercayai intuisi dan bertindak berdasarkan naluri.
2. Holistik. Bisa mundur dan melihat gambaran umum, tanpa kalah oleh kelumpuhan analisa.
3. Afektif. Memperhatikan perasaan dan pengakuan bahwa data halus
yaitu perasaan sama pentingnya dengan data kasar, fakta. 4. Bisa keliru. Pikiran intuitif tidak selalu benar 100%. Tapi manajer
intuitif cenderung lebih sering “kena” daripada “meleset”. 5. Mengetahui. Dengan pembelajaran, pengalaman, dan feedback
selama bertahun-tahun manajer intuitif secara insting mengenali apa yang harus dilakukan tanpa bisa menjelaskan kenapa.
Riset yang sudah dijalankan selama beberapa tahun terakhir memberi petunjuk mengenai situasi dimana manajer cenderung menggunakan intuisi, situasinya antara lain:
· Dinamis: situasinya sering berubah-ubah, sulit dipastikan.
· Tidak terstruktur, semua faktanya tidak diketahui, atau tidak bisa dicari.
· Subjektif. Tidak ada jawaban yang murni benar atau salah, tapi keputusannya harus diambil.
· Baru: membutuhkan situasi yang belum pernah diketahui atau dialami siapapun di manapun.
· Berhubungan dengan orang-orang: melibatkan manusia dengan bermacam-macam kekurangan, kebodohan, dan kerumitannya. · Terburu waktu: tidak bisa menunggu untuk mengumpulkan data
atau analisa lebih rinci.
ILHAM, INTUISI, DAN INSTING MORAL Proses ilham adalah:
Persiapan, keterlibatan dan pengembangan keahlian yang memberikan intuisi kreatif sebuah substrat untuk dikerjakan. Inkubasi, mengendapkan permasalahan pada pikiran bawah sadar. Isyarat, suara-suara intuisi bawah sadar bahwa sebuah solusi akan muncul.
Verifikasi, proses sulit membuktikan kemanjuran ide dan memanfaatkannya semaksimal mungkin.
Ilham dan intuisi kreatif berpihak pada pikiran yang siap, jadi pelajarilah subjek Anda dan tunjukkan betapa Anda berminat
terhadapnya dan memungkinkan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jangan khawatir jika menemukan hambatan, banyak ilmuwan, teknolog, dan penemu terkenal yang mengalami hal yang sama, ini proses alami bagi setiap orang.
Santai, ikhlaskan dan tenang. Jangan berpikir terlalu keras, ilham datang ketika pikiran analistisnya dilepas, kadang-kadang lebih pintar untuk tidak terlalu berpikir.
Anda tidak akan pernah tahu kapan hubungan baru dari pikiran intuitif akan datang. Anda memiliki kekuatan untuk menciptakan
kondisi yang membuat pikiran intuitif bisa terjadi. Berharap yang tidak diharapkan.
Meski orang sering menggangap ilham dan intuisi itu sama ternyata ada perbedaan kecil dan penting.
1. Ilham itu objektif sedangkan intuisi itu subjektif. 2. Ilham itu jelas tapi intuisi kabur.
3. Ilham mudah diungkapkan tapi tidak demikian dengan intuisi. 4. Ilham bisa untuk konsumsi umum tapi intuisi lebih untuk pribadi. MEMBACA PIKIRAN INTUITIF
Pikiran analitis memfokuskan perhatiannya pada tugas berat menafsirkan maksud dari apa yang terucap oleh kedua pihak,
konsekuensinya tidak ada lagi sumber pemikiran selain dari itu. Pikiran intuitif berurusan dengan ‘non-verbal’, hal ini bersifat otomatis karena yang mengirimkan sinyal non-verbal tersebut tidak menyadarinya meski yang melihat bisa mengetahuinya dengan jelas.
MEMBACA LEBIH DARI KATA-KATA
Keselarasan bahasa-tubuh: pembicara tersenyum ketika
membicarakan tentang hal positif, merengut dengan hal-hal negatif, postur tubuh pembicara yang simetris. Tempo suara biasa. Bahasa tubuh mendukung pesan verbal.
JALAN PINTAS INTUITIF
Beberapa kesalahan yang berhubungan dengan intuisi: - Kecenderungan. Kita secara alami “kurang kesadaran” dan
membiarkan pikiran intuitif melakukan spesialisasinya – pemikiran ringan.
- Introspeksi. Sulit untuk sampai pada akar dari kesalahan logika: kita sulit berintrospeksi atas alasan dibalik pilihan kita.
- Fungsionalitas. Pikiran intuitif bekerja berdasarkan kemiripan dengan prototipe, bukan pada hukum probabilitas; pikiran kita berevolusi untuk berfungsi sesuai dengan kebiasaan dimana prototipe lebih penting dari probabilitas.
Dampak negatif dari stereotipe:
- Kemelekatan. Persepsi awal menjadi lekat, dan bisa saja menjadi reaksi tak terkontrol, tidak pantas dan seringkali negatif terhadap orang lain.
- Efek kelompok. Kelompok memiliki peran penting dalam
stereotipe; orang-orang biasanya berprasangka terhadap orang satu kelompok dan berprasangka dengan yang diluar kelompok. MELAWAN INTUISI YANG LEMAH
Kita harus secara aktif berusaha menyangkal hipotesa kita jika ada keterikatan emosi kita terhadap kondisi yang diinginkan di depan, dan terbuka akan bukti-bukti yang mendukung maupun melawannya tidak peduli betapa diinginkan atau menariknya visi tersebut.
Kita jangan mencari informasi yang mengkonfirmasi stereotipe kita, dan terbuka akan informasi yang menyangkali stereotipe kita,
terutama jika stereotipe itu bisa mengarah pada penilaian sosial yang negatif.
Kita harus berhati-hati terhadap kekuatan pemikiran kelompok, termasuk norma-norma dari sebuah kelompok profesional atau masyarakat secara keseluruhan; mayoritas dari sebuah kelompok bukanlah kebenaran mutlak. Kita harus bersiap menjadi sang penolak. Lima hal yang perlu dilakukan dan jangan dilakukan dari penilaian intuitif yang baik.
- Jangan memukul rata seseorang individu secara intuitif meski stereotipenya memiliki kemungkinan kebenaran.
- Berhati-hatilah terhadap kemungkinan. Keyakinan yang bersifat stereotipe bisa mengarahkan orang untuk bertindak sesuai dengan stereotipenya.
- Jangan berasumsi secara intuitif hanya karena seseorang itu anggota suatu kelompok mereka punya sifat yang sama dengan kelompok tersebut.
- Berhati-hatilah terhadap stereotipe yang mengandung unsur evaluatif.
- Nilailah orang berdasarkan karakter mereka, bukan oleh konsepi awal atau persepsi primitif.
ESP INTUITIF
MENGEMBANGKAN ESP INTUITIF
Penguasaan. Jadilah ahli. Kembangkan tingkat keahlian Anda dengan mengenali kompetensi kunci apa yang perlu Anda kembangkan, terlatihlah dalam keahlian ini dan dapatkan pengalaman
menggunakannya dalam lingkungan simulasi dan nyata. Manfaat dari praktek, pelatihan, mencari feedback yang terus menerus tidaklah berlebihan. ESP intuitif membutuhkan tingkat kompetensi tertinggi. Dukungan. Carilah dukungan. Bangun infrastruktur dukungan di sekitar Anda baik orang-orang, sumber daya, dan teknologi yang akan memudahkan jalan Anda dalam mengembangkan pengetahuan dan keahlian dan memberikan Anda feedback yang tepat. Ada orang yang sangat hebat dari setiap diri kita. ESP intuitif itu bersifat kolaboratif. Proaktif. Jadilah proaktif. Kelola pengalaman karir Anda untuk memberikan diri Anda paparan yang tepat, jadilah menonjol,
membangun jaringan dan ada ditempat yang tepat di saat yang tepat; orang-orang berhasil menciptakan keberuntungan mereka sendiri, dan keberhasilan melahirkan keberhasilan. ESP intuitif itu bisa dikendalikan.
OTAK INTUITIF
Persepsi, perilaku, dan penilaian kita secara tidak sadar bisa
dipengaruhi oleh kondisi emosional. Karena kita tidak bisa memasuki pikiran bawah sadar kita, kita sering mencari-cari alasan untuk tindakan kita. Diri sadar verbal kita kadang-kadang tidak mengetahui kenapa kita melakukan yang kita lakukan dan harus membuat
penjelasan yang mendekati akal kita.
Sebelum manusia menerapkan cost benefit analysis (CBA) atau dasar sebuah keputusan, jika terpikirkan hasil buruk yang berhubungan dengan pilihan tertentu maka nalurinya akan menyala.
Perasaannya bersifat somatik (karena berada dalam tubuh) dan menandai sebuah bayangan (bisa sesuatu yang dirasakan atau diingat, dan dalam berbagai cara, misalnya, penglihatan, pendengaran, atau sentuhan)
Penanda somatif memaksa perhatian seseorang kepada tindakan yang mengarah pada hasil negatif jika diikuti. Penanda somatif bisa mengarah pada penolakan dari sebuah jalur tindakan yang negatif atau penyempitan pilihan. CBA rasional masih bisa diterapkan setelah naluri menolak beberapa pilihan.
Ketika penanda somatif negatifnya berasosiasi dengan hasil masa depan tertentu maka akan berfungsi sebagai bel alarm (dan menandakan penghindaran). Ketika penanda somatif positifnya berasosiasi dengan hasil masa depan tertentu maka akan berfungsi sebagai penanda insentif (dan menandakan ketertarikan).
PEMIMPIN INTUITIF
Menciptakan kepercayaan antara pemimpin dan pengikut adalah dengan menetapkan arah yang jelas dan memiliki pengetahuan yang cukup, menciptakan lingkungan suportif, dan melatih pengikut, dan menunjukkan rasa tanggung jawab, nilai kebersamaan, keadilan dan kesetaraan.
Pemimpin intuitif dari sudut pandang Aristotelian adalah: Pintar: mendasarkan respon intuitifnya pada intelektual (nous), pengetahuan (episteme) dan keahlian (techne).
Berhati-hati: penuh kasih sayang, penuh kebajikan, dan empati, yang menyeimbangkan kepentingan terbaik mereka sendiri dengan
kepentingan pengikutnya dan masyarakat yang lebih luas melalui kehati-hatian (Phronesis)
Bijak. Pemimpin intuitif tahu bahwa mereka tidak tahu segalanya dan menjadi lebih pintar karena pengalaman dan usia dan berapa lama perjalanan mereka menuju kebijakan (Sophia)
Pemimpin harus bersikap penuh kebajikan karena memang itulah yang benar. Hanya dengan melakukan hal-hal penuh kebajikan maka pemimpin bisa membiasakan kebajikan. Kepemimpinan penuh
kebajikan jika dipraktikkan dengan baik dan cukup lama akan menjadi intuitif (kebiasaan). Instingtif pemimpin dan respon masyarakat terhadap situasi akan mengungkap seberapa baiknya sang pemimpin. Beberapa kebajikan pemimpin adalah: mendahulukan kepentingan orang lain, berani, berkomitmen, kreatif, bisa diandalkan, jujur, punya integritas, intelek, penuh inisiatif, dan setia.
Insting moral mengatakan kepada mereka secara intuitif kemana harus mencari dan mengungkapkan sasaran moralnya. Melalui pembelajaran, praktik, dan pengalaman kebaikan dari kepintaran dan moralitas menjadi kebiasaan dan membimbing tindakan mereka secara otomatis; dan seringkali pemimpin menjadi lebih ahli dalam “mengenai” sasaran moral.
INTELEKTUAL INTUITIF
Lingkungan pembelajaran yang baik mengarah pada pengembangan dari intuisi yang baik sebagai hasil dari feedback yang relevan dan akurat dan pengalaman pribadi yang luas. Sedangkan lingkungan pembelajaran jahat mengarah pada pengembangan dari intuisi yang buruk sebagai hasil dari feedback yang tidak relevan dan salah arah dan pengalaman pribadi yang terbatas.
SEMOGA ANDA MENIKMATI AQUARIUS NOTE INI. HAPPY READING!