Penanganan Bibir Sumbing Penanganan Bibir Sumbing
(CLP) secara paripurna (CLP) secara paripurna Agus Santoso
Agus Santoso Budi, dr., SpBP-RBudi, dr., SpBP-RE(K)E(K)
SMF/Dep. Bedah Plastik RSUD dr Soetomo-FK UNAIR Surabaya SMF/Dep. Bedah Plastik RSUD dr Soetomo-FK UNAIR Surabaya
Angka kejadian kelainan Bibir sumbing di Jawa Timur cukup tinggi sekitar 4-7 per 1000 kelahiran, Angka kejadian kelainan Bibir sumbing di Jawa Timur cukup tinggi sekitar 4-7 per 1000 kelahiran, insiden bibir sumbing ini merata di seluruh kabupaten di Jawa Timur sedangkan di Indonesia ada sedikit insiden bibir sumbing ini merata di seluruh kabupaten di Jawa Timur sedangkan di Indonesia ada sedikit perbedaan.
perbedaan. Upaya untuk meUpaya untuk menanganinangani
bibir sumbing telah banyak dilakukan baik yang dilakukan oleh dokter Bedah Plastik Rekonstruksi dan bibir sumbing telah banyak dilakukan baik yang dilakukan oleh dokter Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik, Organisa
Estetik, Organisasi Nirlaba (LSM)si Nirlaba (LSM) dari Dalam Negeri dan Luar Negeri dari Dalam Negeri dan Luar Negeri
maupun oleh Pemerintah. Pemerintah Jawa Timur tahun 2010 mencanangkan penanganan penderita CLP maupun oleh Pemerintah. Pemerintah Jawa Timur tahun 2010 mencanangkan penanganan penderita CLP secara menyeluruh dan paripurna dengan dukungan anggaran dari Dinas Kesehatan ProPinsi Jawa secara menyeluruh dan paripurna dengan dukungan anggaran dari Dinas Kesehatan ProPinsi Jawa Timur.
Timur.
Penyebab Bibir Sumbing adalah multifaktor diduga penyebabnya adalah Faktor keturunan, Faktor Penyebab Bibir Sumbing adalah multifaktor diduga penyebabnya adalah Faktor keturunan, Faktor lingkungan, Zat-zat toksik, Infeksi, gizi dan hormonal. Adanya anti metabolit akan menghambat transport lingkungan, Zat-zat toksik, Infeksi, gizi dan hormonal. Adanya anti metabolit akan menghambat transport elektron pada pembentukan ATP sehingga akan menyebabkan terjadinya hypoxia jaringan. Kekurangan vit elektron pada pembentukan ATP sehingga akan menyebabkan terjadinya hypoxia jaringan. Kekurangan vit
Problem yang dihadapi penderita CLP akibat kegagalan dalam penyatuan viceral Arch pada masa intra uterin adalah kelainan anatomi berupa cleft (kelainan anatomis) pada labialis, alveolaris dan palatum. Tingkatan keparahan defect tersebut tergantung pada saat intra uterina. Kelainan anatomis ini secara langsung juga akan menyebabkan kelainan fungsional pula, yaitu berupa kesulitan menelan, kesulitan bicara, mudah terkena infeksi telinga tengah. Pengaruh dari kedua kelainan tersebut penderita clp akan mengalami kelainan psikososial pula.
Klasifikasi Sumbing telah banyak disampaikan oleh beberapa ahli diantaranya Veau membagi kelainan bibir sumbing menjadi 4 kelompok, Fogh membagi menjadi 3 kelompok, sedangkan Kernahan dan Stark tahun 1958 membagi cacat bibir sumbing menjadi 2 kelompok. Pada tahun 1971 Kernahan menyempurnakan klasifikasinya berupa gambar, hal ini untuk mempermudah dalam mengklasifikasikan cacat bibir sumbing. Di RSUD dr Soetomo Prof
Djohansjah memakai klasifikasi Otto Kriens untuk mempermudah menentukan bagian mana yang mengalami defek.
= labialis A : Alveolar
= Gnatum H : Hard Palate
= Palatum dorum S : Soft Palate
= Palatum mole
Agar Operasi CLP berhasil baik perlu kerjasama yang sangat erat antara dokter operator dan keluarga pasien. Selain kerjasama tersebut perlu juga diperhatikan
tahapan Operasi. Tahapan operasi dalam menangani bibir sumbing yaitu :
1
2 Tahap 2 Palatoraphy usia 10 -18 bulan 3 Tahap 3 Speech therapy
Usia 2 – 4 tahun
4
Tahap 4
Pharyngoplasty
Tahap 5
Orthodonsia
Usia 6 – 7 tahun
6
Tahap 6
Alveolar Bone Graft
Usia 8 – 9 tahun
7
Tahap 7
Osteotomy LF I
Usia 17 tahun
Tahapan penanganan penderita CLP yang bisa dikerjakan di RS daerah yaitu cheilonasoraphy, palatoraphy dan
speech teraphy yang bisa dikerjakan
RS di daerah, sedangkan tahapan lainnya akan saya sampaikan melalui presentasi. Persiapan tindakan Preoperasi cheiloraphy :
Diet yang cukup agar memenuhi “rule over 10”
Membiasakan penderita minum susu menggunakan sendok 1 minggu sebelum operasi, hal ini
dilakukan agar setelah operasi anak tidak minum dengan dot yang akan mengakibatkan scar post operasi jelek atau bahkan terjadi dehicensi luka operasi dan fistel.
Menjaga kondisi kesehatan penderita agar bisa dilakukan anestesi
Komplikasi yang dapat terjadi pasca operasi cheilonasoraphy dan palatoraphy antara lain adalah Perdarahan, Infeksi, Wound dehiscense, Hematoma dan dapat terjadi obstruksi jalan nafas.
Perawatan paska operasi cheilonasoraphy:
Setelah pasien sadar diberi minum sedikit demi sedikit dengan sendok Perawatan luka terbuka memakai antibiotik salep mata pagi dan sore Antibiotik dan Analgetik oral.
Diet cair selama 3 minggu dan tidak boleh ngedot Kontrol hari ke 5-7 untuk lepas benang
Operasi palatoraphy dilakukan pada usia 10 – 18 bulan agar speech therapy bisa dikerjakan seawal mungkin. Bila speech teraphy dikerjakan sejak awal maka hasilnya akan lebih baik oleh karena bila pengucapan salah bisa dibetulkan sejak awal.
Perawatan paska operasi Palatoraphy.
Immediate paska operasi pasien tidur posisi miring
Setelah sadar penuh boleh minum air putih sedikit demi sedikit Antibiotik dan analgetik oral
Diet cair selama 3 minggu, setelah makan diberi minum air putih Kontrol 1 minggu setelah operasi
Problem utama yang dihadapi pasien dengan palatoschizis adalah suara sengau akibat tidak berfungsinya otot di palatum mole. Tujuan utama operasi palatoraphy adalah mengembalikan fungsi otot-otot tersebut agar dapat mengatur rongga mulut dalam mekanisme pengaturan suara. Oleh karena penyembuhan luka operasi memerlukan waktu sekitar 9-12 bulan, maka idealnya speech therapy dimulai 1 tahun paska operasi langit-langit. Speech therapy yang dilatih adalah cara mengeluarkan bunyi : s, sh, p, t, b, th, d, g, k, r. Misalnya
dilatih mengucapkan : papa, bis, tata, stop, dan kata lain yang berhubungan dengan huruf tersebut diatas. Apabila sampai usia 5 tahun suara anak tersebut belum baik, maka perlu dilakukan pemeriksaan fungsi
otot-otot palatum dan pharynx. Pemeriksaan ini dilakukan memakai alat endoscopy, dan disebut nasendoscopy. Penderita diperiksa dalam keadaan sadar posisi duduk. Alat endoscopy dimasukkan melalui hidung yang telah dianestesi memakai salep cocain sampai diatas pharynx. Kemudian pasien diminta mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan huruf-huruf : s, sh, p, t, b, th, d, g, k, r. Bila terdapat “bubble” berarti terdapat kebocoran udara yang mengakibatkan suara yang keluar tidak sempurna. Kondisi ini kita sebut dengan Velopharingeal Incompetence (VPI).
Pasien dengan kondisi VPI dapat diatasi dengan cara operasi ulang palatoraphy (re-palatoraphy) atau dengan pharyngoplasty, yaitu mempersempit pharyng agar pada waktu pasien bicara tidak terjadi kebocoran udara sehingga suara yang dihasilkan menjadi sempurna.
Semoga makalah singkat ini dapat menambah pengetahuan peserta seminar tentang penanganan Bibir sumbing.
Keyword :