• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Planned Maintenance System Untuk Item Yang Terdapat di Kamar Mesin Pada Kapal Bulk Carrier DWT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rancangan Planned Maintenance System Untuk Item Yang Terdapat di Kamar Mesin Pada Kapal Bulk Carrier DWT"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Rancangan Planned Maintenance System Untuk Item Yang Terdapat di

Kamar Mesin Pada Kapal Bulk Carrier 13601 DWT

Nur Huda salasa Majid 09066378211), Mukti Wibowo 2)

1)Mahasiswa S-1, Teknik Perkapalan Dept.Teknik Mesin. Universitas Indonesia 2)Dosen Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia

Email : [email protected]

Abstrak

Dalam pengoperasian suatu kapal diperlukan suatu sistem yang mengatur tentang perawatan dan pemeliharaan bagian-bagian utama pada kapal tersebut. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjadinya masalah yang dapat menghambat kerja kapal, seperti breakdown pada mesin dan sebagainya. Selain itu sistem pemeliharaan yang dilakukan secara terencana dan berkala, juga dapat memperpanjang usia pakai suatu kapal sehingga dapat menambah produktifitas kapal tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan pada semua komponen yang terdapat di suatu kapal, juga telah diatur dalam International Safety Management Code (ISM Code). Atas dasar itu maka pembuatan suatu sistem perawatan terencana atau biasa disebut Planned Maintenance System (PMS) pada suatu kapal sangatlah diperlukan. Dalam hal ini komponen-komponen yang terdapat pada kamar mesin suatu kapal Bulk Carrier 13601 DWT akan dijadikan objek penelitian untuk pembuatan sistem perawatan tersebut.

Abstract

In the operation of a ship, it is essential to have a system that regulates the maintenance of the main parts of the ship. This is necessary to avoid the problems that can inhibit the ship performance, such as the breakdown in machinery and so on. Moreover, a maintenance system that is done in a well-planned and regular manner can also extend the life of a ship so as to increase the productivity of the ship. Matters related to the maintenance of all components contained in a ship also have been regulated in the International Safety Management Code (ISM Code). On that basis, it becomes necessary to arrange a Planned Maintenance System (PMS) on a ship. In this case the components contained in the engine room of a 13601 DWT Bulk Carrier ship will be the object of research for the preparation of the maintenance system

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah

Kapal merupakan salah satu sarana transportasi yang paling efektif untuk mengangkut berbagai keperluan, khususnya dalam jumlah yang besar, jarak yang cukup jauh dan terpisah oleh area perairan. Dalam dunia bisnis, kapal memegang peranan penting sebagai alat transportasi utama dalam hal mendistribusikan suatu produk atau hasil bumi yang merupakan bahan baku produk tersebut ke sejumlah daerah yang dipisahkan oleh sungai, danau ataupun lautan dalam jumlah yang cukup besar.

(2)

Besarnya peran kapal sebagai salah satu tonggak dalam dunia bisnis serta moda utama transportasi antar pulau, tidak serta merta sebanding dengan kelaikan kapal tersebut. Banyak kasus kecelakaan kapal tiap tahunnya yang mengakibatkan kerugian materi yang sangat besar bahkan tak sedikit yang sampai merenggut korban jiwa. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh sistem perawatan kapal yang kurang effisien dan tidak berjalan dengan baik atau bahkan tidak ada sama sekali.

Maintenance pada suatu sistem, baik itu permesinan, kelistrikan dan sebagainya merupakan bagian yang sangat penting untuk menjaga keawetan dan memperpanjang usia pakai dari alat atau sistem tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem perawatan kapal yang efektif dan effisien serta mudah untuk diterapkan oleh para awak kapal.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah untuk menghasilkan sebuah sistem pemeliharaan kapal berdasarkan referensi-referensi yang telah di dapat dalam bentuk rancangan PMS (planned maintenance system). Hasil dari PMS ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk pembuatan PMS pada kapal-kapal perintis yang akan memberikan hasil yang optimal terkait dengan pemeliharaan kapal tersebut, agar dapat mencapai usia pengoperasian yang maksimal

1.3. Batasan masalah

Dalam pembuatan tugas akhir ini terdapat batasan-batasan masalah agar isi dari tugas akhir ini tidak meluas ke bahasan lain. Batasan masalah tersebut adalah:

1. Pada pembuatan tugas akhir ini yang dijadikan objek penelitian adalah komponen-komponen yang terdapat di kamar mesin yaitu : main engine, auxilary engine, boiler, pumps, heat exchanger, purifier, dan incenerator.

2. Hasil atau Output dari tugas akhir ini adalah rancangan Planned Maintenance System (PMS) untuk komponen yang terdapat di kamar mesin berbentuk manual, dengan referensi kapal Bulk Carrier Sartika Baruna 13601 DWT.

2. TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pemeliharaan Kapal

Ketentuan peraturan untuk pengoperasian kapal telah ditetapkan berdasarkan konvensi International Maritime Organization (IMO) yang tertuang pada BAB IX “peraturan Safety of Life at Sea (SOLAS) yang mengatur tentang

(3)

sistem manajemen keselamatan. Berdasarkan ketentuan ISM Code, pemeliharaan kapal berari suatu kegiatan yang meliputi :

a. Pemeriksaan Kapal secara reguler termasuk pengujian atau tes • Pengujian kapal saat penerimaan

Yaitu pemerikasaan apakah suatu peralatan telah memenuhi persyaratan setelah dilaksanakan pengujian

• Survey

Yaitu pemeriksaan secara reguler dalam rangka pemeliharaan yang dilakukan oleh pihak yang berwenang yang akan menerbitkan sertifikat kapal

• Inspeksi

Yaitu pemeriksaan yang merupakan tambahan dari survei dan dilakukan oleh pihak luar misalnya, pabrik peralatan sebagai layanan purna jual

• Pemeriksaan sebelum dioperasikan

Yaitu pemeriksaan yang dilakukan sebelum digunakan untuk meyakinkan bahwa kapal dalam kondisi yang baik

• Pengujian selama pengoperasian

Yaitu pemeriksaan terhadap keakuratan peralatan yang dioperasikan dan apabila ada kesalahan operasional / kinerja yang harus ditindak lanjuti dengan perbaikan, pemeriksaan ini biasa dilakukan oleh operator atau awak kapal yang mengoperasikan

• Pengujian setelah pengoperasian

yaitu pemeriksaan dengan jadwal pemeriksaan tergantung pada tingkat pengaruhnya terhadap aspek keselamatan dan tipe peralatan b. Penggantian bagian dari peralatan yang mengalami keausan

Adalah pemeliharaan dengan mengganti bagian yang mengalami keausan sesuai dengan peraturan, jenis peralatan, dan kebijakan perusahaan yang bertujuan untuk mempertahankan kehandalan kinerja operasional kapal dan peralatannya. Pemeliharaan dengan melakukan penggantian bagian yang aus ini terdiri dari dua sifat :

• Pemeliharaan Preventif

Yaitu pemeliharaan yang dilaksanakan secara terencana (sistematis) yang bertujuan untuk menghindari / mencegah timbulnya sebab kerusakan atau memperpanjang masa pakai kapal dan peralatannya

(4)

• Pemeliharaan induktif

Yaitu pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan adanya indikasi akan terjadinya kerusakan atau tidak berfungsinya peralatan kapal.

c. Perbaikan bagian yang mengalami kerusakan

Adalah pemeliharaan dengan melakukan pekerjaan perbaikan bagian yang rusak sehingga dapat berfungsi normal kembali. Jenis pemeliharaan dengan melakukan perbaikan adalah :

• Pemeliharaan Kuratif

Yaitu pemeliharaan yang bersifat perbaikan atau reparasi yang dilaksanakan berdasarkan adanya kerusakan yang telah terjadi dan harus dilakukan tindakan perbaikan sehingga sifatnya tidak terjadwal dan insidentil.

2.2. Prosedur Pemeliharaan

Dalam PMS sangat perlu ditentukan rencana jadwal pemeliharaan kapal sesuai dengan lingkup pemeliharaan yang akan dilaksanakan. Jadwal pemeliharaan kapal dibuat disesuaikan dengan ketentuan klasifikasi, badan pemerintah dan pabrik pembuat.

a) Ketentuan Klasifilkasi

1. Survei Berkala (Periodical Survey), antara lain : • Annual Survey (Survei Tahunan)

Yaitu survei yang dilaksanakan setiap selang waktu 12 bulan sejak tangal dimulainya periode kelas. Waktu survey dalam kurun waktu 3 bulan dari hari terakhir bulan kalender dimana periode kelas yang sedang berjalan akan berumur 1 tahun, kecuali untuk kapal dengan akomodasi lebih dari 12 penumpang harus dilaksanakan tidak lebih lambat dari jatuh tempo.

• Intermediate Survey (Survei Antara)

Yaitu survei yang dilaksanakan 2,5 tahun terhitung dari dimulainya periode kelas dan setiap pembaruan kelas.

• Renewal Survei (Survei Pembaruan Kelas)

Yaitu survei untuk memperbarui kelas kapal yang dilaksanakan pada akhir periode kelas (4 atau 5 tahun) dan dapat diperpanjang maksimum selama 3 bulan atas persetujuan klasifikasi.

(5)

Yaitu survei yang dilaksanakan untuk pemeriksaan kondisilambung kapal di bawah garis air, bukaan dan perlengkapan penutup pada pelat kulit yang berhubungan dengan instalasi mesin, komponen bagian luar sistem penggerak. Dilaksanakan 2 kali selama berlakunya kelas atau dalam waktu 5 tahun. Survei pertama dilaksanakan pada annual survey kedua atau paling lambatannual survey ketiga. Selang waktunya tidak boleh lebih dari 36 bulan dan paling lambat setelah 24 bulan.

2. Survei Tidak Berkala

Merupakan survei yang dilaksanakan karena ada indikasi kemungkinan adanya kerusakan atau telah terjadi kerusakan sehingga perlu segera dilakukan tindakan. Jenis-jenis survei berkala ialah :

• Survei Kerusakan dan Perbaikan (Damage Survey)

Yaitu survei yang dilaksanakan apabila bagian dari kapal yang dikelaskan mengalami kerusakan yang dapat mempengaruhi berlakunya kelas.

• Survei Perombakan

Yaitu survei yang dilaksanakan bila kapal mengalami perombakan lambung atau mesin kapal.

• Special Survey

Yaitu survei yang dilaksanakan untuk pemeriksaan kondisi teknik dan merupakan bagian dari quality control.

b) Ketentuan Badan Pemerintah

Penentuan jadwal dilaksanakan oleh instruktur pemerintah (syahbandar), dimana kapal didaftarkan atau badan lain yang diberi wewenangnuntuk melaksanakan survei atas nama negara bendera dalam rangka penerbitan sertifikat statutory, antara lain :

1. Survei Keselamatan Konstruksi 2. Survei Keselamatan Peralatan 3. Survei Keselamatan Radio c) Ketentuan Pabrik Pembuat

Jadwal pemeliharaan berdasarkan petunjuk pabrik ditentukan berdasarkan hari kalender, jam kerja operasional, kinerja operasi dengan empertimbangkan kebijakan perusahaan, mengingat usia kapal dan kemampuan perusahaan.

(6)

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Perumusan Masalah dan Studi Literatur

Dalam penelitian kali ini, metode yang digunakan adalah studi literatur dan pembuatan / perancangan Planned Maintenance System, yaitu suatu sistem pemeliharaan pada bagian-bagian yang terdapat di kapal. Dalam kasus ini bagian-bagian tersebut mencakup item yang terdapat di dalam kamar mesin, yaitu : main engine, auxiliary engine, boiler, pumps, purifier, heat exchanger, dan incenerator.

Studi literatur yang dilakukan, mencakup pemahaman tentang pemeliharaan yang digunakan untuk kapal, dan juga fungsi serta perawatan untuk komponen-komponen yang dijadikan objek penelitian.

3.2. Pengumpulan data

Dalam pembuatan Planned Maintenance System ini, terdapat cukup banyak data yang diambil mengenai perawatan dan running hours dari item-item tersebut. berikut data kapal dan salah satu contoh sebagian data yang memuat keterangan untuk main engine :

Tabel 1. Data Kapal

Nama kapal Sartika Baruna Jenis kapal Bulk Carrier

Loa 141,40 m Lbp 133,00 m Breadth 24,00 m Depth 12,30 m Design draft 6,10 m Scant draft 7,001 m DWT 13601 ton Rute Suralaya – Tarahan (6-10 jam) Speed 10 knot

Tabel 2. Data Main Engine

item name work running hours

hours monthly cylinder

head

Pemeriksaan kepala silinder sesuai dengan prosedur pada buku manual

6000 1 year cylinder

(7)

cylinder liner

Pemeriksaan kondisi permukaan dalam silinder, dan pengukuran bore size dengan menggunakan cylinder bore gauge

6000 1 year cylinder

liner Overhaul 12000 2 year

3.3. Pengolahan data

Berdasarkan hasil pengambilan data terkait pembuatan skema rancangan planned maintenance system, maka penulis mulai melakukan pengolahan data lebih lanjut. Hasil pengolahan data itu berupa tabel-tabel dalam microsoft excel yang merupakan komponen utama dari planned maintenance system tersebut dan dapat menjadi acuan dalam pemeliharaan kapal ataupun dapat menjadi referensi untuk pembuatan sistem pemeliharaan bagi kapal-kapal perintis. Tabel-tabel yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Tabel maintenance

2. Tabel periodical maintenance schedule 3. Tabel job history

4. Tabel form

4. HASIL DAN PROSEDUR PMS 4.1. Tabel PMS

Pengolahan data yang telah didapat sebelumnya, menghasilkan sebuah rancangan Planned maintenance System berupa tabel-tabel yang berisi informasi tentang apa, bagaimana dan kapan pemeliharaan pada komponen-komponen kapal harus dilakukan, khususnya komponen yang terdapat di kamar mesin. Dalam kasus ini komponen yang dimaksud adalah, main engine, auxilary engine, pompa-pompa, boiler, purifier, heat exchanger dan incenerator.

4.1.1. Tabel Maintenance

Tabel maintenance ini merupakan hasil utama dari rancangan Planned maintenance system yang telah di buat .Tabel ini berisi informasi tentang item-item dan komponen-komponen yang harus dilakukan pemeliharaan secara rutin dan terencana. Tabel ini terdiri dari

(8)

3 kelompok utama yaitu ,kelompok main engine, auxilary engine, dan pumps,boiler, and another part.

Selain itu dalam tabel ini terdapat informasi berupa kolom-kolom mengenai perawatan yang harus dilakukan, running hours , dan tanggal jatuh tempo perawatan tersebut. Berikut penjelasan mengenai masing-masing kolom pada tabel.

Gambar 1 tabel maintenance

1. Code

Pada kolom di tabel maintenance, terdapat kolom code di bagian pertama. Kolom ini memiliki fungsi untuk mengelompokan bagian-bagian dari pekerjaan pemeliharaan masing-masing elemen di kapal tersebut dan agar mudah untuk digunakan pada tabel selanjutnya. Pada tabel maintenance, komponen-komponen pemeliharaan dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu kelompok Main Engine, Auxilary Engine dan kelompok Pumps,boiler,etc. Masing- masing kelompok ini memiliki kode yang berbeda-beda tergantung jenis komponen dan pekerjaannya. Dalam setiap kode selalu diawali 2 huruf yang merupakan penjelasan untuk kelompok utama dari komponen tersebut.

Tabel 3 kode huruf utama

kode Nama kelompok / elemen

ME Main Engine

AE Auxilary Engine

PU Pumps

PR Purifier

(9)

HE Heat Exchanger

IN Incenerator

Berikut penjelasan masing-masing kode pada 3 kelompok besar tersebut :

a. Main Engine Code

Format kode untuk main engine dibuat sesuai keterangan nomor main engine dan pekerjaan pemeliharaannya. Sebagai contoh :

ME.01.B2.1

• ME merupakan kode untuk grup utama dari pekerjaan pemeliharaan yang akan dilakukan. Dalam kode ini ME berarti grup utama pekerjaan tersebut adalah Main Engine.

• 01 merupakan kode untuk menjelaskan nomor main engine dalam kapal tersebut, sekaligus penjelasan jumlah main engine yang terdapat dalam kapal.

• B2 merupakan kode untuk menjelaskan bagian-bagian utama dalam main engine yang telah dikelompokan. Dimana kode huruf sebagai bagian utama main engine dan diikuti kode angka sebagai informasi letak bagian tersebut pada silinder tertentu, untuk kode diatas pekerjaan tersebut untuk silinder nomor 2. Berikut pengelompokan tersebut :

Tabel 4 kode huruf main engine & auxilary engine

kode item

A Turbocharger

B Starting air system

C Piston & rods, pins & bushes D Main Bearing & Journal

E Lubricating oil system

F Intake & exhaust valve

G Indicator cooks

H Governor

I Fuel injection

J Cylinder head & cylinder liner K Crank shaft & bed plate

(10)

L Cooling system

M Cam shaft

• 1 merupakan kode untuk menjelaskan jenis pekerjaan pemeliharaan yang harus dilakukan. Masing-masing komponen memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda

b. Pumps, Boiler, Etc Code

Format kode untuk pompa, boiler heat exchanger, purifier dan incenerator disesuaikan dengan masing-masing grup dan jenis pekerjaannya. Sebagai contoh : BO.1 , yaitu pemeliharaan boiler dengan jenis pekerjaan no 1

2. Main group

Kolom ini berisi informasi mengenai kelompok utama dalam pekerjaan pemeliharaan, seperti main engine, auxilary engine, boiler, pumps dan sebagainya

3. Item name

Kolom ini berisi penjelasan tentang item atau elemen yang akan dilakukan pekerjaan pemeliharaan. Sebagai contoh pada tabel maintenance main engine kolom ini berisi nama item pada main engine seperti, piston, cylinder dan sebagainya

4. Component name

Kolom ini berisi penjelasan lebih detail mengenai bagian dari masing-masing item yang akan dilakukan pekerjaan pemeliharaan. Sebagai contoh, ring piston yang merupakan komponen dari item piston. 5. Job type & job description

Kolom ini berisi tentang penjelasan pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan secara umum dan juga secara detail. Selain itu terdapat acuan terkait manual book masing-masing item.

6. Frequency

Kolom ini berisi informasi mengenai running hours masing-masing komponen

7. Start date & due date

Kolom ini berisi informasi kapan pekerjaan pemeliharaan dimulai dan kapan jatuh tempo pekerjaan tersebut

(11)

4.1.2. Tabel Periodical Maintenance Schedule

Pada tabel ini dijelaskan lebih detail mengenai waktu pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan selama 5 tahun sejak kapal pertama beroperasi sampai docking. Konten dari tabel ini antara lain, pekerjaan pemeliharaan yang harus dilakukan berupa kode pekerjaan di tabel maintenance, running hours masing-masing komponen pada pekerjaan tersebut, serta plotting waktu secara detail berupa tanggal bulan dan tahun. Berikut penjelasan mengenai masing-masing kolom:

Gambar 5. tabel periodical maintenance schedule 1. Year

Pada kolom ini terdapat informasi mengenai tahun untuk pekerjaan pemeliharaan yang akan dilakukan, sehingga akan lebih mudah mengetahui jenis pekerjaan yang akan dilakukan tiap tahun 2. Month

Pada kolom ini terdapat informasi mengenai bulan untuk pekerjaan pemeliharaan yang akan dilakukan, sehingga akan lebih mudah mengetahui jenis pekerjaan yang akan dilakukan tiap tahun 3. Work

Pada kolom ini terdapat informasi mengenai pekerjaan pemeliharaan yang harus dilakukan di tahun dan bulan tertentu secara spesifik. Pekerjaan pemeliharaan yang tercantum berupa kode yang dapat di sesuaikan dengan tabel maintenance untuk mengetahui detail pekerjaan pemeliharaan yang harus dilakukan.

(12)

4. Frequency

Pada kolom ini terdapat informasi mengenai running hours untuk setiap pekerjaan pemeliharaan yang akan dilakukan. Frequency dalam tabel ini tersedia dalam 2 bentuk, yaitu dalam bentuk running hours dan dalam bentuk yang telah dikonversi menjadi harian, bulanan atau tahunan. Konversi ini di dapatkan berdasarkan perkiraan waktu tempuh kapal per hari.

5. Date

Pada kolom ini terdapat informasi mengenai tanggal untuk pekerjaan pemeliharaan yang akan dilakukan secara detail, sehingga dapat dengan mudah mengetahui secara spesifik pekerjaan pemeliharaan apa saja yang harus dilakukan pada tanggal-tanggal tertentu

4.1.3. Tabel Job History

Pada tabel ini dijelaskan mengenai riwayat pekerjaan pemeliharaan yang telah dan belum dilakukan (lampiran 5). Format pada tabel job history serupa dengan tabel periodical maintenance schedule, hanya saja terdapat perbedaan berupa kolom tambahan berupa kolom catatan dan paraf. Berikut penjelasan mengenai perbedaan kolom tersebut :

Gambar 6. Tabel Job History

1. Date

Pada kolom ini perbedaan hanya terdapat pada pekerjaan pemeliharaan yang telah jatuh tempo, yaitu berupa check list untuk

(13)

pekerjaan yang telah dilakukan dan penandaan untuk pekerjaan yang tidak dilakukan atau pekerjaan yang mengalami penundaan pada saat jatuh tempo tersebut. Adapun pekerjaan yang tidak dilakukan harus tetap dilakukan di waktu lain sebelum jatuh tempo selanjutnya dengan pemberian tanda yang berbeda pada kolom tanggal pekerjaan pemeliharaan tersebut dilakukan.

2. Notes

Pada kolom ini disediakan ruang untuk memberikan catatan kecil mengenai pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan suatu item dalam 1 bulan apabila diperlukan. Catatan ini juga berfungsi untuk memberikan ringkasan keterangan terkait penundaan pekerjaan, pekerjaan yang tidak di lakukan atau permasalahan yang terjadi selama proses pekerjaan pemeliharaan di bulan tersebut.

3. Sign

Kolom ini memiliki fungsi untuk memberikan bukti keabsahan pekerjaan pemeliharaan masing-masing item di bulan tersebut telah dilakukan sesuai dengan prosedur dan jadwal yang telah ditentukan. Kolom ini diisi dengan paraf oleh orang yang paling bertanggung jawab dalam hal perawatan pada peralatan dan permesinan di kapal, dalam kasus ini salah satunya adalah chief engineer.

4.1.4. Form

Dalam penerapan rancangan PMS ini diperlukan beberapa form yang digunakan untuk menunjang kesuksesan sistem pemeliharaan yang akan dilaksanakan. Selain itu form-form tersebut juga berfungsi sebagai laporan dan arsip dari pekerjaan pemeliharaan. Berikut form-form yang terdapat dalam rancangan PMS ini :

1. Form laporan harian

Form ini berisi laporan harian mengenai pekerjaan yang telah dilakukan beserta kode pekerjaan tersebut, serta pekerjaan yang tidak dilakukan atau ditunda beserta kode pekerjaannya. Dalam form ini juga terdapat kolom catatan untuk memberikan keterangan mengenai pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan di tanggal tersebut. form ini diisi oleh operator yang melakukan pekerjaan pemeliharaan saat itu

(14)

2. Form laporan bulanan

Form ini berisi informasi pekerjaan pemeliharaan yang telah dan belum dilaksanakan di bulan tersebut berupa kolom-kolom. Kolom tersebut berisi jenis pekerjaan pemeliharaan, kode pekerjaan, tanggal pekerjaan, orang yang melakukan pekerjaan, dan catatan mengenai pekerjaan tersebut. form ini diisi oleh chief engineer.

3. Form pemesanan spare part

Form ini digunakan ketika persedian spare part di kapal berkurang atau tidak sesuai dengan yang disyaratkan. Form ini terdiri dari kolom-kolom yang berisi informasi jenis spare part yang dibutuhkan, banyaknya, ketersediaan dikapal, dan urgentcy dari kebutuhan spare part tersebut.

4.2. Prosedur –prosedur PMS

4.2.1. Prosedur Penerapan dan Penggunaan PMS

Pada prosedur penerapan dan pengunaan PMS terdapat bebrapa tahapan yang harus dilakukan untuk mencapai sistem pemeliharaan yang efektif dan efisien. Berikut tahapan-tahapannya

1. Training PMS

Training PMS dilakukan untuk memberi pemahaman mengenai cara kerja, alur dan cara menggunakan sistem ini kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan penerapan PMS . hal ini dilakukan agar dalam pelaksanaanya tidak mengalami kesulitan

2. Sistematika PMS

Agar penerapan PMS dapat berjalan dengan baik, perlu di buat skema sistematika dalam penggunaanya. Berikut skema sistematika penggunaan PMS tersebut :

(15)

Gambar 7. skema sistematika PMS 3. Evaluasi berkala

Dalam penerapan PMS , untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu dilakukan evaluasi secara berkala agar dapat mengetahui hasil pekerjaan pemeliharaan yang telah dilakukan, kekurangan dan masalah yang terjadi selama pekerjaan pemeliharaan berlangsung. Hal ini diperlukan agar pada pekerjaan pemeliharaan selanjutnya masalah yang terjadi dapat diminimalisir, dan agar dapat berkembangnya sistem pemeliharaan yang digunakan.

4.2.2. Prosedur Pengantian Spare Parts dan Overhaul

Penggantian spare part pada kapal harus mengikuti aturan yang ada, agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pihak galangan dan klasifikasi yang dapat mengakibatkan tidak boleh beroperasinya kapal dan sebagainya. Berikut poin-poin mengenai prosedur penggantian spare part :

• Komponen pada kamar mesin yang dirasa tidak laik dan tidak sesuai dengan batasan aturan yang diperbolehkan, perlu dilakukan penggantian atau overhaul meskipun belum sampai pada waktu jatuh temponya

• Penggantian spare part atau overhaul yang tidak sesuai dengan waktu jatuh temponya, atau bukan pada saat docking atau annual survey perlu diinspeksi ulang dan disaksikan oleh pihak klasifikasi untuk mendapatkan persetujuan dan sertifikat terkait hal tersebut

pengecekan jadwal pekerjaan pada tabel periodical maintenance schedule Pengecekan jenis pekerjaan pada tabel maintenance lakukan pekerjaan pemeliharaan penggantian spare part (jika diperlukan) pengecekan ketersedian spare part Pengisian laporan

pemeliharaan harian   pengisian laporan bulanan  

pengisian tabel job history  

(16)

• Chief engineer bertanggungjawab dalam memastikan ketersediaan spare part yang ada dalam kapal

• Penggantian spare part atau overhaul untuk komponen yang tidak sesuai dengan waktu jatuh temponya harus diberikan catatan khusus pada laporan harian dan bulanan

4.2.3. Prosedur Pemesanan Spare parts

Ketersediaan spare parts di kapal menjadi suatu hal yang sangat penting, mengingat kapal dapat mengalami kerusakan kapan pun. Oleh karena itu ketersediaan spare part harus selalu dicek dan dipastikan masih sesuai dengan aturan yang ada. Apabila harus melakukan pembaharuan, maka terdapat prosedur yang harus diikuti. Prosedu-prosedur tersebut adalah sebagai berikut :

• Chief engineer bertanggung jawab atas ketersediaan spare parts dalam kapal

• Penggunaan spare part yang tersedia dalam spare parts storage, dalam rangka penggantian spare parts untuk komponen suatu mesin, harus dengan sepengetahuan chief engineer.

• Ketersedian spare parts dikapal harus selalu dicek secara rutin dan berkala

• Chief engineer bertanggung jawab untuk selalu melakukan kordinasi dengan pihak superintendent mengenai kebutuhan spare part

Apabila pada ketersediaan spare parts terdapat item yang jumlahnya tidak memnuhi aturan, maka harus melakukan pemesanan spare part dengan mengisi form yang telah ada

5. ANALISA DAN KESIMPULAN 5.1. Analisa

5.1.1. Analisa Data

Pada analisa data terkait rancangan PMS ini, terdapat beberapa kekurangan yang ditemukan. Salah satu kekurangannya yaitu terdapat beberapa komponen dalam kamar mesin yang tidak di ikutsertakan dalam rancangan PMS yang telah di buat seperti refrigerant system dan sebagainya. Hal ini dikarenakan minimnya data referensi yang didapatkan mengenai pemeliharaan elemen-elemen lain di kamar mesin

(17)

serta terbatasnya waktu pembuatan rancangan PMS ini. Selain itu pada kapal yang digunakan sebagai referensi pembuatan PMS ini hanya terdapat elemen-elemen yang umumnya ada pada kamar mesin, sehingga apabila terdapat kapal lain dengan jumlah dan jenis elemen-elemen pada kamar mesin yang lebih banyak maka perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut terkait rancangan PMS ini.

Kekurangan lain yang telah di analisa dari rancangan PMS ini adalah kurang presisinya running hours dalam bentuk harian, mingguan, bulanan, ataupun tahunan. Hal ini terkait kepada tanggal jatuh tempo tiap item yang nantinya akan mengalami beberapa ketidaksesuaian di lapangan. Kekurangan ini diakibatkan oleh tidak diperhitungkannya waktu antrian kapal untuk dapat bersandar dan melakukan bongkar muat. Karena diasumsikan tidak ada gangguan eksternal selama pengoperasian kapal.

5.1.2. Analisa Tabel

Pada analisa tabel terkait rancangan PMS yang telah dibuat ini, penulis menemukan beberapa kekurangan, diantaranya belum adanya tabel untuk memberikan informasi mengenai ketersediaan dan kebutuhan cadangan spare part di kapal. Hal ini dikarenakan masih minimnya data terkait hal tersebut yang dapat dijadikan referensi pembuatan PMS ini.

Selain itu terdapat kekurangan lain yaitu belum terdapatnya kolom-kolom pelengkap di masing-masing tabel. Seperti pada tabel maintenance , kekurangan yang ditemukan adalah belum terdapatnya kolom work instruction yang menjelaskan lebih rinci mengenai instruksi kerja tiap-tiap item secara spesifik, alat yang digunakan dan sistematika pekerjaan tersebut. Hal ini dikarenakan waktu yang terbatas dalam pembuatan PMS ini dan juga referensi yang di dapat belum maksimal. Namun dalam rancangan PMS ini hal tersebut di antisipasi dengan memberikan petunjuk dan saran untuk melihat pada masing-masing manual book tiap komponen untuk mendapat informasi lebih rinci mengenai hal tersebut.

(18)

Secara keseluruhan rancangan PMS ini sudah dapat diterapkan pada suatu kapal, dan dapat menjadi acuan untuk pembuatan PMS lain terutama untuk kapal perintis, seperti tujuan dari pembuatan skripsi ini sendiri. Namun terkait dengan pengembangan PMS ini agar bisa mendapatkan hasil yang lebih optimal, penulis berharap agar ada kelanjutan dalam pengembangan PMS ini dengan mengacu pada analisa yang sebelumnya telah dibuat mengenai data dan tabel. Selain dari analisa tersebut penulis juga menganalisa secara umum kekurangan yang dapat dilengkapi agar pelaksanaan PMS ini berjalan lebih maksimal.

Analisa secara umum mengenai kekurangan PMS ini adalah belum terciptanya rancangan PMS dalam bentuk komputerisasi, dan terhubung secara online agar berbagai pihak yang berkaitan dengan perawatan pada kapal dapat mengakses, mengawasi, dan mengevaluasi berjalannya pekerjaan pemeliharaan yang terdapat dalam PMS ini. Hal ini diperlukan mengingat kekurangan sistem yang dibuat dalam bentuk manual adalah sulitnya mengakses data yang berhubungan dengan perawatan kapal, mengingat banyaknya data yang terdapat dalam sistem ini. Selain itu sistem yang hanya dibuat dalam bentuk manual tidak lebih praktis dibanding sistem secara komputerisasi.

Kekurangan ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman penulis mengenai pembuatan sistem secara komputerisasi dan juga minimnya waktu yang digunakan untuk membuat rancangan PMS ini. Penulis berharap di waktu berikutnya kekurangan ini dapat dilengkapi dan dikembangkan lebih lanjut.

Sejauh ini penulis baru menemukan kekurangan-kekurangan keseluruhan secarra umum seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Tidak menutup kemungkinan masih banyak kekurangan lain yang dapat ditemukan dalam rancangan PMS ini. Oleh karena itu penulis berharap apabila rancangan PMS yang telah di buat ingin dikembangkan lebih lanjut, agar di lengkapi kekurangan yang telah di analisa dan di analisa kembali apabila masih terdapat kekurangan tersebut.

(19)

Dari permasalahan yang terjadi mengenai kerusakan-kerusakan yang terjadi di kapal yang dapat mengakibatkan tidak beroperasinya kapal, menurunnya produktifitas suatu kapal, dan bahkan lebih parah dapat menyebabkan kecelakaan yang dapat merenggut korban jiwa, Maka penulis membuat beberapa kesimpulan mengenai hal tersebut dan berkaitan dengan tujuan dibuatnya tugas akhir ini.

Pertama, perawatan semua bagian dalam kapal mulai dari permesinan, konstruksi sampai perlengkapan dan peralatan keselamatan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan. Hal ini perlu dilakukan karena telah diatur dalam International Safety Management Code (ISM Code) , dan juga agar dalam pengoperasiannya dapat meminimalisir masalah yang terjadi, dan memperpanjang usia pakai dan produktifitas kapal.

Kedua, pembuatan suatu sistem pemeliharaan yang baik, terencana, dan mudah dalam penerapan, akan meningkatkan efektifitas dari sistem tersebut sehingga pemeliharaan yang dilakukan akan memberikan hasil yang maksimal.

Ketiga, sistem pemeliharaan yang baik perlu didukung dengan ketersediaan prosedur-prosedur sistem tersebut, agar mudah dalam pengaplikasiannya, selain itu juga perlu didukung oleh kedisiplinan SDM yang berperan langsung dalam menerapkan sistem tersebut, karena tidak akan berhasil suatu sistem apabila tidak dijalankan sesuai dengan prosedur dan aturan yang telah dibuat.

6. DAFTAR PUSTAKA

Calder, Nigel. (2007). Marine engine diesel : maintenance, troubleshooting and

repair (3rd ed.). Blacklick, OH : McGraw-hill.

George, M.c. (1995). Marine auxiliary machinery (7th ed.). Oxford : Butterworth- Heinemann

Taylor, D.A. (1996). Introduction to Marine engineering (6th ed). Oxford : Elsevier Butterworth-Heinemann

Daihatsu standard manual for PL-24. Japan : Daihatsu

Aditya, hanum . (2013, May 9). Personal interview Pesi. (2013 June 4). Personal interview

Gambar

Tabel 1. Data Kapal  Nama kapal  Sartika Baruna  Jenis kapal  Bulk Carrier
Tabel  maintenance  ini  merupakan  hasil  utama  dari  rancangan  Planned  maintenance  system  yang  telah  di  buat  .Tabel  ini  berisi  informasi  tentang  item-item  dan  komponen-komponen  yang  harus  dilakukan pemeliharaan secara rutin dan terenca
Gambar 1  tabel maintenance  1.  Code
Gambar 5. tabel periodical maintenance schedule  1.  Year
+3

Referensi

Dokumen terkait