• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 / Table 1 Batas Administrasi Wilayah Kabupaten Tana Toraja Administration Location of Tana Toraja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 / Table 1 Batas Administrasi Wilayah Kabupaten Tana Toraja Administration Location of Tana Toraja"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1.1. Kelayakan Proyek

Kawasan Tana Toraja adalah kawasan cagar alam, cagar budaya, dan ilmu pengetahuan merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan bahkan di Indonesia. Daerah yang tidak hanya merupakan tujuan wisata bagi bangsa Indonesia sendiri, tetapi juga daerah tujuan wisata bagi para wisatawan mancanegara. Daerah yang terletak pada titik pertemuan garis sumbu imajinatif Nusantara yaitu sumbu horisontal dari Sabang sampai Merauke dengan sumbu vertikal dari Laut Sulawesi ke Samudera Hindia, tepatnya berada pada titik koordinat antara 1190 30’ – 1200 10’ BT dan 20 20’ – 30 30’ LS merupakan daerah potensi wisata yang sangat menarik. Terletak di bagian utara Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak sekitar 312 KM melalui jalan darat dari kota Makassar. Tana Toraja mempunyai luas wilayah sekitar 3.205,77 Km2 atau sekitar 5% dari luas wilayah Provonsi Sulawesi Selatan; terdiri dari 15 wilayah administrasi kecamatan dengan kondisi ketinggian wilayah Tana Toraja dari permukaan laut (dpl) sangat variatif. Ketinggian 500-1000 meter merupakan wilayah dengan luas yang paling dominan yaitu 143.314 Ha atau sekitar 44,71% dari total luas wilayah. Iklim Tana Toraja termasuk iklim tropis, dengan suhu berkisar antara 140 – 260 celcius dengan kelembaban udara antara 82% - 86%. Batas administrasi wilayah Kabupaten Tana Toraja dapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 / Table 1

Batas Administrasi Wilayah Kabupaten Tana Toraja

Administration Location of Tana Toraja Kabupaten Ini Dibatasi

Sebelah Utara : Kabupaten Luwu dan Kabupaten Mamuju

Sebelah Timur : Kabupaten Luwu

Sebelah Selatan : Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang

Sebelah Barat : Kabupaten Polmas

Luas Wilayah Kabupaten Tana Toraja Adalah 3.205,77 Km², Secara Administrasi Pemerintah Kabupaten Tana Toraja Terbagi Menjadi 15 Kecamatan Divinitif, Yang Terdiri Dari 143 Desa/Kelurahan

Sumber : Pemda Tingkat II Kabupaten Tana Toraja

(2)

Penduduk Kabupaten Tana Toraja berdasarkan hasil registrasi penduduk akhir tahun 2003 berjumlah 425.785 jiwa yang tersebar di 15 Kecamatan, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 51.014 jiwa mendiami Kecamatan Makale.

Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin perempuan, yang masing-masing 215.301 jiwa penduduk laki-laki dan 210.484 jiwa penduduk perempuan. Hal ini juga tercermin pada angka rasio jenis kelamin yang lebih besar dari 100, yaitu 102%, ini berarti, dari setiap 100 orang perempuan terdapat 102 laki-laki.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Tana Toraja pada tahun 2003 telah mencapai 133 jiwa/km². Kecamatan terpadat terdapat di Kecamatan Rantepao, dengan tingkat kepadatan mencapai 1.292 jiwa/km², sedangkan kecamatan yang tingkat kepadatannya paling rendah adalah Kecamatan Bonggakaradeng dan Simbuang, yaitu 40 dan 44 jiwa/km².________

Dalam konteks pembangunan wilayah Sulawesi Selatan, Kabupaten Tana Toraja termasuk dalam daerah tujuan wisata Kabupaten Enrekang, dan Kabupaten Luwu, disingkat daerah tujuan wisata Entalu, dimana Kabupaten Tana Toraja merupakan pusat pengembangannya. Penetapan Tana Toraja sebagai pusat pengembangan disebabkan karena potensi wisata yang dimiliki sangat beraneka ragam dibandingkan dua daerah lainnya.

Obyek wisata yang menjadi unggulan Tana Toraja dan terus dikembangkan sampai pada saat ini adalah wisata budaya seperti atraksi budaya dan adat istiadat, wisata alam seperti pemandian air panas, wisata arung jeram, wisata agro seperti hamparan persawahan, dan ecotourism (wisata lingkungan) seperti hutan dan lain-lain.

Di Tana Toraja, objek wisata yang ada dibedakan menjadi 4 jenis seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.

Jenis obyek wisata Contoh jenis obyek wisata

Wisata Budaya Upacara Rambu Tuka’

Upacara Rambu Solo’

Rumah Adat/Perkampungan/Tongkonan Pertenunan Kuburan Alam Kuburan Kayu/Erong Kuburan Batu/Pahat Kuburan tergantung

(3)

Wisata Alam Arung Jeram Panorama Alam Permandian Air Panas Air Terjun

Panjat Tebing

Wisata Agro Perkebunan Kopi Arabika

Processing Copy Arabica Hutan Wisata

Wisata Sejarah Benteng Pongtiku

Kuburan Pongtiku Kuburan bayi Mummi

Kuburan Pongmasangka

Dengan adanya contoh jenis obyek wisata yang telah digolongkan seperti pada tabel di atas, maka obyek wisata tersebut telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang datang, sehingga menyebabkan Toraja menjadi primadona tempat kunjungan wisata. Jumlah wisatawan Nusantara mapupun mancanegara yang berkunjung ke Tana Toraja, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2 / Table 2

Jumlah Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Tana Toraja dirinci Menurut Bulan

Number of Domestic Tourists by Mount in Tana Toraja, 1999-2003 Bulan Mount 1999 2000 2001 2002 2003 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Januari January 2.592 2.484 3.483 3.276 1.993 Pebruari February 1.356 2.303 342 1.666 1.280 Maret March 2.451 3.185 3.051 2.269 1.593 April April 4.223 2.712 1.354 2.272 1.303 Mei May 2.245 2.472 3.694 3.008 2.676 Juni June 2.921 3.277 3.489 3.429 4.297 Juli July 2.761 3.747 3.169 3.967 3.827 Agustus August 2.796 2.810 2.730 3.157 1.320 September September 3.452 2.057 3.281 1.995 2.639 Oktober October 2.271 3.369 3.546 2.362 1.801 Nopember November 813 3.791 2.461 2.382 3.180

(4)

Desember

December 1.862 2.928 3.618 2.685 1.611

Jumlah / Total 2003 29.743 35.135 34.218 32.468 27.520

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Tana Toraja Source : Tourism Office of Tana Toraja

Tabel 3 / Table 3

Jumlah Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Tana Toraja dirinci Menurut Bulan

Number of Foreign Tourists Arrived by Mount in Tana Toraja, 1999-2003 Bulan Mount 1999 2000 2001 2002 2003 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Januari January 3.377 3.377 1.400 1.621 565 Pebruari February 1.985 1.985 152 749 151 Maret Marct 3.256 3.256 662 1.746 667 April April 2.738 2.738 2.033 1.775 903 Mei May 3.763 3.538 3.796 2.329 1.217 Juni June 24.443 2.336 2.889 1.826 1.342 Juli July 3.875 4.835 4.176 4.007 1.669 Agustus August 10.489 7.120 9.275 7.281 1.569 September September 4.738 3.293 5.828 3.525 2.835 Oktober October 3.429 3.625 3.297 2.788 1.791 Nopember November 2.283 1702 1.845 1.003 1.616 Desember December 2.794 3.437 1.776 1.408 1.060 Jumlah / Total 2003 67.170 41.242 37.129 30.058 15.385

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Tana Toraja Source : Tourism Office of Tana Toraja

Tabel 4 / Table 4

Banyaknya Wisatawan Manca Negara yang Berkunjung ke Tana Toraja Menurut Negara AsalNumber of Foreign Tourists Arriving by Nationality in Tana Toraja, 1999-2003

Negara Asal Nationality 1999 2000 2001 2002 2003 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Perancis 21.161 9.962 … 2.786 1.202 2. Jerman 9.503 5.083 … 486 436 3. Italia 3.690 678 … 555 154

(5)

4. Spanyol 2.657 994 … 976 463 5. Inggris 1.290 473 … 51 17 6. Swedia 297 256 … 14 - 7. Belanda 10.970 2.802 … 877 1.049 8. Swiss 1.762 - … 28 53 9. U. S. A 3..085 1.042 … 66 73 10. Kanada 794 179 … 10 33 11. Australia 1.083 524 … 39 139 12. Selandia Baru 278 - … - 9 13. Jepang 1.178 766 … 162 262 14. Cina - 109 … 39 43 15. Philipina - - … - - 16. Belgia - - … 694 355 17. New Zealand - 25 … 3 - 18. Switserland - 188 … 4 - 19. Other Eropa 7.659 6.141 … - - 20. Malaysia 87 161 … 5 20 21. Singapura - 13 … - - 22. Denmark - - … 77 20 23. Norwegia - - … 26 9 24. India - 404 … - 15 25. Lainnya 4.761 11.442 … 332 - Jumlah / Total 2003 67.170 41.242 37.129 7.230 4.352

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Tana Toraja Source : Tourism Office of Tana Toraja

Laporan Tugas Akhir ini, menurut penulis akan sangat sulit tercipta jika tidak didasarkan dan diselaraskan terhadap aspek adat istiadat dan budaya masyarakat, dimana kedua hal ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi tatanan sosial kemasyarakatan (mempengaruhi perilaku dalam segala aspek kehidupan).

Pada dasarnya, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang terpola dalam kehidupan masyarakat etnis Toraja, khususnya yang menjadi perekat dalam tatanan kehidupan sosial bermasyarakat saat ini merupakan warisan leluhur yang secara turun temurun atau dari generasi ke generasi tetap dilestarikan karena memiliki nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang tinggi. Nilai-nilai ini tercipta oleh adanya pranata Tongkonan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Tana Toraja. Gambaran kekuatan dan nilai adat istiadat di atas, saat ini tercermin dalam sistem kehidupan masyarakat (sosial dan budaya), adalah daya rekat tanah yang tidak dapat dimiliki secara perorangan melainkan secara bersama berdasarkan rumpun keluarga (kelompok keluarga atau marga-marga), dimana setiap anggota keluarga memiliki hak yang sama dalam mengelola dan mengolahnya. Daya rekat tanah adat tersebut dalam sistem kekeluargaan lebih diperkokoh dengan dimanfaatkannya sebagian dari lahan untuk Rumah Adat yang lebih dikenal dengan nama Tongkonan. Dengan sifatnya yang demikian, Tongkonan mempunyai beberapa fungsi, antara lain: pusat budaya,

(6)

pusat pembinaan keluarga, pembinaan peraturan keluarga dan kegotongroyongan, pusat dinamisator, motivator dan stabilisator sosial.

Inilah yang menjadi inti latar belakang dimana mahasiswa berusaha untuk merespon potensi yang telah ada dalam wujud aplikasi desain dalam Laporan Tugas Akhir, terhadap apa yang masih tersembunyi. Falsafah tentang Tongkonan yang sangat kuat, merupakan respon positif bagi mahasiswa yang juga melatarbelakangi proses Tugas Akhir. Falsafah Tongkonan itu tercermin dari ungkapan di bawah ini :

1. Tongkonan ditimba uainna. Uai berarti air dan ditimba berarti ditimba. Yang mengandung makna bahwa Tongkonan sebagai sumber bahan makanan bagi warganya.

2. Tongkonan dikalette’ tanananna. Dikalette’ berarti dipetik dan tanananna berarti tanaman. Yang mengandung makna bahwa Tongkonan juga sebagai sumber bahan makanan bagi warganya.

3. Tongkonan dire’tok kayunna. Dire’tok berarti ditebang dan kayunna berarti kayu. Yang mengandung makna bahwa Tongkonan sebagai sumber bahan bangunan bagi warganya.

4. Tongkonan dikumba’ litakna. Dikumba’ artinya digarap atau diolah dan Litakna berarti tanah milik Tongkonan. Yang mengandung makna bahwa Tongkonan dalam pemanfaatannya berfungsi sosial dalam arti kata seluas-luasnya.

5. Tongkonan dipoada’ada’na, dipoaluk alukna. Ada’ berarti adat-istiadat dan aluk berarti agama (religius) yang mengandung makna bahwa segala tindakan, tata kelakuan, pola hubungan sosial, norma-norma dan aturan-aturan dalam kehidupan bersama bersumber dari Tongkonan yang

dilandasi oleh nilai-nilai keagamaan.1

Tongkonan kemudian dikenal sebagai rumah adat Toraja, adalah bangunan rumah yang mempunyai fungsi dan peranan penting dalam kehidupan dan proses perkembangan dan pertumbuhan sosial budaya orang Toraja yang dinamis.

Dari data-data di atas dan berdasarkan hasil survey lapangan, maka akan sangat penting dan berarti jika ada suatu “wadah” dalam rupa, bentuk, dan wujud bangunan yang representatif sebagai penampung informasi terpadu tentang potensi

1

Bappeda, ”Rencana Strategi Pembangunan Daerah Kabupaten Tana Toraja Tahun 2001 -

(7)

wisata bagi para pengunjung yang ingin berwisata dengan sajian informasi dan pelayanan lainnya yang up to date dapat diakses. Tana Toraja telah memiliki modal dasar bagi pengembangan sarana prasarana khususnya bagi sektor kebudayaan dan pariwisata. Namun masih terdapat beberapa kendala sebagai berikut :

1. Sebagai daerah tujuan wisata Nusantara, Kabupaten Tana Toraja belum memiliki fasilitas penunjang terhadap potensi-potensi budaya, alam, dan adat istiadat yang representatif, yang dapat dikumulatifkan dalam rangkuman media informasi yang terpadu, baik berupa informasi yang bersifat 2 dimensi (buku, literature, brosur, dll) dan 3 dimensional (miniatur pola perkampungan, souvenir, dll)

2. Kebutuhan-kebutuhan akan fasilitas tersebut di atas yang mendesak untuk dapat diwujudkan, yaitu berupa Pusat Informasi Kebudayaan dan Pariwisata daerah yang bersifat publik sesuai dengan tuntutan perkembangan wilayah. 3. Sebagai fasilitas publik, Pusat Informasi ini dapat diakses oleh semua pihak,

termasuk didalamnya kaum difabel. Ini yang dapat dijadikan acuan dan contoh bagi pembangunan fasilitas publik lainnya untuk masa yang akan datang karena belum terdapatnya fasilitas publik yang dapat menjadi acuan ideal untuk dapat diakses oleh semua pihak.

4. Mulai memudarnya potensi wilayah Tana Toraja untuk dapat lebih dikenal lagi. Hal ini dapat dilihat pada tabel kunjungan wisata terhadap jumlah wisatawan yang semakin menurun. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena kurangnya informasi yang dapat diakses oleh banyak pihak tentang perkembangan Tana Toraja.

5. Pemanfaatan lahan dan ruang yang kurang optimal, sehingga menghasilkan ruang-ruang terbuang (junk space).

6. Belum adanya ruang terbuka publik yang nyaman untuk masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana merancang Pusat Informasi Kebudayaan dan Pariwisata di kota Rantepao Tana Toraja sebagai salah satu wujud pelestarian kebudayaan dengan mentransformasikan bentuk banua Tongkonan sebagai salah satu wujud tafsir dalam desain bangunan kontemporer.

(8)

1.3. Tujuan

Merancang Pusat Informasi Kebudayaan dan Pariwisata di kota Rantepao Tana Toraja dengan tambahan fasilitas pendukungnya, yang representatif sebagai bentuk pengembangan sarana promosi kebudayaan dan pariwisata Tana Toraja.

1.4. Lingkup

Perancangan Pusat Informasi Kebudayaan dan Pariwisata difokuskan sebagai fasilitas publik, dimana diskenariokan juga sebagai bangunan mix used sebagai fasilitas pendukung dengan membentuknya menjadi bagian-bagian terpisah sesuai dengan fungsinya masing-masing, dan tetap sebagai suatu kesatuan dalam satu wilayah atau site yang sama.

Kenyamanan dalam mengakses bangunan merupakan suatu batasan yang harus dipertimbangkan dengan cermat.

Pusat Informasi Kebudayaan dan Pariwisata menitikberatkan pada potensi wilayah yang dimiliki oleh Kabupaten Tana Toraja sebagai daerah tujuan wisata tanpa mengenyampingkan perannya sebagai pusat pengembangan daerah tujuan wisata Entalu yang di dalamnya melibatkan dua Kabupaten yang ada di sekitarnya, yaitu Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Luwu.

Pusat Informasi Kebudayaan dan Pariwisata mewakili segenap daya tarik wisata yang ada di Tana Toraja sebagai suatu “rangkuman” untuk dapat diinformasikan kepada siapa saja yang membutuhkan yaitu informasi dengan batasan-batasan yang telah ditentukan dan disepakati bersama.

1.5. Metode

1.5.1. Metode Analisis I

1. Pendekatan Site

Sebagai site yang strategis di kawasan sekitar kota Rantepao serta sebagai site yang telah lama stag (dapat dilihat pada foto site pada halaman lampiran) yang tidak difungsikan sebagai lahan potensial untuk suatu pembangunan fasilitas publik, maka site tersebut dapat direkomendasikan sebagai site yang paling strategis untuk pembangunan Pusat Informasi Kebudayaan dan Pariwisata, dengan luasan ±5 Ha dan terletak sekitar 400 meter sebelum gerbang masuk kota Rantepao.

(9)

2. Pendekatan Sosial

Pendekatan penulis selaku orang Toraja asli adalah dengan mempelajari karakter dan kegiatan budaya masyarakat setempat (sekitar site) yang juga mencerminkan karakter dan kegiatan budaya etnis Toraja secara keseluruhan yang merupakan faktor penting yang cukup menentukan bagi rencana ini. Hal penting ini juga merupakan suatu point yang menjadi faktor penentu dalam pertimbangan kunjungan wisata. Pembuatan ruang terbuka sangat perlu dipertimbangkan dimana manfaatnya akan sangat dirasakan karena dapat difungsikan sebagai tempat masyarakat berinteraksi dalam kehidupan keseharian dan sekaligus juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan atau atraksi-atraksi budaya khususnya untuk menyambut tamu-tamu yang datang.

3. Pendekatan Pelaksanaan

Pendekatan pelaksanaan dilakukan dengan aktivitas-aktivitas berikut : a. Kajian literatur

b. Kajian pengumpulan data c. Survey kampung

4. Kegiatan Analisis

a. Analisis sejarah dan latar belakang

Latar belakang budaya Toraja dianalisis untuk mendapatkan pemahaman tentang tatanan kehidupan bermasyarakat dalam kawasan perencanaan sehingga konsep yang dikembangkan tidak akan menyimpang dari nilai-nilai dan tatanan budaya.

b. Analisis aksesibilitas

Untuk mendapatkan situasi dan kondisi di sekeliling kawasan perencanaan, dan melihat pengaruhnya terhadap kawasan perencanaan, apakah ada kendala untuk pengembangan, atau mungkin terdapat potensi yang akan menciptakan sinergi jika direncanakan secara terpadu dengan kawasan perencanaan.

c. Analisis lingkungan fisik

Identifikasi kondisi fisik kawasan sebagai dasar bagi penyusunan berbagai komponen perencanaan teknis, meliputi pemanfaatan lahan, tipologi bangunan, tata letak, dan sebagainya.

(10)

Untuk mendapatkan pertimbangan bagi penentuan peruntukan lahan dan fungsi bangunan, seperti penyediaan ruang terbuka, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan sebagainya.

e. Analisis sarana dan prasarana

Identifikasi kondisi eksisting atas sarana prasarana yang ada, untuk penentuan penyediaan kebutuhan.

1.5.2. Metode Analisis II

Metode analisis II menitikberatkan pada konsep perencanaan dan perancangan terhadap desain bangunan yang mengadaptasi model desain rumah adat Tongkonan. Hal-hal yang dipelajari dalam metode ini mencakup :

a. kajian tentang sistem struktur konstruksi Tongkonan,

b. kajian tentang penggunaan bahan material terhadap bangunan Tongkonan, c. kajian tentang morfologi bentuk Tongkonan,

d. kajian tentang orientasi arah peletakan Tongkonan dan organisasi ruang dalam Tongkonan,

e. kajian tentang elemen-elemen pelengkap atau artefak pada Tongkonan, f. kajian tentang pandangan secara kosmologi Toraja terhadap struktur

bangunan Tongkonan,

g. kajian tentang alang, sebagai bagian dari keberadaan Tongkonan, dan h. kajian tentang bentuk dan makna ukiran dalam kehidupan masyarakat

Toraja yang disimbolkan pada Tongkonan.

1.6. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan

Mengungkapkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan sasaran, lingkup, metode, dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pusat Informasi Kebudayaan dan Pariwisata di Tana Toraja

Mengungkapkan konsep dasar kepariwisataan secara umum yang mendukung terbentuknya suatu Pusat Informasi.

Mengungkapkan standar sistem desain suatu pusat informasi, fungsinya, kegiatan yang berlangsung, kebutuhan ruang yang

(11)

Menunjukkan potensi dan jenis-jenis kebudayaan yang ada pada adat-istiadat etnis Toraja dan atraksi-atraksi adat istiadatnya serta objek-objek potensial sebagai daerah kunjungan wisata di Tana Toraja.

Bab III : Tinjauan Rumah Adat Tongkonan

Mengungkapkan tentang sejarah Tongkonan dan penjelasan tentang Tongkonan, yaitu struktur dan ruang dalam Tongkonan, sirkulasi, dan material serta makna ukiran yang dan artefak-artefak yang melekat serta

Bab IV : Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan Pusat Informasi Kebudayaan dan Pariwisata Tana Toraja

Mengungkapkan pendekatan konsep perancangan arsitektur ruang dalam, konsep site terpilih, pendekatan konsep perzoningan, pendekatan organisasi ruang, pendekatan konsep sirkulasi ruang, pendekatan pemanfaatan material, dan pendekatan sistem utilitas.

Bab V : Konsep Perencanaan dan Perancangan Pusat Informasi Kebudayaan dan Pariwisata Tana Toraja

Mengungkapkan konsep perancangan arsitektur, kondisi site terpilih, pendekatan konsep zoning, konsep bentuk, konsep peruangan, konsep landsekap, konsep sirkulasi, konsep struktur dan konsep utilitas.

Kesimpulan

Tana Toraja membutuhkan adanya suatu tempat untuk mengembangkan potensi-potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusianya secara lebih maksimal, dimana tempat tersebut mengadaptasi bentuk rumah adat Tongkonan yang mencerminkan nilai-nilai kebudayaan dan kekuatan SDA maupun SDMnya. Tempat inilah yang akan menjadi Pusat untuk memperoleh bahkan mengembangkan informasi mengenai kebudayaan dan pariwisata Tana Toraja.

Gambar

Tabel 1 / Table 1
Tabel 2 / Table 2
Tabel 3 / Table 3

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dipertimbangkan untuk membuat daftar unit kerja yang sudah terfasilitasi dengan sistem aplikasi (sesuai dengan permintaannya) lengkap dengan jenis

Hasil dari penelitian menunjukkan para tokoh mahasiswa cukup memahami tentang partai politik lokal khusunya Partai Aceh, tokoh mahasiswa unsyiah juga memiliki

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pengaruh pemberian motivasi penerapan need achievment terhadap semangat kerja

(2) Dikelilingi oleh daerah hinterland yang kaya dengan sumber day alam memantanpkan peranan Kota Tanjungbalai sebagai kota simpul jasa, pusat perdagangan antarpulau dan

Proses uji kaji yang dilakukan al-Razi melibatkan pelbagai haiwan seperti kucing, tikus dan lain-lain yang dipilih sebagai sampel kajian untuk mengetahui jenis

Manfaat yang akan diberikan melalui penelitian ini adalah (1) Bagi perusahaan, diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan sebagai acuan untuk mempertahankan posisinya di

Pada tataran aplikatif, maka arah pengembangan model pelayanan Samsat ke depan harus mencakup : Pertama, model Pelayanan Samsat Konservatif, (a) merubah sistem pengarsipan manual

Kedua, dalam hal Gujarat sebagai tempat singgah, teori Persia mempunyai persamaan dengan teori Makkah, tetapi yang membedakannya adalah teori Makkah memandang