Elis Rosdiawati, 2016
PENGELOLAAN TEACHER CAPACITY BUILD ING (TCB) UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU
D I TINGKAT SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 5
KESIMPULAN, IMPLIKASI, dan REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Beberapa hal yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Penyelenggaraan pembelajaran bermutu (quality learning) yang merupakan core business dari pendidkan tidak bisa lepas dari tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional. Dalam konteks persekolahan guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan karena kualitas guru menjadi variabel atau elemen kunci bagi peningkatan hasil belajar siswa. Guru merupakan figur sentral yang menentukan bagaimana keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Kompetensi, komitmen serta kesadaran guru terhadap profesinya sebagai tenaga pendidikan menentukan bagaimana kulitas pada proses pembelajaran. Guru yang profesional merupakan salah satu isu utama dalam membangun mutu pendidikan. Oleh karena itu, upaya peningkatan profesionalitas guru dalam kerangka pembangunan kapasitas guru (Teacher Capacity Building /TCB) merupakan hal yang sangat perlu mendapat perhatian. 2. Upaya untuk meningkatkan TCB tidak dapat terlaksana hanya dengan
mengandalkan komitmen dan motivasi yang dimiliki oleh guru secara individu. Pembangunan TCB memerlukan dukungan sistemik yang tepat dan efektif. Upaya pengembangkan TCB seyogyanya merupakan suatu proses terintegrasi yang harmonis antara tiga elemen pokok yaitu: 1) dukungan kebijakan, 2) pengelolaan, dan 3) sistem penjaminan mutu. 3. Dukungan kebijakan mutlak sangat diperlukan karena kebijakan
permasalahan (problem identification), proses menentukan alternative solusi yang akan diambil (alternative solution), dan proses memilih, menjelaskan, dan mensosialisasikan kebijakan yang diambil (policy implementation).
4. Untuk dapat menyelenggaran kegiatan TCB yang efektif, diperlukan siklus managemen yang mengatur sumber daya yang ada di sekolah. Tahapan pengelolaan TCB di sekolah ini mencakup tahapan perencanaan (plan),
pelaksanaan (do), evaluasi (check) dan tahapan tindak lanjut (act).
5. Kebijakan TCB yang dikelola dengan baik perlu dipertahankan sustainabilitasnya melalui mekanisme penjaminan mutu (quality assurance). Di tingkat sekolah, sistem penjaminan mutu meliputi pembenahan terkait lembaga yang ditunjuk untuk menjamin mutu TCB, instrumen yang digunakan untuk menjamin mutu, mekanisme penjaminan mutu, penggunaan feedback dari hasil penjaminan mutu dan follow up dari feedback yang diterima.
6. Pengelolaan TCB yang effektif akan terlihat dampaknya dalam bentuk peningkatan kualitas diri guru (teacher professionalism), mutu pembelajaran ( learning quality), dan dampak mutu sekolah (school quality).
7. Satu elemen penting yang tidak boleh hilang dalam pengembangan TCB di sekolah adalah unsur kepemimpinan (leadership) karena tanpa adanya kepemimpinan (leadership) yang berdaya, maka ketiga elemen penting dalam pembangunan TCB di tingkat sekolah tidak akan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisian. Unsur kepemimpinan memegang kekuatan kendali sebagai 'elemen perekat' dari unsur kebijakan, pengelolaan, dan penjaminan mutu.
stimuli) bagi seluruh warga sekolah untuk senantiasa mengembangkan kapasitas diri masing-masing. Untuk dapat mengembangkan TCB yang efektif di sekolah, seorang kepala sekolah mengemban amanat untuk senantiasa mampu memberikan perhatian penuh terhadap seluruh warga sekolahnya (individual consideration). Kepala sekolah adalah konduktor yang menjamin terjadinya harmoni antara upaya-upaya membentuk sekolah sebagai organisasi pembelajar (learning organization) melalui pembangunan jejaring kerja (networking) yang baik dengan stakeholer internal maupun eksternal.
9. Agar sekolah dapat malakukan upaya peningkatan kapasitas guru secara efektif, maka diperlukan sebuah model yang dikembangkan dengan mengoptimalkan fungsi dan peran kepala sekolah sebagai pemimpin
(leader) dan manajer (manager), mengoptimalkan sistem evaluasi kinerja untuk mendorong motivasi, memaksimalkan fungsi sistem informasi manajemen guna menyediakan informasi yang relevan dengan kebutuhan kebijakan maupun dalam pengelolaan TCB, serta membangun kemitraan dalam penyelenggaraan TCB di sekolah baik pada level perencanaan, tindakan, evaluasi, maupun pada tahap tindakan perbaikan.
B. Implikasi
Implikasi dari pengembangan TCB yang dilakukan di sekolah adalah:
1. Diperlukan adanya budaya bersaing yang sehat di kalangan seluruh warga sekolah yang dikemas melalui tindak lanjut berupa reward atau
punishment yang adil dan transparan yang diberikan oleh sekolah berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja guru.
3. diperlukan adanya koordinasi yang baik antara semua elemen yang tergabung dalam organizational machinery dalam kebijakan pembangaun TCB di sekolah.
4. Diperlukan adanya pendelegasian wewenang dan pemberian kekuatan
(power) yang cukup dari Dinas Pendidikan atau yayasan kepada kepada sekolah untuk dapat menjalankan tugas sebagai pengawal kebijakan, manager pengelolaan, dan penjamin mutu TCB yang digulirkan.
5. Diperlukan adanya kesadaran setiap individu guru untuk senantiasa mau malakukan upaya-upaya peningkatan kapasitas diri dalam berbagai kegiatan yang ditawarkan khususnya oleh sekolah dalam bentuk pengembangan diri secara berkelanjutan berdasarkan kebutuhan masing-masing guru tanpa terlalu memperhatikan reward berupa capaian angka kredit guru.
6. Diperlukan tersedianya fasilitas sekolah yang memadai yang dapat dipergunakan oleh seluruh warga sekolah untuk melaksanakan kegiatan TCB.
7. Diperlukan adanya dukungan dari internal stakehoder maupun ekternal stakeholder dalam bentuk recognition terhadap keberhasilan sekolah yang mampu meningkatkan kapasitas guru.
C. Rekomendasi
Beberapa hal yang menjadi rekomendasi dari penelitian ini adalah:
terbartas. Untuk itu, penulis merekomendasikan agar Dinas Pendidikan seyogyanya dapat menentukan sekolah tertentu sebagai model sekolah penyelenggara TCB untuk dijadikan model rujukan oleh sekolah lain. 2. Sekolah yang menjadi sekolah model peningkatan TCB direkomendasikan
untuk mendokumentasikan secara singkat kegiatan TCB yang dilakukan sehingga langkah yang dilakukan dapat diadaptasi oleh sekolah lain yang melakukan benchmarking.
3. Mengingat model pengelolaan TCB yang dikeluarkan oleh penelitian ini sangat menitik beratkan pada aspek kepemimpinan (leadership), maka penulis merekomendasikan agar para kepala sekolah sebagai pemimpin
(leader) di sekolah senantisa mengasah kemampuan dan meningkatkan kapasitas kepemimpinan agar dapat melaksanakan tugas sebagai pengawal kebijakan, manager pengelolaan, dan penjamin mutu TCB yang digulirkan.
4. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat studi kasus pada dua sekolah dikota Bandung. Untuk itu penulis merekomendasikan untuk diadakannya penelitian lanjutan yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang dapat mengungkapkan sejauh mana pengaruh yang diberikan oleh kegiatan pembangunan TCB di tingkat sekolah terhadap peningkatan mutu guru, mutu pelajaran atau peningkatan mutu sekolah. 5. Pemerintah daerah dalam hal ini kabupaten dan kota sangat